Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93560 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farid Fadli
"Tesis ini membahas pengostruksian realitas kehidupan para imigran di Amerika oleh Wayne Kramer melalui film yang berjudul Crossing Over (2009). Hasil pengostruksian (film) tersebut mengandung pesan-pesan akan adanya mitos-mitos (innocence, islamophobia, American dream, dan unlimited opportunities) yang diyakini oleh orang Amerika dan non Amerika. Kramer berupaya mengritisi mitosmitos tersebut melalm plot-plot dalam filmnya. Penelitian tesis int menggunakan metode kualitatif dengan ancangan konstruksionis yang menekankan pada interpretasi penulis dalam memahami pesan-pesan yang disampaikan oleh pembuat film. Dengan menggunakan ancangan konstruksionis, penulis melakukan analisis berdasarkan pengalaman pribadi dan budaya sehingga menemukan adanya pesan-pesan melalui pengonstruksian mitos-mitos Amerika oleh pembuat film. Dalam memahami pengonstruksian mitos tersebut, penulis melakukan analisis teks dengan ancangan semiotik Roland Barthes. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa melalui Crossing Over, Wayne Kramer berusaha untuk mengkritik keyakinan orang Amenka dan non Amerika bahwa adanya masalah di masyarakat Amerika dikarenakan kepercayaan mereka akan mitos-muitos tersebut.

This thesis discusses about the construction of reality of immigrants’ lives reality in America, depicted by Wayne Kramer through a film, entitled Crossing Over (2009). This construction contains the messages of myths that are believed by American and non American citizens which are innocence, islamophobia, the American dream, and unlimited opportunities. Kramer attempts to criticize these myths through the plots in his films. This research uses qualitative methods with a constructionist approach that emphasize on the researcher’s interpretation in understanding the messages that are conveyed by the film maker (Kramer). By using a constructionist approach, the researcher conducted the analysis based on his personal and culture experience. This analysis showed that the film maker sent the messages through the constmiction of ' American myths. In understanding the construction of myths, the researcher conducted texts analysis through Roland Barthes’ semiotic approach. The results of this study concluded that through Crossing Over, Wayne Kramer tries to criticize the beliefs of Americans and non-Americans on these myths. "
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2010
T33325
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Colbert, David
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006
813 COL d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Yulianto
"Bagi masyarakat Kalimantan Selatan, mitos berbasis sungai memberikan kesadaran untuk bersahabat dengan sungai. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui wujud mitos-mitos berbasis sungai yang terdapat dalam cerita masyarakat Kalimantan Selatan serta makna yang terkandung dalam mitos-mitos berbasis sungaiyang terdapat dalam cerita rakyat Kalimantan Selatan dan apa makna yang terkandung dalam mitos-mitos berbasis sungai tersebut. Kajian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik kajian pustaka. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa wujud mitos-mitos dalam cerita rakyat Kalimantan Selatan dapat berupa kelahiran tokoh dan keberadaan binatang tertentu serta makna-makna mitos berkaitan dengan keberadaan tokoh-tokoh mitos tersebut."
Ambon: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2017
400 JIKKT 5:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Randall, Clarence B.
Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1998
658 RAN m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kruszelnicki, Karl
Jakarta: Gramedia, 2005
500 KRU m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hamidi
"BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkenalan saya dengan nama Abdulkadir Jailani bukan suatu hal yang baru, melainkan suatu pertemuan yang sudah lama berlangsung. Sejak kecil saya telah mengenal nama tokoh ini dengan akrab. Setiap habis panen kakek saya selalu menyelenggarakan pembacaan riwayat hidup Abdulkadir Jailani yang kami sebut nadar. Peristiwa seperti ini dapat berulang lagi sebelum panen musim mendatang, jika ada peristiwa luar biasa seperti, sembuh dari sakit keras atau ada anggota keluarga yang terlepas dari musibah yang besar. Demikian juga tatkala salah seorang saudara saya ada yang menikah, sunatan anak laki-laki, atau memperingati tujuh bulan kandungan anak pertama, maka pembacaan riwayat hidup Abdulkadir Jailani kembali digelar.
Penyelenggaraan nadar ini sangat disukai anak-anak karena pada peristiwa ini biasanya banyak makanan yang enak-enak. Untuk nadar biasanya nenek saya menghidangkan makanan yang lebih banyak dan lebih khusus dari makanan yang dihidangkan dalam acara tahlilan biasa. Kesukaan lain pada acara ini adalah berkumpul bersanta teman dan tetangga dalam suasana yang menyenangkan. Sebelum acara dimulai, anak-anak dapat bergurau dengan leluasa asal saja suara kami tidak melebihi suara orang tua-tua yang juga sedang berbincang-bincang. Gurauan kami ini akan terhenti seketika, kalau acara akan dimulai.
Bertahun-tahun kemudian, tepatnya setelah penataran Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian UI pada tahun 1987, timbul pertanyaan-pertanyaan yang selama ini tidak terpikirkan. Mengapa nadar kali itu begitu mengakar pada masyarakat kami dengan latar belakang penyelenggaraan yang berlainan, tetapi dengan satu tata cara yang sama? Pertanyaan ini muncul karena tradisi pembacaan riwayat hidup ini bukan hanya dilaksanakan oleh tetangga-tetangga satu kampung, melainkan juga dilakukan oleh tetangga-tetangga di luar kampung kami. Pertanyaan lain yang muncul mengikuti pertanyaan pertama adalah tentang tokoh utamanya. Mengapa riwayat hidup yang dibaca itu riwayat hidup Abdulkadir Jailani dan bukan riwayat hidup Nabi Muhammad? Bukankah Nabi Muhammad merupakan tokoh ideal yang semua perilaku hidupnya harus dicentoh oleh setiap muslim?
Sebelum kedua pertanyaan ini menemukan jawaban yang tepat, tiba-tiba muncul jawaban yang lain dari Imran AM lewat bukunya Kitab Manakib Syekh Abdul Qadir Jaelani Merusak Aqidah Islam (1984). Seperti yang sudah tergambar dari judulnya, buku ini berisi sorotan pengarang atas kitab yang selama ini selalu dibaca di kampung saya. Secara garis besar buku ini terbagi ke dalam dua bagian. Bagian pertama, membahas istilah manakiban, wali, karamah, nazar, tawasul, tabaruk, hakikat, dan syariat. Istilah-istilah ini dibahas satu persatu mulai dari pengertiannya sampai dengan penentuan hukumnya sesuai dengan ajaran Islam. Sebagai contoh, dia mengartikan manakib sebagai riwayat hidup yang memiliki hubungan dengan sejarah kehidupan orang-orang besar atau tokoh-tokoh penting (Imran, 1984:3). Hukum membaca manakib menurut Imran dilarang oleh agama, jika pembacaan tersebut mempunyai niat yang berlebih-lebihan, seperti mengharap dagangan cepat laku atau untuk mengusir makhluk halus (1984:6). Bagian kedua berisi koreksi Imran terhadap isi cerita manakib Abdulkadir. Tidak kurang dari 19 bagian cerita yang dibahas serta tiap bagian dikoreksi sesuai dengan ajaran Islam. Sebagai contoh, dia mengoreksi kebiasaan Abdulkadir tidak tidur, tidak makan, dan minum dalam waktu yang lama. Imran mempertanyakan kebenaran kebiasaan Abdulkadir ini. Menurutnya, ajaran seperti ini tidak ada dalam syariat Islam (1984:91). Tentu saja pembahasan seperti ini tidak diharamkan. Artinya orang bisa saja berpendapat tentang sesuatu sesuai dengan kemampuannya. Akan tetapi, pendapat tersebut bukan satu-satunya pendapat. Pandangan ini hanya?
"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hamidi
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003
297.092 MUH m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
M. Abduh Aziz
Depok: Komunitas Bambu, 2019
791.430 9 ABD d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Gramedia, 1986
338.9 MEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rendy Septiadi
"Skripsi ini melihat proses mempertahankan ideologi supremasi kulit putih dan subjektifikasi karakter Django dalam penanaman ideologi kulit putih pada film Django Unchained (2012) dengan didasarkan pada analisis hubungan Django dengan karakter lainnya. Kemunculan film ini pada masa post-racial society di Amerika dapat dilihat sebagai bentuk kritik atas paham tersebut dan akan dianalisa untuk mendekonstruksinya. Pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah teori hegemoni Gramsci yang sudah dikembangkan oleh Stuart Hall dalam konteks rasial serta teori Subjek dan Aparat Ideologis oleh Louis Althusser.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat proses hegemoni yang dibangun untuk mempertahankan supremasi kulit putih dan memperjelas status antara yang dikuasai dan yang menguasai. Lalu, penelitian ini juga melihat bagaimana seseorang yang sudah terinterpelasi meneruskan ideologi yang sudah tertanam di dalam dirinya untuk dilihat juga sebagai bentuk supremasi kulit putih. Selain itu, Analisa hubungan karakter menjadi penting dilakukan karena hubungan Django dengan karakter kulit putih lainnya merepresentasikan hubungan kelompok minoritas dan mayoritas. Dengan ditemukannya hasil - hasil penelitian ini, dapat dikatakan bahwa film Django Unchained adalah medium untuk membangun hegemoni dan mempertahankan supremasi kulit putih.

This undergraduate thesis examines how the process of maintaining the ideology of white supremacy and how Django's character is constructed as a subject in planting white ideology in the movie Django Unchained (2012) based on the analysis of Django's relationship with other characters. The appearance of the movie during the phenomenon of post-racial society in America can be seen as a form of criticism of the ideology, and the movie will be analyzed to deconstruct it. The approaches used in this thesis is Stuart Hall's interpretation of Gramcis's Hegemony in the context of racial, and ideological state apparatuses by Louis Althusser.
This study aims to look at the process of hegemony to maintain white supremacy and clarify the status of the controller and the controlled. Then, this research also see how Django, who has been interpelated, continues the ideology that has been ingrained in him as a form of white supremacy. Moreover, analysis of the characters' relationship becomes important because Django's relationship with the other white characters represent minority and majority group relations. With the results of this study, the movie Django Unchained is a medium to build and maintain the hegemony of white supremacy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S57814
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>