Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170880 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Linda Primana
"Para pendidik yang berkecimpung dalam bidang ilmu Fisika mengeluhkan rendahnya minat para peserta didik terhadap mata pelajaran Fisika. Data peminat jurusan Fisika di berbagai Universitas menunjukkan rendahnya animo calon mahasiswa terhadap ilmu Fisika dibandingkan dengan bidang ilmu alam lainnya seperti matematika, bioiogi dan kimia. Fakta-fakta yang ada mengungkapkan bahwa mata pelajaran Fisika di sekolah kurang menarik karena terlalu sulit, tidak mudah dimengerti, dan terlalu abstrak. Karena dirasakan terlalu sulit dan tidak mudah untuk dimengerti, para peserta didik sudah merasa tidak yakin akan kemampuannya dalam memahami ilmu Fisika sebelum mereka mencoba atau berusaha untuk mengerti ilmu Fisika tersebut. Melalui penelitian ini penulis berupaya mengungkap minat terhadap Fisika dan keyakinan peserta didik akan kemampuannya (self-efftcacy) dalam mata pelajaran Fisika serta hubungannya dengan prcstasi mereka dalam mata pelajaran tersebut. Oleh Bandura (1986), self-efficacy didefinisikan sebagai penilaian seseorang terhadap kemampuannya dalam mengorganisasikan dan melakukan suatu tindakan yang diinginkan untuk meraih suatu kinerja yang direncanakan. Sedangkan minat oleh Schiefele dan kawan-kawan (1992, dalam Koller, Schnabel dan Baumert, 2000) didefisinikan sebagai hubungan individu dengan objek disekelilingnya yang mana hubungan tersebut ditentukan oleh adanya nilai-nilai yang dianggap bermanfaat dan adanya emosi positif yang menyertaainya. Dalam penelitian ini, faktor inteligensi yang diasumsikan berpengaruh dalam prestasi, digunakan sebagai variabel control. Selain itu, dikaji pula perbedaan jender antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai aspek. Penelitian dilakukan terhadap 214 peserta didik laki-laki dan perempuan kelas III SLTP Negeri 40 Jakarta Pusat, yang telah menekuni mata pelajaran Fisika selama lebih dari dua tahun. Alat pengumpul data adalah ?Skala Minat Terhadap Fisika', 'Skala Self-efficacy', dan 'Skala Aspek Ekstemal' (kualitas guru dan sarana-prasarana penunjang belajar Fisika). Korelasi parsial, analisis regresi, dan uji-t adalah teknik statistik utama yang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh. Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa minat terhadap Fisika para peserta didik cenderung rendah, begitu pula dengan self-fefficacy mereka terhadap mata pelajaran Fisika. Ditemukan adanya korelasi antara self-efficacy para peserta didik dengan prestasi pada mata pelajaran Fisika. Sedangkan minat terhadap Fisika tidak berkorelasi dengan prestasi yang diperoleh peserta didik dalarn mata pelajaran Fisika.
Dari sejumlah variabel bebas yang diikutsertakan dalam penelitian, yaitu sel-fefficacy, minat terhadap Fisika, prestasi mata pelajaran fisika, aspek ekstemal {kualitas guru dan sarana-prasarana penunjang belajar mata pelajarnn Fisika) dan prestasi mata pelajaran Matematika, ditemukan bahwa aspek eksternal (kualitas guru dan sarana-prasarana penunjang belajar Fisika), prestasi pada mata pelajaran Matemarika, dan minat terhadap Fisika memberikan sumbangan yang terbesar terhadap keberhasilan belajar para peserta didik dalam mata pelajaran Fisika. Hasil analisis perbedaan jender mengungkapkan bahwa ditemukan tidak adanya perbedaan prestasi pada mata pelajaran Fisika antara peserta didik laki laki maupun perempuan.
Sedangkan dalam hal minat, tidak ditemukan adanya perbedaan minat
terhadap Fisika antara laki-laki dan perempuan. Untuk memperbaiki dan meningkatkan self-efficacy dalam mata pelajaran Fisika dan minat terhadap Fisika peserta didik, maka penguasaan mata pelajaran Matematika, minat terhadap Fisika dan kualitas guru serta sarana prasarana penunjang belajar Fisika perlu mendapat perhatian utama para pendidik, karena aspek-aspek tersebut membcrikan sumbangannya yang terbesar terhadap keberhasilan belajar Fisika. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk mengadakan perbaikan instrumen ?Skala Self-efficacy? dan ?Skala Minat Terhadap Fisika? agar lebih akurat dalam menerjemahkan sampel tingkah laku. Selain itu, untuk mendapatkan hasil yang layak untuk keperluan generalisasi hendaknya penelitian juga dilakukan di beberapa sekolah di berbagai wilayah Jakarta.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
T33638
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ros Mayasari
"Penelitian ini bertolak dari adanya kebutuhan akan pemahaman peran faktor-faktor psikologis dalam proses pembelajaran mata kuliah Bahasa Arab. Di IAIN (Institut Agama islam Negeri), mata kuliah Bahasa Arab menjadi mata kuliah yang penting dilihat dari tujuan lembaga ini yang bergerak pada pengkajian dan pengembangan ilmu-ilmn keislaman- Pengemhangan dan pengkajian ilmu-ilmu keislaman sangat memerlukan penguasaan bahasa Arab karena sumber utama pengkajian bidang disiplin ilmu ini berasal dan literatur yang berbahasa Arab. Namun pada kenyataannya, hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Bahasa Arab belum optimal Oleh karena itu, dalam penelitian ini dikaji beberapa faktor psikologis yang dianggap memberi sumbangan terhadap keberhasilan Mahasiswa pada mata kuliah Bahasa Arab. Dari beberapa faktor psikologis yang perlu mendapatkan perhatian adalah kemampuan awal bahasa Arab, self-efficacy, dan rask value. Faktor kemampuan awal bahasa Arab penting diteliti karena mahasiswa IAIN berasal dari sekolah umum, madrasah, dan pondok pesantren dimana ketiga lembaga pendidikan tersebut memberi porsi mata pelajaran Bahasa Arab yang berbeda-beda.
Faktor self-efficacy (penilaian kemampuan diri untuk melakukan tugas tertentu) juga dianggap penting untuk diteliti karena mata kuliah Bahasa Arab sering dianggap sebagai mata kuliah yang sulit Pandangan tentang kesulitan suatu tugas akan mempengaruhi penilaian seseorang tentang kemampuannya untuk berhasil pada tugas tersebut. Demikian juga dengan faktor task value (penilaianmu tentang kebermaknaan dan kepentingan suatu tugas). Adanya perbedaan tujuan jurusan-jurusan yang ada di setiap fakultas yang tidak semuanya berhubungan langsung dengan pengkajian ilmu keislaman, memungkinkan perbedaan penilaian (ask value mahasiswa terhadap mata kuliah Bahasa Arab. Oleh karena itulah penelitian ini bertujuan untuk meneliti sumbangan kemampuan awal bahasa Arab, faktor self-efficacy, dan task value terhadap hasil belajar mata kuliah Bahasa Arab.
Penelitian dilakukan terhadap mahasiswa Fakultas Tarbiyah semester satu yang sedang mengambil mata kuliah Bahasa Arab. Sampel berjumlah 214 orang yang diperoleh dengan teknik accidental .sampling. Data tentang kemampuan awal bahasa Arab menggunakan hasil ujian masuk IAIN pada mata ujian Bahasa Arab dan data hasil belajar diambil dari hasil ujian mid semester mata kuliah Bahasa Arab. Adapun data tentang self-efficacy dan task value diperoleh dari kuesioner self-efficacy dan task value. Analisis data dilakukan dengan metode analisis regresi dan pengolahan data dilakukan dengan memanfaatkan program SPSS (Statistical Package for Social Science).
Penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan awal dan self-efficacy memberi sumbangan yang signifikan terhadap hasil belajar mata kuliah Bahasa Arab, baik pada saat dihitung sendiri~sendiri maupun bersama-sama. Adapun faktor task value ternyata tidak memberikan sumbangan yang signifikan terhadap hasil belajar mata kuliah Bahasa Arab. Tidak adanya sumbangan yang signifikan variabel task value terhadap hasil belajar diduga karena adanya interaksi antara variabel task value dengan variabel lain yang tidak diukur dalam penelitian ini, adanya tingkat self-efficacy yang rendah dan dimungkinkan pula oleh adanya sikap faking good responden dalam menjawab kuesioner.
Untuk penelitian lebih lanjut disarankan melakukan pengontrolan variabel tertentu yang dianggap memberi pengaruh terhadap hasil belajar mata kuliah Bahasa Arab seperti bakal bahasa asing dan perlunya keseragaman pengukuran hasil belajar serta menggunakan teknik random sampling untuk pengambilan sampel penelitian agar hasil penelitian dapat digeneralisir secara lebih luas. Penelitian tentang variabel rask value perlu dilakukan dengan melibatkan variabel-variabel lain seperti strategi belajar karena dalam penelitian Pintrich dan Dc Groot (1990), sumbangan task value muncul terhadap strategi belajar. Strategi belajar inilah yang berpengaruh secara langsung terhadap hasil belajar. Di samping itu, penelitian bersama antara variabel kemampuan awal, motivational belief (seperti self-efficacy dan task value) serta strategi belajar penting dilakukan untuk melihat bagaimana pola hubungan dan interaksi antara variabel-variabel tersebut dalam mempengaruhi hasil belajar.
Faktor kemampuan awal bahasa Arab dan self-efficacy ternyata memberi sumbangan yang signifikan terhadap hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Bahasa Arab. Oleh karena itu, disarankan untuk mengembangkan program pengajaran yang dapat mengakomodasi perbedaan kemampuan awal bahasa Arab mahasiswa yang bervariasi, misalnya dengan memberi bimbingan remedial atau mengelompokkan mahasiswa pada satu kelas sesuai dengan tingkat kemampuan awal bahasa Arabnya di samping itu, disarankan pula untuk mengmbangkan proses pembelajaran di kelas yang dapat meningkatkan self-efficacy mahasiswa terhadap mata kuliah Bahasa Arab. Misalnya, memberi pengalaman sukses dalam mengerjakan tugas-tugas mata kuliah Bahasa Arab, memberi umpan balik yang konsisten terhadap kemajuan penguasaan mahasiswa terhadap hasil belajarnya serta tetap memberikan persuasi verbal bahwa mereka memiliki kemampuan untuk berhasil dalam mata kuliah Bahasa Arab."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti sejumlah variabel yang diperkirakan mempengaruhi prestasi belajar IPA. Variabel dimaksud adalah konsep diri akademis , sikap terhadap pelajaran IPA, pendidikan ayah dan pendidikan ibu...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Fenty H.
"Penelitian ini ingin melihat hubungan prediktif sumber-sumber self-efficacy siswa yang terdiri dari mastery/actual performances, vicarious experiences, social/forms of persuasion dan physiological reactions yang dimediasi oleh Foreign Language Classroom Anxiety (FLCA) pada mata pelajaran Humanities di sekolah internasional yang menggunakan kurikulum Middle Years Programme (MYP) dari International Baccalaureate (IB) dan menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya. Hasil yang diperoleh adalah sumber self-efficacy secara keseluruhan memiliki hubungan prediktif terhadap prestasi belajar dengan mediasi Foreign Language Classroom Anxiety (FLCA).
Hasil analisa data juga menemukan bahwa sumber-sumber self-efficacy tersebut tidak memiliki korelasi yang signifikan terhadap prestasi belajar apabila penghitungan dilakukan secara terpisah atau satu per satu. Hasil penelitian ini menyarankan para guru dan pihak sekolah untuk meningkatkan self-efficacy siswa dan mengurangi FLCA agar prestasi belajar meningkat.

This research is aimed to investigate the predictive correlation of sources of selfefficacy-which consists of mastery/actual experiences, vicarious learning, social/forms of persuasions and physiological reaction- toward academic achievement in Humanities in international school with Middle Years Programme (MYP) curriculum framework from the International Baccalaureate (IB) which is mediated by Foreign Language Classroom Anxiety (FLCA).
The result shows that sources of self-efficacy have a predictive relationship which is mediated by FLCA. The other finding in this research is that the sources of self-efficacy should not be calculated separately for the result would not be significant toward academic achievement. This research suggests that teachers and school need to improve student?s self-efficacy and reduce FLCA in order to increase student`s academic achievement."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T39107
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Riyadi
"ABSTRAK
Matematika mempakan mata pelajaran penting yang diberikan di sekolah baik di SD, SMP, SMU/SMK bahkan Perguruan Tinggi. Matematika memiliki fungsi memberi kemampuan berpikir logis, kritis dan sistematis. Matematika juga memiliki peran yang penting dalam kehidupan ini. Mengingat pentingnya peranan matematika, wajar bila matemaiika mendapatkan perhatian yang utama dibanding pelajaran yang lain dan tidak berlebihan bila diharapkan siswa menunjukkan prestasi belajar yang baik dalam pelajaran tersebut di sekolah. Namun pada kenyataannya banyak siswa yang prestasi belajar matematikanya rendah atau kurang memadai. Bahkan sampai sekarang matematika masih dianggap sebagai momok dalam pelajaran di sekolah.
Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika. Faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang berhubungan dengan prestasi belajar matematika antara lain adalah self efficacy dan minat terhadap matematika. Setiap siswa memiliki kemampuan dalam mempelajari matematika namun seringkali mereka ragu apakah ia mampu atau tidak dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Siswa seringkali tidak bertingkah Iaku optimal meskipun tahu apa yang harus dilakukannya. Keyakinan seseorang akan kemampuannya inilah yang menurut Bandura (1986) dikenal sebagai self efficacy.
Penulis meneliti hubungan antara self efficacy dengan prestasi belajar matematika yang diduga memiliki hubungan yang bermakna. Di samping itu penulis juga meneliti hubungan minat terhadap matematika dengan prestasi belajar matematika mengingat kurang minatnya siswa terhadap matematika karena ketika berhadapan dengan matematika siswa terlebih dahuiu menganggapnya sebagai suatu mata pelajaran yang sukar (Sinergi, Januari-Maret 1998). Tujuan penelitian adalah menguji apakah ada hubungan antara self efficacy dan minat terhadap matematika dengan prestasi belajar matematika. Kemudian berapa besar sumbangan variabel tersebut terhadap prestasi belajar matematika.
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas 3 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 8 Jakarta. Alasannya ialah subyek sudah dapat menilai dirinya sendiri secara cukup realistis dan subyek sudah mandiri dalam membentuk minat serta sudah sejak lama mengikuti pelajaran matematika. Subyek yang dijadikan sampel sebanyak 115 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling. lnstrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu skala self efficacy dan kuesioner minat matematika. Data penelitian diolah menggunakan metode multiple regression.
Hasil penelitian ini tidak mendukung teori Bandura(l986) yang mengatakan bahwa self efficacy berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika. Penelitian ini juga tidak mendukung penelitian Schunk (1982) yang menyatakan bahwa self efficacy berhubungan secara signifikan dengan prestasi belajar matematika. Hasil penelitian ini juga tidak mendukung penelitian Simanjuntak (1994) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara minat dengan prestasi matematika siswa laki-laki dan perempuan. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui self efficacy dan minat terhadap matematika secara bersama-sama tidak memberikan sumbangan yang signifikan terhadap prestasi belajar matematika.
Tidak bemaknanya hubungan antara self efficacy dan minat terhadap matematika dengan prestasi belajar matematika mungkin disebabkan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini yang berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika seperli inteligensi, motivasi, kecemasan terhadap matematika dan skema tentang pemecahan masalah yang diajarkan sebelumnya. Faktor-faktor tersebut mungkin mempunyai peran yang lebih besar dalam mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa dibandingkan dengan self efficacy dan minat terhadap matematika. Tidak signifikannya hubungan antara self efficacy dan minat terhadap matematika dengan prestasi belajar matematika juga bisa disebabkan oleh instrumen-instrumen penelitian ini yang mungkin tidak valid secara eksternal, kecenderungan subyek penelitian untuk menjawab kuesioner secara social desirability dan variabilitas sampel penelitian yang rendah.
Saran untuk penelitian lanjutan yakni melakukan validasi eksternal terhadap instrumen-instrumen ini dengan cara mengkorelasikan skala self efficacy dan kuesioner minat terhadap matematika dengan alat-alat dan metode-metode lain yang valid secara internal maupun eksternal yang mengukur konstruk yang sama. Sebaiknya menggunakan sampel penelitian dan beberapa sekolah agar subyeknya heterogen dan menggunakan teknik pengambilan sampel secara random/acak. Membuat tes matematika yang standar agar valid dan reliabel. Perlu melibatkan valiabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti inteligensi (kecerdasan), motivasi, kecemasan terhadap matematika dan skema tentang pemecahan masalah yang diajarkan sebelumnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2551
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Kuswita
"ABSTRAK
Program pendidikan melalui televisi merupakan suatu bentuk aplikasi teknologi pendidikan dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan jika diiihat dari segi teknologi pendidikan dan merupakan bentuk dan wujud dari proses komunikasi massa jika ditinjau dari segi komunikasi massa.
Tesis ini membahas format sajian bagaimana yang menjadi pilihan warga belajar Paket B yang akan menggunakan program televisi sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar pada tahun anggaran 1998.
Direncanakan untuk tahap pertama akan dibuat 48 buah program meliputi 4 jenis mata pelajaran yaitu Fisika, Matematika, Biologi dan Bahasa Inggris masing-masing 12 program untuk setiap mata pelajaran. Teori-teori dan konsep yang digunakan dalam tesis ini antara lain konsep teknologi pendidikan, media televisi pendidikan komunikasi massa dan teknologi instruksional:
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.
Data primer diperoleh dengan tehnik survai yaitu melakukan pengumpulan data dari para responden dengan menyebarkan daftar pernyataan tertulis, bersifat tertutup yang telah disiapkan, untuk mengetahui preferensi responden terhadap format sajian program televisi pendidikan luar sekolah untuk mata pelajaran fisika. Responden adalah Warga Belajar Paket B Cilandak Jakarta Selatan.
Dari hasil penelitian diketahui format sajian yang menurut Warga Belajar Paket B Cilandak menjadi preferensi mereka, untuk program televisi pendidikan, mata pelajaran fisika.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti memberikan saran dan masukan kepada pembuat program-program pendidikan melalui televisi, sehingga bisa membuat format sajian yang tepat untuk mata pelajaran fisika, dengan target audience, Warga Belajar Paket B (setara SLTP)."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Permasalahan penelitian ini adalah rendahnya tingkat minat berwirausaha mahasiswa FE UNP diduga dipengaruhi oleh tingkat akan kebutuhan prestasi, tingkat lokus kendali, dan tingkat efikasi diri mahasiswa. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode survey menggunakan probability sampling dengan instrumen penelitian angket. Teknik analisis data menggunakan model regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan prestasi dan tingkat efikasi diri positif sebagai prediktor tingkat minat berwirausaha. Sedangkan tingkat lokus kendali lemah sebagai prediktor tingkat minat berwirausaha mahasiswa FE UNP. Solusinya adalah dengan mahasiswa mengikuti kuliah umum, seminar, talkshow, pelatihan motivasi, manajemen waktu, dan kewirausahaan."
JURPEND 14:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Wulansari
"Program pengajaran intensif diartikan sebagai program bimbingan belajar
yang diarahkan pada tujuan khusus dan dilaksanakan selama kurun waktu
tertentu. Sebagai salah satu bentuk bimbingan belajar yang memiliki tujuan
khusus yaitu tercapainya kesiapan dalam menghadapi ebtanas, program
pengajaran intensif lebih menekankan pada pembahasan soal-soal latihan ebtanas
dengan menggunakan berbagai jenis soal ebtanas yang pernah diselenggarakan.
Ciri khas dari pengajaran intensif yang berbeda dengan bimbingan belajar
menjadlkan pihak penyelenggara harus memiliki kiat-kiat khusus membahas
penyelesaian soal akan seringkali menimbulkan kejenuhan dalam diri peserta
terutama pada pelajaran yang bersifat hafalan.
Siswa sendiri sebagai peserta program pengajaran intensif dapat memilih
keikutsertaannya baik melalui program yang diadakan oleh sekolahnya, maupun
yang diselenggarakan oleh lembaga bimhingan belajar di luar sekolah. Pada
dasarnya siswa yang mengikuti program pengajaran intensif baik diluar sekoiah
maupun dalam lingkungan sekolah, memiliki alasan yang berbeda-beda dalam
proses keikutsertaanya. Hal ini akan mempengaruhi partisipasi aktif siswa
terhadap kegiatan tersebut. Dalam diri siswa yang akan menghadapi ebtanas
memiliki bentuk orientasi sasaran (goal orienlarion) dan self-ejicacy yang
berbeda, sehingga setiap siswa akan memiliki strategi dan cara pandang yang
berbeda terhadap program pengajaran intensif terscbut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan orientasi sasaran
(goal orientation) dan self-efficacy dengan prestasi belajar pada siswa peserta dan
non peserta program pengajaran intensif di sekolah. Penelitian ini khusus melihat
program pengajaran lntensif yang diberikan oleh sekolah karena beberapa tahun
belakangan ini program tersebut menjadi semacam program tahunan yang khusus
diberikan dalam rangka persiapan ebtanas. Siswa yang mejadi subjek penelitian
merupakan siswa yang berasal dad SLTP Negeri 73 dan SLTP Negeri 155, karena
pada kedua sekolah yang berlokasi di Jakarta Selatan tersebut tidak mewajibkan
siswanya untuk ikut dalam program pengajaran intensif di sekolah. Dengan
demikian pada kedua sekolah sekaligus ada siswa peserta dan non peserta
program pengajaran intensif di sekolah
Bentuk orientasi sasaran (goal orientation) seperti yang terdapat dalam
penelitian Ames & Archer (1988) memiliki dua bentuk yaitu mastery goal dan
pergfonnance goal Kedua bentuk orientasi sasaran (goal orientation) tersebut
akan dilihat pada siswa yang memiliki sasaran mastery akan berbeda dengan
siswa yang memiliki sasaran performance dalam memandang suatu tugas.
Penelitian ini berusaha mengungkap perbedaan bentuk orientasi sasaran (goal orientation) pada siswa peserta dan non peserta program pengajaran intensif dan
kaitannya dengan prestasi belajar yang akan ditampilkan mereka
Selain bentuk orientasi sasaran (goal orientation) siswa, penelitian ini juga ingin melihat perbedaan self-efficacy dan hubungannya dengan orientasi sasaran
(goal orientation) yang dimiliki siswa, serta kaitan keduanya dengan prestasi
belajar siswa. Self-efficacy yang digunakan dalam penelitian mengacu pada
penelitian Wood & Locke?s (1987) yang melihat self-efficacy pada aspek dalam
kinerja akademik kelas yaitu keyakinan terhadap konsentrasi kelas, ingatan,
pemahaman, penjelasan, membedakan konsep dan membuat kesimpulan
Alat ukur penelitian ini adalah skala orientasi sasaran (goal orientation)
yang terdiri dari sembilan aspek definisi sasaran dan skala self-efficacy. Alat ukur
telah melalui proses uji coba alat sebelum diberikan pada subjek penelitian di
kedua sekolah Dari kedua skala tersebut didapat hasil dari masing.masing bentuk
orientasi sasaran (goal orientation) dan self-efficacy yang pada akhimya
dihubungkan dengan nilai prestasi belajar siswa dalam bentuk NEM
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tidak ada perbedaan antara orientasi
sasaran (goal orientation), self-efficacy, dan prestasi belajar antara siswa pescrta
dan non peserta program pengajaran intensif di sekolah. Selain itu juga tidak
terlihat adanya hubungan antara orientasi sasaran (goal orientation) dan self-efficacy siswa dengan prastasi belajarnya, baik pada siswa peserta maupun non
peserta program pengajaran intensif di sekolah. Hasil penelitian juga
memperlihatkan adanya hubungan antara mastery goal dengan performance goal
dan self-efficacy pada siswa peserta pengajaran intensif di sekolah, namun tidak
terlihat hubungan antara mastery goal dan performance goal dengan self-efficacy
pada siswa non peserta program pengajaran intensif di sekolah Pada kedua
kelompok tidak memperlihatkan adanya peranan orientasi sasaran (goal
orientation) dan self-efficacy terhadap prestasi belajar siswa.
Pada penelitian lebih lanjut, disarankan agar mengadakan pengontrolan
yang ketat terhadap taraf kecerdasan siswa dan faktor sosial ekonomi siswa karena
prestasi belajar memiliki keterkaitan dengan kedua hal tersebut. Selain itu
disarankan untuk menggunakan disain penelitian pretest-posttest untuk
memperoleh gambaran mengenai bentuk dan hubungan orientasi sasaran (goal orientation) dan self-efficacy dengan prestasi belajar pada siswa peserta dan non
peserta program pengajaran intensif di sekolah sebelum dan setelah mengikuti
program pengajaran intensif Kemudian membandingkan kedua bentuk orientasi
sasaran (goal orientation) dan .self-efficacy serta prestasi belajar pada siswa
peserta dan non peserta program pengajaran intensif di sekolah
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
David P.
"Salah satu proses evaluasi yang dilakukan untuk menentukan kelulusan siswa SMA di Indonesia adalah melalui ujian nasional (UN) dan ujian sekolah berbasis nasional (USBN). UN maupun USBN tidak terlepas dari berbagai kecurangan akademik. Dari berbagai penelitian terdahulu, sebagian besar siswa pernah melakukan kecurangan akademik dalam berbagai bentuk. Terdapat banyak faktor yang memengaruhi perilaku kecurangan akademik diantaranya adalah academic self-efficacy dan takut akan kegagalan. Academic self-efficacy merupakan salah satu prediktor dan memiliki hubungan negatif dengan kecurangan akademik. Di sisi lain, takut akan kegagalan memiliki hubungan positif dengan perilaku kecurangan akademik. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh keduanya secara bersama-sama pada perilaku kecurangan akademik. Partisipan dalam penelitian berjumlah 875 siswa SMA kelas 12 dari 146 sekolah, 56 kota dan 22 provinsi di Indonesia. Analisis dilakukan dengan uji multiple regression dan factorial anova. Diketahui bahwa academic selfefficacy dan takut akan kegagalan memiliki pengaruh signifikan yang bertolak belakang terhadap perilaku kecurangan akademik. Takut akan kegagalan ditemukan cenderung memiliki pengaruh yang lebih dominan dibandingkan academic self-efficacy terhadap perilaku kecurangan akademik. Kolaborasi dukungan guru serta orang tua untuk meningkatkan academic self- efficacy dan menurunkan derajat takut akan kegagalan diharapkan dapat mengurangi potensi perilaku kecurangan akademik pada siswa SMA kelas 12.

One of the evaluation processes carried out to determine high school student graduation in Indonesia is through national examination (UN) and national based school examination (USBN). Both of them are inseparable from possibilities of academic dishonesty behavior. From previous studies, most student had committed academic dishonesty in various forms. There are many factors that influence academic dishonesty including academic self-efficacy and fear of failure. Academic self-efficacy is a predictor and has a negative relation with academic dishonesty. On the other hand, fear of failure has a positive relation with academic dishonesty. The purpose of this study is to find out the effect of both variables collectively on academic dishonesty. Participant in this study were 875 12 grade high school students from 146 schools, 56 cities and 22 provinces in Indonesia. The analysis was performed using multiple regression and factorial anova test. Result showed that academic self-efficacy and fear of failure have a significant and opposite effect on academic dishonesty. Fear of failure tends to have more dominant influence than academic self-efficacy on academic dishonesty behavior. Collaboration of support from teachers and parent to improve academic self-efficacy and reduce fear of failure is expected to minimize the academic dishonesty behavior potential in 12 grade high school student."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>