Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 214206 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cucu Irawan
"Penyakit Tuberkulosis paru mempakan penyakit rnenular yang menjadi masalah kesehatan di dunia karena Mycobacterieum Tuberculosa telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia.Pa1da tahun 1993 WHO mencanangkan kcdaruratan Global penyakit Tuberkulosis, Balita merupakan kelompok usia yang rentan terhadap berbagai penyakit infeksi salah satu penyakit yang perlu diwaspadai adalah Tuberkulosis Paru karena angka kcsakitan penyakit tersebut pada balita di Kota Bandung cukup tinggi yaitu 205 penderita dari 2374 penderita kasus di Kota Bandung.
Panelitian ini bertujun untuk mengctahui hubungan faktor lingkungan fisik rumah dan karakterislik balita dcngan kejadian Tuberkulosis Paru pada balita di Kota bandung tahun 2007. Desain penelitian yang digunakan adalah desain kasus kontrol dengan jumlah sampel sebanyak 176 balita yang tcrdiri dari 88 balita Tuberkulosis Paru dengan gambaran klinis dan rdntgen (+) sebagai kasus dan 88 balita Tuberkulosis Paru dengan gambaran klinis dan rontgen Negatifsebagai kontrol. Data penelitian terdiri dari data primer yang diperoleh dengan wawancara dan pengukuran dan data sekunder dengan cara observasi dokumen.
Hasil uji Chi-Square mcnunjukan bahwa teldapat beberapa variabei yang berhubungan bcrmakna secara statistik dengan kejadian Tuberkuiosis Paru pada balita yaitu status gizi, kontak penderita, pengetahuan, penghasilan, kebiasaan merokok, ventilasi, kepadatan hunian dan pencahayaan. Sedangkan berdasarkan hasil analisis regresi logisrjk diketahui bahwa variabel ventilasi merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian Tuberkulosis Paru pada balita di Kota Bandung Tahun 2007 (95CI:26,l26 dan 0R=26,l26). Dari hasil pemodelan variabel penelitian diketahui pula bahwa balita dengan status gizi bl.l.!1.lk, adanya kontak penderita, ventilasi yang tidak mcmenuhi syarat, kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat, dan pencahayaan yang tidak memenuhi syarat mcmpunyai probabilitas terkena Tuberkulosis Paru sebesar 94% dibandingkan dengan balita yang tidak mempunyai faktor resiko tersebut.
Saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ini adalah Penyuluhan tcntang rumah sehat clan hygienisl untuk mencegah penularan Tuberkulosis Pam perlu ditingkatkan kepada masyarakat terutama anggota keluarganya yang positif menderita Taberkulosis Paru, dengan melibatkan tokoh masyamkat, serta lintas sektor lainnya.

TB lungs disease is contagious disease that becomes world health problem because Mycobacterium Tuberculosis has infected one-third world population. In 1993 WHO declared Global emergency of TBC disease. Baby is the most susceptible age group toward various infection diseases. One ofthe most suspicious diseases is TBC Lungs because of quite high disease rate on baby in Bandung City that is 205 patients from 2374 cases of patients in Bandung Regency.
This research is aim to recognize relation of house physical environment factor and baby characteristic with TB lungs cases on baby in Bandung Regency year 2007. Research design is using case control design with total sample of 176 babies consist of 88 babies TB lungs with clinical description and x-ray (+) as cases and x-ray (-) as control. Research design consist of primary data that obtained by interview and assessment and secondary data by document observation. Data obtained analyzed with Chi-Square and logistic regression analysis to recognize relation between risk factor and TB lungs cases on babies.
Chi-Square test result shows that there are variables significantly* related statistically with Tuberculosis lungs cases on babies that nutrition status, patient contact, knowledge, eaming, smoking habit, ventilation, residence density and lightning. While based on result of logistic regression analysis obtained that ventilation variable is the most dominant variable related with TB lungs cases on babies in Bandung Regency year 2007 (95 CI:26.l26 and 0R=26.l26). From result of research variable model recognized that babies with bad nutrition status, presented patient contact, disqualified ventilation, disqualified residence density and disqualified lightning has probability of infected TB lungs as much as 94% compared to babies with no factors mentioned above.
Suggestion based on research result is Counseling toward healthy and hygiene housing to prevent TB lungs infection. It need improved to public especially family members that positively infected TB lungs, by involving public figure and other cross sector.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34550
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wenny Wiharsini
"Proposi kasus TB anak mencapai 10.45% (Kemkes, 2011). Presentase kunjungan untuk kasus TB pada balita meningkat dari tahun 2009 sebesar 28,9% menjadi 34% pada tahun 2010 dari semua kunjungan kasus TB.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor kontak, karakteristik balita dan orang tua dengan kejadian TB paru pada balita di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso pada tahun 2012.
Desain studi kasus kontrol, kasus adalah pasien usia 6-59 bulan yang berkunjung ke RSPI Prof. Dr. Sulianti Sarorso dan telah didiagnosa menderita TB paru. Kontrol adalah balita yang datang berobat dan tidak didiagnosa menderita TB paru.
Faktor risiko antara lain, kontak penderita, karakteristik balita: jenis kelamin, status gizi, riwayat berat badan lahir, pemberian ASI eksklusif, status imunisasi BCG, usia saat imunisasi BCG, dan karakteristik orang tua: pendidikan dan pekerjaan ibu, penghasilan orang tua, pengetahuan, faktor kebiasaan merokok antara lain: keberadaan perokok dan tempat merokok.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa 4 variabel faktor risiko yaitu, kontak penderita OR = 3,23 (95% CI: 1,29-8,10), status gizi OR= 2,38 (95% CI: 1,13-5,01), status imunisasi (keberadaan scar) OR=5,57 (95% CI: 2,48-12,54) dan pekerjaan ibu OR=0,279 (95% CI: 0,10-0,78) menunjukkan adanya hubungan bermakna, sedangkan variabel lainnya seperti jenis kelamin, status gizi, riwayat berat badan lahir, pemberian ASI eksklusif, status imunisasi BCG, usia saat imunisasi BCG, pekerjaan dan pendidikan ibu, penghasilan orang tua, pengetahuan, faktor kebiasaan merokok: keberadaan perokok dan tempat merokok menunjukkan hubungan yang tidak bermakna.
Dari hasil penelitian ini maka disarankan perlu adanya penyuluhan mengenai penyakit TB seperti cara penularannya dan bagaimana sebaiknya orang tua mencegah agar anaknya tidak tertular TB paru.

Proportion of TB cases child reaches 10.45% (MOH, 2011). The percentage of visits to cases of TB in infants increased from 28.9% in 2009 to 34% in 2010 of all visits TB.Penelitian cases aims to determine the relationship of contact factors, the characteristics of toddlers and parents with the incidence of pulmonary tuberculosis in infants RSPI Prof Dr Sulianti Saroso in 2012.
Design case-control study, cases were patients aged 6-59 months who visited RSPI Prof. Dr. Sulianti Sarorso and had been diagnosed with pulmonary tuberculosis. Controls were children who came for treatment and was diagnosed with pulmonary tuberculosis.
Among other risk factors, patient contacts, toddler characteristics: gender, nutritional status, history of birth weight, exclusive breastfeeding, BCG immunization status, age at BCG, and parental characteristics: mother's education and occupation, parental income, knowledge factors, smoking habits, among others: the presence of smokers and smoking areas.
The results of the bivariate analysis showed that four variables are risk factors, patient contact OR = 3.23 (95% CI: 1.29 to 8.10), the nutritional status OR = 2.38 (95% CI: 1.13 to 5, 01), immunization status (presence of scar) OR = 5.57 (95% CI: 2.48 to 12.54) and maternal employment OR = 0.279 (95% CI: 0.10 to 0.78) showed a significant correlation , while other variables such as gender, nutritional status, history of birth weight, exclusive breastfeeding, BCG immunization status, age at BCG, occupation and maternal education, parental income, knowledge, habit factors: the presence of smokers and the smoke show relationships were not significant.
From these results it is recommended that there is need for education about TB disease such as the mode of transmission and how parents should prevent their children not infected with pulmonary TB.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45646
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Mulyadi
"Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah mengakibatkan meningkatnya jumlah penduduk miskin dan menurunnya berbagai indikator kesehatan, diantaranya meningkatnya insidens Kurang Energi Protein (KEP) terutama pada bayi dan anak. Situasi tersebut berakibat pada menurunnya status gizi masyarakat terutama pada kelompok usia 6 - 23 bulan dan meningkatnya prevalensi gizi buruk. Peningkatan angka kejadian balita gizi buruk akibat krisis ekonomi memicu peningkatan angka kesakitan penyakit-penyakit infeksi pada kelompok usia tersebut karena daya tahan tubuh yang rendah mengakibatkan balita menjadi kelompok rentan penyakit. Salah satu penyakit yang panting untuk diwaspadai pada kelompok balita gizi buruk adalah penyakit TBC paru karena angka kesakitan penyakit tersebut pada usia dewasa produktif masih cukup tinggi terutama dari kelompok masyarakat ekonomi lemah sebagai sumber penularan pada kelompok balita gizi buruk yang banyak terdapat pada kelompok masyarakat tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian TBC Paru pada balita berstatus gizi buruk di Kota Bogor tahun 2003. Desain penelitian yang digunakan adalah desain kasus kontrol dengan jumlah sampel sebanyak 200 balita yang terdiri dari 50 balita gizi buruk penderita TBC sebagai kasus dan 150 balita gizi buruk non penderita TBC sebagai kontrol. Data penelitian terdiri dari data sekunder yang diperoleh dengan cara observasi dokumen dan data primer yang diperoleh dengan cara wawancara dan pengukuran. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan uji Chi Square dan analisis regresi logistik untuk mengetahui hubungan faktor risiko dengan kejadian TBC Paru pada balita gizi buruk.
Hasil Uji Kai Square menunjukkan bahwa terdapat 5 (lima) variabel yang berhubungan bermakna secara statistik dengan kejadian TBC Paru balita gizi buruk yaitu Penderita TBC serumah, kelembaban kamar, kelembaban ruang keluarga, pencahayaan kamar dan pencahayan ruang keluarga sedangkan berdasarkan hasil analisis regresi logistik diketahui bahwa variabel perilaku merupakan variabel yang dominan berhubungan dengan kejadian TBC paru pada balita gizi buruk di Kota Bogor tahun 2003 (OR = 10,99). Dari hasil pemodelan variabel penelitian diketahui pula bahwa balita gizi buruk dengan faktor risiko tinggal di rumah yang kelembabannya tidak memenuhi syarat dan tinggal dengan penderita TBC Paru berperilaku tidak sehat mempunyai probabilitas terkena penyakit TBC Paru sebesar 85% dibandingkan dengan balita gizi buruk yang tidak memiliki faktor risiko tersebut.
Saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ini adalah peningkatan kegiatan pengobatan penderita TBC Paru serta pencegahan penderita putus berobat dengan menggunakan strategi DOTS dan pembentukan PMO, Pemberian reward bagi penderita TBC Paru yang tuntas berobat, Pemberian stimulan dan pembentukan kelompok arisan rumah sehat dalam perbaikan perumahan penduduk agar memenuhi syarat kesehatan lingkungan serta peningkatan upaya penyuluhan kepada masyarakat terutama bagi penderita TBC paru agar tidak berperilaku yang dapat menularkan penyakit tersebut seperti meludah disembarang tempat, serta bersin atau batuk dengan tidak menutup mulut.

Economics crises in longer time have increased poor population group that followed with decreasing of healthy indicators in case increasing of malnutrition incidence especially babies and children. The situation may have decreased of public nutrition status especially in the group of children 6 - 23 months age and increased malnutrition prevalence. Increasing children malnutrition prevalence has triggered increasing of infectious disease morbidity in the group caused lowness of immunity in the group as a high risk group was attacked infectious disease. One of infectious disease with have alerted in the malnutrition children group is pulmonary TBC, because morbidity case of the disease in adult productive group still more, especially in poor population community, as infecting agent to the malnutrition children group.
The research objective is about risk factors that related with pulmonary TBC incidence in malnutrition children group in Bogor 2003. Research design is case control study with 200 children as sample, 50 children with TBC Pulmonary as case group and 150 children without TBC Pulmonary as control group. Research data consist of secondary data by document observation and primary data by questionnaire and measurement. The data analyses with chi-square and logistic regression analyses to know how the risk factor and pulmonary TBC incidence in the case group related
As a summary of chi square test shows that five variable have statistically significant with pulmonary TBC incidence in case group ; in case a victim of pulmonary TBC at home, humidity of bed room, humidity of living room, illumination of bed room and illumination of living room. The logistic regression analyses shows that attitude variable is dominantly variable related with pulmonary TBC Incidence in Bogor 2003 (OR = 10,99). Research variable modeling shows that malnutrition children with risk factors : unconditional humidity home and live with an unhealthy attitude pulmonary TBC victim have probability to suffer TBC disease about 85% compared with malnutrition children without risk factors.
As a proposition we suggestion increasing Therapeutic activity for pulmonary TBC victims and preventing with drawal therapy with DOTS strategy and PMO formation ; rewarding for pulmonary TBC victims who have completed therapy ; giving stimulant and "arisan rumah sehat" . increasing health promotion especially for TBC pulmonary victims so they have healthy attitude to prevent spreading TBC disease.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12750
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A.H. Mahpudin
"Tuberkulosis (TBC) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di dunia. WHO melaporkan, di seluruh dunia setiap tahunnya ditemukan tidak kurang dari 8 juta kasus baru. Indonesia diantaranya merupakan negara penyumbang kasus TBC terbesar ketiga setelah India dan Cina. Diperkirakan jumlah kasus TBC di Indonesia pada tahun 2003 sebanyak 627.047 penderita, 281.946 diantaranya termasuk kategori TBC paru BTA positif. TBC paru BTA positif adalah jenis TBC yang sangat menular sehingga apabila tidak dilakukan pengobatan yang adequat dapat menularkan kepada 10-15 penderita baru dalam setahun. Risiko terjadinya penularan akan lebih tinggi pada orang yang dekat dengan sumber penular Kondisi lingkungan, status sosial ekonomi, gaya hidup, genetik dan adanya penyakit lain seperti diabetes, campak dan HIV merupakan faktor risiko yang selama ini diyakini berhubungan dengan kejadian tuberkulosis. Namun penelitian tentang faktor risiko tersebut di Indonesia masih jarang dilakukan. Ketersediaan data sekunder dari Survei Prevalensi TBC Nasional dan Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2004 (Susenas) yang terintegrasi, menarik minat penulis untuk memanfaatkan data ini untuk menganalisis beberapa faktor risiko TBC paru.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan kondisi lingkungan rumah, faktor sosial ekonomi dan faktor respon biologis terhadap kejadian TBC paru BTA positif pada penduduk dewasa di Indonesia.
Penelitian ini memakai rancangan studi kasus kontrol tidak berpadanan, dengan menggunakan perbandingan kasus kontrol 1:4. Sampel penelitian adalah penduduk berumur 15 tahun keatas yang menjadi sampel Susenas 2004 dan dilakukan pemeriksaan sputum BTA pada Survei prevalensi TBC 2004. Jumlah sampel terpilih sebanyak 380 orang yang terdiri dari 76 kasus dan 304 kontrol. Penduduk yang berdasarkan pemeriksaan sputumnya menunjukan hasil BTA positif ditetapkan sebagai kasus. Sedangkan yang menjadi kontrol adalah penduduk yang sputumnya menunjukkan hasil BTA negatif dan berasal dari wilayah kecamatan yang sama dengan kasus. Kontrol dipilih secara acak. Untuk menguji hipotesis digunakan uji Kai Kuadrat dan untuk melihat derajat hubungan menggunakan nilai Odds Rasio dengan CI 95%.
Berdasarkan basil penelitian ditemukan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TBC Pam BTA positif adalah keberadaan sumber kontak serumah OR 3,46 (1,316;9,091) kondisi rumah yang berlantai tanah OR 2,2 (1,135;4,269) dan pendapatan perkapita OR 2,145 (1,249;3,683). Berdasarkan temuan tersebut penulis menyarankan kepada pembuat kebijakan agar melaksanakan program khusus terhadap masyarakat golongan ekonomi rendah, terutama dalam hal program upaya penemuan penderita sedini mungkin, memberikan pengobatan secara cepat guna memutus rantai penularan, melaksanakan program active case finding dan untuk jangka panjang perlu dijalin kerjasama dengan lintas sektor terkait untuk melaksanakan program rumah sehat bagi kalangan masyarakat yang mempunyai status sosial ekonomi rendah.

Tuberculosis (TBC) is still become the word health problem. WHO reported that every year in the word has been founded not less than 8 millions of new cases. Indonesia is the third biggest countries which contribute TB cases after India and China. It is estimated the number of TB cases in Indonesia in the year 2003 was 627.047 infected, 282.946 among it was the category of pulmonary tuberculosis with smear positive. Pulmonary tuberculosis with smear positive is a kind of TB which is very infectious, so it should have adequate treatment, unless it will spread to 10-15 new patients within a year. The people who are close to the source of disease have the high risk to be infected.
The environment condition, social economy status, life style, genetic and other disease such as diabetes, measles and HIV are believed has the relation with TB. But research about those risk factors in Indonesia is rarely done. The interest of the writer to analyze same risk factor of pulmonary TB is based on integrated of availability of secondary data from National TB Prevalence Survey (SPTBC) and National Social Economy Survey (Susenas) year 2004.
The purpose of this research is to know the relation between the house environment condition, social economy factor and biologic response toward pulmonary TB with smear positive cases for adult in Indonesia.
The research is using unmatched case control study, with comparison of 1 : 4 case and control. The sample of this research is the people of 15 years old and above, which was the sample of Susenas 2004 and was examined by sputum smear microscopy in SPTBC 2004 Survey. The number of chosen sample is about 380 person, consisting of 76 cases and 304 controls. The people whose sputum smear positive, decided as a case, but the people from the sputum smear negative decided as control. Control was chosen randomly. To test these hypotheses, chi square is used and to see the relation degrees of Odds Ratio with Cl 95% value is used.
The research found that the factors which association with pulmonary TB smear positive is the availability of contact source in one house OR 3, 46 (1,316 ; 9,091), the condition of the house with soil floor OR 2.2 (1,135 ; 4,269) and private income OR 2,145 (1,249 ; 3,683). According to those finding, the writer advise to the policy maker to take special program for the people with low income, especially the program of finding the infected person as soon as possible to heal them with proper treatment. to cut the cycles of infections, to make program of active case finding program and for long term, there should be cooperation between other sector related to activate healthy house program for the people with low income.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19068
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Pramurtiwati
"Jumlah penderita TB Pam BTA positif di Kecamatan Mustika Jaya pada tahun 2006 sebesar 19.2% melebihi positif rate 10% dari tersangka TB sehingga risiko tertular cukup tinggi di mana satu orang dcngan BTA positif dapat menularkan 10 - I5 orang setiap tahun.
Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor fisik mmah dan kamkteristik responden dcngan kejadian tuberkulosis Paru BTA positifl Desain penelitian mcnggunakan kasus kontroi. Kasus adalah penduduk berusia 2 15 tahun pada tahun 2006 dan pada bulan Januaxi sampai April 2007 yang diperiksa sputumnya dcngan hasil BTA positif sedangkan kontrol adalah tetangga kasus yang berusia 2 I5 tahun yang tidak dalam keadaan sakit dan diperiksa sputumnya dengan hasil BTA negatifi. Jumlah kasus 78 dan kontrol 78 pcngumpulan data melalui wawancara dan observasi.
Analisa data deskripsi dengan distribusi frckuensi, nnalisa hubungan dengan uji kai kuadrat dan multivariat dengan regresi logistik model prediksi. Faktor fisik nnmah yang bermakna berhubungan dengan kejadian TB adalah ventilasi rumah. Faktor kanakteristik rcsponden yang berhubungan adalah 1 Jenis kelamin (2,764, 1435 - 5,327) dan status gizi (3.136, 1,496-6,S79) Faktor risiko yang paling berhubungan dengan kejadian TB Paru BTA positif adalah status gizi (3,495, 1,543-7,9l'7), Jenis kelamin (2,724, 1,304-5,69l) dan faktor risiko yang paling dominan hubungannya dengan kejadian TB Paru BTA positif adalah status gizi.
Kesimpulan penehtian ini adalah Keadaan fisik rumah di wilayah kccamatan Muslika Jaya hampir sama apau homogen dan yang bermakna berhubungan dcngan TB Paru adalah vcminasiummah dan dengan giza yang jelek maka mempunyai rasiko lebih besar mcnderita TB Paru BTA positif dibandingkan dengan penduduk yang mempunyai gizi baik.
Berdasarkan hasil ini disarankan. Pemerintah Kota Bekasi mcmberikan bantuan dana stimulan sebagai modal untuk menciptakan keluarga mandiri khususnya keluarga miskin, dan Dinas Kcsehatan Kota Bekasi secara periodik memberikan penyuluhan kepada masyarakat tcntang rumah yang sehat dan asupan gizi seirnbang.

Total amount of TB Lung BTA positive patient in Mustikajaya sub-district year 2006 as much as l9,2% more than positive rate i 10% from TB suspect. Theref`ore, contagims risk in quite high where one person with BTA positive could infect 10 - 15 people per year.
This research purpose is to recognize house physical factor and respondent characteristic with TB Lung BTA positive cases. Research design is using case control. Case is residence age of > 15 years old in 2006 until April 2007 that examined before with BTA positive result. While control is case neighbor age of > I5 years old with healthy condition that examined before with BTA negative result. Total cases are 78 and control 78. Data obtained from interview and observation.
Analysis of data description is frequency distribution, relation analysis with chi-square test, and multivariate with logistic regression model. Prediction of house physical faktor that significantly related with TB cases is house ventilation. Respondent characteristic factor that related are gender (2.764, 1.435 - 5.327) and nutrition status (5.I36, 1. 496 - 6.579). The most related factor with TB Lungs BTA positive cases are nutrition status (3.495, l.S43 - 7.9l7), gender (2.724, 1.304 - 5.69l) and the most dommam related risk factor with TB Lungs BTA positive is nutrition Status.
Research conclution is house physical environment in Mustikajaya sub-disuict are almost the same/homogeny and related significantly with TB Lungs are house ventilation and with bad nutrition so has higher risk to infected by TB Lungs BTA positive compared to residence who has good nutrition.
Based on this result is suggested to govemment of Bekasi city to give stimulant fund assistance as assets to create autonomous family especilly poor family. Moreover, Health agecy of Bckasicity periodically give counseling to public toward healthy housing and balanced nutrition input.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34507
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrial
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan fisik rumah terhadap kejadian TB Paru BTA Positif di Kota Batam Propinsi Kepulauan Riau tahun 2005. Janis penelitian bersifat kasus kontrol. Kasus adalah orang yang menderita TB Paru dengan BTA positif yang berumur > 15 tahun, sedangkan kontrol adalah tersangka penderita TB Paru (suspek) dengan hasil pemeriksaan sputum BTA negatif yang berumur > 15 tahun yang bertempat tinggal di wilayah Kota Batam. Perbandingan kasus dan kontrol adalah 1 : 1 dengan jumlah sampel untuk kasus sebanyak 100 orang dan kontrol sebanyak 100 orang. Pada kasus dan kontrol dilakukan wawancara, observasi dan pengukuran kualitas lingkungan fisik rumah, karakteristik individu dan keadaan penghuni di rumah.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan bermakna antara peneahayaan (OR=4,4), kelembaban udara (OR=3,6), luas ventilasi (OR=4,9), kepadatan hunian (OR=2,1) dan lama tinggal (OR=4,7) terhadap kejadian TBC Paru BTA positif di Kota Batam tahun 2005.
Simpulan menyatakan faktor dominan terhadap kejadian TB Paru BTA positif di Kota Batam tahun 2005 adalah pencahayaan, kelembaban udara, luas ventilasi, kepadatan hunian dan lama tinggal.

This research to know relation of house physical environmental factor toward fast acid positive tuberculosis case at Batam City Riau Archipelago Province 2005. Type of research is case control. Case is people who suffering fast acid positive tuberculosis case more than? 15 years old, while control were patients who suffering tuberculosis (suspect) with inspection result of sputum with fast acid negative tuberculosis case more than > 15 years old who residence at Batam. Comparison of case and control 1 : 1 with 100 cases and control each. The interview was held on both case and control, observation and measurement of house physical environmental quality, individual characteristic and situation of dweller at home.
Research result shows the existence of significant relation between illumination (OR=4,4), dampness of air (OR=3,6), wide of ventilation (OR=4,9), density of dwelling (OR=2,1) and long time of residence (OR=4,7) to fast acid positive tuberculosis case at Batam City Riau Archipelago Province 2005.
Dominant factors to fast acid positive tuberculosis case at Batam City Riau Archipelago Province.2005 are illumination, dampness of air, wide of ventilation, density of dwelling and long time of residence.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19013
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jahiroh
"Penyakit Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Prevalensi Tuberkulosis anak masih tinggi. Demikian juga ditemukan prevalensi balita berstatus gizi stunting yang masih tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan status gizi stunting dengan kejadian TB pada balita di Kabupaten Bandung Barat tahun 2012 – Mei 2013. Desain penelitian ini adalah kasus kontrol. Kasus adalah balita (usia 1-59 bulan) yang datang berobat ke puskesmas dan didiagnosa sakit TB oleh dokter atau paramedis menggunakan sistem skoring, pada tahun 2012- Mei 2013. Kontrol adalah balita yang datang berobat ke puskesmas dengan diagnosa bukan sakit TB. Jumlah kasus sebanyak 98 balita dan kontrol 100 balita. Analisa data menggunakan analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa balita berstatus gizi pendek berisiko 2,96 kali untuk menjadi sakit TB dan balita berstatus gizi sangat pendek berisiko 8,18 kali untuk menjadi sakit TB, setelah dikontrol variabel konfounder. Balita yang mempunyai status gizi sangat pendek mempunyai risiko lebih tinggi untuk menjadi sakit TB dibandingkan balita berstatus gizi normal dan balita berstatus gizi pendek. Disarankan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat untuk meningkatkan peran penyuluhan tentang pentingnya zat gizi bagi pertumbuhan dan perkembangan balita, baik melalui penyuluhan langsung maupun media.

Tuberculosis remains a public health problem in Indonesia. Prevalence of Tuberculosis in children is still high. Similarly, the prevalence of stunting malnutrition are still high. The purpose of this study to determine the nutritional status stunting of relations with TB incidence in children under five in West Bandung District in 2012 - May 2013. The study design was a case-control. Cases were infants (age 1-59 months) who came to community health centers for treatment and diagnosed TB by a doctor or paramedic with the scoring system in 2012 - May 2013. Control were infants (age 1-59 months) who came for treatment to the community health centers with a diagnosis is not of TB. Number of cases as many as 98 children and 100 control chlidren. Data analysis using logistic regression analysis. The results showed that children (age 1-59 months) the nutritional status stunted to be a risk of 2.96 for ill TB and nutritional status of children under five who have a very short 8.18 times the risk for becoming ill TB, after the controlled variable confounder. Nutritional status of children severely stunted at higher risk for TB become sick to become ill TB than normal nutritional status of children and stunted nutritional status. Suggested West Bandung District Health Office to enhance the role of education about the importance of nutrition for the growth and development of infants, either directly or through media outreach.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35217
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ike Silviana
"Latar belakang: Penyakit TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Lebih dari 90% kasus TB Paru ditemukan di negara berkembang. Di Indonesia penyakit TB Paru masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat. Di Kabupaten Muaro Jambi jumlah penderita TB Paru pada tahun 2003 adalah 61.84 per 100.000 meningkat menjadi 106.16 per 100.000 penduduk pada tahun 2004. Peranan faktor lingkungan fisik dalam rumah menentukan penyebaran penyakit TB Paru, sehingga dalam penanggulangan TB Paru yang komprehensif harus melibatkan faktor lingkungan fisik dalam rumah. Pada tahun 2004, cakupan rumah sehat di Kabupaten Muaro Jambi hanya 36.9%, hal ini di duga memperbesar timbulnya penularan TB Paru.
Tujuan: Penelitian ini untuk melihat hubungan lingkungan fisik dalam rumah dengan kejadian TB Paru BTA (+) di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2005.
Metode: Desain studi kasus kontrol dengan 95 kasus yang diambil dari penderita TB Paru BTA (+) dari 18 Puskesmas di wilayah Kabupaten Muaro Jambi dan 95 kontrol yang diambil dari tetangga kasus dengan BTA (-).
Hasil: Analisis multivariat lingkungan fisik dalam rumah yang berhubungan dengan kejadian TB Paru BTA (+) adalah: kelembaban rumah <40% atau >70% (OR:4,87;95%CI:1,58-15,04),ventilasi kamar <10% (OR:3,83 ; 95%C1:1,23-11,93), pencahayaan rumah <60 Iuks (OR;2,47;95%CI:0,55-11,16), ventilasi dapur <10% (OR:2,21;95% CI:0,8-6,13), ventilasi rumah <10% (OR:2,2;95% CI:0,63-7,81), dan pencahayaan kamar <60 Iuks (OR:1,61;95% CI:0,37-7).
Saran: Kerjasama lintas sektaral dalam penataan desain dan konstruksi rumah sehat bila ada penataan ulang serta penyuluhan mengenai rumah sehat.

Background: Pulmonary TB, is an infective-contagious disease caused by Mycobacterium Tuberculosis. More than 90% of global pulmonary TB cases occur in the developing countries. TB remains an important public health problem in Indonesia. The occurrence of pulmonary TB in Muaro Jambi District in the year of 2003 is 61,84 per 100.000 population and increased to 106,16 per 100.000 population in 2004. Physical Environment condition of the house is one factor that playing important role in Pulmonary TB spreading, especially the coverage of healthy housing in Muaro Jambi District only 36,9% in 2004.
Objectives: to investigate the relation between physical environment of the house with occurrence of pulmonary TB in Muaro Jambi District.
Methods: This case-control study design used 95 cases and 95 controls. Those respondents had been taken from 18 Primary Health Centers in Muaro Jambi District.
Results: Based on multivariate analysis housing conditions that influenced the risk of pulmonary TB are : the level of humidity of the house less than 40% or more than 70% (OR:4,87;95%Cl: 1,58-15,04), bedroom ventilation less than 10% (OR;3,83;95% CI:1,23-11,93), house with low level of light exposure / less than 60 luks (OR:2,47;95%CI:0,55-11,16), kitchen ventilation less than 10% (OR:2,21;95%CI:0,8-6,13), house ventilation less than 10% (OR:2,2;95%C1:0,63-7,81), and bedroom with low level of light exposure/less than 60 luks (OR:1,61;95% CI: 0,37-7).
Suggestion: TB control program in Muaro Jambi District should coordinates with other departments to improve housing designs and give health promotion activities about healthy house.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19113
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulis Kadarwati
"Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit berbasis lingkungan yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan dunia, dimana sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh mycobacterium tuberculosis.
Berdasarkan data dari Sudin Kesehatan Jakarta Selatan, pada tahun 2011 Kecamatan Pesanggrahan merupakan salah satu Puskesmas dengan angka penderita TB Paru BTA (+) yang tinggi yaitu sebesar 249 kasus dari 1.893 kasus di Wilayah Jakarta Selatan. Data pada bulan Januari – Oktober 2012 Kelurahan Petukangan Selatan merupakan kelurahan yang paling banyak jumlah penderitanya se-Kecamatan Pesanggrahan dengan jumlah kasus sebanyak 33 kasus dari 174 kasus.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas lingkungan fisik rumah dan karakteristik individu dengan kejadian TB Paru BTA (+) di Kelurahan Petukangan Selatan Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2012.
Metode penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol dengan perbandingan 1 : 1 dimana sampel adalah total populasi yaitu 31 penderita TB Paru BTA (+) sebagai kasus dan 31 untuk kontrol.
Hasil uji analisis bivariat didapatkan bahwa kualitas lingkungan fisik : kepadatan hunian (p=0,3; OR=1,96), ventilasi (p=0,02; OR=6,038), pencahayaan (p=0,00; OR=8,266), kelembaban (p=0,041; OR=3,325), suhu (p=0,062; OR=3,241) dan karakteristik individu : tingkat pengetahuan (p=0,71; OR=2,968), riwayat kontak (p=0,049; OR=3,756).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas lingkungan fisik rumah dan karakteristik individu yang berhubungan dengan kejadian TB Paru BTA (+) di Kelurahan Petukangan Selatan Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2012 adalah ventilasi, pencahayaan, kelembaban dan riwayat kontak.
Oleh karena itu disarankan agar pelayanan pada penderita TB Paru di Puskesmas/ layanan kesehatan tidak hanya pada pengobatan pasien saja, tetapi diarahkan untuk berkonsultasi ke klinik sanitasi guna mendapatkan pembinaan dan penyuluhan tentang rumah sehat. Pembinaan kepada masyarakat lebih diarahkan kepada pemberdayaan masyarakat itu sendiri didalam upaya untuk mencegah penularan TB Paru di wilayahnya.

Tuberculosis is a disease-based environment caused by the bacteria Mycobacterium tuberculosis. This disease remains a global health problem, with approximately one-third of the world's population has been infected with mycobacterium tuberculosis.
Based on data from the South Jakarta Health Agency, in 2011 Pesanggrahan District is one of the health centers with rates of pulmonary TB smear (+) high is equal to 249 cases of 1,893 cases in the area of ​​South Jakarta. The data in January - October 2012 Petukangan Village South is a village of the most number of patients as the number of cases Pesanggrahan district as many as 33 cases of the 174 cases.
The purpose of this study was to determine the relationship of the quality of the physical environment and individual characteristics with the incidence of pulmonary TB smear (+) in the Village of South Petukangan Houses South Jakarta District in 2012.
This research method using a case-control study design with a ratio of 1: 1 where the sample is the total population of the 31 patients with pulmonary TB smear (+) as cases and 31 for controls.
The test results bivariate analysis found that the quality of the physical environment: residential density (p = 0.3; OR = 1.96), ventilation (p = 0.02; OR = 6.038), lighting (p = 0.00; OR = 8.266 ), moisture (p = 0.041; OR = 3.325), temperature (p = 0.062; OR = 3.241) and individual characteristics: the level of knowledge (p = 0.71; OR = 2.968), history of contact (p = 0.049; OR = 3.756).
Based on these results it can be concluded that the quality of the physical environment and individual characteristics related to the incidence of pulmonary TB smear (+) in the Village of South Petukangan South Jakarta District Guest Houses 2012 is ventilation, lighting, humidity and contact history.
Therefore, it is suggested that in patients with pulmonary TB services at the health center / health care not only in the treatment of patients, but are directed to consult the clinic sanitation in order to obtain guidance and counseling on healthy home. Guidance to the public more geared to the empowerment of the people themselves in efforts to prevent the transmission of pulmonary TB in the region.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45423
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fran Desmon
"Tuberkulosis (TB) merupakan penyakil infeksi bersifat kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Tabun 2003 Word Health Organisation (WHO) mencanangkan kedaduratan global penyakit tuberkulosis karena pada sebagian besar negara di dunia penyakil ini tidak terkendali. Indonesia merupakan negara dengan jumlah kasus TB paru terbanyak dengan menyumbang kasus sebesar 10% dari seluruh kasus TB paru di dunia, setelah India dan China, Menurut 1-I.L Blum, faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan seseorang adalah 1ingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Beberapa penelitian di beberapa negara lain menunjukkan bahwa perilaku mcrokok, polusi udara di dalam rumah yang berasal dari penggunaan bahan bakar kayo dan kondisi runlah mempunyai hbungan yang bermakna dengan kejadian TB para.
Studi ini merupakan penelitian analitik dengan ra ncangan desain kasus kontrol menggunakan data sekunder basil Survci Sosial Ekonom Nasional (SUSENAS) tahun 2004. Kasus adalah responden yang telah beruimir 15 tahun ke alas telah diciiagnosa secara klinis dan laboratorium dengan basil BTA positif sebanyak 156 orang. Studi ini menggunakan dug jenis kelompok kontrol yakni : kontrol kelompok pertama adalah responden yang telah benrmur 15 tahun ke alas yang babas dari gejala utama TB paru sebanyak 624 orang dan kontrol kelompok kedua adalah responden yang telab berumur 15 tahun ke alas yang basil pemeriksaan menunjukkan basil BTA negatif sebanyak 156 orang. Analisis data yang dilakukan meliputi deskriptif, chi square, regresi logistik multivariat dan ukuran dampak.
Model akhir basil analisis regresi logistik multivariat pada kelompok kasus kontrol pertama mendapatkan perilaku merokok mempunyai peluang 1,91 kali (95% CI 1,18 ; 3,09) untuk menderita penyakit tuberkulosis paru dibandingkan dengan yang tidak merokok setelah dikontrol oleh jenis kelamin dan mar, Responder yang menggunakan bahan bakar kayu dirumahnya mempunyai peluang 2,02 kali (95% CI 1,38 ; 2,97) untuk menderita penyakit tuberkulosis paiir dibandingkan dengan yang tidak menggunakan bahan bakar kayu setelah dikontrol oleh umwu- dan kondisi rurnali. Responden yang tinggal pada kondisi rumahnya tidak sehat mempunyai peluang 1,93 kali (95% CI 1.32 ; 2,84) untuk menderita penyakit tuberkulosis paru clibandingkan dengan yang tinggal di kondisi rumah yang sehat setelah dikontrol oleh variahel amnia Pada kelompok kasus kontrol yang kedua responden yang merokok mempunyai peluang 1,77 kali (95% CI 1,11 ; 2,82) untuk menderita penyakit tuberkulosis paru dibandingkan dengan yang tidak merokok setelah dikontrol oleh umur. Responden yang menggunakan bahan bakar kayu dirumahnya mempunyai peluang 3,96 kali (95% CI 2,36 ; 6,32) untuk menderita penyakit tuberkulosis paru dibandingkan dengan yang tidak setelah dikontrol oleh perilaku merokok. Responden yang tinggal pada kondisi rumah yang tidak sehat mempunyai peluang 1,79 kali (95% CI 1,12 ; 2,86) untuk menderita penyakit tuberkulosis pare dibandingkan dengan yang tinggal diiumah dengan kondisi yang sehat setelah dikontrol oleh pendapatan.
Disarankan untuk melakukan komunikasi, informasi dan edukasi tentang bahaya merokok bagi kesehatan terutarna terhadap penyakit tuberkulosis paru kepada generasi muda, sosialisasi rnengenai pentingnya saluran pembuangan asap dari dapur atau membangun dapur yang terpisah dari rumah bagi yang menggunakan bahan bakar kayu untuk keperluan memasak untuk keschatan dan pcningkatan kondisi pcrumahan melalui sosialisasi rumah sehat.

Tuberculosis is a cronic infection diseases which because of mycobacterium tuberculosis. In 2003 Word Health Organisation ( W1-lO) cymbal the global emergency of lung tuberculosis because in most countries in the world lung tuberculosis don't in control. Indonesia representing country with the most amount cases of lung tuberculosis by contributing 10% cases from all cases of lung tuberculosis in the world, after India and China. According to I-I.L Blum, factors playing a part and influencing degree of health of someone is environment, behavioral, health service and hercditcry. Some former research in some other countries indicate that smoking, indoor pollution from usage solid fuel and house condition have relation with lung tuberculosis.
This study is an analytical research with case control study and using raw data National Survey of Social Economics (SUSI:NAS) 2004. Case is responder which [5 year or more with positive result in clinical and laboratory diagnosed. Amount of case is 156 responders. Two groups of control is, first, responder which have 15 year or more and don't have especial symptom of lung tuberculosis, amount of control is 624 responders and second is responder which have 15 year or more and pursuant to result of inspection show result of negative BTA amount of control is 156 responders. Data analysis which is descriptiv, chi square test, logistics regretion of multivariate and impact fraction.
Final model result of analysis of regresi logistics of multivariat at first control case group get behavior smoke to have opportunity 1,9] times (95% Cl 1,18 ; 3,09) to suffer from lung tuberculosis compared to which don't smoke after controlled by gender and age. Using its house wood fuel have opportunity 2,02 times ( 95% CI 1,38 ; 2,97) to suffer from lung tuberculosis compared to which don't use wood fuel after controlled by age and condition of house and who live in house which condition of its under the way house have opportunity 1,93 times ( 95% CI 1,32 ; 2,84) to suffer from lung tuberculosis compared to who live in house of is condition of healthy house after controlled by age. At second control case group is one who smoke to have opportunity 1,77 times ( 95% CI 1,11 ; 2,82) to suffer from lung tuberculosis compared to which don't smoke after controlled by age, who use its house wood fuel have opportunity 3,96 times ( 95% CI 2,36 ; 6,32) to suffer from lung tuberculosis compared to which don't use wood fuel after controlled by variable smoke and one who live in indisposed house have opportunity 1,79 times ( 95% CI 1,12 ; 2,86) to suffer from lung tuberculosis compared to which remain at home with condition of healthy after controlled by earnings.
Is suggested to do communications, information and education about danger smoke to disease of lung tuberculosis to the rising generation, socialization about important hitting of channel him dismissal of smoke of kitchen or build separated from kitchen is house to using wood fuel for cooking for healthy and make-up of condition of housing through healthy house socialization.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20069
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>