Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105000 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jonno Berty Bradly Bernadus
"Malaria merupakan penyakit yang masih menimbulkan masalab kesehatan Masyarakat Indonesia. Prevalensi malaria di beberapa daerah cukup tinggi dan menjadikan daerah tersebut endemik malaria. Diagnosis malaria ditegakkan melalui pemariksaan gejala ktJnis dan penemuan parasit pada pemariksaan darah seoara mikroskopik. Pemariksaan mikroskopik masih merupakan "Gold Standard", tetapi masih terdapat beberapa kendala dalam sensitivitas dan akurat.
Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengemhangkan diagnosis altematif pemariksaan malaria yang lebih sensitif dan akurat. Teknik PCR pada sampel urin tems dikembangkan sehagai altematif diagnosis malaria. Penelitian ini dileknkan pada 58 sampel urin yang diambil pada orang yang tlnggal di daerah endemik malaria dan dipariksa dengan teknik PCR dengan menggunakan primer ssu rRNA, didapatkan 42 sampel positif dengan sensitivitas 98 % dan spesilisitas 94 %.
Uji diagnostik mikroskopik pada sampel darah dan PCR pada sampel untuk P falclparum didapatkan 18 posltif dengan sensitivitas 94% dan spesifisitas 94%, sedangkan untuk P. vlvax didapatkan 25 sampel positlf dengan sensitivitas 96% dan spesifisitas 94%. Teknik PCR dengan sampel urin dapat digunakan sebagai alat diagnostik malaria untuk menggantikan pemeriksaan mikroskopik darah karena memilild sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi (lebih dari 90% ).

Malaria is an infectious disease which is still causing a public health problem in many parts of Indonesia. There are many endemic areas where the prevalence of malaria is high . The diagnosis of malaria is commonly done by clinical examination and parasite finding at microscopic examination of blood sample. Microscopic examination is still used as a gold standard for malaria diagnosis, however this method is less sensitivity and accuracy especially in low parasitemia.
Therefore, it is a need to develop an alternative method which is more sensitive and accurate fur Malaria diagnosis. PCR method for urine sample is being developed as an alternative diagnosis for Malaria. A total of 58 individuals living in malaria endemic areas participated in blood and urine collections. The presence of malaria parasites in blood samples were detected by microscopic examination whereas the DNA of mrdarial parasites, P. falciparum and P. vivax, in urine samples were detected by PCR method using ssu rRNA primers. Positive results of both malarial parasites were found in 42 samples with 98% sensitivity and 94 % specificity.
Diagnostic test of microscopic examination of blood samples and PCR of urine samples showed that 18 samples were P. falciparum positive with 94% sensitivity and 94% specificity whereas 25 samples were positive for P. vivax with 96% sensitivity and 94% specificity. This study revealed that PCR method can be used as an alternative diagnostic tool for malaria because it has high sensitivity and specificity (more than 90 %).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32801
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arum Widyasmara
"Polymerase Chain Reaction (PCR) telah digunakan untuk mendeteksi Salmonella dalam sampel makanan dan minuman. Primer yang digunakan didesain berdasarkan gen invA spesifik Salmonella untuk amplifikasi. Dua puluh satu sampel dikoleksi dari pedagang kaki lima di Jalan Margonda Raya Pondok Cina Depok dari bulan Maret 2008 hingga pertengahan April 2008. Persiapan sampel sebelum PCR, meliputi langkah prapengayaan dalam Buffered Peptone Water dan diikuti ekstraksi DNA menggunakan metode boiling. Dari hasil ekstraksi DNA, fragmen berukuran 244 pb diamplifikasi dengan PCR. Sampel juga diuji menggunakan metode kultur standar untuk mengkonfirmasi hasil pengujian sampel dengan metode PCR. Batas uji deteksi metode PCR dalam penelitian ini adalah 2,85 x 106 CFU/ml. Sebanyak empat dari dua puluh satu sampel terdeteksi mengandung Salmonella dengan metode PCR, tiga diantaranya tidak terdeteksi dengan metode kultur standar dan satu sampel lainnya terdeteksi dengan metode kultur standar yang dilanjutkan metode PCR. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk pengembangan metode deteksi Salmonella yang mudah, cepat dan dapat dipercaya pada sampel makanan dan minuman."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2008
S32640
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Nurhidayati
"ABSTRAK
Latar belakang : Cytomegalovirus (CMV) merupakan salah satu infeksi oportunistik
pada pasien dengan sindrom immunodefisiensi (AIDS). Gejala klinis dan CT scan
tidak dapat menegakkan diagnosa definitif ensefalitis CMV. Oleh karena itu
diperlukan uji alternatif untuk menegakkan diagnosis infeksi CMV pada pasien HIV
dengan infeksi otak. Salah satu uji yang sensitif dan spesifik adalah Real Time
Polymerase Chain Reaction (rPCR).
Tujuan : Mendapatkan uji deteksi molekular CMV pada pasien HIV dengan
tersangka infeksi otak.
Metode : Penelitian dilakukan dalam 3 tahap. Tahap 1 adalah optimasi konsentrasi
primer, probe, suhu annealing, volume elusi ekstraksi DNA, dan volume cetakan.
Tahap 2 adalah uji spesifisitas (reaksi silang) dan uji sensitivitas (ambang batas
deteksi DNA) rPCR dan tahap 3 adalah penerapan uji rPCR yang sudah dioptimasi
terhadap sampel plasma, urin, dan LCS.
Hasil : Kondisi optimal uji rPCR telah diperoleh dengan konsentrasi primer dan
probe 0,1 μM, dengan kondisi suhu reaksi rPCR: aktivasi enzim pada 950C selama 3
menit; 45 siklus pada 950C selama 15 detik (denaturasi) dan 560C selama 1 menit
(annealing dan ekstensi). Volume elusi ekstraksi DNA yang optimal untuk ketiga
jenis sampel (LCS, plasma dan urin) adalah 40 μL, dan volume cetakan rPCR untuk
LCS, plasma, dan urin, masing-masing adalah 5, 4, dan 3 μL. Uji rPCR mampu
mendeteksi DNA pada 50.000 jumlah kopi/mL dan tidak bereaksi silang dengan
Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus saprophyticus,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Mycobacterium
tuberculosis, Candida spp, Toxoplasma gondii, EBV,HSV,dan VZV. Penerapan uji
rPCR pada sampel klinis memberikan hasil negatif pada semua sampel LCS, 72,22%
positif pada sampel plasma, dan 72,22% positif pada sampel urin.
Kesimpulan: Telah dilakukan optimasi uji rPCR dengan minimal deteksi DNA
CMV 50.000 jumlah kopi/mL dan tidak bereaksi silang dengan mikroorganisme yang
berpotensi menyebabkan positif palsu (false positive).ABSTRACT
Background: Cytomegalovirus (CMV) is one of opportunistic infections in patients
with Aquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Clinical manifestations are not
typical, and CT scans can not define encephalitis CMV specifically. Therefore, it is
important to apply an alternative assay for sensitive and specific detection of CMV
infection in HIV patients with suspected central nervous system (CNS) infections.
One of the assays is real time polymerase chain reaction (rPCR).
Objective: To obtain a molecular assay for detection of CMV in HIV patients with
suspect CNS infections.
Methods: This study was conducted in three phases. The first is optimization of
concentrations of primers, probe, annealing temperature, final elution of DNA
extraction, and volume of PCR template. The second is determinations of sensitivity
(minimal detection of DNA) and specificity (cross-reaction) of the optimized rPCR,
and the third is application of the rPCR for clinical samples of plasma, urine, and
liquor cerebrospinal (LCS).
Results: The rPCR reaction showed optimal concentrations of primers and probe at
0.1 μM, with thermal cycler: 950C for 3 min (enzyme activation), followed by 45
cycles of 950C for 15 sec (denaturation) and 560C for 1 min (annealing and
extension). Final elution of DNA extraction was 40 μL and volume of PCR templates
for urine, plasma, and LCS was 3, 4, and 5 μL, respectively. The rPCR had minimal
detection of DNA at 50,000 copies/mL and was not cross-reacted with
Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus saprophyticus,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Mycobacterium
tuberculosis, Candida spp, Toxoplasma gondii, Epstein-Bar Virus (EBV), Herpes
Simplex Virus (HSV) and Varicella Zoster Virus (VZV). Application of rPCR for
clinical samples showed that the rPCR yielded 72.22% positive for plasma or urine,
and negative for all LCS samples.
Conclusion: The rPCR has been optimized in this study with minimal DNA detection
at 50,000 copies/mL and was not cross-reacted with other microorganisms that are
potential to cause false positive results.;Background: Cytomegalovirus (CMV) is one of opportunistic infections in patients
with Aquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Clinical manifestations are not
typical, and CT scans can not define encephalitis CMV specifically. Therefore, it is
important to apply an alternative assay for sensitive and specific detection of CMV
infection in HIV patients with suspected central nervous system (CNS) infections.
One of the assays is real time polymerase chain reaction (rPCR).
Objective: To obtain a molecular assay for detection of CMV in HIV patients with
suspect CNS infections.
Methods: This study was conducted in three phases. The first is optimization of
concentrations of primers, probe, annealing temperature, final elution of DNA
extraction, and volume of PCR template. The second is determinations of sensitivity
(minimal detection of DNA) and specificity (cross-reaction) of the optimized rPCR,
and the third is application of the rPCR for clinical samples of plasma, urine, and
liquor cerebrospinal (LCS).
Results: The rPCR reaction showed optimal concentrations of primers and probe at
0.1 μM, with thermal cycler: 950C for 3 min (enzyme activation), followed by 45
cycles of 950C for 15 sec (denaturation) and 560C for 1 min (annealing and
extension). Final elution of DNA extraction was 40 μL and volume of PCR templates
for urine, plasma, and LCS was 3, 4, and 5 μL, respectively. The rPCR had minimal
detection of DNA at 50,000 copies/mL and was not cross-reacted with
Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus saprophyticus,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Mycobacterium
tuberculosis, Candida spp, Toxoplasma gondii, Epstein-Bar Virus (EBV), Herpes
Simplex Virus (HSV) and Varicella Zoster Virus (VZV). Application of rPCR for
clinical samples showed that the rPCR yielded 72.22% positive for plasma or urine,
and negative for all LCS samples.
Conclusion: The rPCR has been optimized in this study with minimal DNA detection
at 50,000 copies/mL and was not cross-reacted with other microorganisms that are
potential to cause false positive results.;Background: Cytomegalovirus (CMV) is one of opportunistic infections in patients
with Aquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Clinical manifestations are not
typical, and CT scans can not define encephalitis CMV specifically. Therefore, it is
important to apply an alternative assay for sensitive and specific detection of CMV
infection in HIV patients with suspected central nervous system (CNS) infections.
One of the assays is real time polymerase chain reaction (rPCR).
Objective: To obtain a molecular assay for detection of CMV in HIV patients with
suspect CNS infections.
Methods: This study was conducted in three phases. The first is optimization of
concentrations of primers, probe, annealing temperature, final elution of DNA
extraction, and volume of PCR template. The second is determinations of sensitivity
(minimal detection of DNA) and specificity (cross-reaction) of the optimized rPCR,
and the third is application of the rPCR for clinical samples of plasma, urine, and
liquor cerebrospinal (LCS).
Results: The rPCR reaction showed optimal concentrations of primers and probe at
0.1 μM, with thermal cycler: 950C for 3 min (enzyme activation), followed by 45
cycles of 950C for 15 sec (denaturation) and 560C for 1 min (annealing and
extension). Final elution of DNA extraction was 40 μL and volume of PCR templates
for urine, plasma, and LCS was 3, 4, and 5 μL, respectively. The rPCR had minimal
detection of DNA at 50,000 copies/mL and was not cross-reacted with
Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus saprophyticus,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Mycobacterium
tuberculosis, Candida spp, Toxoplasma gondii, Epstein-Bar Virus (EBV), Herpes
Simplex Virus (HSV) and Varicella Zoster Virus (VZV). Application of rPCR for
clinical samples showed that the rPCR yielded 72.22% positive for plasma or urine,
and negative for all LCS samples.
Conclusion: The rPCR has been optimized in this study with minimal DNA detection
at 50,000 copies/mL and was not cross-reacted with other microorganisms that are
potential to cause false positive results.;Background: Cytomegalovirus (CMV) is one of opportunistic infections in patients
with Aquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Clinical manifestations are not
typical, and CT scans can not define encephalitis CMV specifically. Therefore, it is
important to apply an alternative assay for sensitive and specific detection of CMV
infection in HIV patients with suspected central nervous system (CNS) infections.
One of the assays is real time polymerase chain reaction (rPCR).
Objective: To obtain a molecular assay for detection of CMV in HIV patients with
suspect CNS infections.
Methods: This study was conducted in three phases. The first is optimization of
concentrations of primers, probe, annealing temperature, final elution of DNA
extraction, and volume of PCR template. The second is determinations of sensitivity
(minimal detection of DNA) and specificity (cross-reaction) of the optimized rPCR,
and the third is application of the rPCR for clinical samples of plasma, urine, and
liquor cerebrospinal (LCS).
Results: The rPCR reaction showed optimal concentrations of primers and probe at
0.1 μM, with thermal cycler: 950C for 3 min (enzyme activation), followed by 45
cycles of 950C for 15 sec (denaturation) and 560C for 1 min (annealing and
extension). Final elution of DNA extraction was 40 μL and volume of PCR templates
for urine, plasma, and LCS was 3, 4, and 5 μL, respectively. The rPCR had minimal
detection of DNA at 50,000 copies/mL and was not cross-reacted with
Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus saprophyticus,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Mycobacterium
tuberculosis, Candida spp, Toxoplasma gondii, Epstein-Bar Virus (EBV), Herpes
Simplex Virus (HSV) and Varicella Zoster Virus (VZV). Application of rPCR for
clinical samples showed that the rPCR yielded 72.22% positive for plasma or urine,
and negative for all LCS samples.
Conclusion: The rPCR has been optimized in this study with minimal DNA detection
at 50,000 copies/mL and was not cross-reacted with other microorganisms that are
potential to cause false positive results."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
Sp-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliati
"Methisillin Resistant Staplylococcus aureus (MRSA) adalah strain Staphylococcus aureus yang telah mengalami resisten terhadap antibiotika metisilin dan lainnya dalam 1 golongan. Mekanisme resistensi MRSA terjadi karena Sraphylococcus aureus menghasilkan Penicillin Binding Protein (PBP2a atau PBP2?) yang dikode oleh gen mecA yang memiliki afinitas rendah terhadap metisilin. Saat ini MRSA diuji dengan cara uji resistensi dengan cara Cakram Oxacillin 1 ug. Cara ini memerlukan isolat murni dan kultur bakteri, sehingga hasilnya baru bisa diketahui paling cepat 5 hari. Dalam upaya untuk mencari teknik diagnostik yang cepat dan tepat untuk mendeteksi MRSA, deteksi gen mecA dengan teknik PCR merupakan salah satu diagnostik alternatif.
Tujuan penelitian ini adalah mencari alternatif teknik diagnostik yang cepat dan tepat untuk pemeriksaan MRSA, dalam hal ini PCR. Pengujian dibagi dalam 2 tahap, yaitu : (1). Isolasi dan Identifikasi MRSA secara fenotipik, (2). Deteksi gen mecA pada isolat MRSA dengan teknik PCR yang terdiri dari: optimasi uji PCR untuk deteksi gen mecA, spesifisitas uji PCR, sensitifitas dan spesifisitas deteksi gen mecA sebagai uji diagnostik alternatif MRSA.
Hasil isolasi dan identifikasi secara fenotipik dari 114 isolat diperoleh MRSA sebanyak 76 isolat, dan MSSA sehesar 38 isolat. Berdasarkan hasil penelitian deteksi gen mecA pada isolat MRSA dengan teknik PCR diperoleh 75 isolat menunjukkan hasil positif terhadap gen mecA, sedangkan 1 isolat menunjukkan hasil negatif terhadap gen mecA, isolat tersebut adalah 1295/MUT yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Klinik (LMK) FKUI.
Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil uji PCR gen mecA terhadap beberapa bakteri lain yaitu Staphylococcus epidermidis, Scitreus, B. subrilis, Streptococcus bera haemolyricus, E. coli, K. pneumoniae dan P. aeruginosa, ternyata S. epidermidis dan S.citreus menunjukkan hasil PCR positif terhadap gen mecA, sedangkan bakteri lain menunjukkan hasil negatif terhadap gen mecA. Hasil uji PCR gen mecA dibandingkan dengan baku emas pemeriksaan sensitivitas dan spesifisitas secara fenotipik terhadap isolat MRSA dan MSSA adalah 98,7% dan 100%, dan nilai Posistive Predictive Value (PPV)& Negative Predictive Value (NPV) adalah 100% & 97,4%."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16236
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliati
"Ruang lingkup dan Cara Penelitian :
Methisillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah strain Staphylococcus aureus yang telah mengalami resisten terhadap antibiotika metisilin dan lainnya dalam 1 golongan. Mekanisme resistensi MRSA terjadi karena Staphylococcus aureus menghasilkan Penicillin Binding Protein (PBP2a atau PBP2') yang dikode oleh gen mecA yang memiliki afinitas rendah terhadap metisilin. Saat ini MRSA diuji dengan cara uji resistensi dengan cara Cakram Cxacillin 1 ug. Cara ini memerlukan isolat murni dan kultur bakteri sehingga hasilnya baru bisa diketahui paling cepat 5 hari. Dalam upaya untuk mencari teknik diagnostik yang cepat dan tepat untuk mendeteksi MRSA, deteksi gen mecA dengan teknik PCR merupakan salah satu diagnostik alternatif Tujuan penelitian ini adalah mencari alternatif teknik diagnostik yang cepat dan tepat untuk pemeriksaan MRSA, dalam hal ini PCR. Pengujian dibagi dalam 2 tahap, yaitu : (1). Isolasi dan Identifikasi MRSA secara fenotipik, (2). Deteksi gen mecA pada isolat MRSA dengan teknik PCR yang terdiri dari: optimasi uji PCR untuk deteksi gen mecA, spesifisitas uji PCR, sensitifitas dan spesifisitas deteksi gen mecA sebagai uji diagnostik alternatifMRSA.
Basil dan Kesimpulan :
Hasil isolasi dan identifikasi secara fenotipik dari 114 isolat diperoleh MRSA sebanyak 76 isolat, dan MSSA sebesar 38 isolat. Berdasarkan hasil penelitian deteksi gen mecA pada isolat MRSA dengan teknik PCR diperoleh 75 isolat menunjukkan hasil positif terhadap gen mecA, sedangkan 1 isolat menunjukkan hasil negatif terhadap gen mecA, isolat tersebut adalah 12951MUI yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Klinik (LMK) FKUI. Dan hasil penelitian ini diperoleh hasil uji PCR gen mecA terhadap beberapa bakteri lain yaitu Staphylococcus epidermidis, S citreus, B. subtilis, Streptococcus beta haemolysicus, E. coli, K. pneumoniae dan P. aeruginosa, ternyata S. epidermidis dan S ciireus menunjukkan hasil PCR positif terhadap gen mecA, sedangkan bakteri lain menunjuldcan hasil negatif terhadap gen mecA. Basil uji PCR gen mecA dibandingkan dengan baku emas pemeriksaan sensitivitas dan spesifisitas secara fenotipik terhadap isolat MRSA dan MSSA adalah 98,7% dan 100%, dan nilai Posistive Predictive Value (PPV)& Negative Predictive Value (NPV) adalah 100% & 97,4%."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ervi Salwati
"Ruang tingkup dan cara penelitian: Sampai saat ini, diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan pemeriksaan mikroskopik. Cara ini memiliki keterbatasan : untuk mendapatkan tenaga mikroskopis yang berkualitas, mendeteksi parasit pads densitas rendah, mengidentifikasi spesies dan infeksi campur. Uji cepat malaria berdasarkan deteksi antigen yang dihasilkan plasmodium (HRP-2, pan-LDH dan aldolase) telah dikembangkan dengan menggunakan antibodi monokional. Adanya perbedaan batas deteksi terendah antara deteksi antigen dan pemeriksaan mikroskopik perlu digunakan PCR sebagai alat untuk koreksi, karena PCR mempunyai sensitivitas melebihi mikroskopik Dengan kelebihan ini, hasil pemeriksaan mikroskopik akan terkoreksi dengan baik. Sampel penelitian ini adalah 495 pasien tersangka malaria yang datang berobat ke Puskesmas Hanura (Lampung Selatan). Deteksi antigen dilakukan pads saat darah diambil Pemeriksaan mikroskopik dilakukan di Jakarta tanpa mengetahui hasil pemeriksaan deteksi antigen. Dari spot darah pasien DNA di ekstrak dengan menggunakan metode ekstraksi saponin-chelex dan selanjutnya dilakukan annplifikasi DNA dengan primer yang mengapit daerah 18S ssu rRNA.
Hasil :Ketidak sesuaian hasil antara pemeriksaan mikroskopik dan deteksi antigen HRP-2 dengan atau tanpa pan-LDH, ditemukan pada 38 penderita yang dikelompokkan menjadi : 1) positif palsu sebanyak 47,4% (18/38), 2) negatif palsu 40% (15138); 3) ketidak sesuaian spesies 13,2% (5138). Setelah dikoreksi PCR, positif palsu berkurang menjadi 11 dan negatif palsu menjadi 14. Deteksi antigen HRP2 dengan atau tanpa pan-LDH mempunyai sensitivitas lebih balk dalam mendeteksi P.falciparum dibandingkan mikroskopik walaupun perbedaan tersebut tidak bermakna untuk deteksi antigen HRP-2 saja, tetapi bermakna untuk deteksi antigen HRP-2 dengan pan-LDH. Pemeriksaan mikroskopik mempunyai sensitivitas lebih baik dari pada deteksi antigen pan-LDH dalam mendeteksi P. viva:c tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna.
Kesimpulan : deteksi antigen HRP-2 dengan atau tanpa pan-LDH tidak dapat menggantikan pemeriksaan mikroskopik."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T58494
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djumadi
"ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Metode Penelitian : Mitokondria mempunyai fungsi sangat penting dalam menyediakan energi yang diperlukan sel untuk fungsi normalnya. Energi sel yang berupa adenosine triphosphate (ATP) dibentuk melalui proses fosforilasi oksidatif. Di dalam organel ini terdapat DNA mitokondria (mtDNA) yang bertanggung jawab dalam proses fosforilasi oksidatif mtDNA per mitokondria pada dasarnya tetap dalam semua tipe set, tetapi jumlah mtDNA dalam tiap sel somatik manusia sangat bervariasi pada sel yang berbeda. Dewasa ini analisis kuantitatif DNA mempunyai peranan penting dalam penelitian biologi dan aplikasi klinis. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan teknik PCR kuantitatif dengan standar internal yang dapat dipercaya, efektif, dan akurat, untuk kuantitasi jumlah salinan mtDNA pada berbagai jaringan manusia. Dalam metode penelitian ini, dilakukan konstruksi standar internal dengan mengamplifikasi fragmen DNA menggunakan primer L8655 dan H10952* (2298 pb). Juga dilakukan konstruksi standar normal dengan mengamplifikasi fragmen DNA pada daerah yang berada di dalam fragmen standar internal. Standar internal dan standar normal diklon di dalam bakteri Lscherichia coli. Reliabilitas standar internal diuji dengan mengkoamplifikasi standar internal dan standar normal menggunakan primer L10348 dan H 10943 pada daerah gen yang menyandi subunit tRNAArg, ND4L, dan ND4. Penelitian dilakukan pada sampel jaringan otopsi dari lima orang mayat dengan jumlah masing-masing 15 jaringan. Kuantitasi mtDNA berbagai jaringan dilakukan dengan mengkoamplifikasi cetakan standar internal di atas dan cetakan DNA target menggunakan primer L10348 dan H10943 (596 pb). Hasil amplifikasi didigesti dengan enzim restriksi Bgl I, selanjutnya dipisahkan secara elektroforesis, direkam pada foto hitam putih dan dianalisis menggunakan densitometer. Hasil analisis kuantitatif mtDNA dari berbagai jaringan manusia akan bermanfaat untuk mengetahui peranan variasi jumlah salinan mtDNA terhadap kapasitas jaringan dalam proses fosforilasi oksidatif dan akan memberikan referensi penting untuk penelitian lebih lanjut niengenai berbagai macam penyakit akibat mutasi mtDNA.
Hasil dan Kesimpulan : Hasil uji reliabilitas standar internal memberikan rata-rata hasil akhir sebesar 1,05 ng dari konsentrasi standar normal awal 1 ng (sebelum diamplifikasi). Dari hasil tersebut menunjuukan bahwa teknik PCR kuantitatif dengan standar internal merupakan teknik yang akurat dan efisien. Dari hasil penelitian yang relatif awal menggunakan teknik PCR kuantitatif dengan standar internal menunjukkan indikasi bahwa jumlah salinan mtDNA pada jaringan ginjal, jantung, serebelum, hati, basal ganglia, dan kortek serebri lebih banyak dari jaringan yang lain. Hal ini sesuai dengan fungsi metabolisme energi yang tinggi dari jaringan tersebut."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Louhenapessy, Julianti Nethasia
"Skrining darah pendonor di Indonesia terhadap malaria belum dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium. Kemungkinan resiko penularan malaria melalui darah donor dapat terjadi dan membahayakan jiwa resipien. Malaria di kota Ambon berdasarkan Annual Parasite Incidence adalah 4,49? termasuk High Case Incidence (HCI). Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi malaria dengan berbagai pemeriksaan laboratorium di kota Ambon. Dikumpulkan sebanyak 550 donor di Unit transfusi darah PMI Ambon dalam kurun waktu 3 bulan dan dilakukan berbagai pemeriksaan. Hasilnya memperlihatkan tidak satupun terdeteksi positif dengan pemeriksaan mikroskopik maupun rapid test antigen Pf HRP2-pan aldolase atau Pf HRP-2- PvLDH. Duapuluh dua donor terbukti mengandung immunoglobulin P. falciparum dengan rapid test antibodi. Lima donor lain positif dengan PCR menggunakan 18S rRNA. Penelitian ini membuktikan adanya potensi penularan malaria dari darah donor sebesar 4.9% di Pulau Ambon.

Screening of blood donors in Indonesia against malaria with laboratory tests have not been done. Possible risk of malaria transmission through donated blood may occur and endanger the lives of recipients. Malaria in the city of Ambon by Annual Parasite Incidence was 4.49 - including High Case Incidence (HCI). This study aims to determine the prevalence of malaria with a several laboratory tests in the city of Ambon. Collection of total 550 donors at Red Cross blood transfusion unit Ambon, was carried out for a period of 3 months and followed by various examinations. The results showed none detected positive by microscopic examination or antigen rapid test PfHRP2-aldolase or PfHRP2-LDH. Twenty-two donors were found to contain P. falciparum with immunoglobulin antibody rapid test, in addition five other donors positive by PCR using 18S rRNA. This study showed that the potency of malaria transmission by blood donors was 4.9% in the island of Ambon.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qatra Dini Seprida
"Infeksi menular seksual hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, balk di negara maju maupun di negara berkembang. Gonore merupakan salah satu IMS yang paling sering ditemukan dan merupakan salah satu kofaktor untuk transmisi HIV. Penularan penyakit ini terutama melalui kontak seksual. Umumnya infeksi bersifat lokal di tempat inokulasi. Waria merupakan kelompok risiko tinggi untuk terkena gonore faring dan rektum karena orientasi seksualnya secara orogenital reseptif dan anogenital reseptif. Infeksi di kedua daerah ini sebagian besar bersifat asimtomatis, maka sering tidak disadari sehingga dapat menjadi somber penularan.
Penelitian ini merupakan survei potong lintang analitik, yang bertujuan untuk mengetahui proporsi gonore faring dan gonore rektum pada populasi waria, serta hubungan antara perilaku seksual dengan kedua infeksi di atas. Diagnosis gonore faring dan rektum ditegakkan berdasarkan pemeriksaan PCR.
Penelitian dimulai pada bulan Juni sampai dengan Juli 2006. Pemeriksaan dilakukan terhadap 43 SP, yaitu waria yang berkunjung ke klinik PKBI Jakarta Timur yang memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan. Pemeriksaan meliputi anamnesis, pemeriksaan fisis, pengambilan spesimen dari daerah faring dan rektum untuk pemeriksaan gonore dengan PCR. Setelah itu dilakukan pencatatan, perhitungan, dan analisis statistik."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18005
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Identities and Genetic Diversities of Begomoviruses Associated with Leaf Curl Disease of Tomato Based on the Polymerace Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) Technique. Tri J. Santoso, Sri H. Hidayat, M. Herman, H. Aswidinnoor, and Sudarsono. Begomoviruses, members of the Geminivirus, are considered as emerging plant viruses. This was due to the increasing incidences and severities of the diseases in a number of economically important crops, including tomato. Genetic diversities of the Begomovirus isolates infecting tomato (Lycopersicon esculentum) of several areas in Indo- nesia were analyzed by using Polymerase Chain Reaction- Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) technique. A 1500 base pairs of PCR fragments amplified by using degenerate primers for Begomovirus was digested using four restriction enzymes, i.e., DraI, EcoRI, RsaI, and PstI. The pattern of RE digested fragments of 8 Begomovirus isolates and the predicted RFLP fragments of the Begomo- virus isolates in the GeneBank database were used to deter- mine the genetic identities and diversities among the isol- ates. Positive results of the PCR amplifications proved that diseased tomato plant samples collected from 8 locations in Java and Sumatra were infected with at least one Begomo- virus isolate. The PCR amplification products, which were digested using the four restriction enzymes indicated the presence of polimorfisms among the DNA fragments of the Begomovirus isolates. Identifications of the Begomovirus indicated that the Brastagi, Bogor, Sragen, Ketep, and Boyo- lali isolates were Tomato Leaf Curl Virus (ToLCV); the isolates from Malang and Blitar isolates were Ageratum Yellow Vein Virus (AYVV), while one isolate from Kaliurang was Tomato Yellow Leaf Curl Virus (TYLCV). Results of the phylogenetic analysis of the 8 Begomovirus isolates based on Begomoviruses from the DNA database indicated that they belonged to three different groups."
JURAGBIO 4 (1) 2008
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>