Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20818 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ary Sulistyo
"Penelitian ini membahas tentang kelestarian lingkungan pada Kampung Adat Sunda Kawasan Gunung Halimun Selatan. Kampung Adat Cengkuk adalah salah satu kampung pengikut yang mengikuti tradisi atau Kasepuhan Ciptagelar dalam pengelolaan lingkungan. Faktor dari dalam dan luar kampung menyebabkan deforestasi hutan alam rata-rata sekitar 6-8% per tahun. Pertambahan penduduk kampung mencapai rata-rata 5,35% per tahun dikategorikan sangat padat. Tradisi atau adat Kasepuhan masih dianut warga kampung dengan menjaga hutan tutupan (leuweung tutupan) di sebelah selatan Kampung hanya untuk kegiatan subsistensi. Perubahan sosio-kultur terjadi pada masyarakat dengan tidak melakukan kegiatan berladang di hutan (outer island agriculture)tetapi lebih kepada kegiatan bertani di sawah (wet rice cultivation). Pengurangan pada proses dan kegiatan upacara, yang semula delapan upacara daur ladang menjadi lima upacara daur sawah. Kegiatan yang profan lebih banyak pada pengembangan komoditas tanaman ekonomi di kebun-talun. Pola keruangan dalam aspek kelestarian lingkungan juga masih menempatkan posisi; gunung-pemukiman-sungai; kampung inti-kampung pengikut. Kampung yang secara geografis lebih tinggi memiliki tradisi yang lebih ketat dibandingkan dengan kampung yang lebih rendah.

This research focused on the etemality of environment of indigenous Sunda Village of Kasepuhan Ciptagelar at Southem Halimun Mountain. The indigenous of Cengkuk Village was one compose of several cluster villages who still follow the tradition or Kasepuhan Ciptagelar in environmental management. There were internal factors and external factors led to deforestation of natural forests on average around 6-8% per year. The growth of population which was rise up until 5,35% per year was categorized as extremely dense. Kasepuhan indigenous tradition in people at the south of the village is still practicing by protecting forestland (leuweung tutupan) only for their subsistence. Social-culture changes were occurring in the community with no agricultural activities in the forest (outer island agriculture), but agricultural activities in the field (wet rice cultivation). Reduction ln process and ceremonial activities also happened, which was originally held eight ceremonial outer island agriculture rituals into five ceremonial of wet rice cultivation. More profane activities were developing economic crops in kebun-talun. The spatial pattern in environmental aspect was still having position; mountain-settlement-river; the main indigenous village of Kasepuhan-and the compose of several cluster villages. Indigenous villages that were geographically higher usually have more stricted tradition than the lower one."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T33237
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Putri Lestari
"Pantun Sunda merupakan cerita tutur atau seni pertunjukan cerita sastra Sunda lama yang disajikan dalam bentuk paparan, dialog, dan seringkali dinyanyikan. Pantun Sunda sebagai tradisi lisan masih bertahan hingga saat ini. Kini, pantun Sunda masih ada di Kabupaten Sukabumi, tepatnya di Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar. Tradisi ini diselenggarakan dalam acara-acara seren taun, mipit pare, dan ngaseuk. Dalam ketiga ritual tersebut menarik untuk dikaji mengenai struktur dan fungsi pantun Sunda sebagai tradisi lisan di masyarakat adat Ciptagelar. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur pantun Sunda berbeda dengan karya sastra lain, pantun Sunda juga digunakan sebagai rangkaian ritual adat dalam pertanian. Sejumlah upaya dilakukan untuk memelihara, memanfaatkan, dan mengembangkan tradisi lisan pantun Sunda agar tidak hilang. Pantun Sunda hadir sebagai rangkaian dari prosesi ritual adat seperti ruwatan rumah, khitanan, pernikahan, dan syukuran hasil panen.

Sundanese Pantun is an oral story or art performances of old Sundanese literature which is presented in the form of explanation, dialogue, and often sung. Sundanese Pantun as an oral tradition still survives in the present day. Now, Sundanese pantun still exists in Sukabumi Regency, precisely in Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar. This tradition is held in events, such as seren taun, mipit pare, and ngaseuk. These three aspects are interesting to be discussed, especially about the function of Sundanese pantun as an oral tradition in the Ciptagelar community. This is a qualitative study with ethnography approach. The result shows that the structure of the Sundanese pantun is different from other literary works, Sundanese pantun is also used as a series of customary rituals in agriculture. Several efforts are made to maintain, utilize, and develop the oral tradition of Sundanese pantun in order for it to not disappear. Sundanese pantun comes as a series of customary practice, such as ruwatan of the house, circumcisions, weddings, and the harvest festival."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arinta Andayu Putri
"Kondisi fisik alam dan pengetahuan lokal petani di desa adat Kasepuhan Sinarresmi membentuk pola lanskap agrikultur yang memilki keunikan tersendiri. Penelitian ini bertujuan menganalisis pola lasnkap agrikultur dan kesesuaiannya dengan Wilayah Tanah Usaha WTU . Data penelitian diperoleh melalui obeservasi lapang dan wawancara dengan informan kunci dan petani setempat. Analisis spasial dan deskriptif dilakukan dengan metode overlay dan penarikan garis penampang melintang. Hasil penelitian menyatakan bahwa dari bentuk medan datar yang dekat dari sungai hingga pegunungan curam yang semakin menjauhi aliran sungai, kegiatan intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi pertanian pada wilayah Kasepuhan Sinarresmi semakin berkurang. Bentuk-bentuk pengusahaan tanah pertanian pada umumnya sesuai dengan Wilayah Tanah Usaha dan dibarengi oleh pengetahuan lokal sehingga keberlanjutan keberadaan lanskap agrikultur dapat terjaga.

The natural physical features and farmers rsquo local knowledge in Sinarresmi indigenous village has uniquely set up an agricultural landscape. The purpose of this study is to analyze how the agricultural landscape is formed and its suitability to become a sustainable landscape. The data in this study were obtained from field observation and interviews with key informant and local farmers. Spatial and descriptive analysis was carried out in this study by overlay method and cross section line. The results suggest that the steeper the shape of the terrain and the farther away from the river, the agricultural intensification, extensification, and diversification activities are diminished. The agricultural land in the Sinarresmi indigenous village are generally in accordance with farmland suitability and are accompanied by the farmers rsquo local knowledge so that the sustainability of the agricultural landscape can be maintained."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66780
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jajang Gunawijaya
"Masyarakat Kasepuhan Gunung Halimun hingga saat ini masih memelihara dan taat menjalankan berbagai tradisi. Adanya berbagai tradisi yang masih dijalankan itulah yang menyebabkan masyarakat tersebut menjadi dikenal dan dikunjungi oleh warga masyarakat di luar lingkungannya dari berbagai kalangan. Tradisi-tradisi yang mereka jalankan itu nampak seperti tradisi lama seperti yang dijalankan oleh leluhur mereka, akan tetapi bila diamati lebih jauh tradisi-tradisi itu tidak lagi mumi sebagai tradisi lama, melainkan merupakan tradisi yang telah dikreasikan oleh elit-elit lokal dengan kemasan simbol-simbol lama sehingga dapat diterima oleh masyarakat pendukungnya dan diperlakukan bagaikan tradisi leluhur mereka. Kajian-kajian mengenai tradisi itu telah dilakukan oleh para ahli di luar Indonesia yang mengungkap adanya kelompok-kelompok tertentu yang menjadi inisiator untuk mencip-takan tradisi baru dengan mengemasnya dengan simbol-simbol lama untuk mencapai tujuan atau efek yang diharapkan. Tujuan atau efek yang diharapkan itu adalah untuk; (1) mengukuhkan kembali identitas kelompok etnis di tengah-tengah kelompok lain dalam masyarakat yang lebih luas; (2) menghidupkan kembali simbolisasi kepemimpinan tradi-sional; (3) memperkokoh superioritas kelompok sosial tertentu dalam persaingan mem-peroleh kesempatan-kesempatan ekonomi; (4) mengukuhkan hegemoni kebesaran suatu negara atas negara-negara lain; dan (5) untuk memperoleh dukungan, kesetiaan rakyat ter-hadap penguasanya. Penelitian mengenai tradisi yang mempunyai efek atau tujuan-tujuan tertentu itu saya lakukan di Kasepuhan Gunung Halimun, namun saya ingin mengungkap apakah semua efek atau tujuan dari penciptaan tradisi baru yang diungkap para ahli itu sepenuhnya teijadi di Gunung Halimun, atau justru terdapat efek atau tujuan-tujuan lain yang berbeda dari tujuan di atas. Hal ini menarik perhatian saya, karena karakteristik masyarakat Gunung Halimun sangat berbeda dengan masyarakat yang telah diteliti para ahli tersebut, meskipun sama-sama mengalami penciptaan tradisi baru yang digerakan oleh elit-elit lokal. Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif ini mengungkap hubungan antara tradisi, elit politik lokal, dan pemanfaatn potensi sumber daya alam di Kawasan Gunung Halimun yang secara administratif berada dalam wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Communities of Kasepuhan of Halimun Mountain,up to now, still maintain and obey to run a variety of traditions. Running their various traditions, those communities become well known and visited by citizens of various circles who come from outside their environment Traditions they run look like such a long tradition carried on by their ancestors but when it is observed further, it is not exactly pure as the old tradition but it has been created by local elites with an old symbol packaging so they can be accepted by their supporting communities and treated like their ancestral traditions. Studies on the traditions that has been done by some experts from outside of Indonesia that reveal the presence of certain groups to be the initiator to create a new tradition packaged with the old symbols to achieve the purpose or expected effect The purpose or expected effect are: to reaffirm the identity of ethnic group among others in the wider society; to revive the symbolization of traditional leadership; to strengthen the superiority of particular social group in the competition to obtain economic opportunities; to confirm the greatness of a nation hegemony against other countries; and to get support and the loyalty of the people against their ruler. Research on the traditions that have effect or certain purposes, I conduct at Kasepuhan of Halimun Mountain, but I want to reveal whether any effect or purpose of creating a new tradition disclosed by the experts fully happened in Halimun Mountain or just have the effect or other purposes that differ from the above ones. This is caught my attention because the characteristic of communities of Halimun Mountain are quite different from those who have been researched by those experts, even though both are created by local elites. Research using qualitative method reveals the relationship between traditions , local elites and the potential utilitization of natural resources in the area of Halimun Mountain which is administratively located in the District of Sukabumi, West Java.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
D-Pdf
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amila Husna
"Indonesia merupakan negara yang terletak pada rangkaian gunung berapi atau yang biasa dikenal dengan ring of fire. Situasi ini kemudian membuat Indonesia rentan terhadap bencana. Tsunami merupakan salah satu bencana yang paling rentan terjadi di Indonesia, mengingat bentuk negara ini merupakan negara kepulauan dengan banyak gunung berapi yang melewatinya, salah satunya adalah Desa Cisolok. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daerah rawan tsunami dan menganalisis kerentanan lingkungan terhadap bahaya tsunami di Desa Cisolok. Untuk kerawanan tsunami digunakan peta kerawanan tsunami yang telah dikeluarkan oleh InaRisk BNPB, untuk kerawanan lingkungan dilihat tiga faktor yaitu tutupan lahan, geomorfologi dan geologi. Metode yang digunakan adalah analisis spasial dan analisis deskriptif. Hasilnya, peta rawan tsunami menunjukkan Inaris menggunakan ketinggian genangan hingga 10 meter dengan tiga klasifikasi, yakni rendah, sedang, dan tinggi. Peta kerawanan dibagi menjadi tiga kelas dimana 25,67% memiliki tingkat kerawanan lingkungan rendah, 30,69% kerawanan sedang dan 43,14% kerawanan tinggi.

Indonesia is a country located in a series of volcanoes or commonly known as the ring of fire. This situation then makes Indonesia vulnerable to disasters. The tsunami is one of the most vulnerable disasters in Indonesia, considering the shape of this country is an archipelagic country with many volcanoes that pass through it, one of which is Cisolok Village. This study aims to analyze tsunami-prone areas and analyze environmental vulnerability to tsunami hazards in Cisolok Village. For tsunami hazard, the tsunami hazard map that has been issued by InaRisk BNPB is used, for environmental vulnerability three factors are considered, namely land cover, geomorphology and geology. The method used is spatial analysis and descriptive analysis. As a result, the tsunami hazard map shows Inaris using inundation heights of up to 10 meters with three classifications, namely low, medium, and high. The vulnerability map is divided into three classes where 25.67% has low environmental vulnerability, 30.69% moderate vulnerability and 43.14% high vulnerability."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Alifya Kinanti Erlangga
"Penelitian ini membahas mengenai salah satu model pelaksanaan CSR pada perusahaan di Indonesia yang dilihat dari disiplin ilmu Kesejahteraan Sosial. Urgensi dilakukannya penelitian ini adalah terdapat bentuk nyata yang dilakukan oleh perusahaan yang bekerja sama dengan yayasan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan melalui program CSR. Penelitian ini mendeskripsikan salah satu program CSR dari PT. Astra International Tbk yang bekerja sama dengan Yayasan Peduli Lingkungan Semut Merah yaitu program Kampung Berseri Astra (KBA) sebagai upaya pemberdayaan masyarakat berbasis lingkungan di Kampung Rawajati, Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan program serta faktor-faktor yang mempengaruhi dari pelaksanaan program KBA pada pilar lingkungan di KBA Rawajati. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi deskriptif. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret 2022 hingga November 2022 melalui studi literatur dan wawancara mendalam secara langsung terhadap 7 informan yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan serta verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pihak CSR Astra International telah melakukan program CSR pada pilar lingkungan berupa pemberdayaan masyarakat seperti pemberian pelatihan, pendampingan, pembinaan masyarakat, serta memberikan fasilitas sarana yang menunjang peningkatan kualitas lingkungan di wilayah KBA Rawajati. Namun, pelaksanaan program tersebut belum dilakukan secara maksimal dikarenakan partisipasi masyarakat tidak dilibatkan dalam tahap perencanaan program sehingga program yang dihasilkan kurang efektif terhadap peningkatan kualitas masyarakat dan lingkungan KBA Rawajati. Faktor pendukung program KBA pada pilar lingkungan di KBA Rawajati meliputi adanya partisipasi aktif dari penggiat kampung dan masyarakat, terdapat dukungan dari mitra program, adanya dukungan penuh dari pemerintah, dan terdapat lingkungan dan infrastruktur yang memadai. Sedangkan, faktor penghambat programnya adalah kurangnya sosialisasi program kepada seluruh masyarakat di KBA Rawajati yang menyebabkan masyarakat menolak keterlibatan dengan program CSR milik Astra, terdapat konflik perbedaan kepentingan antar masyarakat, pandemi COVID-19 sehingga menyebabkan adanya pembatasan aktivitas sosial masyarakat pada lingkungan KBA Rawajati, dan adanya permasalahan terkait pemberian dana dan bantuan program dari pihak Astra. Hasil penelitian ini diharapkan bersumbangsih bagi program studi Ilmu Kesejahteraan Sosial berupa pengayaan mata kuliah Kesejahteraan Sosial dalam Sektor Industri dan intervensi komunitas dan pengembangan masyarakat.

This study discusses one model of implementing CSR in companies in Indonesia, which is seen from the discipline of Social Welfare. The urgency of conducting this research is that there are concrete forms carried out by companies that work with foundations in improving the welfare of society and the environment through CSR programs. This study describes one of the CSR programs of PT. Astra International Tbk, in collaboration with the Peduli Lingkungan Semut Merah Foundation, namely the Kampung Berseri Astra (KBA) program as an effort to empower environment-based communities in Rawajati Village, Jakarta. The purpose of this research is to describe the implementation of the program and the factors that influence the implementation of the KBA program on the environmental pillar in Rawajati KBA. This research uses a qualitative approach with a descriptive study. Data collection was carried out from March 2022 to November 2022 through a literature study and direct in-depth interviews with 7 informants who were selected using a purposive sampling technique. Data analysis carried out in this study was data collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions and verification. The results of the research show that Astra International's CSR has carried out CSR programs on the environmental pillar in the form of community empowerment such as providing training, mentoring, community development, as well as providing facilities that support environmental quality improvement in the Rawajati KBA area. However, the implementation of the program has not been carried out optimally because community participation was not involved in the program planning stage so that the resulting program was less effective in improving the quality of the community and environment of the Rawajati KBA. The supporting factors of the KBA program in the environmental pillar at Rawajati KBA include active participation from village and community activists, support from program partners, full support from the government, and adequate environment and infrastructure. Meanwhile, the inhibiting factors for the program were the lack of socialization of the program to the entire community at Rawajati KBA which caused the community to refuse involvement with Astra's CSR program, there were conflicts of interest between communities, the COVID-19 pandemic had caused restrictions on community social activities within KBA Rawajati, and there are problems related to the provision of funds and program assistance from Astra. The results of this research are expected to contribute to the Social Welfare Science study program in the form of enrichment of Social Welfare courses in the Industrial Sector and community intervention and community development."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eris Rustandi
"The research is conducted in Kasepuhan Ciptagelar Simaresmi Village
Sukabumi West Java. It is aimed at discovering various kinds of crops and food resaources that the people in the village consume. The data collected is theecological ones taken from the biological environments of leuweung titipan, leuweung tutupan, leuweung sempalan and talun, The data is also collected by interviewing the locals and other relevant informants to this research with semi structured and open ended questions and observing the field directly. Based on the data, it reveals that talun has the most various kinds o f crops. It is indicated by the percentage of 63.64%. On the contrary, leuweung titipan has the least various kinds of crops. It is indicated by the percentage of 31.82%. The result of the interview describes that the use of wild plants for crops reaches 7.14%, 3.96%
for salad, 6.79% for additional food, 4.81% for vegetables, 3.39% for fruits, 4.20% for medicines, 5.43% for spices. The percentage of bred animals for food security is 24.00% and that of wild animals is 6.00%. All those percentages shows that the locals of Kasepuhan Ciptagelar has used 65.71% o f food potention known by them"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T42722
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Rovihandono
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
T40126
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Kurniawan
"Kajian Pengelolaan Kawasan Penyangga Taman Nasional Gunung Halimun Berbasis Masyarakat Setempat di Desa Cipeteuy, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, dilakukan memperhatikan sumberdaya alam kawasan konservasi yang sesungguhnya sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar, khususnya masyarakat setempat yang tinggal di dalam kawasan, namun realitasnya masyarakat setempat sering tidak dapat memanfaatkan dan bahkan senantiasa selalu hidup dalam kemiskinan. Kawasan Taman Nasional pada aspek manajemen kawasan dibagi menjadi tiga zona, yakni 1 zona inti, zona rimba, dan zona penyangga/pemanfaatan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji bagaimana dapat melibatkan masyarakat setempat dalam dalam pengelolaan kawasan (zona) penyangga Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH). Pendekatan penelitian dilakukan melalui pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik Participatory Research Appraisal (PRA) meliputi : analisis data sekunder, profil sejarah, pemetaan sosial, Diskusi Kelompok Terarah, Observasi, dan diagram venn. Selain itu juga dilakukan wawancara mendalam secara perorangan. Analisis data dilakukan metalui reduksi data (unitasi data/informasi, kategorisasi data, analisis & interpretasi, analis lintasan), penyajian data, dan penyajian laporan.
Pelibatan masyarakat setempat dalam pengelolaan kawasan (zona) penyangga TNGH dimungkinkan sesuai kebijakan pemerintah melalui sistem sociat forestry, yakni menempatkan masyarakat sebagai aktor utama dalam pemanfaatan kawasan penyangga dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian sumbemya. Kegiatan yang di lakukan berupa jasa ekowisata, budidaya flora & fauna, industri rumah tangga, usaha pertanian non kayu dan pelstarian Iingkungan. Realitas kegiatan yang dilaksanakn oleh masyarakat setempat sampai saat ini adalah pembinaan budidaya flora & fauna. Kegiatan dalam social forestry merupakan alternatif sumber mata pencaharian bagi masyarakat yang kekurangan Iahan perlanian dan modal. Kegiatan ini merupakan insentif agar masyarakat mendapatkan tambahan penghasilan dan sekaligus berupaya melesfarikan ekosistem kawasan.
Peran institusi pemberdayaan masyarakat terhadap kemampuan individu dan kelompok masyarakat sangat besar, hal ini terjadi karena adanya pembinaan pengetahuan dan ketrampilan serta bantuan pennodalan dari institusi pemberdaya. Balai TNGH memiliki kedudukan tertinggi dalam pengelolaan kawasan TNGH, sementara Pemda berperan dalam pengaturan masyarakat. LSM berperan sebagai mitra dalam pemberdayaan masyarakat. Jaringan sosiai yang merupakan jalinan hubungan antara kelompok sosial yang dapat digunakan untuk menginterpretasi motif-motif perilaku sosial dari institusi sosial yang terlibat didalamnya. Jaringan sosial bersifat dinamis mengikuti perubahan sosial masyarakat.
Program Perencanaan Sosial yang direkomendasikan meliputi tiga strategi : 1) Strategi kemitraan 2) Pengembangan kapasitas individu dan kelompok 3) Sistem keterjaminan sosial. Strategi kemiiraan dilakukan mengingan kawasan Taman Nasional berpotensi menjadi wilayah konilik bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Pengembangan kapasitas perlu dilaksanakan mengingat taraf pendidikan masyarakat dan ketrampilan yang rendah serta pelaksana pemberdayaan perlu senantiasa dibekali ilmu dan pengetahuan yang memadai mengingt kondisi masyarakat yang seialu berubah. Sistem Keterjaminan Sosial direkomendasikan untuk mengatur permodalan kegiatan usaha masyarakat agar mandiri dan berdaya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22135
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Acdian
"Tesis ini merupakan kajian terhadap siasat dan politik budaya masyarakat adat kasepuhan dalam pertarungan mendapatkan hak atas sumberdaya atas lahan dan hutan adat di kawasan konservasi Halimun-Salak, Jawa Barat dan Banten. Fokus kajian diarahkan pada sosok dan peran para pemimpin adat di dua wilayah kasepuhan, masing-masing adalah Kasepuhan Cisitu di Kabupaten Lebak, Banten dan Kasepuhan Sinar Resmi di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Perhatian terhadap dua sosok pemimpin masyarakat adat itu memberikan penulis sebuah gambaran menarik tentang bentuk-bentuk siasat dan politik budaya yang menjadi sumber inspirasi dalam aksi-aksi kolektif masyarakat kasepuhan berhadapan dengan kebijakan negara, khususnya terhadap klaim atas wilayah konservasi oleh Departemen Kehutanan dan eksploitasi emas oleh PT Aneka Tambang (PT Antam). Studi ini menunjukan bahwa lebih dari sekedar sebuah gagasan adat yang statis, adat menjadi sebuah konstruksi dinamis yang bergerak sesuai dengan proses kontestasi yang terjadi antara masyarakat kasepuhan tersebut berhadapan dengan negara, diwakili oleh pemimpin mereka, dan sekaligus juga sebuah inovasi dalam menjaga dan mempertahankan lembaga adat dalam proses perubahan cepat yang terjadi dalam kehidupan masyarakat tersebut.

This thesis is a study about cultural politics and strategy of indigenous peoples (Kasepuhan) in the struggle obtain rights to resources of land and forests in the conservation areas of Halimun-Salak, West Java and Banten. The study focused on the figure and the role of traditional leaders in the two kasepuhan areas, Kasepuhan Cisitu in Lebak , Banten province and Kasepuhan Sinar Resmi, Sukabumi, West Java. The focus to the leaders role and function in designing cultural politics and strategy in their contestation against the state policies, especially the claim of conservation areas by Forestry Department and gold mining by PT Aneka Tambang, provides an interesting findings of adat as dynamic construction along with their daily struggles, as well as an inovative strategy by the leaders to maintain adat institution under rapid social changes in their environment."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
T28974
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>