Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112611 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I.G.A.A. Jackie Viemilawati
"Selama ini isu kesehatan mental ditujukan kepada masyarakat umum diluar para praktisi kesehatan mental itu sendin, sepeni psikolog klinis, psikiater, konselor, dokter, dan pekerja kemanusiaan. Sudah saatnya masalah kesehatan mental juga berfokus pada para praktisi itu sendiri. Pekerjaan yang membutuhkan perhatian (empali) terhadap rnasalah-masalah yang dialami klien ternyata menimbulkan suatu resiko tertentu. Dari hasil penelitian Urquiza dkk (1997), efek dan kegiatan mewawancara, misalnya antara terapis dan kiien misalnya dengan materi wawancara tertentu, bisa menimbulkan stres yang termanifestasi da1am berbagai perilaku terapis. Misalnya enggan bertemu dengan klien, kurang kontak mata, mengalami keielahan, kekurangan tidur, menarik diri, ingin menangis mudah marah, sehingga kemudian mengganggu hubungan dengan teman kerja dan keluarga serta performa kerja.
Penelilian Stamm dan Figley (1997) pada terapis yang menangani klien yang mengalami trauma juga mendukung hal itu. Menurut mereka dalam menangani klien trauma,seorang terapis juga bisa mengalami simtom-simtom yang hampir sama dengan yang dialami oleh kliennya. Karena simtom di dapat secara sekunder melalui paparan oerila Idien yang mengaiami trauma, make fenomena tersebut dinamakan Secondary Traumatic Stress.
Mengingat pentingnya isu tersebut, dibuatlah sebuah alat asesmen yang dimaksudkan untuk mengukur tingkat bumout dan compassion fatigue - istllah yang diajukan oleh Stamm dan Figley untuk kelehahan emosi dan fisik akibat pekerjaan yang memberikan perhatian (empati) - pada para pekerja kemanusian, praktisi kesehatan mental umumnya. Selain itu, dua aspek yang diukur diatas,juga untuk mengetahui tingkat compassion satisfaction (kepuasan kerja) selama menangani klien Alat ini digunakan untuk mengetahui keadaan kesehatan mental para pekerja kemanusiaan selama kurun waktu tertentu dan bersifat self administered, untuk dapat digunakan sebagai feedback apakah seseorang memerlukan bantuan konseling atau tidak untuk mengatasi masalah-masalah yang ditimbulkan sebagai akibat dari pekerjaan membantu klien.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa perlu untuk melakukan adaptasi alat yang disebut Professional QuaIity of Life: Compassion Fatigue & Satisfaction Subscale RIII (Pro-QOL) tersebut untuk kepentingan para praklisi kesehatan mental di Indonesia. Peneliti menggunakan sampel populasi Mahasiswa Magister ProfesiK1inis Dewasa Fakultas Psikologi UI Angkatan 2002, dengan alasan mereka juga melakukan pekerjaan kesehatan mental dalam menangani sebelas kasus klien di berbagai institusi Peneiitian ini diolah dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Hasil berupa skor para subyek tersebut yang diperoleh dari alat tes Pro-QOL yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, disesuaikan dengan populasi dan sudah mendapat pertimbangan dari expert judgement. Selain skor, para subyek membenarkan komentar mengenai alat tes itu secara teknis sehingga diperoleh masukan mengenai kelebihan dan kelemahan dari alat tes tersebut dari sisi e!emen-elemen tes (instruksi, penyusunan kalimat dan ukuran respon reaksi). Selanjutnya, dilakukan wawancara terhadap beberapa subyek, berkenaan dengan pengalaman-pengalaman para subyek yang berhubungan dengan pemyataan-pemyataan dalam alat tes untuk mendapat informasi yang lebih kaya mengenai pengalaman subyek tentang pekerjaan yang telah dilakukan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 23 subyek, 10 subyek potensial mengalami compassion satisiaction, Kemudian 8 subyek Iainnya diluar 10 orang diatas, beresiko mengalami bumout. Artinya, secara akumulatif, kedelapan subyek tersebut karena muatan kerja secara kese|uruhan mereka mengalami kelelahan Termasuk di dalam 8 orang tersebut, 3 orang juga sekaligus beresiko mengaiami compassion fatigue. Artinya, selain mengalami keielahan yang diakibatkan oleh pekerjaan secara keseluruhan, pada kasus-kasus tertentu mereka juga mengalami pengalaman yang menunjukkan bahwa mereka mengalami kelelahan karena mated dan kasus yang bersangkutan. Sedangkan yang beresiko mengalami compassion faiigue saja, tanpa mengalami resiko burnout hanya 1 orang. Dan hasil ini, maka disarankan agar ada sutu program yang kontinu, misalnya konseling atau support group bagi para mahasiswa yang sedang menjaiani program pendidikan Psikologi Klinis untuk mengatasi masalah-masalah yang mereka alami seiama bekerja. Sedangkan untuk aiat tes itu sendiri secara teknis masih memeriukan penyempumaan dalam penyusunan kalimat dan ukuran respon yang sesuai sehingga bisa dilakukan langkah adaptasi tes benkutnya dari segi kuantitatif untuk memperoleh keajegan daiam validitas dan reliabilitas suatu alat tes yang lebih baik."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Trie Imanti
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
S2249
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aini Nur Komarawati
"Penelitian mengenai perbandingan tingkat peminjaman koleksi buku berdasarkan tahun angkatan mahasiswa telah dilakukan di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (FPsi-UI), pada bulan April dan Juni 1992. Tujuannya ialah : (1) Untuk membantu perpustakaan setempat dalam mengenali kelebihan dan kekurangannya sehubungan dengan kegiatan peminjaman koleksi buku ; (2) Untuk membantu perpustakaan FPsi-UI menentukan kebijaksanaan dalam pembinaan dan pengembangan koleksi perpustakaan. Pengumpulan data dilakukan melalui jajaran peminjaman ko_leksi untuk mahasiswa. Jajaran peminjaman ini merupakan data-data yang berisi catatan peminjaman koleksi buku oleh anggota perpustakaan. Kegiatan penelitian ini mempunyai sasaran yaitu:(1) Gambaran perbandingan tingkat peminjaman koleksi buku FPSI-UI oleh mahasiswanya berdasarkan tahun angkatan; (2) Tingkat kebu_tuhan tertinggi dan terendah peminjaman koleksi buku untuk pembi_naan pengembangan koleksi. Teknik analisa datanya menggunakan perhitungan prosentasi. Teknik penyajian datanya menggunakan tabulasi. Hasilnya menunjukkan semakin lama masa studi, semakin ba_nyak jumlah buku yang dipinjam oleh mahasiswa, karena semakin lama (semakin ke atas tingkatnya), semakin banyak dituntut oleh tugas mandiri yang membutuhkan sarana perpustakaan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S14909
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu A. Fiantoro
"ABSTRAK
Fakultas Psikologi UI mempunyai Iebih dari 10% mahasiswa yang
memiIiki IPK (indeks prestasi kumulatif) kurang dari 2.00. Kondisi ini tidak hanya
menunjukkan rendahnya prestasi akademik sebagian mahasiswa Fakultas
Psikologi UI saja, tapi juga menunjukkan bahwa mereka terancam untuk tidak
dapat melanjutkan pendidikannya. Rendahnya prestasi akademik memiliki
pengaruh yang Iebih Iuas Iagi yaitu ketidakefisienan kegiatan pembelajaran.
Upaya untuk meningkatkan prestasi akademik mahasiswa Fakultas
Psikologi UI dilakukan oleh pihak fakultas, baik dengan kebijaksanaan-
kebijaksanaan yang diberikan maupun melalui peran PA (penasehat akademik).
Berbagai alasan akan dikemukakan oleh mahasiswa jika ditanyakan
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademiknya. Proses
mencari penyebab sesuatu atau peristiwa ini disebut atribusi kausal (Fiske &
Taylor, 1991). Atribusi kausal rpemiIiki dimensi kausalitas (internalitas),
kontrolabilitas serta stabilitas. Atribusi kausal dapat meramalkan bagaimana
motivasi, sikap serta Iangkah-Iangkah yang akan dilakukan pada masa yang
akan datang. Weiner(1988) menyimpulkan bahwa mahasiswa yang berpresiasi
dalam ujian biasanya memiliki atribusi kausal yang kausalitasnya Iebih internal,
terkontrol serta stabil dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak berprestasi.
Penelitian ini berusaha memberikan gambaran dimensi atribusi kausal
pada mahasiswa Fakultas Psikologi UI yang memiliki prestasi rendah (IPK <
2,00) dan prestasi tinggi (IPK > = 3,00). Kedua kelompok ini kemudian
dibandingkan untuk melihat apakah ada perbedaannya. Untuk mengetahui
dimensi-dimensi atribusi kausal digunakan alat dari Russel (1992) yang disebut
Causal Dimension Scale Il (CDSII) yang terdiri dari 12 item.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi atribusi kausal pada
mahasiswa yang berprestasi akademik rendah adalah : memiliki kausalitas yang
internal, dan kontrolabilotas yang personal serta cenderung tidak eksternal, dan
tidak stabil. Mahasiswa berprestasi akademik tinggi memiliki dimensi: kausalitas
yang internal, memiliki kontrolabilitas yang personal serta cenderung tidak
eksternal, dan tidak stabil. Perbedaan antara dua kelompok ini pada
stabilitasnya. Walaupun kedua kelompok memiliki dimensi yang tidak stabil, pada
kelompok mahasiswa berpresiasi rendah stabilltasnya Iebih rendah daripada
kelompok mahasiswa berprestasi tinggi.
Dalam pembahasan atribusi kausal tidak pernah Iepas dan reaksi emosi
seseorang dalam menghadapi keberhasilan maupun kegagaIannya, oleh karena
itu, untuk penelitian selanjutnya disarankan mengkaitkan secara khusus pada
reaksi emosi seseorang pada atribusi kausal yang diberikan pada keberhasilan
maupun kegagalannya. Selain itu sebaiknya untuk mengetahui reaksi emosi
yang muncul digunakan pertanyan-pertanyaan terbuka."
1998
S2677
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fiskawati Prasetyaningsih
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1987
S2108
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melok Roro Kinanthi
"ABSTRAK
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak henti-hentinya dihadapkan pads berbagai macam masalah. Individu yang memiliki karakteristik kepribadian tertentu tampaknya mampu mengatasi dan beradaptasi dengan masalah yang dihadapinya tanpa hams terkena dampak negatif dad hal tersebut. Salah satu faktor yang mempengaruhi hal ini adalah problem solving appraisal yang dimiliki individu, yaitu bagaimana individu menilai kemampuan dirinya dalam menyelesaikan suatu masalah. Hasil penelitian menunjukan adanya korelasi antara ketrampilan individu dalam memecahkan masalah yang dihadapi dengan simtom -simtom depresi, kenutusasaan, ataupun ide bunuh diri.
Corey (1977) mengemukakan setiap psikolog memiliki blind spot,
dimana masing-masing memiliki masalah pribadi yang belum terselesaikan,
yang kemungkinan akan mempengaruhi efektivitas psikolog dalam menjalankan tugasnya. Gunarsa (2001) mengajukan pertanyaan: apakah seorang psikolog yang sedang memiliki masalah di dalam kehidupan pribadinya sendiri dapat membantu orang lain mengatasi masalah pules?
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran problem solving appraisal pads mahasiswa Magister Profesi Psikologi Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan instrumen problem solving inventory yang diformulasikan oleh Heppner sebagai alat untuk mengetahui penelaian individu terhadap kemampuan dirinya dalam menyelesaikan masalah. Pendekatan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Selain itu, pendekatan kualitatif jugs diperlukan dalam mengolah data pendukung berupa hasil wawancara subyek tertentu. Subyek penelitian ini berjumlah 43 orang yaitu mahasiswa Magister Profesi Psikologi Universitas Indonesia yang telah atau sedang menempuh mass Mayor Praktik-Institusi.
Teknik sampling yang digunakan adalah insidental sampling dimana subyek diambil berdasarkan ketersediaan dan kemudahan (Guilford & Fruchter, 1987).
Metode validitas yang digunakan adalah construct validity melalui teknik internal consistency dan menggunakan rumus pearson product moment.
Metode validitas yang digunakan adalah construct validity melalui teknik internal consistency dan menggunakan rumus pearson product moment. Uji reliabilitas dilakukan melalui pendekatan single form reliability dengan
menggunakan rumus koefisien cronbach alpha.
Basil uji validitas dan reliabilitas menunjukkan mayoritas item pads alat ukur ini rnemiliki koefisien validitas yang cukup memuaskan yaitu r > 0,2. Hanya lima item yang koefisien validitasnya r < 0,2 (yaitu item no.4, 7, 8, 15, dan 32). Sementara itu reliabilitas yang dihasilkan juga cukup memuaskan (a = 0,8578).Wawancara yang dilakukan kemudian terhadap reponden dengan skor terendah dan responden dengan skor tertinggi menunjukan adanya perbedaan problem solving appraisal yang signifikan diantara keduanya. Dengan demikian dapat disimpulkan item-item yang ada telah telah benar-benar mengukur konstruk yang ada di tiap-tiap kategori serta cukup dapat menunjukkan perbedaan antar subyek pads aspek yang diukur.
Adapapun gambaran problem solving appraisal mahasiswa Magister Profesi Psikologi Universitas Indonesia yang menjadi sampel penelitian ini adalah: sebanyak 11 responden (25,58%) memiliki skor total Problem Solving Inventory kategori rendah. Dengan demikian, individu tersebut memiliki penilaian yang positif terhadap kemampuan mereka dalam menyelesaikan suatu masalah. Sebanyak 29 orang (67,44%) memperoleh skor total Problem Solving Inventory kategori menengah.
Hal ini berarti individu yang bersangkutan menilai kemampuan diri mereka berada pada tingkatan rata-rata dalam menyelesaikan suatu permasalahan secara efektif. Hanya 3 responden (6,98%) yang memiliki jumlah skor keseluruhan Problem Solving Inventory yang tergolong tinggi. Hal ini menunjukan mereka memiliki penilaian yang negatif terhadap kemampuan mereka dalam memecahkan suatu masalah secara efektif.
Diperlukan revisi terhadap penulisan kelima item yang memperoleh koefisien validitas r < 0,2, untuk selanjutnya dapat pula dilakukan penelitian lanjutan untuk menguji kembali item-item yang telah direvisi tersebut. Secara umum, alat ukur Problem Solving Inventory menghasilkan validitas dan reliabilitas yang cukup baik, sehingga peneliti menyarankan penggunaan alat ukur ini dalam bidang klinis."
2007
T17829
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Fausiah
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 2008
616.89 FIT p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Fausiah
Jakarta: UI-Press, 2007
616.89 FIT p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Fausiah
Jakarta: UI-Press, 2014
616.89 FIT p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>