Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170647 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nunung Nuraini
"Penyakit diare akut masih merupakan masaiah kesehatan masyarakat yang utama di dunia. Rotavirus merupakan penycbab utama gastroenteritis pada bayi dan anak-anak serta menyebabkan dehidrasi yang serius. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian air susu ibu secara ekslusif meningkatkan sistcm imunitas pada bayi berusia 4 - 6 bulan berkaitan dengan pcnyakit diare. I-Iubungan ini tidak konsisten pada infeksi rotavirus namun sangat kuat hubungannya pada intbksi non virus seperti bakteri. Pemberian air susu ibu hanya dapat menurunkan ringkat keparahan diare yang disebabkan rotavirus.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan pemberian air susu ibu dengan keparahan diare rotavirus pada anak-anak 0 - 24 bulan di Rumah Sakit Mataram September 2005-Desember 2007 setelah dikendalikan oleh faktor umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan ibu, adanya infeksi lain, terapi di rumah, proses rehidrasi di rumah sakit, mjukan umuk rawat inap dan rawat inap.
Desain penelitian ini adalah studi cross sectional dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari kuesioner yang merupakan bagian dari penelitian yang dilakukan NAMRU-2 Jakarta yang bekeija sama dcngan Badan Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi Departemen Kesehatan Rl dan Rumah Sakit Mataram, Lombok. Populasi studi sejumlah 739 orang adalah pasien yang menderita diare rotavirus yang bcrumur 0-24 bulan di RSU Mataram Lombok antara bulan September 2005 sampai bulan Desember 2007. Hubungan pemberian air susu ibu dcngan keparahan diarc rotavirus ditentukan dengan anlisis mullmle logistic regression menggunakan perangkat STATA 9,0.
Dari hasil analisis didapatkan bahwa prcvalcnsi diare rotavirus pada anak-anak usia 0 - 2 tahun yang memberikan sampel dan data yang lcngkap di RS Mataram adalah 64,l3%. Sebelum dikendalikan oleh variabel-variabel lainnya terlihat bahwa anak-anak yang mendapat ASI mempunyai kemungkinan untuk terjadinya diare parah 20% lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mendapatkan ASI (ORcrude=0,80; 95%CI 0,53-l,22. Variabel lain yang mempengaruhi untuk tenjadinya keparahan diare rotavirus adalah rawat inap, terapi dirumah dengan ORS dan/lanpa antibiotik/obat diare dan tempi dengan antibiotik dan/tanpa obat diare serta pendidikan ibu. Setelah dikendalikan oleh variabel tersebut di atas ditemukan bahwa kemungkinan anak-anak yang mendapat ASI akan menjacli parah adalah 26% lebih rendah (ORu¢#us!ea'=0,74; 95%CI 0,46-l,l9) dari anak-anak yang tidak mendapat ASI. Genotipe predominan untuk tipe G adalah G1 (l9,35%), G2 (20,03%) dan G4G9 (40,l9%) sedangkan untuk tipe P adalah P[4] (l9,35%), P[6] (1l,34%) dan P[8] (48,7I %).

Acute dirrheae is a major health problem a worldwide. Rotavirus has become a predominant cause of gastroenteritis to infant and children which also causes severe dehydration. Some studies suggested that exclusive breastfeeding increased immunity related to diarrheaeof infant aged 4-6 months old. This association is inconsistent between breasfeeding and rotavirus infection, however strong association between breasfeeding and nonviral infection, such as bacteria infection. Nevertheles, brcastfeedeng reduces the severity of diarrlteae caused by rotavirus infection.
The object of this study is to determine the association between breastfeeding and the severity of diarrheae caused by rotavirus in children aged 0-24 months old at Mataram General Hospital in the period of September 2005 through December 2007, with control measures of age, sex, educational background of mother, presence of other gastroenteritis infection, home medication, rchydration process at the hospital, hospital referral and hospitalization.
Design of this study is across sectional using secondary data from questionares which are a part of a collaborative study conducted by US Naval Medical Research Unit No. 2 (US NAMRU-2), Biomedical and Pharmaceutical division of' Indonesia National Institution Health Research and Development, and Mataram general hospital at Lombok. The total of study population was 739 children aged 0-24 months old with diarrheae caused by rotavirus, who were pediatric patients at Mataram general hospital, I .ombok, September 2005-December 2007. The association between breasfeeding and the severity of dianheac was dtermined using multiple logistic regression with the application of STA'l`A 9.0 soltware (Stata Corp, Texas, USA).
Analysis result suggested that the prevalence in our study population was 64.13%. Prior to the control measures application of other variables, it was concluded that children who were breasfed had the tendency to develop severe diarrheae 20% less than children who were neverbreasfed (Orcrude=0.80; 95%: Cl 0.53-1.22. Other variables which had effect on the diarrheae severity were hospitalization, home medication using oral rehydration solution (ORS) with or without antibiotics or anti diarrhea, and educational bacground of mothers. After those control measured were applied, it was concluded that children who were breasfed tended to develop severe diarrhea 26% less than children who were never breasfed (OR adjusted=0.74; 95% Cl: 0.46-l.l9). Predominant genotype for G-type rotavirus were G4G9, G2, and G1 with 40.l9%, 20.03%, and 19.35% respectively, meanwhile for P-type rotavirus were P[8], P[4], and P[6] with 48.7l%, l9.35%, and l l.34% respectively.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34536
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Meyta Pratiwi
"Rotavirus grup A merupakan agen penting penyebab penyakit diare dengan tingkat keparahan yang cukup tinggi pada pasien bayi dan anak-anak khususnya di negara berkembang. Rotavirus diperkirakan telah menyebabkan lebih dari 800.000 kematian per tahunnya. Tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi tersebut menjadi latar belakang yang mendorong untuk pengembangan vaksin yang efektif melalui karakterisasi molekular dari galur rotavirus yang bersikulasi. Oleh karena itu dibutuhkan metode yang spesifik, sensitif serta cepat untuk mendeteksi dan menentukan serotipe dari galur rotavirus grup A.
Pada penelitian ini, 394 sampel feses yang diperoleh selama bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006 dari bayi dan anak-anak dengan gejala diare di Mataram diuji dengan metode Enzyme Immunoassay (EIA) dan 82 sampel menunjukkan hasil positif (20,8%). Sampel positif tersebut kemudian dianalisis lebih lanjut dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR). Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa prevalensi dari serotipe G4G9 dengan tipe P nonserotipe (33 dari 81 [40,7%]) merupakan galur rotavirus yang paling banyak ditemui di Mataram."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32542
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Refda Husrima
"Menurut hasil beberapa kali SKRT (Survey Kesehatan dan Rumah Tangga) semenjak tahun 1980, 1986, 1992, 1995, penyakit diare tetap merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Begitu juga dengan Survey Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2001 masih menyimpulkan diare sebagai penyebab kematian bayi dan balita ke dua tertinggi (9,4% dari kematian bayi dan 13,2% dari kematian balita).
Rotavirus Grup A yang sangat banyak menyebabkan diare pada anakanak dideteksi dari sampel diare yang sudah dikumpulkan dari beberapa kota di Indonesia (Januari – April 2007) oleh pihak US-NAMRU2 bekerja sama dengan Litbang Depkes RI. Metode yang digunakan adalah Reverse Transcription – Nested Multiplex PCR dengan primer spesifik yang sudah teruji sangat sensitif dalam mendeteksi rotavirus.
Dari 421 sampel yang diperiksa, didapatkan 257 (61,05%) positif rotavirus, terdistribusi hampir merata di lima kota yang diperiksa. 47 (30,05%) diantara sampel positif merupakan tipe G1P[8]. Namun tipe ini tidak terdistribusi merata di kelima kota tersebut. Diantara sampel positif rotavirus, 119 (46,30%) tidak dapat ditentukan tipe gennya (nontipe). Nontipe P sebanyak 68 (26,46%) dan nontipe G sebanyak 51 (19,84%).
Diharapkan penelitian mengenai rotavirus di Indonesia terus dilanjutkan dengan menggunakan pengembangan metode yang lebih baik sehingga dapat menyelidiki lebih lanjut rotavirus nontipe yang sudah banyak ditemukan."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32604
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlin Listiyaningsih
"Penelitian ini menilai peran genetik rotavirus terhadap keparahan diare pada populasi bayi dan balita di rumah sakit dan puskesmas, pada 2005?2008. Keanekaragaman genotipe rotavirus sangat tinggi; 7 variasi genotipe umum (didominasi G1P[8]) dan 52 genotipe tidak umum (didominasi G4G9P[8]). Rotavirus genotipe tidak umum terdistribusi merata di rumah sakit dan puskesmas. Terhadap genotipe umum, genotipe tidak umum mempunyai PR 1,2 pada keparahan diare. Karakter gen VP7 berperan penting/menentukan peran genotipe GP pada keparahan. Status nutrisi memodifikasi efek peran genotipe pada keparahan diare. Faktor umur dan faktor pemberian sendiri antibiotik secara independen berperan menentukan keparahan. Koinfeksi tidak signifikan merubah derajad keparahan diare infeksi yang diakibatkannya.

This study assessed the rotavirus genetic role on diarrhea severity in infants and young children population in hospitals and primary health centers, at 2005-2008. Genotype diversity of rotavirus is very high; 7 variations common genotype (dominated by G1P[8]) and 52 uncommon genotypes (predominantly G4G9P[8]). Rotavirus uncommon genotypes are distributed equally in both health centers. Against common genotypes, uncommon genotypes have a PR 1.2 in the severity of diarrhea. VP7 genes play an important character and define the role of GP genotype. Nutritional status modify the effects of genotype on the severity of diarrhea. Age and antibiotic are risk factors for severity of diarrhea, independently. Coinfection did not significantly alter the degree of severity of acute infectious diarrhea.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
D1313
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Uut Utami
"Rotavirus grup A merupakan penyebab utama penyakit diare pada bayi dan anak balita di seluruh dunia. Metode deteksi strain rotavirus yang cepat dan sensitif adalah dengan menggunakan polymerase chain reaction (PCR). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat prevalensi infeksi rotavirus di Jakarta Utara dan menentukan hubungan data sebaran umur, jenis kelamin serta tingkat keparahan diare pasien terhadap proporsi strain rotavirus selama penelitian. Pada penelitian ini telah diperiksa 256 feses yang diambil pada bulan September 2005 sampai Januari 2006 dari anak-anak penderita diare akut di Jakarta Utara. Metode Enzyme Immunoassay (EIA) digunakan untuk skrining antigen VP6 pada feses, sebelum diteliti dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR). Ada 100 sampel feses yang mengandung antigen VP6 rotavirus grup A.
Metode reverse transcription dan nested-multipleks PCR digunakan untuk mendeteksi gen VP7 (1.062 bp) dan VP4 (876 bp). Data prevalensi masing-masing serotipe P dan G dari pasien yang terinfeksi rotavirus di Jakarta Utara adalah: G1 9,3%; G2 9,3%; G3 2,1%; G9 6,2%;infeksi bersama G4 dan G9 47,4%; P[4] 12,4%; P[6] 12,4%, P[8] 32%; infeksi bersama P[6] dan P[8], 3,1%. Strain rotavirus yang paling banyak ditemukan adalah G4G9P[8] sebanyak 22,7% dan G4G9 dengan serotipe P yang tidak terdeteksi sebanyak 20,6%. Ada 8 sampel yang tidak berhasil dideteksi strainnya. Pada penelitian ini diketahui bahwa nilai tengah umur pasien strain rotavirus terdeteksi sama dengan nilai tengah umur pasien strain rotavirus tidak terdeteksi serta tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi strain rotavirus terdeteksi dan strain rotavirus tidak terdeteksi berdasarkan jenis kelamin pasien dan tingkat keparahan diare pasien (p>0,05)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32544
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Purnamawati
"Latar Belakang. Rotavirus merupakan penyebab terbesar dari penyakit diare akut pada anak balita. Gejala klinis yang ditimbulkan yaitu diare, demam, muntah, nyeri perut, dan dehidrasi. Berdasarkan hasil penelitian di dua kota tahun 2007, ditemukan 47% Rotavirus sebagai penyebab diare akut di RS Hasan Sadikin, Bandung, sedangkan di RS Dr Sardjito, Yogyakarta ditemukan 32%. Biaya pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi adanya Rotavirus sangat mahal pada laboratorium tertentu saja. Belum diketahui kemampuan mendeteksi diare yang disebabkan Rotavirus berdasarkan beberapa gejala klinis dan karakteristik anak balita dengan diare akut.
Objektif. Mengeksplorasi model prediksi untuk diagnosis diare yang disebabkan infeksi Rotavirus pada anak balita dengan diare akut dengan berdasarkan informasi gejala klinis dan karakteristik anak.
Metode. Analisis dilakukan dengan menggunakan subsampel data penelitian utama Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI yang berjudul "Identifikasi dan Uji Resistensi Mikroorganisme Penyebab Diare Pada Anak Balita di Indonesia tahun 2011". Data anak balita dengan diare yang dirawat di Rumah Sakit Umum Serang selama tahun 2012 dikumpulkan melalui kuesioner. Selain gejala klinis dan karakteristik anak, dikumpulkan juga sampel tinja untuk dilakukan pemeriksaan adanya Rotavirus dengan metode Real-Time PCR.
Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala demam, kondisi tinja cair dan karakteristik anak (meliputi umur balita dan tidak diberi ASI) dapat digunakan untuk memprediksi adanya infeksi Rotavirus pada anak balita dengan diare akut. Model prediksi untuk nilai duga positif terjadinya infeksi Rotavirus pada anak diare akut sebesar 71,43%, berdasarkan gejala klinis (meliputi demam dan kondisi tinja cair) dan karakteristik anak (umur balita dan tidak diberi ASI). Pada anak diare akut yang mengalami gejala demam, kondisi tinja cair, umur 1-12 bulan, dan tidak diberi ASI, dugaan penyebab diare akut adalah rotavirus dengan peluang sebesar 82,1%.
Simpulan dan Saran. Karakteristik anak dan beberapa gejala klinis dapat digunakan untuk menduga penyebab diare akut yang disebabkan Rotavirus. Mendasari hasil penelitian disarankan agar anak diare yang diikuti dengan demam dan kondisi tinja cair, perlu mendapat penanganan segera dengan diawali rehidrasi dan dapat dijadikan masukan bagi kebijakan dalam tatalaksana diare akut yang disebabkan Rotavirus.

Background. Rotavirus is the common cause of acute diarrheal disease in children under five years old with the several clinical symptoms such as watery stool, fever, vomiting, abdominal pain and dehydration. Based on the previous studies, the prevalence rotavirus among underfive children between 32% and 47% at two hospital in the two cities in the year 2007. Laboratory cost for examining Rotavirus is very expensive. Until now, we don?t know how accurate to predict Rotavirus as a cause of acute diarrhea among underfive children based on the information of clinical symptoms and children?s characteristics.
Objectives. The aim of this study is to explore the prediction model for diagnosing Rotavirus diarrhea among underfive children by clinical symptoms and other characteristics.
Methods. Using data from the main study of ?Identification and resistance analysis of microorganism causing diarrhea among children under five years old in Indonesia? was analyzed?. The study collected data from the questionnaire and also specimens in Serang Hospital in 2012. The analyses were completed by laboratory data from the specimens by Real-Time PCR.
Results. The results of the study found that fever, watery stools and age under 12 months without having breastfeeding can be used as prediction model of Rotavirus infections among children with acute diarrhea. The prediction model of positive predictive value of Rotavirus infection of acute diarrhea is 71,43%. The positive predictive value is fulfilled from clinical symptoms including fever and watery stools and toddlers without having breastfeeding. Children presenting acute diarrhea with fever, watery stools, age under 12 months and no breast feeding had the prediction value 82,1%.
Conclusion and recommendation. Characteristics and clinical symptoms of children underfive might be used to predict diarrhea caused by Rotavirus. Rehydration of acute diarrhea of Rotavirus infection is important step in management of acute diarrhea among underfive children.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42303
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diyah Ariyeni Widiastuti
"Salah satu faktor internal yang menentukan keberhasilan pemberian ASI eksklusif adalah pekerjaan. Hambatan ibu bekerja untuk memberikan ASI eksklusif dipengaruhi oleh faktor lingkungan (individu, organisasi, komunitas) dan hubungan interpersonal. Perawat adalah pekerjaan yang menggunakan metode kerja Shift yang beresiko banyak kendala dalam pemberian ASI Eksklusif, oleh sebab itu diperlukan upaya untuk mempertahankan ASI Eksklusif. Tujuan penelitian adalah mengeksplorasi mengenai gambaran pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan upaya mempertahankannya pada perawat kerja Shift di Rumah Sakit. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain deskriptif dan metode cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan metode Consequtif sampling, dengan responden 200 perawat kerja Shift yang mempunyai pengalaman menyusui dan usia 21 - 44 tahun. Analisis hasil penelitian menggunakan uji statistik univariat berupa perhitungan proporsi. Hasil penelitian menunjukan bahwa 82 % perawat Shift memberikan ASI Eksklusif dan hanya 46 % perawat Shift mempunyai upaya baik mempertahankan pemberian ASI Eksklusif di rumah sakit. Merekomendasikan penelitian selanjutnya dengan mencari hubungan atau analisa faktor yang memengaruhi upaya mempertahankan pemberian ASI pada perawat Shift.

One of the internal factors that determine the mother's success in exclusive breastfeeding is maternal work. The obstacles to working mothers providing exclusive breastfeeding are influenced by environmental factors (individuals, organizations, communities) and interpersonal relationships. The shift system in nurses' work generates risks of obstacles to exclusive breastfeeding, therefore efforts are needed to maintain the implementation of exclusive breastfeeding. This study aimed to explore the description of the implementation and the efforts to maintain exclusive breastfeeding in hospital nurses that work in shift systems. The type of this research is quantitative using a descriptive design and cross-sectional method. The sampling method that was used in this research was consistent sampling method. This research was conducted on 200 nurses aged between 22 and 40 years that work on shift systems and had experience on giving breastfeeding. The result’s analysis was univariate statistical tests by calculating the proportion. This study showed that 82% of shift nurses provided exclusive breastfeeding and only 46% of shift nurses had good efforts to maintain exclusive breastfeeding during their work in the hospital. Further research can be conducted by looking for relationships or analyzing factors that influence the efforts of shift-working nurses to maintain the implementation of exclusive breastfeeding."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Suryamah
"Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Di Kota Cimahi tahun 2013 kejadian diare merupakan peringkat ketiga (10,69%) setelah ISPA dan Nasofaringitis akut pada penderita rawat jalan golongan umur 0 hingga kurang dari 1 tahun. Jumlah penderita diare bayi usia kurang satu tahun pada tahun 2014 yang datang ke puskesmas di Kota Cimahi sebesar 19,53% dan balita 1-4 tahun sebesar 13,41%. Banyak faktor yang berperan penting terhadap kesakitan balita terutama kejadian diare diantaranya adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). Beberapa cara pemberian ASI antara lain dengan cara memberikan langsung kepada bayinya dan memberikan secara tidak langsung melalui ASI Perah (ASIP).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan cara pemberian ASI terhadap kejadian diare pada bayi 6-11 bulan di puskesmas Kota Cimahi tahun 2015 sebelum dan setelah dikontrol terhadap variabel pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status sosial ekonomi, hygiene makanan dan minuman, jenis kelamin, usia bayi, makanan pendamping ASI, dan status gizi.
Desain penelitian menggunakan studi kasus kontrol dimana kasus adalah bayi usia 6-11 bulan yang datang ke puskesmas dan di diagnosa sebagai kasus diare sementara kontrol diambil di puskesmas yang sama dan pada minggu yang sama serta tidak menderita diare atau bayi yang berkunjung untuk imunisasi. Perbandingan kasus kontrol yaitu 1:1 dengan jumlah sampel yang diambil sebanyak 154 untuk masing masing kelompok. Analisis multivariate menggunakan regresi logistik.
Hasil penelitian diketahui terdapat hubungan yang bermakna antara cara pemberian ASI perah dengan kejadian diare pada bayi (p=0.019). Cara pemberian ASI perah mempunyai efek proteksi/perlindungan 0.546 kali lebih kecil terhadap penyakit diare dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI langsung. Sementara pada cara pemberian bukan ASI/susu formula diketahui tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan kejadian diare (p=0.858). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara cara pemberian ASI dengan kejadian diare pada bayi setelah dikontrol variabel hygiene makanan minuman dengan p value sebesar 0.055 (95%CI 0.360-1.011) dan 0.875 (95%CI 0.360-1.011).
Diharapkan agar Dinas Kesehatan dan puskesmas dapat meningkatkan upaya promosi kepada calon ibu dan ibu bayi terutama pada hygiene makanan minuman yang digunakan bayi termasuk didalamnya Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), peningkatan upaya promosi kesehatan mengenai makanan pendamping ASI, dan perlunya sosialisasi mengenai pemberian ASI perah pada bayi untuk mendukung gerakan pemberian ASI hingga usia dua tahun.

Diarrhea disease is still a public health problem in developing countries such as Indonesia because of morbidity and mortality which is still high. On Cimahi City in 2013 the incidence of diarrhea was on third place (10.69%) after acute respiratory infection and acute nasopharyngitis on patients age group 0 to less than one year. Number of less-one-year infants with diarrhea disease who came to the public health center in Cimahi City was 19.53% and the number of 1-4 years old toddlers was 13.41% in 2014.. Many factors play an important role against children under five's illness especially diarrhea which among its are breastfeeding (breast milk). Some ways of breastfeeding are by giving directly to the baby or give it indirectly through expressed breast milk.
The purpose of this study was to determine the relationship between the way of breastfeeding and the incidence of diarrhea in infants 6-11 months in public health centers Cimahi City in 2015 before and after controlling for variables maternal education, maternal occupation, socio economic status, hygiene of food and drink, sex, age infant, complementary feeding, and nutritional status.
The study design using casecontrol study in which cases were infants aged 6-11 months who come to the public health center and was diagnosed as a case of diarrhea while control is taken at the same public health center and in the same week and do not suffer from diarrhea or infants who visit for immunizations. Case control comparative is 1: 1 with 154 chosen samples from each group. Multivariate analysis using logistic regression.
The survey results revealed significant correlation between expressed breast milk with the incidence of diarrhea in infants (p = 0.019). The expressed breast milk has a protective effect 0.546 times less protection against diarrhea compared with infants fed breast milk directly. While the not breast milk/ formula milk is known that there are no significant relationship with the occurrence of diarrhea (p = 0.858). There was no significant relationship between how breastfeeding by the incidence of diarrhea in infants after the controlled variable hygiene of food and drinks with p value of 0.055 (95% CI 0.360-1.011) and 0.875 (95% CI 0.360-1.011).
It is hoped that the department of health and public health centers can increase promotional efforts to expectant mothers and mothers of infants, especially on hygiene of food and drink for use by infants including handwashing, increased promotional efforts health on complementary feeding, and the need for socialization of giving expressed breast milk to the baby to support the movement of breastfeeding until the age of two years.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43847
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valentine
"Deteksi dan identifikasi rotavirus A menggunakan sampel feses anakanak penderita diare di Denpasar, Jakarta, Makassar, Mataram, dan Yogyakarta dilakukan di Bacterial Diseases Program US NAMRU-2, Jakarta, dari Februari hingga Mei 2008. Penelitian bertujuan mengetahui keragaman genotipe rotavirus A di Indonesia, khususnya di daerah penelitian. Responden penelitian adalah 1.726 anak berusia 1 hingga 71 bulan, terdiri atas 39,28% anak perempuan dan 60,25% anak laki-laki penderita diare yang berobat ke puskesmas atau rumah sakit dari September hingga Desember 2007. Metode deteksi dan identifikasi yang digunakan adalah seminested-multiplex RT-PCR. Deteksi terhadap rotavirus A menghasilkan prevalensi sebesar 56,89% (982 dari 1.726 sampel). Prevalensi rotavirus A pada anak perempuan (39%) lebih rendah dibandingkan prevalensi pada anak laki-laki (60,49%), dengan anakanak dalam kelompok umur 1--12 bulan memiliki prevalensi tertinggi (63,14%) dan terdapat kecenderungan penurunan prevalensi pada kelompok umur yang semakin besar. Identifikasi genotipe rotavirus A menghasilkan 5 tipe gen pengkode VP7 (genotipe G1, G2, G3, G4, dan G9) serta 6 tipe gen pengkode VP4 (genotipe P[4], P[6], P[8], P[9], P[10], dan P[11]), dengan prevalensi kombinasi genotipe tertinggi (11%) adalah G1P[8]."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S31501
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valentine
"Deteksi dan identifikasi rotavirus A menggunakan sampel feses anakanak penderita diare di Denpasar, Jakarta, Makassar, Mataram, dan Yogyakarta dilakukan di Bacterial Diseases Program US NAMRU-2, Jakarta, dari Februari hingga Mei 2008. Penelitian bertujuan mengetahui keragaman genotipe rotavirus A di Indonesia, khususnya di daerah penelitian. Responden penelitian adalah 1.726 anak berusia 1 hingga 71 bulan, terdiri atas 39,28% anak perempuan dan 60,25% anak laki-laki penderita diare yang berobat ke puskesmas atau rumah sakit dari September hingga Desember 2007. Metode deteksi dan identifikasi yang digunakan adalah seminested-multiplex RT-PCR. Deteksi terhadap rotavirus A menghasilkan prevalensi sebesar 56,89% (982 dari 1.726 sampel). Prevalensi rotavirus A pada anak perempuan (39%) lebih rendah dibandingkan prevalensi pada anak laki-laki (60,49%), dengan anakanak dalam kelompok umur 1-12 bulan memiliki prevalensi tertinggi (63,14%) dan terdapat kecenderungan penurunan prevalensi pada kelompok umur yang semakin besar. Identifikasi genotipe rotavirus A menghasilkan 5 tipe gen pengkode VP7 (genotipe G1, G2, G3, G4, dan G9) serta 6 tipe gen pengkode VP4 (genotipe P[4], P[6], P[8], P[9], P[10], dan P[11]), dengan prevalensi kombinasi genotipe tertinggi (11%) adalah G1P[8]."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>