Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 222710 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Cut Meutia Sandra Dewi
"Studi ini mempelajari interpretasi khalayak terhadap suatu tanda yang merupakan bagian dari kajian Semiotik. Semiotik mempelajari sistem tanda beserta maknanya. Sebuah tanda dapat diinterpretasi secara berbeda tergantung pada individu yang menginterpretasikannya. Makna tanda yang sama dapat berbeda pada setiap individu. Perbedaan makna terhadap tanda ini karena makna sebenarnya berada di kepala atau kognisi orang yang menafsirkannya. Makna tidak berada pada tanda itu sendiri.
Keberadaan iklan di Indonesia semakin ramai semenjak kehadiran stasiun televisi swasta (RCTI, ANTeve, SCTV, Indosiar, TPI). Khususnya iklan televisi yang menggunakan identitas etnik di Indonesia semakin gencar kira-kira setahun terakhir ini. Identitas etnik tersebut diwujudkan dalam atribut-atribut budaya yang dapat berupa obyek nyata maupun konsep atau nilai budaya dan etnis yang bersangkutan. Atribut budaya sebagai tanda ini diasumsikan sebagai sesuatu yang telah tersosialisasi dalam diri individu, dengan demikian diasumsikan bahwa individu dapat memperoleh makna komprehensif dari atribut budaya tersebut. Berangkat dari asumsi tersebut dan proposisi semiotik bahwa makna tidak berada pada tanda itu sendiri namun pada kepala orang yang menafsirkannya, maka studi ini hendak mengkaji bagaimana khalayak menginterpretasi sistem tanda dalam iklan televisi yang menggunakan pendekatan budaya.
Pada kenyataannya interpretasi individu sangat bervariasi terhadap atribut budaya sebagai tanda dalam pesan iklan yang menggunakan identitas etnik. Hal ini karena pada tiap tahapan proses kognitif, terjadi proses signifikansi terhadap suatu tanda yang dipengaruhi oleh wilayah makna yang terdiri dari makna denotatif dan konotatif (menyangkut pengalaman dan kedekatan individu dengan tanda) serta makna kontekstual dan struktural (menyangkut pengetahuan individu dan cara penggunaan sistem tanda yang ada dalam pesan untuk memperoleh makna).
Dari temuan di lapangan, fungsi atribut budaya dalam iklan etnik dapat digolongkan menjadi dua berdasarkan signifikansi tanda dari atribut budaya tersebut, yaitu (1) atribut budaya sebagai obyek fisik atau referent, dan (2) atribut budaya sebagai nilai budaya yang menyangkut konsep individu yang ada dalam reference-nya.
Identitas etnik yang digunakan dalam iklan-iklan televisi yang diteliti dengan demikian dilihat sebagai `tempelan' yang lebih berfokus pada daya tarik saja, atau sebagai sarana untuk menyampaikan nilai budaya suatu etnis kepada khalayak sasaran, dengan harapan mereka dapat mengasosiasikan karakteristik produknya dengan nilai budaya tersebut. Selain itu terdapat pendapat bahwa iklan yang menggunakan atribut budaya nyata/fisik tidak bisa dikatakan ildan budaya karena budaya hanya menyangkut nilai dan bukan materi. Opini ini berangkat dart pandangan budaya terutama sebagai sistem nilai. Dalam tesis ini budaya pertama dilihat dart obyek nyata dan kemudian dipelajari nilai-nilai yang terkandung di dalam obyek-obyek nyata tersebut.
Asumsi yang mengatakan bahwa budaya tradisional menghambat laju modernisasi dan globalisasi ternyata tidak beralasan, sebaliknya iklan-iklan beratribut budaya tradisional ini merupakan iklan yang paling diminati dan sangat mendongkrak penjualan produkrasa yang diiklankan. Penjualan produkrasa meningkat berarti tingkat konsumerisme meningkat. Tingkat konsumerisme yang tinggi menandakan masyarakat modern versi Rostow. Dengan demikian, budaya tradisional justru merupakan faktor pendukung modernisasi dan globalisasi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T1589
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Indira Viona
"Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang mendalam mengenai hal-hal yang berkaitan dengan plestari belajar anak yaitu bagaimana status sosial ekonomi orang tua berkaitan dengan prestasi belajar dan bagaimana sosialisasi belajar anak yang dialaminya dalam keluarga secara umum sosialisasi dapat dibagi menjadi dua sosialisasi partisipasi dan sosialisasi represi. Studi ini merupakan studi kasus terhadap murid SMA di Jakarta Selatan dengan melihat sosialisasi belajar anak dalam keluaran akan terlihat pola sosialisasi yang bagaimanakah yang berkaitan dengan pencapaian prestasi belajar."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neneng Habibah
"Kajian ini mendeskripsikan bagaimana budaya damai dapat dikembangkan dengan kegiatan dan pendalaman keagamaan, mengingat budaya damai memiliki terkait erat dengan perkembangan budaya damai itu sendiri di masyarakat. Adapun fokus kajian ini adalah Pesantren kilat, sebuah miniatur pesantren bagi siswa yang durasinya singkat dan tidak seperti pesantren seperti biasa. Tujuan dari pesantren ini adalah agar para siswa mendapatkan materi keagamaan dan pembiasaan yang baik dalam kehidupan sehari hari seperti pesantren sehingga kebiasaan dari pelatihan pesantren kilat ini terinternalisasi menjadi bagian dari kepribadiannya. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik penggalian data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa kegiatan pesantren kilat yang dilaksanakan dua hari satu malam, di sekolah Ibadurrohman, Ciruas, Serang, dengan beberaapa materi seperti mencari teman yang baik, Muslim Perspektif, Genggam Al-Qur’an, Taklukkan Dunia, Menebar kebaikan di era digital. Pelaksanaan pesantren kilat yang dikembangkan di masyarakat khususnya di SLTA di Serang dapat memberikan dampak yang positif dalam rangka mengembangkan keagamaan, terlebih khusus membangun budaya damai dengan menanamkan saling percaya, menerima terhadap perbedaan, tenggang rasa, dan toleransi baik sesama peserta, antar panitia, maupun antar panitia dan peserta."
Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2019
297 JPAM 32:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Siregar, Yuannita Aprilandini
"Tesis ini mencoba untuk mengangkat komunitas peranakan muslim India-Pakistan sebagai salah satu komunitas diasporik di Indonesia. Mereka memiliki tradisi kebudayaan, aktivitas ekonomi, kelompok sosial dan organisasi yang membuatnya berbeda dengan penduduk lokal. Hal tersebut menjadi menarik disebabkan konteks masyarakat Indonesia yang bersifat multikultural. Komunitas ini juga memiliki simbol, norma serta nilai-nilai kebudayaan yang diwarisi dari para leluhur yang masih tetap mereka pertahankan sampai saat ini. Pada masa kolonialisme Belanda komunitas ini dikenal dengan sebutan golongan timur asing yang berprofesi sebagai pedagang kelas menengah di dalam struktur masyarakat Indonesia. Sehingga, kondisi ini membuat mereka terpisah dan berjarak dengan penduduk lokal (pribumi). Dinamika komunitas dapat terlihat melalui organisasi, konstruksi dan rekonstruksi identitas etnik serta jaringan sosial yang terbentuk. Jaringan sosial tersebut termasuk di dalamnya komunitas virtual berbasis etnis pada generasi ketiga komunitas peranakan muslim India-Pakistan kelas menengah terdidik. Fenomena ini selanjutnya memberikan warna baru dalam pembentukan rasa primordialisme, nasionalisme serta perubahan persepsi mengenai etnisitas, konsepsi perempuan dan ideologi gender. Pada akhirnya kebudayaan didefinisikan sebagai suatu proses kosntruksi dan rekonstruksi sosial yang disebabkan oleh kebertahanan sekaligus negosiasi antara nilai-nilai leluhur dari India, nilai-nilai lokal Indonesia sekaligus nilai-nilai modernisasi Barat.

The purpose of this study is to provide an insight of the moslem Indo-Pakistani peranakan community as one of the members of diasporic communities in Indonesia. This community has severalcultural traditions, economic structures and also social groupings that make them unique in the multicultural Indonesian society. Symbols, norms and cultural values inherited from their ancestors since the beginning of the century of their first arrival in this country make for a unique ethnic identity. Duringthe Dutch colonial period, the Indo-Pakistani community was segregated from the local ethnic groups, having been regarded as "foreign Orientals" by the colonial government, and also due to their social function as economic middlemen. The dynamic of this community can be seen from the organizations, construction and reconstruction of ethnic identity, and also their social networking. This networking included the construction of ethnic-based virtual community among the third generation educated middle class Peranakans. This brings a new form of primordial sentiment, construction of nationalism and changes in their way of thinking about their ethnicity, conception of women and gender ideology. In the end culture can be defined as a social construction and reconstruction caused by their resistance and negotiating process through cultural brokers, in order to face cultural heritage (from the Indian subcontinent), negotiate with local values (from the indigenous Indonesian peoples) and also modern values (from the West).
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T26151
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Paembonan, Linda Sumilat
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T5601
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Anne Tarania Martani
"Tesis ini mencoba untuk menjawab permasalahan terjadinya kesenjangan pencapaian pemelajaran yang diraih pemelajar bahasa Mandarin sebagai bahasa kedua di Indonesia dengan meneliti strategi belajar hanzi yang digunakan oleh pemelajar Indonesia, faktor¬faktor yang mempengaruhi pemilihan suatu strategi belajar tertentu serta perbedaan strategi belajar yang digunakan oleh pemelajar yang berhasil dan pemelajar yang kurang berhasil.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang menggunakan instrumen kuesioner, verbal report, wawancara, dan tes dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 13 orang. Data dianalisis dengan menggunakan teknik tipologi.
Dari penelitian ini, ditemukan 64 buah strategi belajar hanzi yang terbagi dalam enam buah kelompok strategi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi belajar tertentu dapat dilihat dari faktor pemelajar dan faktor ortografi. Selain itu, penelitian ini juga menemukan adanya strategi-strategi tertentu yang digunakan oleh pemelajar yang berhasil untuk mendukung pemelajarannya namun tidak digunakan oleh pemelajar yang kurang berhasil.

This study tried to answer why there was a gap in learning achievements among Indonesian learners who studied Mandarin Chinese Language as a second language. A research on the hanzi learning strategies used by the Indonesian learners, the factors that influenced the selection of a particular learning strategy and the differences of learning strategies applied by successful learners and unsuccessful learners was conducted to answer the question.
This research was a case study research with 13 research subjects. The instruments used for collecting the data were questionnaires, verbal reports, interviews as well as tests. The data were analyzed by using typology technique.
Based on the data collected, this research identified 64 harrzi learning strategies which were divided into six main categories. There were two factors that influenced the application of these strategies: learner factor and orthography factor. Furthermore, this research also found several particular strategies that were used effectively by the successful learners to enhance their studies, but they were not used by the unsuccessful learners.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
T37526
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>