Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103577 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Sukardjo
Jakarta : Rajawali, 2009
370 SUK l (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jaja Najarudin Latif
"Penelitian mengenai objek ini telah dimulai sejak pertengahan tahun 1991; baik pewnelitian literature maupun wawancara. Berbagai perpustakaan dan Arsip Nasional yang ada di kota Jakarta telah nemberikan sumbangan yang begitu besar berupa sumber primer, skunder dan sumber pendukung lainnya. Sumber primer tertulis dan sumber lisan mengenai organisasi sebagian besar diperoleh dari seorang tokoh PUI yang tinggal di kota Majalengka. Berdasarkan basil rekonstruksi menunjukan bahwa selama satu dasa warsa pertama, PUI mengelola 2 jenis lembaga pendidikan formal; yaitu Madrasah/Sekolah (dari tingkat Taman kanak-kanak hingga Sekolah Henengah Atas; baik sekolah umum maupun -kejuruan), dan Pesantren. Selama dasa warsa ini, sekolah-sekolah PUI mengalami perkembangan yang pesat hingga mencapai puncaknya pada awal tahun 60-an. Adapun keterlibatannya dalam politik praktis pada dasa warsa ini, lebih didasarkan kepada keterikatannya sebagai anggota istimewa Partai Hasyuni sehingga sifatnya hanya melaksanakan instruksi-instruksi dari pusat, terutana dalam kerangka Pemilu 1955. Kegiatan politik praktis PUI akhirnya harus berakhir setelah beberapa tokoh teras Partai Hasyuni terlibat PRRI. Dua jenis bidang garapan ini, (pendidikan dan politik) tak dapat dikatakan sebagai program organisasi yang berdiri sendiri, akan tetapi merupakan kelanjutan dua organisasi cikal bakalnya, yakni Perikatan Ummat Islam dan Persatuan Unmat Islam Indonesia pada masa sebelumnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S12243
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Minto Rahayu
"Perjalanan kehidupan suatu bangsa tidak pernah lepas dari pergerakan kaum terpelajar atau mahasiswa. Pergerakan mahasiswa lahir dari nasionalisme dan perubahan sosial. Demikian juga dengan Indonesia; diawali dengan pergerakan nasional Budi Utomo dan Sumpah Pemuda yang berhasil membawa bangsa Indonesia merdeka. Pergerakan mahasiswa juga berperan dalam melahirkan orde baru yang menggantikan orde lama, demikian juga orde reformasi yang menggantikan orde baru. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana pengaruh nasionalisme dan perubahan sosial pada pergerakan mahasiswa di era reformasi, dengan pendekatan studi pustaka dan angket. Pergerakan mahasiswa di era reformasi dipicu oleh nasionalisme, yaitu krisis ekonomi dan kebijakan pemerintah, serta menghantarkan pada perubahan sosial pergantian pimpinan nasional dan kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis.
Pasca 1998, pergerakan mahasiswa banyak mengusung kepentingan subyektif mahasiswa. Persepsi mahasiswa terhadap nasionalisme mahasiswa, perubahan sosial, dan pergerakan mahasiswa mempunyai derajat yang seimbang dengan angka prosentase yang sama-sama tinggi. Namun persepsi mahasiswa terhadap nasionalisme dan perubahan sosial rendah. Berdasarkan analisis korelasi semakin tinggi nasionalisme mahasiswa akan semakin tinggi pula pergerakan mahasiswa; semakin tinggi perubahan sosial akan semakin tinggi pergerakan mahasiswa; dan semakin tinggi nasionalisme mahasiswa dan perubahan sosial akan semakin tinggi pergerakan mahasiswa. Peran pergerakan mahasiswa dalam ketahanan nasional ditinjau dari aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan, dengan tujuan mempertahankan NKRI.

Life journey of a nation is inseparable from the movement of educated group of people, or then refers to as students. This students? movement bears from what so called nationalism and social changes. So does in Indonesia; Budi Utomo and Sumpah Pemuda initiated the national movements in this nation, which led to Indonesia?s independence. In the past, the students movement also played a significant role in delivery of the new order replacing the old order, as well as of the reform order substituting the new order. This research was conducted to find out the effects of nationalism and social changes on the students movement through literature study approach and questionnaire circulation.
Students movement in the reform era was triggered with nationalism upon economic crisis and government policy which then brought about social changes, replacement of national leaders, and more democratic national life. Soon after1998, the students movement carried a lot of subjective interest of students. The students perception on the students nationalism, social changes, and , students movement had an equivalent degree with the same high percentage. However, the students perception on nationalism and social changes was low. Based on the correlation analysis, the greater the students? nationalism the greater the student? movement; the greater the social changes the greater the students movement; and the greater the students nationalism and social changes the greater the students? movement. The role of students movement in the national resilience was viewed from the aspects of politics, economics, socio-culture, and security defence, and was intended to strongly maintain the unitary state of Indonesia.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Edhie Wurjantoro
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Togi Effendi
"ABSTRAK
Satu yang spesifik dari berbagai lembaga pendidikan Bumiputra adalah Sekolah SI Semarang. Diawali perjumpaan Tan Malaka dengan tokoh-tokoh Sarekat Islam seperti: H.O.S. Tjokroaminoto, Semaoen dan Darsono pada Kongres SI di Jogjakarta tahun 1921, maka Tan Malaka ditawarkan untuk memimpin Sekolah SI yang akan didirikan di Semarang. Dalam rapat anggota SI Semarang Maret 1921 disetujui akan dibuka Sekolah SI pada 21 Juni 1921, dengan jumlah mula-mula 50 murid, yang menggunakan ruang rapat SI Semarang sebagai ruang belajar. Motivasi yang melatarbelakangi berdirinya Sekolah SI paling tidak disebabkan dua hal, yakni: pertama, untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak anggota SI, terutama mereka yang tidak diterima di HIS. Pendidikan di sini bukan hanya dalam pengertian teknis keahlian, tapi juga pembentukan moral. Kedua, sebagai sarana pembentukan kader-kader partai.
Reaksi pers dan masyarakat Semarang, memperlihatkan betapa perlunya suatu lembaga pendidikan bagi masyarakat Bumiputra. Sebaliknya dengan asisten Residen Semarang, yang tidak menyetujui berdirinya sekolah tersebut dan bahkan meminta saran kepada Prokurur Jenderal untuk mengambil tindakan hukum kepada Tan Malaka. Sedangkan Surat kabar Sinar Hindia di dalam tajuk rencananya tertanggal 23 Agustus, memperlihatkan dukungannya dengan berdirinya sekolah tersebut, sebagai berikut: _bahwa salah satu sifat yang balk dari orang_orang Barat ialah rasa kemerdekaan yang sudah dimasukkan kedalam jiwa mereka dan dikembangkan di sekolah-sekolah (pemerintah); bahwa sekarang di Hindia contoh itu akan diikuti; bahwa itulah yang diingini oleh SI di Semarang, dan sebuah sekolah didirikan untuk memelihara dan mendorong rasa kemerdekaan itu; bahwa baru-baru ini diumumkan bahwa tidak seperti sekolah HIS biasa, karena benih kemerdekaan akan ditanamkan di dalam diri murid_murid. (terjemahan Bahasa pen.) Sedangkan rasa antusias rakyat Semarang ditunjukkan dengan keikut sertaan mereka dalam setiap penyelenggaraan pasar derma oleh murid-murid Sekolah SI Semarang.
Dengan demikian pemenuhan kebutuhan akan biaya dari Sekolah SI Semarang yang baru terbentuk, adalah melalui penyelenggaraan malam pasar derma. Kelompok-kelompok murid memasuki kampung-kampung dengan berselendang merah bertuliskan `Rasa-Merdeka', menyanyikan lagu Internationale, untuk kemudian mengumpulkan uang suka rela dari penduduk. Helihat kenyataan tersebut, reaksi pemerintah setempat adalah dengan melarang diadakannya malam-malam pasar derma berikutnya, dan memberikan peringatan kepada pengurus SI Semarang. Sebagai jawaban atas larangan dan peringatan tersebut, pada 13 November diadakan suatu rapat prates yang dihadiri oleh wakil_wakil dari baedi Qetamo, Sarekat Hindia (pengganti NIP) PK1 dan ST Semarang. Rapat ini kemudian menghasilkan suatu znosi untuk memprotes tindakan pemerintah yang merintangi usaha perluasan pendidikan rakyat. Mosi dikirimkan kepada Gubernur Jenderal, Dewan Rakyat, dan Tweede Kamer .
Mengenai tujuan didirikannya Sekolah SI, Tan Malaka pada artikelnya di Soeara Ra'jat, yang kemudian dijadikan - sebuah brosur berjudul SI Semarang dan Onderwijs (1921) menyebutkan-: 1. memberi cukup banyak jalan (kepada para murid) untuk mendapatkan mata pencaharian di dunia yang kapitalistis (dengan memberikan pelajaran berhitung, menulis, ilmu bumi, bahasa Belanda, Melayu dan Jawa). 2. memberi hak kepada para murid untuk mengikuti kegemaran mereka dengan membentuk perkumpulan_perkumpulan. 3. mengarahkan perhatian para murid pada kewajiban mereka yang akan datang terhadap jutaan keluarga Pak Kromo. (terjemahan bahasa pen.) Di dalam -formulasinya yang baru tentang maksud tujuan Sekolah SI, Tan Malaka lebih banyak menggunakan istilah yang lebih Marxis, antara lain disebutkan: pengetahuan yang diperoleh di sekolah harus pula menerangkan hubungan-hubungan dan keadaan-keadaan sosial di Hindia, dalam arti Komunis.
Sekolah SI Semarang kemudian dapat mengembangkan dirinya dengan mendirikan sekolah-sekolah kejuruan di awal tahun 1922. Sekolah kejuruan yang merupakan bagian dari Sekolah SI ini, memberikan pendidikan kejuruan kepada murid-muridnya, agar mereka bisa berprofesi di bidangnya, antara lain sebagai petugas koperasi dan tenaga pengajar. Khusus mengenai pendidikan guru diberikan langsung oleh Tan Malaka, dengan maksud akan menjadi tenaga pengajar di Sekolah-sekolah SI. Tan Malaka sendiri menolak guru-guru lulusan sekolah pemerintah, karena selain bergaji tinggi, juga memiliki orientasi yang tidak berakar pada pendidikan rakyat.
Berkembangnya Sekolah SI, paling tidak dikarenakan adanya koordinasi keuangan sekolah oleh sebuah komisi sentral dengan kas sentral. Komisi ini mendapatkan sumber dana yang berasal dari uang sekolah murid-murid dan sumbangan-sumbangan para dermawan. Juga dibentuknya sebuah organisasi yang bertujuan mengumpulkan dana bagi Sekolah SI yang bernama FOSIO (Fonds Oentoek SI Onderwijs), sangat membantu keuangan sekolah terebut.
Melihat kesuksesan Sekolah SI Semarang, R. Kern, seorang penasehat pemerintah untuk masalah-masalah pribumi, menyebutkan beberapa sebab di balik suksesnya sekolah tersebut, yakni: pertama, kurangnya perluasan tempat di HIS. Jika HIS diperluas, barulah dapat melawan kemajuan Sekolah SI. Kedua, bakat Tan Malaka sendiri di bidang organisasi, ditambah dengan pengetahuannya yang luas mengenai pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari bakat Tan Halaka untuk berimprovisasi, mendirikan sebuah sekolah guru untuk memenuhi sendiri kebutuhan guru bagi sekolah SI. Ketiga, adalah uang sekolah yang lebih rendah dari sekolah-sekolah pemerintah, menyebabkan murid-murid datang dari golongan penduduk kota yang setengah terdidik.

"
1990
S12570
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jumiati
"Integritas negara ditentukan oleh kuatnya nasionalisme di antara masyarakat negara tersebut, dan juga merupakan salah satu hal terpenting untuk melindungi suatu negara. Nasionalisme dijalankan sesuai dengan nilai-nilai ideologi Pancasila yang dianut bangsa Indonesia, nasionalisme dalam pemerintahan sangat penting untuk memberikan kebijakan dan peraturan serta aturan yang berlaku untuk kesejahteraan masyarakat. Hubungan timbal balik yang diciptakan oleh nasionalisme ini membuat sulit bagi semua pihak yang terlibat, yaitu pemerintah dan masyarakat, untuk melepaskan nasionalisme tersebut. Akan tetapi, hal tersebut tidak terlihat di dusun Gun Tembawang, terlihat dari adanya permasalahan mengenai masyarakat periphery di dusun Gun Tembawang dalam memahami dan menerapkan konsep nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari. Perpindahan status kewarganegaraan tentunya menimbulkan pertanyaan mengapa mereka melakukannya. Mengapa kurang lebih ±35 kepala keluarga dusun Gun Tembawang melepas kewarganegaraan Indonesia dan lebih memilih menjadi kewarganegaraan Malaysia walaupun memiliki sejarah sebagai penduduk desa yang berada di wilayah Indonesia. Namun, jika dilihat lebih jauh terdapat ketidakmerataan ekonomi yang erat kaitannya dengan kesenjangan sosial anatara pusat dan masyarakat periphery di dusun Gun Tembawang (pinggiran). Kesenjangan yang begitu besar akan menyebabkan pemberontakan dari masyarakat yang terpinggirkan. Akan tetapi, terdapat hal yang menarik ditengah adanya daya tarik Malaysia serta permasalahan ketimpangan pembangunan ternyata masih terdapat ±30 kepala keluarga masyarakat periphery didusun Gun Tembawang yang bertahan dengan status kewarganegaraan Indonesia, mengapa masyarakat tersebut masih bertahan ditengah daya tarik Malaysia di bandingkan dengan Indonesia, dimana negara (Indonesia) kurang memberikan porsi pembangunan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pembangunan di kawasan pinggiran. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan mengidentifikasi alasan dari masyarakat dusun Gun tembawang masih bertahan dengan kewarganegaraan Indonesia, walaupun negara kurang memberikan porsi pembangunan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pembangunan di kawasan pinggiran. Dan juga untuk mengetahui nasionalisme masyarakat perbatasan dengan kondisi ekonomi dan situasi yang mereka hadapi ditengah adanya daya tarik Malaysia dibanding daya tarik Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan sumber informasi yang diperoleh dari buku, jurnal, website dan wawancara. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori Nasionalisme dan Modernisasi Ernest Gellner.

The integrity of the state is determined by the strength of nationalism among the inhabitants of the country, and it is also one of the most important things to protect a country.. Nationalism is implemented according to the ideological values of Pancasila that the Indonesian people adhere to. Nationalism in the government is very important to provide policies and regulations and rules for the welfare of society. This interrelational relationship created by nationalism makes it difficult for all parties involved, namely the government and society, to let go of this nationalism. However, this is not seen in Gun Tembawang Hamlet, which is evident from the problems of the peripheral community of Gun Tembawang Hamlet in understanding the concept of nation and applying it in daily life. In this case, the issue of the transfer of citizenship (Gun Tembawang Hamlet) naturally raises the question of why they did it. Why about ±35 family members in Gun Tembawang Hamlet renounced their Indonesian citizenship in favor of Malaysian citizenship, even though they had a history as villagers in Indonesian territory. However, looking further afield, there is economic inequality in Gun Tembawang Hamlet (periphery) which is closely related to the social gap between the center and the periphery. Such a wide gap leads to rebellion by marginalized communities. However, there is something interesting amidst the problem of Malaysian charm and development gap, it turns out that in Gun Tembawang Hamlet, there are still ± 30 heads of families from peripheral communities who retain their Indonesian citizenship. Why these people maintain their Indonesian citizenship regardless of Malaysian charm compared to Indonesia, where the state (Indonesia) does not provide adequate development to meet the development needs of the periphery areas. Therefore, the purpose of this study is to understand nationalism and the activities of peripheral societies, which are often in conflict with the national spirit developed by the state. Specifically, to explain and identify the reasons why the community of Gun Tembawang Hamlet maintains their Indonesian citizenship despite the country not providing adequate development to meet the development needs of the periphery areas. This study also aims to find out about the nationalism of the peripheral society and the economic conditions and situations they face against the attractiveness of Malaysia compared to that of Indonesia. Descriptive research is used as a research method using data sources from books, magazines, websites and interviews. In this study, the author uses Ernest Gellner's theory of Nationalism and Modernisation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Isak
"ABSTRAK. Sebagai pokok bahasan penulisan skripsi berjudul PNI BARU 1931-1934, adalah merupakan suatu partai politik, yang turut menyumbangkan pikiran dalam usaha untuk kemerde_kaan Indonesia, yang berperan pada jaman pergerakan. Pada skripsi ini akan membahas partai Pendidikan Nasional Indonesia (PNI BARU), berupa usaha partai yang utama untuk kemerdekakan Indonesia. Juga PNI BARU meren_cana kan perbaikan sistim sosial yang ada waktu itu. Juga membahas pecahnya PNI (Partai Nasional Indo_nesia), adanya pembubaran PNI adalah merupakan suatu pe_larian, bukanlah sebagai taktik atau siasat baru dalam men-eruskan usaha-usaha untuk kemerdekaan Indonesia."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, S.
Jakarta: Bumi Aksara, 1995
370.9 NAS s (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, 1993
370.992 IND s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, 1993
370.992 IND s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>