Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56858 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gede Putu Yudasma M.
"Masalah kesehatan di lingkungan perusahaan seperti juga di lingkungan masyarakat l1I'I1UIl1, banyak disebabkan berbagai macam faktor yang dikenal scbagai "hazard" di tempat kexja. “Hazard kezja” ini sangat bcrpengaruh tcrhadap produktivitas kerja, melalui penurunau kondisi dan gangguan kwehatannya. Dengan adanya gangguan secara raga dan jiwa terhadap kesehatannya, seorang karyawan akan menurun pula kemampuan untuk melakukan aktivitasnya dalam melakukan pekerjaan.
Pasal 24 UU Kesehatan RI No. 23 Lahun 1992 menyebutkan bahwa kesehatan jiwa diselenggarakan untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara optimal baik intelektual maupun emosional, baik dilakukan oleh perorangan, lingkungan keluarga, sekolah, pekenjaan, maupun masyarakat yang didukung sarana pelayanan kesehatan jiwa dan sarana lainnya. Definisi ini mcncmpatkan manusia harus selalu dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik) @rl unsur "mga" (organobiologi), "jiwa” (psiko-edukatif), dan ”sosia1” (sosio~kultural) dalam upaya peningkatan “kualitas hidup” manusia yang terdiri dari kesejahteraan raga, jiwa dan sosial.
Bahaya psikososial yang berhubungan dengan kesehatan jiwa, sering kali kurang mendapat perhatian dari pihak manajemen perusahaan, karena secara umum hazard ini lebih bersifat abstrak. Berbeda dengan hazard iisik, seperti bising, panas, bahan kimia berbahaya, dan lain-lain yang bersifat nyata, daxi aspck pengukuran dan dampaknya kepada karyawan dapat diiclaskan dengan Iebih mudah dan konkrit. Scbcnarnya aspek hazard psychososial merupakan hazard yang sangat penting, karena sangat terkait dengan kemampuan dasar pekeija sebagai manusia seperti kemampuan bcrpikir, kemampuan beradaptasi dengan pola perubahan di linglcungan kerja, mengelola dan kemampuan mengontrol situasi stress yang dihadapi pckcija dan lain-lain.
Secara umum seorang pekeija yang terganggu kesehatan jiwanya akan menumn pula daya pikirnya, daya konsentrasi, ketrampilan, dan ketangkasan dalam melalcukan pekezjaan. Hal ini sangat terkait dengan pengamhnya terhadap tingginya angka ketidakhadiran, meningkatnya angka kematian dan kecelakaan kcrja. Selain itu, faktor-faktor tersebut diatas akan berdampak pula terhadap menumnnya kemampuan berinteraksi dengan orang lain, membmulcnya hubungan dengan sesama karyawan atau dengan atasannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pcrsepsi karyawan terhadap bahaya psikososial kerja yang mcmpengaruhi tingkat stress di PT Rekayasa Industri dengan pendckatan cnoss-sectional, menggunakan mctoda pengukuran self report measure dan teknik life event scale melalui kuesioner. Cara penelitian ini digunakan untuk mcmperoleh gambaran tingkat stress kerja dan aspek bahaya psikososial kerja sebagai stressor. Populasi dalarn penelitian ini adalah karyawan yang bcijumlah 128 karyawan. Analisa penelitian ini menggunakan analisa statistic univaxiat, bivariat dengan uji chi-square, kemudian analisa multivariate dengan menggunakan uji regresi logistic.
Hasil penelilian mcnunjukkan ada sekitar 37,5 % karyawan mengalami stress kerja tingkat ringan, 59,4 % karyawan tingkat sedang dan 3,1 % karyawan mengalami stress tingkat berat. Sedangkan faktor bahaya psikososial keija yang bcrmakna secara statistik dan dominan terhadap tingkat stress adalah parameter hubungan interpersonal. Peneliti berharap penelitian ini dapat mcmberikan masukan dan rekomendasi kepada PT Rekayasa lndustri untuk mernbuat program management stress kerja dengan mengacu kepada aspek-aspek bahaya psikososial kexja yang dialami oleh karyawan, sehingga pola program penyuluhan di lingkungan perusahaan akan bergeser dan penyuluhan pekerjaan yang sifat hazardnya hanya disebabkan oleh stressor iisik, kimia, dan biologi kepada penyuluhan yang bcrkaitan juga dengan stressor psikososial.

Problem of healthy in the company, like also in public society, caused of many factor which is known as “hazard” at work. This "Hazard at work" has an effect to work productivity, through its health trouble and condition degradation. With trouble existence by physical and mental healthy, employee will be downhill also the ability to do his activity in conducting work.
Article 24 “UU Kesehatan RI” No. 23, 1992 mentioning that mental healthy carried out to realize mental in an optimal both of the emotional and also intellectual goodness, let done by individual, environmental of family, school, job, and also the society that supported by mental health services and other facilities. This definition place human being should be viewed with a holistic point of view. Physically (organ biology), “mental” (psycho-educative), and "social" (social-cultural) are elements in improving the quality of life.
Psychosocial hazards which deal with mental health, frequently less get attention from company management party, because in general this hazard has the character of abstraction. Diifer from physical hazards, like noise, hot, dangerous chemicals, and others, iiom aspect of its impact and measurement can be explained with easy and clearly. In fact, aspect of psychosocial is the important hazard, because it has related with ability of worker as human being like ability thinking, ability adaptation with pattem of environment, managing and the ability control situation of stress faced by worker and others.
In general, a worker armoyed by health of his mental will decrease his mind, concentration, skilled, and agility in conducting job. This matter is very relevant with his influence the absence, the increasing of mortality and accidents. Others, the above factors will affect to decrease his ability to interact with others, deteriorating of it relation with other employees or with his supervisor.
The purpose of this research is to better understand the psychosocial hazards that influence in the workplace and how to manage the occupational stress levels of PT Rekayasa Industti employees, especially the engineers who work in PT Rekayasa lndustii. This research has been conducted iiom a cross-sectional approach, with self report measure and life event scale technique carried out through questionnaires that conducted to the responders. This method is used to gain an overview of conditional stress levels and psychosocial hazards that constitute of stressor. The samples of this research are part of engineer’s respondents. There were 128 responders, and the research statistic analyze data use techniques of univariate and bivariate through the Chi-square test, together with multivariate through the logistic regressions test.
The result of this research show there is about 37,5 % employees have experienced of light level, 59,4 % employees medium level and 3,1 % employees have experienced of stress of heavy level. Beside that, factor of hazard psychosocial in the work place have a meaning of statistically and dominant to level of stress is parameter of relation interpersonal. Researcher hope this research can give input and recommend to PT Rekayasa Indusui to develop management work stress program with related to many aspect of hazard psychosocial experienced by employees, so that the pattern of program counseling in the company will shift from work counseling which is the nature of its hazard which cause by stressor physical, chemical, and biological to interconnected counseling by stressor psychosocial.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34288
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Belinda Widiastuti
"Penelitian ini adalah tentang gejala stres kerja dan bahaya psikososial pada pekerja kontraktor proyek repairing tanki 31T5 yang berlokasi di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. Gejala stres kerja diukur menggunakan kuesioner dan ceklist mengenai keluhan-keluhan baik gejala fisik, emosi, dan perilaku yang merupakan gejala-gejala stres kerja. Sedangkan bahaya psikososial diukur dengan menggunakan kuesioner dan wawancara mengenai persepsi responden terhadap Context to Work dan Content of Work di tempat kerja.
Metode penelitian ini adalah cross sectional dengan melalukan observasi/wawancara, checklist dan kuesioner untuk pengukuran gejala stres kerja dan bahaya psikososial. Hasil dari pengukuran menunjukkan bahwa adanya keluhan gejala fisik pada responden sebesar 40%, yaitu keluhan sakit kepala, gangguan tidur, dan kaku otot. Sedangkan responden tidak menunjukkan persepsi yang diduga buruk terhadap aspek Context to Work dan Content of Work.

This study is about work stress symptoms and psychosocial hazard to contractor worker tank 31T5 repairing project that located in PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. Work stress symptoms was measured by questionnaire and checklist about physical symptoms , emotion, and behavior complaint. Psychosocial hazard was measure by questionnaire and interview about respondent perception with Context to Work and Content to Work in working area.
The method of this study is cross sectional by doing observation/interview, checklist and work stress measuring and psychosocial hazard with questionnaire. Result of the measuring showing that complaints of physical symptoms on respondents by 40%, that complaint was fatigue, headache, indigestion, palpitations, sleep disorders, itching and sleepy. Then respondents did not indicate a bad perception of the aspects to Work Context and Content of Work.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S58977
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Entin Prakartini
"Anak yang terdiagnosis tumor otak menyebabkan orang tua mengalami reaksi psikologi, sosial dan spiritual akibat pengobatan dan perawatan yang panjang dan lama. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pengalaman psikososial dan spiritual pada orang tua yang memiliki anak dengan tumor otak. Penelitian kualitatif deskriptif dilakukan terhadap 11 orang tua dari anak-anak penderita tumor otak di sebuah rumah sakit pusat kanker di Jakarta, Indonesia dan dilakukan secara purposive sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara semi terstruktur dan dianalisis menggunakan metode Colaizzi dan menghasilkan lima tema yakni 1) beragam respon orang tua saat awal-awal diagnosis; 2) tantangan besar dalam menjalani pengobatan dan perawatan anak; 3) kedekatan dengan Yang Maha Kuasa dan dukungan spiritual; 4) munculnya harapan dan dukungan dari berbagai pihak; 5) keihklasan dan terus berupaya untuk kesembuhan anak. Peran tenaga kesehatan dan khususnya perawat dibutuhkan untuk mengidentifikasikan kebutuhan psikologi, sosial dan spiritual yang dibutuhkan orang tua selama menjalani pengobatan dan perawatan anak dan langkah selanjutnya berkolaborasi dengan semua pihak yang terkait dalam upaya pemenuhan kebutuhan tersebut.  

Children diagnosed with brain tumors causes parents to experience psychological and spiritual reactions due to long and lengthy treatment and care. This research aims to explore the psychosocial and spiritual experiences of parents who hava children with brain tumors. Qualitative descriptive research was conducted on 11 parents of children with brain tumor at a cancer center hospital in Jakarta, Indonesia and carried out purposive sampling. Data was collected through semi-structured interviews and analyzed using Colaizzi method and produced five themes, namely 1) various parental responses at the beginning of the diagnosis; 2) big challenges in undergoing treatment and caring for children; 3) closeness to the Almighty and spiritual support; 4) the emergence of hope and support from various parties; 5) sincerity and continuing efforts for the child’s recovery. The role of health workers and especially nurses is needed to identify the  psychological, social and spiritual needs that parents need while undergoing treatment and child care and the next step is to collaborate with all related parties in effort to meet these needs."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthiah
"PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata dan properti. Karyawan dituntut untuk terus meningkatkan kualitas layanan sesuai dengan ekspektasi konsumen dan organisasi sehingga tidak terlepas dari stres kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor bahaya psikososial yang berhubungan dengan stres kerja menggunakan desain studi cross sectional pada 107 responden.
Hasil penelitian menunjukkan 49,5% responden mengalami stres tinggi. Faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan dengan stres kerja pada karyawan adalah perkembangan karir, kepuasan kerja, hubungan interpersonal, desain kerja, beban kerja. tidak ada hubungan yang signifikan antara kontrol pekerjaan dan jadwal kerja dengan stres kerja.

PT. X is a company of tourism and property industry. The employees are required to continuously improve the quality of services in accordance the expectation of customers and organization that cause stress of work. This study aims to analyze the association between psychosocial hazards and work related stress using a cross sectional study on 107 respondents.
The result showed 49.5% of respondents experiencing high stress. Psychosocial factors significantly associated with work-related stress on employees are career development, job satisfaction, interpersonal relationship, task design and workload. There was no significantly associated job control, and work schedule with work-related stress.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55467
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gatha Haris Widodo
"Perkembangan bisnis yang pesat di Indonesia saat ini menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di setiap tempat kerja termasuk sektor kesehatan. Laboratorium merupakan salah satu sarana dalam sektor kesehatan yang dituntut dapat unggul dalam memberikan pelayanan kepada konsumen. PT. X adalah salah satu laboratoium swasta di Indonesia yang sudah memiliki beberapa penghargaan. Bagian pelayanan menjadi salah bagian terpenting dalam suatu sistem produksi di perusahaan ini. Penilaian terhadap faktor-faktor bahaya psikososial yang berhubungan dengan stres pada pekerja bagian pelayanan di PT. X cabang se-Jabodetabek belum pernah dilakukan sebelumnya, dimana pencatatan mengenai penilaian terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan stres dan pengendaliannya belum tersedia sebagai suatu dokumen K3 yang dapat disosialisasikan bagi seluruh elemen bagian pelayanan di PT. X cabang se-Jabodetabek.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor bahaya psikososial yang berhubungan dengan tingkat stres pekerja bagian pelayanan di PT. X cabang se-Jabodetabek tahun 2016. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah karyawan bagian pelayanan yang berjumlah 291 responden. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari instansi terkait dan data primer yang diperoleh melalui kuesioner yang diberikan kepada responden.
Dari hasil penelitian didapatkan 51,2% responden mengalami stress kerja tinggi dan 48,8% mengalami stres kerja rendah. Hasil analisis bivariat dengan tingkat kemaknaan 5%, diperoleh lima faktor yang berhubungan dengan stres kerja yakni budaya dan fungsi organisasi dengan p value 0,001, peran dalam organisasi dengan p value 0,002, pengembangan karir 0,001, hubungan interpersonal dengan p value 0,001, dan peralatan kerja dengan p value 0,001. Dari hasil penelitian tersebut perusahaan harus segera mengambil tindakan pengendalian untuk guna mencegah terjadinya stres di kalangan pekerja dan yang akhirnya bisa merugikan pekerja dan perusahaan sendiri.

Rapid business development in Indonesia nowadays demands the implementation of Occupational Health Safety (OHS) in every workplace including the health sector. Laboratory as one of the facilities in the health sector are required to excel in providing services to consumers. PT. X is one of the private laboratory in Indonesia which already has several awards. Customer service department become one of the most important departements in this company production system. An assessment of workers stress levels and psychosocial hazard factors associated with stress on workers in the service section PT. X Jabodetabek branch has never been done before, where the recording of the assessment of the factors associated with stress and its control is not available as a document that can be socialized K3 for all elements of the service section at PT. X Jabodetabek branch.
This study aims to determine the factors associated with psychosocial hazards stress level services department workers at PT. X branch Jabodetabek 2016. The study design used in this study was cross-sectional. The sample in this study are employees of the customer service amounted to 291 respondents. The data used in this research is secondary data from the company and primary data obtained through a questionnaire given to respondents.
From the results, 51.2% of respondents experiencing high job stress and 48.8% had low job stress. The results of the bivariate analysis of the significance level of 5%, obtained five factors related to job stress. That are cultural and organizational functions with p value 0,001, role in the organization with p value 0.002, career development 0,001, interpersonal relationships with the p value of 0.001, and working equipment with p value of 0.001. From these results the company should take immediate action to control in order to prevent stress among workers and that could eventually be detrimental to workers and the company itself.;
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65224
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Anugrah
"Bahaya psikososial merupakan aspek-aspek dari desain kerja, organisasi kerja dan manajemen kerja, serta segala aspek yang berhubungan dengan lingkungan sosial kerja yang berpotensi dapat menimbulkan gangguan psikologi dan fisik ? fisiologi pekerja. Hasil penilaian terhadap persepsi bahaya psikososial ini akan menggambarkan pandangan karyawan mengenai seberapa bahayakah keberadaan bahaya psikososial yang ada di tempat kerja mereka.
PT. Repex merupakan salah satu perusahaan jasa logistik terbesar di Indonesia. Jam kerja yang panjang, peralatan kerja, melakukan pekerjaan yang monoton, hubungan interpersonal dengan rekan kerja dan atasan, perkembangan karir, keikutsertaan dalam pengambilan keputusan dan adanya pengawasan serta banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan merupakan beberapa aspek bahaya psikososial yang ada di Departemen PT.Repex yang merupakan salah satu stressor terjadinya stress pada pekerja.
Penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif dan desain deskriptif. Populasi yang menjadi objek penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Repex Wahana pada Departemen Operasional yang berada di Pondok Pinang, Jakarta Selatan yang berjumlah 37 orang.
Secara umum hasil survey persepsi bahaya psikososial karyawan Departemen Operational menunjukkan bahwa bahaya psikososial di tempat kerja tidak terlalu membahayakan sehingga belum sampai mengganggu apalagi membebani karyawan selama melakukan pekerjaan setiap harinya, atau dengan kata lain memiliki tingkat bahaya dengan kategori rendah (6.92). Namun upaya pemeliharaan serta perbaikan secara terus menerus harus tetap dilakukan.

Psychosocial hazard is the p aspects of work design, work organization and management of work, and all aspects related to the social work environment that potentially can cause physical and psychological - physiology disorder to workers. Results of the assessment of psychosocial risk perception will reflect the view of employees which is describe how ?danger? the presence of sychosocial hazards in the workplace for them.
PT. Repex is one of the largest logistics service company in Indonesia. The long hours of work, work equipment, doing work that monoton, interpersonal relationships with colleagues and superiors, career development, participation in decision making and the supervision and the quantitative of jobs to be done iare some aspects of psychosocial hazards in the Department of PT.Repex which is one of the stressor of a stress to the workers.
This study is a survey research approach to the quantitative and descriptive design. Population which is the object of this research is all employees of PT.Repex Wahana at Operational Department which is located in Pondok Pinang, South Jakarta, amounting to 37 people.
In general, the survey of employee perceptions psychosocial hazards Operational Department show that psychosocial hazards in the workplace is not too dangerous, not disrupt the burden especially for employees to work each day, or in other words have a hazard category is low (6.92). However, sustainable maintenance and repairment still should be done."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eky Susilowati
"Bahaya psikososial merupakan stresor di tempat kerja yang dilihat dari aspek context of work dan content of work dan berpotensi untuk menimbulkan stres kerja. Aspek dari context of work yang dianggap sebagai suatu bahaya yang dapat menyebabkan stres kerja mencakup budaya dan fungsi oganisasi, peran dalam organisasi, pengembangan karir, kontrol/pengambilan keputusan, hubungan interpersonal serta hubungan rumah-pekerjaan. Sedangkan, aspek content of work mencakup lingkungan dan peralatan kerja, desain tugas, beban kerja serta jadwal kerja.
Dalam skripsi ini, penulis membahas persepsi bahaya psikososial pada karyawan Departemen Assembling Line PT NGK Busi Indonesia. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan pendekatan semi kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan persepsi terhadap bahaya psikososial lebih dominan ke arah persepsi karyawan yang melihat pekerjaannya sehari-hari tidak membuatnya merasa terbebani, baik itu dari aspek context of work maupun content of work. Walaupun demikian, karyawan menganggap aspek content of work lebih membebani daripada context of work.
Salah satu content of work yang menjadi stresor bagi karyawan, yaitu lingkungan dan peralatan kerja di mana karyawan merasa perlu diperbaikinya lingkungan kerja terutama suhu panas di pabrik. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan lingkungan kerja dan meningkatkan training terutama yang berkaitan dengan heat stress maupun tentang manajemen stres dan waktu untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan.

Psychosocial hazard is stressor in the workplace that viewed from work context and work content aspect and potentially stressfull work. The aspect from context of work that is considered to be a hazard that can lead to stress work includes cultural and organizational function, the role of organization, career development, control/decision making, interpersonal relationships and the relationship of home-work. Whereas, the aspect from content of work includes environment and work equipment, task design, work load and work schedule.
In this thesis, the author discusses the perceptions of psychosocial hazards on employees Department of Assembly Line PT NGK Busi Indonesia. Research methods used in this research, namely the descriptive survey research that used quantitative approach.
The results showed perceptions of psychosocial hazards are more dominant over the perception of employees who see their work in everyday doesn't make it feel burdened, be it from the aspect of the context of work and the content of work. However, the employee considers aspects of the content of work is more burdensome than the context of work.
One of the content of work that become stressors for employees, the environment and equipment in the workplace where employees feel need to be repaired, especially the working environment in the factory hot temperatures. Therefore, the need for improvement of the working environment and improve training, especially with regard to heat stress and on stress management and time to improve the safety and health of employees.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55464
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhmat Soebekti
""Kesehatan adalah keadaan sejahtera dan badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis" (UU Kesehatan no.23/1992).
Definisi ini menempatkan manusia harus selalu dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik) dari unsur "raga" (organobiologi), "jiwa" (psiko-edukatif), dan "sosial" (sosio-kultural), yang tidak dapat dipisah-pisahkan antara satu unsur dengan unsur lainnya dalam upaya peningkatan "kualitas hidup" manusia yang terdiri dari kesejahteraan raga, jiwa, dan sosial.
Kesehatan jiwa mempunyai sifat yang harmonis (serasi), memperhatikan semua segi kehidupan manusia dalam hubungannya dengan manusia lain. Oleh karena itu, kesehatan jiwa mempunyai kedudukan yang penting di dalam pemahaman kesehatan, sehingga tidak mungkin kita membicarakan tentang kesehatan tanpa melibatkan kesehatan jiwa. Seseorang yang sehat raga dan jiwanya, tentunya diharapkan akan lebih baik kualitas hidupnya serta lebih produktif.
Salah satu aspek dari kesehatan jiwa adalah adanya bahaya psikososial kerja yang merupakan bagian dari bahaya-bahaya yang berhubungan dengan karyawan dan ruang lingkup kerjanya. Bahaya psikososial kerja dapat meliputi beban kerja, rutinitas kerja, masalah organisasi, konflik antara pekerja maupun antara pekerja dengan pimpinan, suasana kerja yang buruk, dan lain-lain. Bahaya-bahaya ini secara langsung atau tidak akan berpengaruh terhadap kondisi raga dan jiwa karyawan sehari-hari. Jika seorang karyawan tidak dapat mengatasi beban bahaya ini dengan baik, maka karyawan tersebut akan jatuh dalam kondisi stres, dan lambat laun akan mengalami gangguan serta keluhan-keluhan penyakit secara raga pula. Situasi ini jika dibiarkan dan tidak diperhatikan dengan baik, bukan tidak mungkin produktifitas kerja karyawan akan menurun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahaya psikososial kerja terhadap tingkat stres karyawan nasional BP Indonesia tingkat manajer dan superintendent yang bekerja dan ditempatkan di Indonesia, dengan pendekatan cross-sectional, menggunakan metode pengukuran self report measure dan tehnik life event scale melalui kuesioner.
Cara penelitian ini digunakan untuk memperoleh gambaran tingkat stres kerja dan aspek bahaya psikososial kerja sebagai stresor.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh manajer dan superintendent yang berjumlah 92 orang. Analisa penelitian ini menggunakan analisa statistik univariat, bivariat dengan uji Chi-square, kemudian analisa multivariat dengan menggunakan uji regress logistik.
Hasil penelitian menunjukkan ada 37 % karyawan mengalami stres kerja tingkat sedang, dan 63 % karyawan mengalami stres kerja tingkat ringan, dan tidak ditemukan karyawan yang mengalami stres kerja tingkat berat. Sedangkan faktor bahaya psikososial kerja yang bermakna secara statistik dan dominan terhadap tingkat sties adalah jenis kelamin dan tingkat jabatan karyawan.
Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan masukan dan rekomendasi kepada perusahaan BP Indonesia untuk membuat program manajemen stres kerja dengan mengacu kepada aspek-aspek bahaya psikososial kerja yang dialami oleh karyawan, sehingga tujuan dan hasil program yang diharapkan lebih terarah dan terpadu.

Psychosocial Hazards in the Workplace that Influence BP Indonesia Employees Stress Levels"Health is a welfare condition that is physical, mental and social. Everyone lives in order to be productive both socially and economically" (W. Kesehatan no.23/1992).
This definition of human health should be viewed from a holistic point of view. The physical (biology-physic), mental (psycho-educative), and social (socio-culture) are essential components in improving the quality of life.
Mental health has harmonizing characteristics and is concerned with all human relationships with other humans. In this respect, mental health also has an important position as part of the health sciences. We cannot discuss health without involving mental health. Someone who has both physical and mental healthy is assured of having a better and more productive life.
One factor that influences mental health is the psychosocial hazards that exist in the workplace that are associated with all the other risks to employees and their jobs. These hazards include workloads (over load as well as under load), routine work, organizational problems, interpersonal relationship conflicts, poor work conditions, poor work environment and others. These hazards can directly or indirectly influence the physical and mental health of employees in their daily occupations. If employees are unable to manage these psychosocial hazards, they may become vulnerable to occupational stress problems, and, further more in chronic conditions may develop many symptoms of physical health problems and suffering from several diseases. These conditions can consequently lead to a decrease the employees productivity.
The purpose of this research is to better understand the psychosocial hazards that exist in the workplace and how to manage the occupational stress levels of BP Indonesia national employees, especially the managers and superintendents who work in Indonesia. This research has been conducted from a cross-sectional approach, with life self-reporting measurements and life event scale technique carried out through questionnaires that are distributed to the responders. This method is used to gain an overview of the occupational stress levels and psychosocial hazards that constitute the main factors of stress in the workplace. The sample of this research are all managers and superintendents. There were 92 responders, and the research statistics analyze data using the techniques of univariate and bivariate through the Chi-square test, together with the multivariate through the logistic regression test.
The results of this research showed that 37% of the employees have experienced moderate levels of occupational stress and 63% of the employees have experienced mild levels of occupational stress.
Gender and job levels are statistically significant value and dominating influence on the stress level related psychosocial hazards in the workplace.
This research can hopefully lead to recommendations that will help the company in developing management stress programs in the workplace in order to reduce stress levels.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12821
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Heidir Husni
"Keselamatan pengguna perkantoran harus menjadi pertimbangan utama khususnya terhadap bahaya kebakaran, reruntuhan bangunan gedung tempat dilakukannya aktifitas. Untuk menghindari jatuhnya korban Jika terjadi kondisi bahaya kebakaran ditempat kerja, maka perlu dlketahui persepsi karyawan terhadap proses evakuasi tanggap-darurat bahaya kebakaran ditempat kerja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses tanggap darurat bahaya kebakaran ditempat kerja PT. XYZ. Dengan diketahuinya hubungan faktor-faktor tersebut diharapkan proses dapat berjalan dengan baik. Disain penelitian ini bersifat Kuantitatif analisis dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada responden, yang kemudian dilakukan pengujian dengan menggunakan perangkat lunak SPSS for Windows version 10.0.
Dari hasil penelitian dapat disimpilkan bahwa umumnya karyawan PT. XYZ mempunyai persepsi positif terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi proses tanggap darurat bahaya kebakaran ditempat kerja yaitu diantaranya kebijkan manajemen, proedur perusahaan, keterlibatan seluruh karyawan. Tetapi mempersepsikan negative terhadap komitmen manajemen dan peran tanggung jawab. Dan rata-rata karyawan menunjukkan persepsi yang sama positifnya berdasarkan pendidikan, lama kerja, jabatan dan bagian.
Disarankan untuk meningkatkan komitmen manajemen secara nyata melalui kunjungan lapangan secara berkala, berperan aktif dalam pelatihandan simulasi tanggap darurat. Meningkatkan peran dan tanggung jawab dari karyawan secara aktif dalam pelaksanaan kegiatan K3L / HSE diperusahaan sehingga dengan sendirinya akan mengubah persepsi yang positif dan baik terhadap kinerja dan tempat kerja yang aman dan selamat.

Know a days, Safety for office building user's (tenant) must become main consideration especially to the fire risk, building collapse where activity is executed. Ta avoid numbers of victim if fire in workplace occur, hence need of to know employee's perception fire risk emergency response in workplace.
This research aim is to know perception based on factors which influencing to the fire risk emergency response process in PT, XYZ workplace. By knowing of the relation of the factors, expecting that fire risk emergency response process can run safely. Research Design are Quantitative analysis through questionnaire which distributed to 40 responders, data analyzed by software SPSS Windows version 10.0.
The conclution of this research is generally PT. XYZ employee has positive perspection to factors that fire risk emergency response process in workplace which are management policies, company procedures, involvement of all employee. But, negative perspection due to management commitment and role and responsibility. And an average of employee shows the same positive perception based in education, duration of job and level of job.
Suggested, to improving management visible commitment through job site visit by periodically, improving by involved in training and fire risk emergency simulation. Activated employee role`s and responsibilities in company K3L / HSE activities, so that by it self will change perspection which are positive and safe performance in workplace."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T20878
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Budiyanti
"Penelitian ini mengenai persepsi karyawan tetap Divisi Sumber Daya Sarana dan Umum, PT Askes (Persero) Kantor Pusat atas faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Smith, Kendall, dan Hulin, yaitu pekerjaan itu sendiri, imbalan, kesempatan promosi, supervisi, dan rekan kerja. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkkan bahwa mayoritas responden merasa puas. Pada penelitian ini didapati kesempatan promosi memiliki tingkat kepuasan terendah; sedangkan rekan kerja memiliki tingkat kepuasan tertinggi.

This research is about perception of permanent employee of Resource and General Division, PT Askes (Persero) Head Office to factors that influence employee job satisfaction, based on theory from Smith, Kendall, and Hulin that consists of five dimensions, namely the work itself, pay, promotion opportunity, supervision, and coworkers. This research is descriptive with quantitative approach. The result of this research shows that majority of respondents have been satisfy with their condition. This research also found that promotion opportunity has the lowest score level; while coworkers has the highest score level."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>