Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151714 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ressy Imelda
"Salah satu bahaya Ssik di industri garmen adalah pajanan panas yang berasal dari alat kerja yang digunakan (setrika boiler/listrik dan rnesin press). Kondisi lingkxmgan kexja yang panas dapat mempengaruhi performansi kelja yang pada akhimya meningkatkan beban kelja dan mempemepat munculnya kelelahan dan keluhan subjektif sena menurunkan produktifitas kerja.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi hubungan pajanan panas di lingkungan kelja dengan tingkat kelelahan pekenja di bagian produksi PT. Fokus Garmindo. Populasi penelitian ini adalah selumh pekerja di PT. Folcus Garmindo, dan sebagai sampel yaitu pekelja yang mclakukan pekeljaan di bagian ironing dan printing PT. Fokus Garmindo beljumlah 53 responden, sampel diambil secara Nonrandom Sampling berdasarkan Kuota. Rancangan desain studi yaitu crosssectional dengan deskriptif analitik. Data diambil dengan 2 (dua) cara yaitu melakukan pengukuran dan wawancam dengan kuesioner. Analisa data pada penelitian ini mcnggmmakan analisa uji statistik yang ada di FKM.
Hasil penelitian diperoleh, rata-rata pajanan panas yang dilihat dad Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) di lingkungan kerja adalah 30,14°C dcngan pajanan panas (ISBB) terendah adalah 28,9°C dan pajanan panas (ISBB) tertinggi adalah 32,1°C. Hasil tingkat kelelahan mcnunjukkan, sebagian besar rcsponden mengalami kelelahan ringan yaitu sebanyak 47 orang (88,7%), sedangkan responden yang mcngalami kelelahan sedang ada 6 orang (11,3%).
Berdasarkan analisis hubungan didapatkan nilai p=0,028, berarti pada alpha 5% terlihat ada hublmgan yang signiikan rata-:ata pajanan panas di lingkungan kenja dengan tingkat keleIahan. Analisis mullivariat menunjukkan, variabel yang berhubungan bermakna (signiiikan) dan mempunyai pengamh paling besar tcrhadap tingkat kelelahan adalah variabel pajanan panas di lingkungan kelja. Odds Raiio (OR) dari pajanan panas didapat 4,403, artinya responden yang terpajau pauas lebih besar dari 30,14°C di lingkungan kerjanya akan berisiko 4 (empat) kali lebih besar mcngalami kelelahan dibandingkzm responden yang terpajan panas lebih kecil dari 30,14°C di lingkungan kegia selama 8 jam kerja.
Kesimpulan penelitian ini adalah pajanan panas di lingkungan kerja merupakan faktor yang paling dominan dan mempunyai pengamh paiing besar terhadap tingkat kelelahan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan untuk mengambi] kebijakan terutama masalah kesehatan pekegia, khususnya untuk meminirnalisasi dampak akibat dari pajanan panas di lingkungan kerja

One of physical hazard in garment industry is heat exposure from boiler/electrical iron and press machine. Hot working environment can influence work performance which cause increase work load and fatigue complaining and reduce productivity.
Objective of the research to 'rind out and evaluate correlation between heat exposure in the workplace with fatigue of workers at PT. Fokus Garmindo. Population of the research is all workers at PT. Fokus Garmindo, and as sample is workers who work in ironing and printing area of PT. Fokus Garmindo are 53 respondent. Sample is calculated with nonrandom sampling quota. Design study is cross sectional and descriptive analysis. Data is collected by two ways, to measure and interview with questionnaire. Data analysis use statistic analysis at FKM.
Result of the research, average of heat exposure which is measured from Wet Bulb Globe Temperature (WBGT) index in the workplace is 30,14°C, the lowest of WBGT is 28,9°C and the highest of WBGT is 32,1°C. Result of fatigue level showed that almost all respondent has light fatigue 47 person (88,7%) and found only 6 person (11,3%) has moderate fatigue.
According to the analysis, found p value = 0,028, mean that on 5% alpha there was signiticant relationship between heat exposure in the workplace with fatigue level. Multivariate analysis, found that heat exposure in the workplace is the most significant and has biggest influence to fatigue level (Odds Ratio (OR)= 4,403). Respondent who is influenced by heat exposure more than 3O,14°C has 4 (four) times more risk to fatigue level compare to respondent who is influenced by heat exposure less than 30,14°C for 8 working hours.
Conclusion of the research, heat exposure is the most dominant factor and has biggest influence to fatigue level. This research result is expected can help the company to taking policy on workers health, particularly to minimize eH`ect of heat exposure in the workplace.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34492
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Fety Fatayaty
"Masalah di lingkungan kerja di industri garmen adalah iklim kerja yang panas dan lembab, alat kerja (setrika Iistrik/boiler) yang dapat menghasilkan paparan panas dan kelelahan yang dialami pekerja setrika setelah bekerja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara lingkungan kerja panas dengan kelelahan pekerja setrika di PT Hansung Garmindo Mulia (PT HGM).
Pendekatan penelitian bersifat kualitatif dan kuantitatif. Metode yang digunakan adalah survei dengan Cross Sectional. Populasi dan sampel yaitu semua pekerja setrika di PT HGM berjumlah 16 orang. Langkah Penelitian dengan cara mengukur Index Suhu Bola Basah (ISBB) di 5 titik di area finishing memakai alat Dues Temp Heat Stress Monitor, mengukur denyut nadi pekerja sebelum dan sesudah bekerja, pengisian kuesioner oleh pekerja dan pengamatan Iangsung oleh peneliti.
Hasil penelitian ISBB di 5 area lingkungan kerja PT HGM adalah: 26,9" C; 27,TC; 27,9°C; 29,2?'C; dan 29,7"C, jadi semuanya berada di area slightly warm (di Iuar comfortable) Hasil pengukuran denyut nadi dalam % Cardio Vasculer Load (%CVL) dan pengisian kuesioner temyata semua pekerja setrika di PT HGM mengalami kelelahan setelah me!akukan pekerjaan dengan tingkat kelelahan ringan sampai berat. Data ISBB dan % CVL yang diperoleh dianalisis dengan Korelasi Spearman dengan (di = 15, a = 0,05), r hitung 0,577 sedangkan r tabel 0,522.
Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan antara lingkungan kerja panas dengan kelelahan pekerja setrika di PT Hansung Garmindo Mulia, dengan tingkat hubungan sedang. Saran diletakkan local exhaust, posisi tabung boiler dijauhkan jaraknya dari pekerja, desain meja setrika harus antropometri, pekerja minum air (ditambah gula & garam) 1 galas (150 ml) setiap 20 menit, posisi kerja bergantian (duduk dan berdiri) dan supervisi medic secara berkala untuk pekerja."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20779
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danang Ambar Prabowo
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi kristal asam urat urin, mencari factor-faktor risiko yang berpengaruh, dan algoritma risiko terjadinya kristal asam urat urin pada pekerja di bagian binatu, dapur utama dan dapur restoran di hotel T Jakarta. Penelitian survei analitik dengan analisis kasus kontrol terhadap 206 pekerja ditemukan prevalen kristal asam urat urin sebesar 45,2%. Pada analisis univariat terdapat hubungan bermakna antara lingkungan kerja suhu panas (pM),002), jenis pekerjaan (p),003), lama bekerja (p=,021), penyakit diabetes melitus (p),432) dan kadar asam urat darah (p.:1,04) mempertinggi terjadinya kristal asam urat urin. Bila dibandingkan dengan pekerja yang tidak terpapar panas, maka risiko terjadinya kristal asam urat urin pada pekerja yang bekerja di suhu panas 2,7 kali lebih besar(OR 2,74; 95%CI: 1,35-5,61), Setelah dilakukan analisis multivariat, risiko terjadinya kristal asam urat pada urin 8,5 kali leblh tinggi pada lingkungan kerja suhu panas dengan lama bekerja, kadar asam urat darah lebih dari 7.1 mg/dl dan interaksi lingkungan kerja lama kerja. (OR----8,49; 95% CI: 2,35-30,58). Model algoritma faktor risiko yang sesuai dengan data penelitian ini adalah lingkungan kerja suhu panas, lama bekerja, dan kadar asam urat darah lebih dari 7,1 mg/dl.

The objectives in this study are to know the prevalence of urine uric acid crystal in urine, to know the risk factors increasing the uric acid crystallization and to make suitable algorithm for the available data.The analytical survey study with case control analysis found a 45.2% uric acid urine crystallization among 206 workers. The univariate analysis found that heat exposure (p=-0.002), occupation (p=0.003), working duration (p.1.021), diabetes (p=0.032) and uric acid blood (p=0.04) were significantly related to uric acid crystallization in the urine. Workers exposed to heat have 2.7 times increased risk of having uric acid crystallization (OR==2,74; 95% CI: 1.35-5.61) compared to workers working in normal temperature. The multivariate analysis found that risk increased 8.5 times among heat exposed workers when adjusted to working duration, diabetic and uric acid blood (OR=8.49; 95% CI: 2.35-30.58)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mitha Theresia
"Kebisingan merupakan bunyi yang tidak diinginkan dan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, salah satunya kelelahan pada pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pajanan kebisingan dengan tingkat kelelahan kerja pada pekerja di station produksi stamping PT X Plant Jakarta. Penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 125 orang pekerja. Data kebisingan didapatkan melalui data sekunder perusahaan yang melakukan pengukuran rutin melalui dokumen monitoring measurement. Data kelelahan pekerja didapatkan dengan menggunakan data primer melalui kuesioner alat ukur perasaan kelelahan kerja (KAUPK2) yang sudah teruji validitasnya. Variabel lain sebagai karakteristik pekerja (usia, masa kerja, shift kerja, dan status gizi ) juga diamati dalam penelitian ini. Berdasarkan uji statistik menggunakan uji chi-square, didapatkan hubungan signifikan antara pajanan kebisingan dengan tingkat kelelahan kerja (p-value=0.033, OR=2.333). Didapatkan pula hasil yang signifikan dengan kelelahan kerja yaitu usia (p-value=0.029, OR=2.365) dan shift kerja (p- value=0.008, OR=2.865). Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa kebisingan diatas NAB meningkatkan risiko pekerja mengalami kelelahan kerja terutama pada pekerja usia tua dan pekerja shift malam.

Noise is unwanted sound and can cause health problems, one of which is work fatigue. This study aims to analyze the relationship between noise exposure and fatigue levels of workers at the stamping production station of PT X Plant Jakarta. The study used quantitative research methods with cross-sectional studies. The number of samples in this study are 125 workers. Data of noise is obtained from secondary data of companies that carry out routine measurements through monitoring measurement documents. Worker fatigue data was obtained using primary data through a questionnaire measuring feelings of work fatigue (KAUPK2) which had been tested for validity. Other variables as worker characteristics (age, length of work, shift work, and nutritional status) were also observed in this study. Based on statistical tests using the chi-square test, there was a significant relationship between noise exposure and work fatigue (p-value = 0.033, OR = 2.333). Also obtained significant results with work fatigue, namely age (p-value = 0.029, OR = 2.365) and work shift (p-value = 0.008, OR = 2.865). Based on result of the study, show that noise above NAB increases the workers risk of work fatigue, especially in old age workers and night shift workers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heny D. Mayawati
"Stres terjadi pada hampir semua pekerja, baik tingkat pimpinan maupun pelaksana. Tempat kerja yang lingkungannya tidak baik, sangat potensial untuk menimbulkan stres bagi karyawannya. Slres di Iingkungan kerja memang tidak dapat dihindarkan, yang dapat dilakukan adaiah bagaimana mengclola, mengatasi atau menoegah tenjadinya stres tersebut sehingga tidak mengganggu pekerjaan. Untuk dapat mengelola dan mengatasi stres, perlu dilakukan identifikasi terhadap sumber atau penyebab stres atau stressor. Maka dalam penelitian ini ditujukan untuk mengctahui pengamh strcsor faktor fisik di lingkungan kerja terhadap stres kezja. Tujuan penelitian ini untuk diketahuinya hubungan Pajanan faktor Hsika di Iingkungan kerja dengan stnes kerja pada karyawan di bagian Spining PT. SCTI. Populasi penclitian ini meliputi karyawan di PT. SCTI, dan sebagai sampel yaitu karyawan yang bekenja di bagian spinning PT. SCTI dengan masa keja kurang dari 6 bulan dan berumur lebih dari 20 tahun berjumlah 95 responden, sampel diambil secara .Sjrsrem Random Sampling (SRS). Rancangan desain studi yaitu cross-sectional dengan menggunakan deskriptif analitik. Data diambil dengan 2 (dua) cara yaitu melakukan pengukuran dan wawancara dengan kuesioner. Analisa data pada penelitian ini menggunakan program analisis yang ada di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Hasil penelitian ini adalah Prevalensi stres kerja 64,7 %, Pajanan intensitas kebisingan lebih dari 90 dB berhubungan bermakna dengan stress kerja dan tidak menggunakan Alat Pelindung telinga berhubungan bermakna terhadap pcningkatau stres keda. Model akhir regresi Iogistik ganda menunjukkan kebisingan Iebih dari 90 dB mempunyai potensi 4 (empat kali) terhadap kejadian stres kerja dan tenaga kelja yang tidak menggunakan alat pelindung telinga mempunyai potensi 2 (dua kali) terhadap kejadian stres kenja. Simpulan dari penelitian ini adalah, pekerja yang terpajan kebisingan lebih berisiko terhadap stress kerja dari pada yang terpajan panas maupun yang pencahayaan di tempat kerjanya kurang. Penggunaan Alat Pelindung Telinga mampu mengurangi stres keja akibat kebisingan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membanw perusahaan untuk mengambil kebiiakan terutama bidang kesehatan kerja, khususnya penyediaan sarana penunjang lingkungan kexja yang nyaman dan aman sehingga mampu mengurangi dampak akibat pajanzm faktor fisika di lingkungan kelja, memberikan masukan kepada pemerintah terutama pengaruh pajanan kebisingan, pencahayaan dan iklim kerja panas bagi tenaga kerja sehingga dapat digunakan sebagai tambahan acuan dalam penyusunan program perlindungan terhadap tenaga kerja dan pengawasan pelaksanaan peraturan perundangan ketenagakerjaan.

Stress has occurred almost in all workers, from executive level to administrative level. A work place having unstable environment may be potential to cause stress for its workers. Stress occurred in a work environment indeed cannot be avoided, something that can be done is how to manage, cope with or avoid stress in order not to impinge on any work. To manage and cope with such stress, it requires the identification of stress sources or causes or stressor. ln this research, it is aimed at the knowledge of stressor effect to physical factors in the work environment towards the work stress. The intention of this research is to know the existence of Physical Factors Exposure relation in the work environment with occupational sttrw to the workers of Spinning division at PT. SCTI. The population of this research involves workers of PT. SCH, and the samples are workers of Spinning division, PT. SCTI. The respondents totaled ninety-five must have worked more than six (6) months and be more than twenty (20) years of age. Samples were drawn by System Random Sampling (SRS). The study design is cross-sectional by means of analytic description. Data was gathered by two methods, viz. carrying out measurement and interview by questionnaires. Data analysis to this research used analysis program existing in Faculty of Publich Health The results of research are as follows Prevalence stress at work 64,7 %, the noise intensity of more than 90 dB is in significant relation with work stress and the use of car Protective Equipment is in significant relation with the reduction in work stress. The latest model of double logistic regression indicating the noise of more than 90 dB has a four-time potency to work stress and workers who do not use ear protectors have a two- time potency to work stress. The conclusion of this research is workers exposed by noise have more work stress risks than that exposed by heat and less illumination. The use of Ear Protective Equipment is able to reduce work stress caused by noise. The result of this research can aid the company to take a policy in the field of work health, especially providing the support equipments for comfortable and peace working environment, therefore it can decrease the impact of exposure effect on physical factor at work environment, to give input to the govemment mainly the influence of noise exposure, shining and heat for the workers, then it can be used as the additional reference in arranging the protection program towards the workers and inspecting the performance of the rules and regulation of the workers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34356
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Sawitri Vanani
"PT Multistrada Arah Sarana, Tbk sebagai perusahaan penghasil ban mempunyai salah satu area produksi yang mengeluarkan suhu yang cukup panas yaitu area produksi Departemen Curing. Area curing adalah bagian produksi yang melakukan pemasakan ban setengah jadi (green tire) menjadi ban jadi. Pada saat proses tersebut dibutuhkan suhu dengan panas rata-rata 200°C, sejumlah tekanan dan waktu tertentu. Proses pemasakan ini menggunakan operator manusia dalam mengoperasikan mesin. Adanya interaksi antara manusia dan mesin tentunya memberikan efek pada manusia. Pada area produksi ini salah satu hazard (bahaya) yang terasa adalah pajanan panas lingkungan kepada pekerja, oleh karena itu penulis ingin mengetahui gambaran tekanan panas dan keluhan subyektif pekerja dibagian Curing.
Penelitian ini menggunakan metode observasional, dengan pendekatan cross sectional, dan bersifat kualitatif. Variabel yang di amati adalah kondisi cuaca kerja dan panas metabolisme yang akan menggambarkan tekanan panas yang dialami pekerja. Lalu di ikuti dengan pengumpulan data primer dengan kuesioner yang akan menggambarkan keluhan pekerja pada waktu yang sama Nilai Indeks Suhu Bola Basah rata-rata yang terdapat pada area Curing adalah 29,89°C.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa telah terjadi tekanan panas pada area Curing, karena nilai ISBB yang terdapat pada area Curing telah melebihi Nilai Ambang Batas sesuai dengan standar yaitu Kep-51/Men/1999. Tekanan panas dan keluhan subyektif pada bagian Curing, seyogyanya dilakukan sistem ventilasi yang lebih memadai, evaluasi program aklimatisasi pada pekerja sehingga dapat meminimalkan dampak tekanan panas pada pekerja serta lebih mengoptimalkan fasilitas-fasilitas untuk mengurangi dampak panas seperti ruangan dingin sebagai tempat istirahat para pekerja, penyediaan air minum yang lebih sering untuk pekerja, serta pelatihan-pelatihan mengenai bekerja di lingkungan panas dan dampak tekanan panas pada pekerja."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rani
"Pajanan bising di tempat kerja merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi terjadinya penurunan fungsi pendengaran seseorang. PT. Indomobil Suzuki International (PT. ISI) Plant Cakung sebagai salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang otomotif khususnya dalam memproduksi dan merakit komponen-komponen engine kendaraan roda dua dan roda empat dalam jumlah yang besar setiap harinya, tidak terlepas dari pajanan bising akibat penggunaan mesin mesinindustri yang mengeluarkan bising dalam setiap proses produksi.
Section Produksi Assembling (2W) merupakan salah satu section di PT. ISI Plant Cakung yang memiliki pajanan bising yang berpotensi menimbulkan gangguan pendengaran pada pekerjanya. Berdasarkan data pengukuran kebisingan ruang kerja Bulan Maret tahun 2008, beberapa area kerja di section ini, khususnya area pencucian crank case Assembling Line 1 dan Sub Assy Crank Shaft memiliki tingkat bising > 85 dBA. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melihat dosis pajanan bising harian yang diterima pekerja dan keluhan pendengaran yang dirasakan pekerjaselama bekerja di section tersebut.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif dengan menggunakan desain studi cross sectional dan dilakukan di PT. ISI Plant Cakung khususnya di section produksi Assembling (2W), yang berlokasi di Jl. Raya Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur dan dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2008 selama 1 bulan. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja yang terlibat secara langsung dalam proses perakitan komponen engine kendaraan bermotor roda dua yaitu operator perakitan di Assembling Line 1, 2, 3, 4, dan Sub Assy Crank Shaft,dengan besar sampel sebanyak 146 orang.
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengukuran dosis pajanan bising pada pekerja, yang secara langsung dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan alat ukur Noise Dosimeter Quest-400 dan pembagian kuisioner kepada pekerja yang telah dinyatakan sebagai sampel penelitian. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini berupa gambaran umum PT. ISI Plant Cakung beserta alur proses produksi dan deskripsi lokasi penelitian, aktivitas kerja, waktu kerja, shift kerja, dan jumlah pekerja secara keseluruhan, yang diperoleh dari dokumen tertulis dan Indomobil Suzuki Operational Standard (ISOS) yang terdapat di Section Produksi Assembling (2W).
Dari hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu nilai dosis pajanan bising harian pada seluruh sampel pekerja yang diukur, melebihi 100 %. Terdapat sekitar 21,9 % pekerja yang dijadikan sebagai sampel penelitian, mengalami keluhan pendengaran subjektif. Jenis keluhan pendengaran yang secara subjektif sering dirasakan oleh pekerja adalah telinga berdenging, kesulitan berkomunikasi baik secara langsung maupun melalui telepon, dan perbedaan persepsi daya dengar antara sebelum dan sesudah bekerja. Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya keluhan pendengaran yang dirasakan pekerja pada masing-masing area kerja adalah usia dan masa kerja. Saran-saran yang dapat diberikan peneliti dalam menurunkan kejadian keluhan pendengaran pada pekerja akibat pajanan bising ini adalah dengan menerapkan Program Pemeliharaan Pendengaran (Hearing Conservation Programme)."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Rahmah
"Sektor industri kecil menengah saat ini mencapai angkatan kerja yang terbilang cukup besar jumlahnya. Di sektor inilah terdapat lingkungan kerja yang kurang baik dan kurang mendapat perhatian dalam perlindungan tenaga kerja khususnya masalah kesehatan. Keterbatasan dalam hal pemeliharaan kesehatan, beban kerja yang berat dan minimnya pelayanan kesehatan menyebabkan mudahnya pemajanan bahaya-bahaya yang ada di lingkungan kerja. Industri garmen yang tergolong industri kecil menengah di kawasan Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung telah menempati 60% unit yang tersedia. Ini perlu mendapat perhatian lebih karena industri ini potensial berbahaya dalam proses produksinya, mulai dari memotong bahan, menjahit, sampai membuang benang tidak luput dari peran debu di tempat kerjanya. Debu total yang terdapat di udara lingkungan kerja potensial bahaya jika terpajan secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini bisa menyebabkan gangguan pernapasan hingga akhirnya mengakibatkan menurunnya fungsi paru.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ?gambaran fungsi paru pada pekerja CV. Silkids Garmindo, tahun 2008?. metode penelitian menggunakan metode semi kualitatif dengan pendekatan Cross Sectional.
Hasil penelitian menunjukkan fungsi paru pekerja CV. Silkids Garmindo mengalami kelainan (restriktif ringan dan restriktif sedang). Karena keterbatasan penelitian dalam hal pemeriksaan spirometri, maka diperlukan penelitian lebih lanjut. Disarankan perlu adanya upaya perlindungan tenaga kerja dengan pelayanan kesehatan yang memadai, penyediaan masker oleh pihak perusahaan, dan penyuluhan kesehatan (atau pelatihan) yang berkelanjutan untuk meminimisasi penurunan fungsi paru serta memotivasi pekerja untuk hidup sehat."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Syafira
"Kurangnya pencahayaan di tempat kerja berdampak pada kesehatan mata. Penelitian ini membahas tentang gambaran tingkat pencahayaan terhadap keluhan subjektif kelelahan mata pekerja di ruang security and safety PT. XYZ tahun 2016. Penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan desain studi cross sectional. Data didapat dari penyebaran kuesioner dan melakukan pengukuran tingkat pencahayaan di ruang kerja yang kemudian dibandingkan dengan tingkat pencahayaan yang ada pada KepMenKes No.1405/MENKES/SK/XI/2002. Hasil penelitian menunjukkan tingkat cahaya 81,3% tidak memenuhi NAB dan mengalami keluhan mata sebesar 87,5%. Faktor tampilan layar monitor dan kelainan refraksi memiliki hubungan yang signifikan terhadap kelelahan mata.

The lack of illumination in the workplace have an impact on eye health. This study are discussed about illumination level overview based subjective complaints on eyestrain workers in the security and safety's room of PT. XYZ year 2016. The study are descriptive by using cross sectional study design's approach. Data have been obtained from questionnaires and measuring of the illumination's level in the workspace and then compared with the illumination's level standard based on Kepmenkes No.1405/Menkes/SK/XI/2002. Based on the research showed that 81.3% of the lighting's level didn't meet NAB (Illumination's Threshold Value) and experiencing eye's complaints reach out to 87.5%. Factors of display's screen and abnormal refraction have a significant impact to human's eyestrain.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64294
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trise Kurniasari
"Latar Belakang: Performans dan kesehatan pekerja terpajan panas bergantung pada tiga aspek, yaitu heat strain, status hidrasi dan penyakit yang berhubungan dengan panas.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan prevalensi kelelahan kronik pada pekerja dengan pajanan tekanan panas ge;30°C dan pajanan panas

Background.The performance and health of heat exposed workers depends on three aspects, namely heat strain, hydration status and heat related disease. The purpose of this study was to examine the differences in the prevalence of chronic fatigue in workers with exposure to heat pressure ge 30°C and heat exposure "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>