Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162556 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Wayangede Sutadarma
"Tujuan penelitian adalah diketahuinya pengaruh pemberian jus bayam 100 gram per hari selama empat minggu berturut-turut terhadap kadar NOx serum dan tekanan darah pada laki-laki dewasa muda. Penelitian ini merupakan uji klinis paralel, membandingkan 17 orang kelompok yang mendapat jus bayam disertai penyuluhan gizi (P) dengan 17 orang kclompok yang hanya mendapat penyuluhan gizi saja (K). Sebanyak 34 mahasiswa taki-lakt semester dua Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang memenuhi kriteria dibagi dalam dua kelompok secara randomisasi blok. Data yang diambil meliputi usia. aktivitas fisik, indeks massa tubuh, asupan energi, natrium, dan nitrat anorganik dengan food recal/2 x 24 jam dan food recoNi, Pemeriksaan kadar nitrit, nitrat, dan NOx serum serta tekanan darah dilakukan pada awal dan akhir pcr!akuan. Anal isis data menggunakan uji t tidak berpasangan dan uji Mann Whitney dengan batas kemaknaan 5%. Sebanyak 17 orang kclompok P dan 16 orang kelompok K dengan median usia 18 (17~ 19) tahun yang mengikuti penelitian secara lengkap. Indeks aktivitas tisik subyek kedua kelompok termasuk rendah. Data awal tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p>Q,05). Setelah empat minggu perlakuan, didapatkan persentase as11pan energi dibandingkan kebutuhan energi total termasuk kategori cukup pada kedua kelompok {8:4,93± 10,lebih rendah dibandingkan dengan angka kecukupan gizi 2004 (1083.00 {834,84-1797,50) mg/hari vs 923,95 (676,20-2494,05) mg/hari. Asupan nimH anorganik lebih tinggl pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol (130,33 (107,28-195,85) mglhari vs 30,79 (9,47- 118,38) mg/hari. Pada kedua kelompok didapatkan peningkatan kadar nitrit, nitrat dan NO,. serum yang tebih tinggi pada kelompok perlakuan, namun secara statistik tidak bermakna (p->0,05). Tidak didapatkan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik yang bemakna pada kelompok perlakuan (p>O,OS). Pemberian 1 00 gram jus bayam selama empat minggu berturut-turut tidak didapatkan peningkatan kadar nitrat, nltrit, dan NO,. serum sejak penurunan tekanan darah sistolik dan diastolk pada kelompok perlakuan.

The aims of this study were to investigate the effect of 100 gram per day spinach juice during four weeks on serum NO level and blood pressure in young adult male. The study was a parallel! randomized clinical trial Thirty four subjects of second semester male student Medical faculty of Udayana University were selected using certain criteria. The randomly (block randomization) thirty four subject were divided into two group. The treatment group {nc-·cJ7) received spinach juice and nutrition counseling; the control group (n"" 17) received nutrition counseling alone. Data collected included age, physical activity, body mass index, intake of energy, sodium, and inorganic nitrate using 2 x 24 hours food recall and food record. Laboratory findings {semm nitrite, nitrate, and NO.; levels) and blood pressure examination were done before and after intervention, For statistical analysis, unpaired Hest and Mann Whitney were used with the level of significance was 5%. Seventeen subjects in the treatment group and sixteen subjects in the control group completed the study and analyzed. Median of age were 18 (l7-19) years old. The physical activity index in both groups were low. The characteristic of the two groups were closely matched pH base line (p>0,05). After four weeks intervention, all subjects consumed energy achieved the recommended diet with an average of 84.93± 10,60 % in the treatment group and 88,19±5,47 % in the control group. The average intake of sodium in both groups were lower than Indonesian recommended dietary allowance 2004 (I 083,00 (834,84-1797,50) mg/day vs 923,95 (676,20-2494,05) mg/day). The average intake of inorganic nitrate in the treatment group increased significantly than in the control group (130,33 (107,28-195,85) mg/day vs. 30.79 (9,47-118,38) mg/day), 1n conclusion, there were increase in serum nitrite, nitrate and NOll levels which were higher in the treatment group, although not statistically significant (p>O,OS). There were also no significant decrease in systolic and diastolic blood pressure in the treatment group (p>0,05). In conclusions, the effects of lOO gram per day spinach juice during four weeks did not increase serum nitrite, nitrate and NOx level and also were not decrease systolic and diastolic blood pressure in the treatment group. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32849
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Verawati
"Objektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian dark chocolate 30 g/hari selama 15 hari berturut-turut terhadap kadar NOx serum dan tekanan darah karyawan administrasi laki-laki dan perempuan penderita prahipertensi.
Metode. Penelitian ini adalah suatu uji klinis paralel. Sebanyak 32 subyek penelitian yang memenuhi kriteria dibagi dalam dua kelompok secara randomisasi blok. Sebanyak 16 orang mendapat dark chocolale 30 g/hari disertai dengan penyuluhan gizi dan 16 orang mendapat white chocolate 25 g/hari disertai dengan penyuluhan gizi. Data yang diambil meliputi usia aktivitas fisik, indeks massa tubuh, asupan energi, natrium, dam polifenol, kadar NOx scrum dan tekanan darah. Pemeriksaan kadar NOx serum dilakukan pra perlakuan (HO) dan pasca perlakuan (H+l6), sedangkan pengukuran tekanan darah dilakukan pra perlakuan (HO), selama perlakuan (I-I+8) dan pasca perlakuan (H+l 6).
Hasil. Asupan polifenol selama perlakuan lebih tinggi pada kelompok perlakuan dibanding kelompok kontrol. Pasca perlakuan, didapatkan perbedaan yang bermakna pada kadar NOx serum antara kelompok P dengan kelompok K (p=0,00l). Tekanan darah pada kedua kelompok mengalami penurunan. Tekanan darah sistolik pasca perlakuan berbeda bermakna antara kelompok P dan kelompok K (p=0,00l), sedangkan tekanan darah diastolik menurun tidak bermakna (p=0,308). Tekanan darah sistolik dan diastolik pra dan pasca perlakuan kelompok P menurun bermakna (p<0,000), sedangkan tekanan darah sistolik dan diastolik pra dan pasca perlakuan pada kelompok K menurun tidak bermakna.
Kesimpulan. Setelah 15 hari perlakuan, terjadi peningkatan asupan polifenol di kelompok perlakuan yang disertai peningkatan kadar NOx serum dan penurunan bermakna tekanan darah sistolik, sedangkan tekanan darah diastolik menurun tidak bermakna.

Objective. This study was conducted to investigate the effect of dark chocolate 30 g/day for fifteen day on NOx serum level and blood pressure in male and female administration employee with prehypertension.
Methods. The study was a parallel clinical trial. A total of thirty two subjects who were selected using certain criteria divided into two groups using block randomization. Sixteen subjects received 30 g/day dark chocolate and dietary counseling (Treatment Group) and other 16 subjects received white chocolate 25 g/day and dietary counseling (Control Group) for fifteen days. Data collected in this study consist of age, physical activity, body massa index, intake of energy, sodium, and polyphenol, NOx serum levels and blood pressure. Assessment on NOx serum level were done in pre treatment and after treatment, while blood pressure were assessed in pre treatment, in treatment period and after treatment.
Results. Polyphenol intake in treatment periode in treatment group was significantly higher compared with control groups. After 15 days treatment, NOx scrum level between treatment and control groups was significantly different (p=0,00l). Both group had decreased systolic and diastolic blood pressure. Systolic blood pressure was decreased significantly between groups after treatment (p=0,001), while diastolic blood pressure was not significant (pr0,308). Systolic and diastolic blood pressure pre and after treatment in ueatment group were significantly decreased, while it was not significant in control group.
Conclusions. There was increased polyphcnol intake in treatment group which increased serum NOx level, significantly decreased systolic blood pressure while no significant decrease in diastolic blood pressure after 15 days treatment.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32314
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Farapt
"Penelitian uji klinis paralel single blind ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh air kelapa muda 300 ml dua kali per hari selama 14 hari berturut-turut terhadap kadar kalium plasma dan tekanan darah guru perempuan dan karyawati prahipertensi usia 25-44 tahun. Sejumlah 32 subyek dipilih dengan kriteria tertentu dan dibagi menjadi dua kelompok dengan cara randomisasi blok, 16 orang masuk kelompok perlakuan (P) dan 16 orang masuk kelompok kontrol (K). Kelompok P mendapat air kelapa muda disertai penyuluhan gizi dan kelompok K mendapat air putih disertai penyuluhan gizi. Data yang diambil meliputi usia, aktivitas fisik, indeks massa tubuh (IMT), asupan energi dan kalium, kadar kalium plasma, dan tekanan darah. Pemeriksaan kadar kalium plasma dilakukan pada H0 dan H+15, sedangkan pengukuran tekanan darah dilakukan pada H0, H+8, dan H+15. Analisis data menggunakan uji t dan uji Mann-Whitney dengan batas kemaknaan 5%. Analisis lengkap dilakukan pada 31 orang subyek (15 subyek kelompok P dan 16 subyek kelompok K). Rerata usia subyek penelitian 36,58±5,39 tahun dan rerata IMT 24,59±2,89 kg/m2. Sebagian besar subyek (93,55%) tergolong indeks aktivitas fisik di bawah rata-rata. Rerata kadar kalium plasma 3,71±0,41 mmol/L, dan sebanyak 7 orang subyek (22,58%) tergolong hipokalemia. Rerata tekanan darah sistolik/ tekanan darah diastolik (TDS/ TDD) 125,87±6,36 mm Hg/ 79,84±4,11 mm Hg. Pada awal penelitian karakteristik data dasar kedua kelompok dalam keadaan sebanding. Persentase asupan energi dibandingkan kebutuhan energi total pada minggu 0, 1, dan 2 pada kedua kelompok tidak berbeda signifikan. Rerata asupan kalium subyek tergolong rendah (1420,28±405,54 mg/hari) atau sekitar 30,22±8,63% dari AKG. Selama perlakuan, didapatkan peningkatan signifikan asupan kalium kelompok P. Pada kedua kelompok didapatkan peningkatan kadar kalium plasma dan penurunan tekanan darah yang lebih besar pada kelompok P, namun tidak berbeda signifikan (p >0,05). Pada penelitian ini belum dapat dibuktikan bahwa air kelapa muda 300 ml dua kali per hari selama 14 hari berturut-turut dapat meningkatkan kadar kalium plasma dan menurunkan TDS dan TDD

The study is a parallel single blind randomized clinical trial aims to investigate the effect of tender coconut water 300 ml twice daily for 14 days on plasma potassium level and blood pressure in female teachers and employees prehypertension aged 25-44 years. A total of 32 subjects were selected using certain criteria and randomly allocated to one of two groups using block randomized, 16 subjects each. The treatment (T) group received tender coconut water 300 ml twice daily for 14 days and nutritional counseling, and the control (C) group received water 300 ml twice daily for 14 days and nutritional counseling. Data collected in this study consisted of age, physical activity, body mass index (BMI), intake of energy and potassium, plasma potassium level and blood pressure. Assessment of plasma potassium level were done on day 0 and day 15, while blood pressure were assessed on day 0, day 8, and day 15. Statistical analysis were done using t-test and Mann-Whitney with significance level was 5%. Complete analysis was done on 31 subjects (15 subjects of T group and 16 subjects of C group). The mean age was 36.58±5.39 years, mean BMI was 24.59±2.89 kg/m2, and 93.55% subjects had physical activity index score below the average. Plasma potassium level was 3.71±0.41 mmol/L, and 7 subjects (22.58%) was hypokalemia. Mean systolic and dyastolic BP was 125.87±6.36 mm Hg and 79.84±4.11 mm Hg, respectively. The data characteristics of the two groups at baseline were closely matched. Percentage of energy intake compared to the total energy requirement at weeks 0, 1, 2 between the two groups were not significantly different. Mean dietary intakes of potassium were 1420.28±405.54 mg/day or only 30.22±8.63% compared to Indonesian Recommended Dietary Allowance 2004. During treatment period, potassium intake increased significantly in the T group. There were increased plasma potassium level and decreased blood pressure in both groups, which were greater in the T group, but not statistically significant different (p >0.05). This study has not proven yet that tender coconut water 300 ml twice daily for 14 days increase plasma potassium level and decrease systolic and dyastolic BP"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Maria Wahyuningtyas
"Penelitian ini adalah diketahuinya pengarub pemberian jus anggur 300 gram per hari selama dua minggu terhadap kadar NO serum laki-laki dan perempuan dengan kadar kolesterol total batas tinggi. Penelitian ini merupakan sebuab field trial, membandingkan Ul subyek dalam kelompok yang mendapatkan jus anggur disertai penyuluhan TIC (P) dengan 17 subyek dalam kelompok yang hanya mendapatkan penyuluhan 1LC (K). Subyek yang memenuhi kriteria penelitian dibagi menjadi dua kelompok dengan randomisasi sederhana. Data yang diambil melipoti usia, jenis kelamin, riwayat hiperkolesterolemia dalam keluarga, akrivitas fisik, indeks massa tubuh (IMT), asupan energi, lernak, kolesterol, serat, dan polifenol dengan food record. Pemeriksaan kadar kolesterol total dan NO serum dilekukan di awal dan ekhir perlekuan. Analisis data menggunakan uji t tidak berpasangan dan uji Mann Whitney dengan batas kernaknaan 5%. Sebanyak 18 subyek pada kelompok P dan 14 subyek pada kelompok K, dengan rerata usia 35,57±5,20 tahun mengikuti penelitian secara lengkap. Indeks akrivitas fisik subyek kedua ke!ompok termasuk di bawah rata-rata. Data awal tidak didapatkan perbedaan bermakna (p>O,OS). Setelah dua minggu perlakuan, didapatkan persentase asupan energi terbadap kebutuhan energi total termasuk kategori cukup pada kelompok perlakuan dan kurang pada kontrol. Asupan lemak total dan kolesterol kadua kelompok adalah tergolong cukup. Asupan serat tergolong kurang. Terdapat perbadaan bermakna asupan polifenol pada kedua kelompok selama perlakuan (p<0,05). Terdapat peningkatan kadar NO serum sesudab perlekuan pada kedua kelompok yang tidak berbeda bermakna (p>O,OS), bahkan terdapat penurunan kadar kolesterol total serum pada kedua kelompok sesudah perlekuan meskipun tidak berbeda bermakna (p>0,05) dan masih dalam kategori batas tinggi. Pemberian jus anggur 300 gram per han tidak didapatkan perbedaan bermakna peningkatan kadar NO serum antara kelompok perlakuan dan kontrol.

The aim of this study was to investigate the effect of grape juice (that made from 300 grams of grapes per day) during two weeks on serum NO level in male and female subjects with borderline high total cholesterol level. The study was a field trial Thirty five subjects were selected using certain criteria and randomly (simple randomization) divided into two groups. The treatment group (n=18) received grape juice and nutrition counseling; the control group (n=l7) received nutrition counseling. Data obtained directly from the subjects were age, gender, history of hypercholesterolemia in .subject's family, physical activity, and body mass index, intake of energy, fat, cholesterol~ fiber and polyphenol using food record. Laboratory findings of serum NO level and total cholesterol level were done before and after intervention. For statistical analysis, unpaired t-test and Mann Whitney were used with the level of significance was S%. Eighteen subjects in the treatment group and fourteen subjects in the control group completed the study and analyzed. Mean of age was 35.57±5.20 years old. The physical activity index of bath groups were low. The characteristics of the two groups were closely matched at base line (p>O.OS). After two weeks intervention, subjects? energy consumed in the treatment group achieved the recommended diet, while in the control group was below. The average intake of total fat and cholesterol in both groups achieved the recommended diet, but the fiber intake were below. The average intake of polyphenol in the treatment group was increased significantly than the control group (pQ.05). There were decreased on serum total cholesterol level in bath groups, although not statistically significant (p>O.OS). The effect of gyape juice for two weeks did not significantly increase serum NO level in the treatment group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32824
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yolla Permata
"Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan perubahan kadar trigliserida (TG) serum postprandial setelah 2 jam dan 4 jam pemberian konsumsi satu butir telur omega-3 dibandingkan dengan telur ayam biasa. Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan desain cross over, alokasi acak, tersamar tunggal yang dilakukan terhadap individu sehat berusia 19-24 tahun di FKUI Jakarta, bulan September 2013. Berdasarkan kriteria penelitian, didapat 24 orang subyek yang dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 12 orang. Data yang diperoleh meliputi sebaran dan karakteristik subyek, asupan lemak, karbohidrat, kolesterol dan polyunsaturated fatty acid (PUFA), serta kadar TG serum awal, 2 jam dan 4 jam postprandial. Analisis data menggunakan uji t berpasangan dan Wilcoxon. Median usia subyek penelitian adalah 21 tahun dan sebagian besar subyek penelitian ini adalah laki-laki yaitu 15 orang dari total 24 orang. Rerata IMT subyek termasuk ke dalam kategori normal untuk Asia Pasifik. Asupan karbohidrat antar kedua kelompok pada periode run in tidak berbeda bermakna (p = 0,30) begitupun pada periode wash out (p = 0,44). Asupan lemak subyek kedua kelompok pada periode run in tidak berbeda bermakna (p = 0,74) dan pada periode wash out juga tidak berbeda bermakna (p = 0,85). Asupan kolesterol pada subyek melebihi jumlah anjuran dan jumlah asupan PUFA di bawah nilai anjuran. Perubahan kadar TG serum 2 jam postprandial pada kelompok perlakuan telur omega-3 yaitu -2,79±13,86 mg/dL sedangkan pada kelompok kontrol telur ayam biasa 4,38±10,07 mg/dL. Terdapat perbedaan yang bermakna antar kedua kelompok (p = 0,03). Perubahan kadar TG serum 4 jam postprandial antar kedua kelompok juga terdapat perbedaan bermakna (p = 0,04) yaitu pada kelompok perlakuan 0,00(-38-57) mg/dL dan pada kelompok kontrol 6,00±13,25 mg/dL. Dari penelitian ini disimpulkan pengaruh konsumsi satu butir telur omega-3 lebih baik dibandingkan satu butir telur ayam biasa terhadap kadar TG serum postprandial.

The objective of this study was to evaluate the change of 2 and 4 hours postprandial triglycerides serum after given an omega-3 egg compared with an ordinary egg in healthy young adult. This is an experimental, randomized, single blind, cross over study on healthy young adult 19-24 years of age in FKUI Jakarta, September. By study criteria, 24 subjects were randomly allocated to one of two groups, 12 subjects for each group. Data collected in this study consist of subject distribution and characteristic, intake of carbohydrate, fat, cholesterol, polyunsaturated fatty acids (PUFA) and triglycerides serum, that were assessed before treatment, 2 hours and 4 hours after. The statistical analyses used dependent t-test and Wilcoxon. Median of age in subject is 21 years and 15 subjects of the study are male . BMI of study subjecst is in normal category for Asia Pacific. The carbohydrate intakes between both groups in 'run in period' are not significantly different (p = 0.30) and also in 'wash out period' (p = 0,44). Intakes of fat between both groups are also not significantly different in 'run in period' (p = 0,74) and 'wash out period' (p = 0,85). Cholesterol intake in both groups was higher than recommendation, and PUFA lower than recommendation. Changes of 2 hours postprandial triglycerides serum in omega-3 group (treatment) is -2,79±13,86 mg/dL and in ordinary egg group (control) is 4,38±10,07 mg/dL. There is significantly different in both groups (p = 0,03). Changes of 4 hours postprandial triglycerides serum in both groups is also significantly different (p = 0,04) which is in treatment group is 0,00(-38-57) mg/dL and in control group is 6,00±13,25 mg/dL. The conclusion from this study is the effect of an omega-3 egg consumption is better than an ordinary egg consumption on postprandial TG serum."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nany Budiman
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian teh hijau terhadap kadar NOx serum postprandial setelah mengonsumsi makanan tinggi lemak pada individu dewasa sehat. Penelitian ini merupakan uji klinis alokasi acak, cross over, tersamar tunggal. Sebanyak 20 subyek mengikuti penelitian ini namun hanya 19 subyek yang mengikuti penelitian ini sampai selesai. Subyek dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama adalah kelompok subyek yang mendapatkan teh hijau, sedangkan kelompok kedua mendapatkan air putih. Satu minggu kemudian, kepada kedua kelompok dilakukan cross over. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik demografi, asupan energi dan lemak, asupan nitrat anorganik, serta laboratorium. Rerata persentase asupan lemak terhadap energi total subyek penelitian adalah 32,46 ± 1,19% melebihi asupan lemak total yang dianjurkan. Asupan kolesterol subyek penelitian sebesar 224,53 (125,83‒495,27) mg/hari, masih dalam batas rekomendasi untuk orang dewasa. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada asupan nitrat anorganik selama masa run in dan wash out. Perubahan kadar NOx serum pada kelompok teh hijau dan air putih masing-masing adalah 3,90 (0,80‒11,60) μmol/L dan 3,13 ± 0,33 μmol/L. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kadar NOx serum pada kedua kelompok dan peningkatan kadar NOx serum pada kelompok teh hijau lebih besar walaupun perbedaan peningkatan ini tidak bermakna secara statistik (p= 0,27).

The aim of this study is to investigate the effect of green tea on postprandial serum NOx level after consumption of high fat meal in healthy young adults. This study was a randomized, cross over, single-blind clinical trial. Twenty subjects participated in the study but only 19 subjects completed this study. The subjects were divided into two groups, first was the group who took green tea and the second was the group who took water. After one week apart, both groups were cross over. The data collected in this study included demographic characteristic, antropometric,dietary assessment of energy and fat intake, inorganic nitrate intake, andlaboratory test. Percentage of energy from fat of the subjects averaged 32.46±1.19% which was above the recommended value. Cholesterol intake of the subjects was 224.53 (125.83‒495.27) mg/day which was below recommended value for adults. There was no statistically significant difference on inorganic nitrate intake during run in and wash out period. The changes of serum NOx level in green tea and water group were 3.90 (0.80‒11.60)μmol/L dan 3.13± 0.33 μmol/L respectively. Serum NOx level was increased in both groups compared to baseline but the increase was higher in green tea group; however, it was not statistically significant (p = 0.27)."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferawaty
"Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang paling umum dan paling banyak diderita, terutama oleh lanjut usia (lansia). Beberapa penelitian menunjukkan vitamin D berperan dalam tekanan darah. Pada lansia kadar 25(OH)D menurun karena kurangnya paparan sinar matahari dan asupan makanan yang mengandung vitamin D. Kekurangan vitamin D dapat dicegah, salah satunya dengan suplementasi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain uji acak terkendali tersamar ganda pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 bulan April sampai Juni 2023 dengan tujuan menganalisis pengaruh suplementasi vitamin D terhadap kadar 25(OH)D dan tekanan darah. Kadar 25(OH)D serum diperiksa menggunakan metode Chemiluminescent Immunoassay (CLIA), tekanan darah diperiksa menggunakan sphygmomanometer digital. Suplementasi diberikan 1 kali perhari selama 8 minggu, untuk kelompok kontrol diberikan plasebo sedangkan untuk kelompok perlakuan diberikan vitamin D dengan dosis 2000IU (subjek Insufisiensi) dan 4000IU (subjek defisiensi). 62 subjek penelitian berusia 60-89 tahun (median 67 tahun) ikut serta dalam penelitian ini dan terbagi secara random menjadi 30 subjek kelompok kontrol dan 32 subjek kelompok perlakuan. Peningkatan kadar 25(OH)D pada kelompok kontrol 23 ± 4,87 ng/mL menjadi 27,3 ± 7,34 ng/mL (p=0,000), pada kelompok perlakuan 17,9 ± 4,38 ng/mL menjadi 36,07 ± 9,84 ng/mL (p=0,000). Analisis rerata perubahan menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D meningkatkan kadar 25(OH)D secara bermakna (D = 4,2 ± 2,47 ng/mL pada kelompok kontrol dan D = 18,17 ± 5,46 ng/mL pada kelompok perlakuan; p = 0.000). Penurunan tekanan darah sistolik pada kelompok kontrol 133,9(121 – 159,5) mmHg menjadi 129,3(96 – 159) mmHg (p=0,027), pada kelompok perlakuan 135,3(121 - 180) mmHg menjadi 126(101 - 153) mmgHg (p=0,000). Penurunan tekanan darah diastolik pada kelompok kontrol 89,6(80 - 105) mmHg menjadi 82,4(64 - 103) mmHg (p=0,000), pada kelompok perlakuan 89,2(81,5 – 98,5) mmHg menjadi 80,8 (67 – 90) mmHg (p=0,000). Akan tetapi, analisis rerata perubahan menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D tidak menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik (D = -4,6(-25 - -0,5) mmHg pada kelompok kontrol dan D = -9,2 (-20 - -27) mmHg pada kelompok perlakuan; p = 0.109) dan tekanan darah diastolik secara bermakna (D = -7,2 (-16 - -2) mmHg pada kelompok kontrol dan D = -8,4 (-14,5 - -8,5) mmHg pada kelompok perlakuan; p=0,559). Suplementasi vitamin D dapat meningkatkan kadar 25(OH)D secara bermakna, tetapi tidak menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik secara bermakna pada lansia.

Hypertension is the most common cardiovascular disease, especially in the elderly. Previous studies have reported that vitamin D play a role in blood pressure. In elderly, serum 25(OH)D levels decrease due to lack of sun exposure and intake of food sources of vitamin D. Vitamin D deficiency can be prevented by supplementation. This is an experimental study with double-blind randomized placebo-controlled trial (RCT) on elderly subjects at the Tresna Werdha Budi Mulia 1 Social Institution from April until June 2023 to analyze the effect of vitamin D supplementation on serum 25(OH)D levels and blood pressure. Serum 25(OH)D levels were examined using Chemiluminescent Immunoassay (CLIA) method, blood pressure was checked using digital sphygmomanometer. Supplementation was given once per day for 8 weeks, control group was given a placebo while treatment group was given vitamin D3 supplementation at dose of 2000IU (insufficiency subjects) and 4000IU (deficiency subjects). A total of 62 research subjects aged 60-89 years (median 67 years) participated in this study and randomized into 30 control group subjects and 32 treatment group subjects. The increase in serum 25(OH)D levels in the control group was 23 ± 4,87 ng/mL to 27,3 ± 7,34 ng/mL (p = 0.000), the treatment group was 17,9 ± 4,38 ng/mL to 36,07 ± 9,84 ng/mL (p = 0.000). Data analysis showed that vitamin D supplementation significantly increased 25(OH)D levels in the treatment group compared to the control group (D = 4,2 ± 2,47 ng/mL for control group and D = 18,17 ± 5,46 ng/mL for treatment group; p = 0.000). The decrease in systolic blood pressure in the control group was 133,9(121 – 159,5) mmHg to 129,3(96 – 159) mmHg (p = 0.027), the treatment group was 135,3(121 - 180) mmHg to 126(101 - 153) mmgHg (p = 0.000). The decrease in diastolic blood pressure in the control group was 89,6(80 - 105) mmHg to 82,4(64 - 103) mmHg (p = 0.000), the treatment group was 89,2(81,5 – 98,5) mmHg to 80,8 (67 – 90) mmHg (p = 0.000). However, data analysis showed that vitamin D supplementation did not cause a significant reduction in systolic blood pressure (D = -4,6(-25 - -0,5) mmHg for control group and D = -9,2 (-20 - -27) mmHg for treatment group; p = 0.109) and diastolic blood pressure in the treatment group compared to the control group (D = -7,2 (-16 - -2) mmHg for control group and D = -8,4(-14,5 - -8,5) mmHg for treatment group; p = 0.559). Vitamin D supplementation significantly increase serum 25(OH)D levels, but not significantly reduce systolic and diastolic blood pressure in the elderly."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heltty
"ABSTRAK
Kanker adalah suatu penyakit pertumbuhan sel akibat adanya kerusakan gen yang
mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel. Kanker dapat menyebabkan kematian.
Kemoterapi merupakan salah satu penatalaksanaan kanker yang dapat menimbulkan
berbagai efek samping, diantaranya adalah anemia, leukopenia, dan trombositopenia.
Penelitian- penelitian yang sudah ada menyebutkan bahwa kacang hijau dapat mengatasi
anemia, dimana kacang hijau mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh untuk
pembentukkan dan maturasi sel-sel darah. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh
jus kacang hijau terhadap kadar hemoglobin dan jumlah sel darah (eritrosis, leukosit,
dan trombosit) dalam konteks asuhan keperawatan pasien kanker dengan kemoterapi di
RSUP Fatmawati Jakarta. Disain penelitian ini adalah kuasi- eksperimen dengan tipe
nonequivalent control group design pre dan post test. Jumlah sampel sebanyak 56
responden (28 responden kelompok intervensi yang mendapat jus kacang hijau selama
tujuh hari dengan pemberian dua cangkir perhari, setiap cangkir berisi 250 cc dan 28
responden kelompok kontrol yang tidak mendapat jus kacang hijau). Sampel diperoleh
dengan menggunakan simple random sampling. Evaluasi kadar hemoglobin dan jumlah
sel darah dilakukan setelah pemberian jus kacang hijau yaitu di hari kedelapan baik pada
kelompok intervensi maupun kontrol. Hasil penelitian diperoleh adanya peningkatan
kadar hemoglobin dan sel darah pada kelompok intervensi (p=0,000), artinya bahwa
pemberian jus kacang hijau pada pasien kanker dengan kemoterapi berpengaruh
terhadap peningkatan kadar hemoglobin dan jumlah sel darah. Penelitian ini dapat
memperkaya keilmuan keperawatan dimana dapat dijadikan sebagai intervensi
keperawatan dalam penatalaksanaan pasien kanker dengan kemoterapi. Rekomendasi
hasil penelitian ini perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih
besar, berbagai derajat keganasan, memperhatikan adanya penyakit penyerta, dosis obat
kemoterapi, dan perlu adanya pengawasan yang ketat terhadap pengambilan serta analisa
sampel darah.
ABSTRACT
Cancer is abnormal growth of cells due to destruction of genes that control growth and
differentiation of cells. Cancer is a leading disease, cause of death. Chemotherapy is one
of the cancer treatment that could provide many side effects, such as anemia, leucopenia,
and thrombocytopenia. The purpose of this study is to explore the effect of mung bean
juice on the level of hemoglobin and the number of blood cells (erythrocyte, leukocyte,
and platelet) in cancer patients who got chemotherapy treatment at Fatmawati General
Hospital, Jakarta. The design was a quasi experimental using a non equivalent control
group with pre and post test approach. A simple random sampling was employed and 56
subjects were obtained in this study, divided into two groups (the intervention group got
mung bean juice for seven days; and, the control group did not mung bean juice). The
level of hemoglobin and blood cells counts were evaluated on the eighth day.The finding
showed that there were an increasing the level of hemoglobin and blood cells in
intervention group (p= 0,000), meaning that mung bean juice has an effect in increasing
level of hemoglobin and blood cells counts in cancer patients with chemotherapy. This
study can enrich nursing science and can be used as an nursing intervention in
management of cancer patients with chemotherapy. It is recommended to conduct
further research using more samples, various of ferocity level, accompanying disease,
chemotherapy dose, and strict controlling in test and analysis blood sample."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rafael Nanda Raudranisala
"Latar Belakang: Tingginya pajanan tekanan dan beratnya aktivitas fisik saat bekerja menyebabkan nelayan berisiko kehilangan cairan dan elektrolit tubuh. Kehilangan elektrolit ini dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan dan mempengaruhi produktivitas. Salah satu cara mencegahnya adalah dengan mengkonsumsi cairan isotonik. Air kelapa merupakan cairan isotonik alami yang mudah didapat dan banyak beredar dalam bentuk kemasan dipasaran. Disisi lain mengkonsumsi air kelapa berisiko meningkatkan tekanan darah akibat peningkatan asupan harian natrium. Sehingga diperlukan adanya studi untuk mengungkap pengaruh suplementasi air kelapa kemasan terhadap kadar elektrolit darah dan tekanan darah pada nelayan
Metode: Penelitian true experimental pada populasi nelayan penangkap ikan dan pencari kerang dengan total subjek sebesar 37 yang dibagi secara random dan blinding menjadi 18 subjek untuk kelompok intervensi dan 19 subjek untuk kelompok kontrol. Subjek secara single blind diberikan cairan intervensi berupa air kelapa kemasan yang diberikan bersama dengan air mineral sebagai cairan kebutuhan dasar. Pengambilan data kadar elektrolit darah dan tekanan darah dilakukan sebelum dan sesudah bekerja.
Hasil: Dari hasil analisa statistik sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok suplementasi air kelapa terdapat penurunan bermakna kadar natrium darah (p 0.012) dan klorida darah (p 0.011), sedangkan kadar kalium dan tekanan darah tidak mengalami perubahan bermakna. Perbandingan kadar elektrolit darah dan tekanan darah setelah intervensi antara dua kelompok tidak menunjukan adanya perbedaan bermakna.
Kesimpulan. Secara statistik konsumsi air kelapa kemasan sebagai cairan suplementasi menyebabkan penurunan kadar natrium dan klorida darah mesikipun tidak bermakna secara klinis. Disisi lain jika dibandingkan dengan kelompok kontrol, air kelapa tidak berbeda dalam mempengaruhi kadar elektrolit darah dan tekanan darah.

Background: Being expose to heat stress and heavy physical work make fishermen at risk of losing body fluid and electrolyte. This condition can cause serious health problem and affect productivity. Consuming isotonic water will prevent those risk. Coconut water is a natural isotonic solution that widely available on commercial packaged. In other hand, consuming coconut water can increase daily sodium intake and increase blood pressure. Further study is needed to reveal the effect of packaged coconut water on blood electrolyte level and blood pressure among fisherman.
Method: True experimental study was conducted among fisherman and clam seeker. A total of 37 subjects was divided randomly into interventional group (18 subjects) and control group (19 subjects). Subject was single blindedly given packaged coconut water as interventional solution accompenied by mineral water as basic fluid needs. Blood electrolyte and blood pressure was obtained before and after work.
Result:Statistically analysed on pre and post intervention of packaged coconut water supplementation group, showed a significant decrease of blood sodium level (p 0.012) and blood chloride level (p 0.011). While post interventional comparison between two groups show no difference neither blood electrolyte level nor blood pressure.
Conclusion: Statistically consuming packed coconut water as supplementation resulting on a decrease of blood sodium and chloride level, eventhough the decrease is not clinically significant. In other hand comparing to control group, packed coconut water has no difference on affecting blood electrolyte level and blood pressure.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59129
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfian
"Hipertensi dalam kehamilan merupakan salah satu masalah kesehatan yang merupakan penyebab kematian maternal pada ibu hamil dengan prevalensi di negara maju sekitar 10–20%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar magnesium serum dan korelasinya dengan tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, serta dengan asupan magnesium. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai bulan April 2013 dengan menggunakan desain potong lintang pada 47 subyek ibu hamil usia 20–35 tahun trimester kedua dan ketiga. Data diperoleh dari wawancara, pengukuran tekanan darah, pengukuran antropometri, penilaian asupan makanan dengan menggunakan Food Frequency Questionnaire (FFQ) semikuantatif serta pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar magnesium serum. Sebanyak 93,6% subyek berusia 20–30 tahun, dan sebanyak 56,3% berada pada trimester ketiga serta tidak didapatkan riwayat hipertensi dalam keluarga sebesar 89,4%. Status gizi subyek penelitian sebesar 70,2% adalah normal. Sebanyak 68,1% asupan magnesium subyek adalah kurang dengan rerata 237,42 ± 5,183. Kadar magnesium serum subyek penelitian sebesar 89,4% termasuk normal dengan rerata 1,92 ± 0,2. Berdasarkan nilai tekanan darah sistolik sebanyak 74,5% termasuk ke dalam kategori prehipertensi dengan median 120(110-160) dan median tekanan darah diastolik adalah 80(70-100). Dengan uji korelasi tidak ditemukan korelasi antara kadar magnesium serum dengan tekanan darah sistolik (r = -0,249, p = 0,091) dan tekanan darah diastolik (r = -0,257, p = 0,081) serta dengan asupan magnesium (r = 0,119, p = 0,424).

Hipertension in pregnancy is one of the health problem and may cause maternal mortality with the prevalence is 10–20%. The aim of this study was to know serum magnesium level in primigravida and its correlation with sistolic and diastolic blood pressure and magnesium intake. This study is conducted in March–April 2013, it was a cross sectional study of 47 primigravida subjects aged 20–35 years old. Data were obtained from interview, dietary assessment using semiquantitative Food Frequency Questionnaire (FFQ), blood pressure and anthropometric measurement, and blood test to obtain serum magnesium levels. Of the subjects, 93.6% in 20−35 years old, and 56.3% in 3nd trimester, 89.4% with no history of hypertension in family, and 70.2% body mass index is normal. 68.1% had low magnesium intakes with mean 237.42 ± 5.183 mg/day and 89.4% had normal serum magnesium levels with mean1.92 ± 0.2 mg/dL. Based on systolic blood pressure, there were 74.5% was categorized as prehypertension, with median of systolic blood pressure was 120(110-160) mm Hg and median of diastolic blood pressure was 80(70-100) mm Hg. There was no correlation between serum magnesium levels and systolic blood pressure (r = -0.249, p = 0.091) and between serum magnesium levels and diastolic blood pressure (r = -0.257, p = 0.081) and also with magnesium intakes (r = -0.119, p = 0.424)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>