Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 222025 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Randiana
"Indonesia sebagai salah satu negara yang masih tinggi angka kesakitan malaria tahun 2007 sekitar 311 libu kasus, dan ditargetkan turun hingga 5 per 1000 penduduk pada tahun 2010. Berbagai faktor dapat mempengaruhi keberhasilan program pembelantasan malaria, termasuk penggunaan kelambu yang ditempat lain terbukti dapat menurunkan resiko malaria. Sampai dengan tahun 2007 angka kesakitan malaria di Kabupaten Aceh Jaya masih tinggi. Untuk itu perlu dilihat melihat bagaimana hubungan penggunaan kelambu dengan kejadian malaria dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
Penelitian ini adalah penelitian observasional kasus kontrol yang dilakukan dengan cara wawancara tersuuktur. Responden adalah penduduk dad desa yang terpilih dalam kegiatan mass blood survey. Penduduk dengan hasil pemeriksaan posififdimasukkan sebagai kelompok kasus (97 orang), sedangkan penduduk dengan hasil pemeriksaan negatif dipilih secara random dan dimasukkan kedalam kelompok kontrol (194 orang). Analisis dilakukan secara multivaliat dengan menggunakan analisis regresi logistik.
Hasil penelitian mencmukan bahwa risiko malaria jika tidak menggunakan kclambu sebesar 2,11 (95% CI 0,91 - 4,93), OR kelambu dan anti nyamuk 11,9 (95% CI 2,29 - 62,0). Artinya mereka yang tidak menggunakan kclambu bcrisiko malaria sebesar 2,1 kali dibandingkan dengan mereka yang menggunakan kelambu, dan risiko malaria tersebut meningkat menjadi 11,9 kali jika tidak menggunakan anti nyamuk. Diketahui dari kelompok kasus 81,4% tidak menggunakan kelambu dan pada kelompok kontrol 38,I% tidak menggunakan kelambu. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak yang tidak menggunakan kelambu meskipun telah mendapatkan pembagian kelambu. oleh karena im Perlu meningkatkan penyuiuhan dan pcnyebaran infommasi kepada masyarakat tentang pentingnya penggunaan kelambu dan juga anti nyamuk baik itu anti nyamuk bakar, oles maupun semprot, dengan rnelibatkan secara aktif para tokoh masyarakat dan kader untuk menyampaikan informasi tenaang penyakit malaria secara benar dan dapat memberikan contoh yang baik sehingga tidak lagi menganggap remeh terhadap penyakit malaria.

Indonesia is one of the countries with high malaria incidence rate. In 2007, the incidence rate was 311000 cases and it is targetted to be decreased to 5 per 1000 resident in 2010. Many factors that influenced the success of malaria elimination program, including mosquiuto net utilization which has been proved to decrease malaria risk. Until 2007, the malaria morbidity rate in Aceh Jaya District was still high. Therefor, it is needed to examine the relationship of mosquito net utilization with incidence of malaria and factors contributed to it.
This was case control observational research conducted by sructured interview. Respondent were residents from selected villages in Mass Blood Survey. Residents with positive test result were included in case group (97 respondents) whereas those with negative test result were included in control group (194 respondents).
The results revealed that when mosquito net was not used, the risk of malaria was 2.11 (95% CI 0.91 - 493), OR of mosquito net and mosquito repellent was 11.9 (95% CI 2.29-620), meaning that those who did not use mosquito net had a risk to have malaria as 2.2 times compare to those who used mosquito net, and the risk was increased to 16.6 times when mosquito repellent was not used. The result showed that 81.4% of case group did not use the mosquito net whereas those in control group was 38.1% This suggested that many residents still.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34264
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyo
"Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara termasuk Indonesia. Angka kesakitan malaria di Indonesia sejak empat tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan penyakit endemis di Propinsi Sulawesi Tengah. Kasus malaria dari tahun ke tahun belum menunjukkan adanya penurunan. Kecamatan Kulawi merupakan salah satu daerah endemis malaria di Kabupaten Donggala.
Berbagai upaya dilakukan untuk menanggulangi malaria antara lain dengan pemberantasan vektor. Pada saat ini telah dikembangkan penggunaan kelambu poles insektisida sebagai suatu Cara dalam penanggulangan vektor malaria, selain berperan sebagai sawar, kelambu poles sekaligus dapat membunuh atau menghalau nyamuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan kelambu poles dengan kejadian malaria di Kecamatan Kulawi Kabupaten Donggala Tahun 2001.
Rancangan penelitian adalah kasus kontrol berpadanan. Kasus adalah pengunjung puskesrnas dan talon kontrol yang positif malaria berdasarkan pemeriksaan laboratorium Puskesmas. Sedangkan kontrol adalah tetangga kasus yang berobat Ice puskesmas antara Milan 3uli sampai dengan September 2001 dan negatif malaria berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Jumlah kasus dan kontrol masing-masing sebanyak 120 responden (perbandingan 1:1).
Variabel yang diteliti adalah penggunaan kelambu poles, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, kebiasaan di luar rumah pada malam hari, penggunnaan anti nyamuk, rumah terlindung Ban nyamuk, konstruksi rumah, tempat perindukan, adanya ternak dan bekerja di hutan.
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan kelambu poles mempunyai hubungan yang be ma na dengan kejadian malaria. Responden yang selanna tidur tidak menggunakan kelambu mempunyai risiko terkena malaria 2,91 kali dibandingkan dengan yang selama tidur menggunakan kelambu (p = 0,000, 95% Cl : 1,664;5,136). Sedangkan faktor lain yang berhubungan dengan kejadian malaria adalah kebiasaan di luar rumah pada malam hari dan rumah terlindung dari nyamuk. Faktor yang mernpengaruhi hubungan antara penggunaan kelambu dengan kejadian malaria adalah rumah terlindung dari nyamuk dan kebiasaan di luar rumah pada malam hari.
Dari hasil penelitian ini dsarankan 1) Meningkatkan penggunaan kelambu poles di daerah endemis yang sulit terjangkau oleh program penyemprotan rumah dan meningkatkan keteraturan pemakaian kelambu poles selama tidur untuk mencegah kontak antara penduduk dengan nyamuk malaria 2) Mengurangi kebiasaan masyarakat berada di luar rumah pada malam hari atau menggunakan penutup tubuh (baju lengan panjang, celana panjang atau sarung) untuk mencegah terjadinya kontak dengan nyamuk 3) Meningkatkan penggunaan kawat kasa baik pada ventilasi maupun jendela rumah dan membiasakan menutup rumah waktu sore hari.

The Association between the Use of Impregnated Bed Nets and Incidence, in Sub-District of Kulawi, Regency of DonggalaMalaria is still an important public health problem in various countries, including Indonesia. Malaria incidence in Indonesia has been increasing since last four years. Up to now, to disease has become endemic in the province of Central Sulawesi Year-by-year, the malaria cases have not decrease yet The sub-district {kecamatan) Kulawi is part of endemic areas in the regency of (kabupaten) Donggala.
Various efforts had been done to control the disease including vector control. A bed nets impregnated with insecticide has currently been developed as means to control the vector. In addition to barrier, this impregnated net might function as killer or remover of mosquito. The aim of this matched case-control study was to know association between the use of impregnated bed-nets and malaria incidence in sub-district Kulawi, regency of Donggala, in year 2001.
A case was defined as a person visiting a community health center (Puskesmas) and positively diagnosed as a malaria patient through Puskesmas laboratory examination. A control was a neighbor of the case who also visited Puskesmas (between July and September 2001) and did not have malaria. The number of cases as well as control was 120 (ratio cases to control 1:1)
Independent variables investigated were use of impregnated bed-nets, ages, gender, education, occupation, knowledge, attitude, the habit of staying outside at night, the use anti mosquito substance, having a protected house (from mosquito), house construction, breeding places, cattle grazing, and working in the forest. Our study result showed that the use of impregnated bed-nets was significantly associated with the incidence of malaria.
Respondents sleeping without the impregnated bed nets were 2,91 times more likely to develop malaria, as compared to tole sleeping with the nets (p x,000, 95% CI : 1,66-5,14). Other factors statistically associated with malaria incidence were the habits oh staying outside at night and having a protected house from mosquito. These two factors confounded the association beetwen the use of the nets and malaria incidence.
Based on our findings, we firstly recomanded to increase the use impregnated bed-nets in endemic areas uncovered by fogging program and improve the regularity of using nets. Secondly, it is suggested to minimize the habit of being outside at night or to use covering clothes (to avoid being bitten by mosquito). Finally, it is recommended to use a wire net for windows ang air ventilation, and to close the doors and windows at night.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8385
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.A. Aisyah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemakaian kelambu berinsektisida dengan kejadian malaria pada anak usia 0-4 tahun diwilayah Puskesmas Galang Kecamatan Galang Kota Batam tahun 2013. Desain penelitian adalah cross-sectional pada 132 responden. Hasil penelitian membuktikan bahwapada tingkat signifikansi 5% terdapat hubungan bermakna antara jenis kelambu (OR=4,6), lama pemakaian kelambu (OR=2,9), cara pencucian kelambu (OR=3,6), cara menjemur kelambu (OR=2,8), dan pencelupan ulang kelambu (OR=3,6) memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian malaria. Begitu juga pendidikan (OR=2,9), pekerjaan (OR=2,8), dan lama bermukim (OR=3,1) memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian malaria. Analisis regresi logistik menemukan bahwa odds ratio tertinggi dan terendah berturut- turut adalah jenis kelambu yang tidak berinsektisida, lama bermukim ≤ 2 tahun dan cara mencuci dengan dikucek, disikat dan direndam.

This research aimed to know the relation of the use of Insecticide Treated Nets (ITNs) with incidence of malaria in children aged 0-4 years in Primary Helath Care Galang Galang Sub District Batam City 2013. Design research was a crosssectional in 132 respondents. The research has proves that there were meaningful relationship between types of nets (OR = 4.6), while the use of Insecticide Treated Nets (OR = 2.9), the way in washing nets (OR = 3.6), job (OR = 2.8), and retreated insecticide (OR = 3.6) have a meaningful relationship with incidence of malaria. So are education (OR = 2.9), employment (OR = 2.8), and leugth of stay (OR = 3.1) had a significant association with the incidence of malaria. Logistic regression analysis found that the odds ratio is the highest and the lowest row is not the type of insecticide-treated bed nets, long settled ≤ 2 years and by washing with dikucek, brushed and soaked."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rawina Winita
"Latar Belakang
Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang yang beriklim tropis. Lebih dari 40 % ( 2 milyar) penduduk dunia mempunyai risiko menderita penyakit malaria dan tiap tahun terdapat 1-2 juta orang meninggal karena penyakit malaria (Who,1993).
Di Indonesia, sampai saat ini penyakit malaria juga masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Angka kesakitan penyakit ini masih tinggi, terutama di daerah luar Jawa dan Bali. Di Indonesia Bagian Timur, prevalensinya masih cukup tinggi yaitu lebih dari 5% pada tahun 1984-1989 (Arbani, 1991). Berbagai usaha telah dilakukan untuk menanggulangi penyakit malaria di Indonesia, antara lain dengan pengendalian vektor malaria, pengobatan penderita dan perbaikan lingkungan (DepKes, 1991a).
Dalam program pengendalian vektor malaria, Cara yang umum dilakukan adalah penyemprotan rumah dengan insektisida (racun serangga) efek residu. Penyemprotan rumah dilakukan pada waktu-waktu tertentu oleh petugas penyemprot yang dikoordinasikan oleh pemerintah pusat (DepEes, 1991a). Di dalam aplikasinya di lapangan Cara ini membutuhkan peran berita yang aktif dari masyarakat karena penduduk harus mengizinkan petugas penyemprot rumah masuk ke dalam rumah mereka. Adanya keengganan penduduk untuk mengizinkan petugas penyemprot masuk ke dalam rumah mereka dapat merupakan penghambat bagi program ini. Hal lain yang dapat menjadi penghambat program penyemprotan rumah adalah adanya konstruksi rumah yang tidak cukup melindungi penghuninya dart gigitan nyamuk (DepKes,1991b). Oleh karena itu, diperlukan cara alternatif untuk penanggulangan vektor malaria, yang merupakan cara yang sederhana, mudah, efektif dan dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat.
Penggunaan kelambu (mosquito bed nets) sebagai usaha perlindungan terhadap gigitan nyamuk dan serangga lainnya telah lama dilakukan oleh masyarakat karena kelambu dapat berperan sebagai sawar antara nyamuk atau serangga lainnya dengan manusia (Lindsay & Gibson,1988). Penelitian di Gambia (Forth & Boreham,1982) dan Papua New Guinea (Charlwood, 1986) menunjukkan bahwa penggunaan kelambu dapat menurunkan jumlah blood fed mosquitoes di dalam suatu ruangan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Imran
"Di negara berkembang termasuk Indonesia penyakit malaria ini merupakan masalah kesehatan masyarakat, telah menimbulkan banyak korban, biaya perawatan medis, dan kehilangan kerja. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam bahwa jumlah penderita penyakit malaria diketahui bahwa Annual Malaria Incidence (AMI) untuk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah sebesar 2,43 per seribu penduduk. Dari data tersebut proporsi terbesar terjadi di Kota Sabang dengan jumlah 32,2 per seribu penduduk. Dengan tingginya kasus malaria di Kota Sabang dan belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku masyarakat dalam pemberantasan penyakit malaria di Kota Sabang Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), maka perlu dilakukannya suatu studi yang dapat memberikan gambaran terhadap perilaku masyarakat Kota Sabang terhadap pemberantasan penyakit malaria dan faktor-faktor yang mempenggaruhinya.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel 201 rumah tangga di 4 kelurahan yang masuk dalam kategori High Prevalence Area (PR > 3 ) dalam Kota Sabang. Variabel yang diteliti adalah faktor predisposisi yang meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap. Faktor yang kedua adalah faktor pemungkin yang mencakup sarana dan keramahan tenaga kesehatan dan faktor penguat yang dilihat dari sikap tokoh masyarakat. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan menggunakan yang sesuai (uji t untuk variabel dengan 2 kategorik, uji anova untuk variabel independen yang mempunyai lebih dan 2 kategori dan uji korelasi regresi untuk variabel independennya numerik) pada derajat kepercayaan 95 %.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku masyarakat Kota Sabang terhadap pemberantasan penyakit malaria yang masuk dalam kategori kurang sebanyak 45,8 % dan kategori baik 54,2 %. Berdasarkan analisis bivariat dengan untuk variabel jenis kelamin tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin lakilaki dengan jenis kelamin perempuan terhadap perilaku pemberantasan penyakit malaria. Untuk variabel tingkat pendidikan menunjukan adanya perbedaan rata-rata yang bermakna antara tingkat pendididikan dengan perilaku pemberantasan penyakit malaria. Sedangkan untuk variabel umur, pengetahuan, sikap responden dan sikap tokoh masyarakat menunjukkan adanya hubungan antara variabel tersebut dengan perilaku, sarana dan sikap petugas kesehatan tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna setelah diuji dengan mengunakan uji korelasi regresi. Hubungan umur dengan perilaku menunjukkan hubungan yang lemah, hubungan pengetahuan dan sikap serta sikap tokoh masyarakat dengan perilaku menunjukkan hubungan yang sedang. Kemudian hubungan sarana dan keramahan tenaga kesehatan dengan perilaku tidak adanya hubungan.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan bagi Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam perlu memberikan dukungan perhatian terhadap upaya pemberantasan penyakit malaria di Kota Sabang. Bagi Dinas Kesehatan Kota Sabang agar menjadikan program pemberantasan penyakit sebagai program utama. Bagi Puskesmas perlu ditingkatkan penyuluhan dan penyebaran informasi kepada masyarakat terutama cara pemberantasan penyakit malaria dengan mengunakan bahasa lokal agar mudah dipahami dengan melibatkan tokoh masyarakat.
Bagi Pemerintah Daerah Kota Sabang perlu mengadakan program khusus karena prevalensi penyakit malaria masih tinggi. Bagi Masyarakat perlu meningkatkan pengetahuan dan pendidikan. Untuk peneliti diharapkan melakukan penelitian dengan rancangan yang berbeda yang meliputi keseluruhan variabel.

Factors Which Are Related to the People Behavior in an Effort to Eradicate the Malaria Disease in Sabang City of Nanggroe Aceh Darussalam, Year 2003In the developing country including Indonesia, the malaria disease is a health problem of the people, that have taken many victims, medical expenses, and loss of employment. Based on the data from the Health Office of Nanggroe Aceh Darussalam Province that the number of malaria patients or the Annual Malaria Incidence (AMI) for Nanggroe Aceh Darussalam Province is 2.43 percent per one thousand people. With the high incidence of malaria in Sabang City and the unidentified factors related to the people behavior in eradicating the malaria disease in Sabang city of Nanggroe Aceh Darussalam (NAB), a study needs to be done which can give a description towards the behavior of the people of Sabang city towards the eradication of malaria disease and factors which affect it.
The research design used is cross sectional with the number of sample 201 of households in 4 sub-district which is included as High Prevalence Area (PR>3) in Sabang City. The Variable surveyed was the predisposition factor which includes sex, age, education level, knowledge and attitude. The second factor is the enabling factor which includes facilities and attitude of the health personnel and the encouraging factor which can be seen from the attitude of the public figure. The data analysis is done with univariate and bivariate method by using suitable one (t test for variable with 2 categories, anova test for independent variable that has more than 2 categories and regression correlation test for numeric independent variable) at the confidence level 95%.
The results of the survey indicate that the behavior of Sabang City people towards the malaria eradication which is included in the less sufficient category is 45.8% and good category is 54.2%. Based on the bivariate analysis with the sex variable does no indicate a significant difference between the man and the woman sex towards the malaria disease eradication. For the education level variable there is average significant difference with the malaria disease eradication. While for age variable, the knowledge, respondent attitude and the public figure attitude, it indicates a relationship between that variable and the attitude, facilities and the attitude of the health personnel does not indicate a significant relationship after it was tested by using regression correlation.
Based on the results of research it is suggested that the Office of Health of Nanggroe Aceh Darussalam needs to give attention towards the efforts to eradicate the malaria disease in Sabang City. It is suggested for the Health Office of Sabang City to make the disease eradication as its major program. It is suggested for the Community Health Centers that they must increase the counseling and dissemination of the information to the people especially the method of malaria disease eradication by using the local language in order to be understood easily by involving the public figures.
For the Government of Sabang City it is suggested that it needs to make a special program because the malaria diseases prevalence is still high. The people need to increase their knowledge and education. For the researchers, it is expected that different design of the research which include the whole variables.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12698
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Ayu Aisyah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemakaian kelambu
berinsektisida dengan kejadian malaria pada anak usia 0-4 tahun di wilayah
Puskesmas Galang Kecamatan Galang Kota Batam tahun 2013. Desain
penelitian adalah potong lintang pada 132 responden. Hasil penelitian
membuktikan bahwa pada tingkat signifikansi 5% terdapat hubungan
bermakna antara jenis kelambu (OR = 4,6), lama pemakaian kelambu (OR
= 2,9), cara pencucian kelambu (OR = 3,6), cara menjemur kelambu (OR =
2,8), dan pencelupan ulang kelambu (OR = 3,6) memiliki hubungan yang
bermakna dengan kejadian malaria. Pendidikan (OR = 2,9), pekerjaan (OR
= 2,8), dan lama bermukim (OR = 3,1) memiliki hubungan yang bermakna
dengan kejadian malaria. Analisis regresi logistik menemukan bahwa odds
ratio tertinggi dan terendah berturut- turut adalah jenis kelambu yang tidak
berinsektisida, lama bermukim ² 2 tahun dan cara mencuci dengan
dikucek, disikat dan direndam.
This research aimed to know the relation of the use of ITNs (Insecticide
Treated Nets) with incidence of malaria in children aged 0-4 years in
Primary Heatlh Care Galang Galang Sub District Batam City 2013. Design
research was a cross-sectional in 132 respondents. The research has
proves that there were meaningful relationship between types of nets (OR
= 4.6), while the use of Insecticide Treated Nets (OR = 2.9), the way in
washing nets (OR = 3.6), job (OR = 2.8), and retreated insecticide (OR =
3.6) have a meaningful relationship with incidence of malaria. So are education
(OR = 2.9), employment (OR = 2.8), and length of stay (OR = 3.1)
had a significant association with the incidence of malaria. Logistic regression
analysis found that the odds ratio is the highest and the lowest row is
not the type of insecticide-treated bed nets, long settled ² 2 years and by
washing with rubbed, brushed and soaked"
UPT Puskesmas Sekupang Dinas Kesehatan Kota Batam, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zakarias Busiara
"Penyakit malaria di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, terutama daerah-daerah di luar pulau Jawa dan Bali. Dari tahun ke tahun angka kesakitan yang diakibatkan oleh penyakit malaria tidak mengalami perubahan, terbukti dari tahun 1984 - 1991, angka kasakitannya berkisar antara 28, 88 - 87,65-7, 65 persen (Profit Kesehatan.tahun 1992). Khususnya di Propinsi Irian Jaya, penyebab kematian dari 10 besar penyakit di Puskesmas malaria yang paling tinggi, yaitu: 18,94 persen (lihat tabel 1.1), dan di lokasi transmigran Arso VI, Kecamatan Arso Kabupaten Jayapura, sampel darah yang diambil untuk pemeriksaan malaria ternyata yang positif malaria, untuk umur 0 - 12 bulan: 60,00 persen dan umur 1 - 9 tahun: 61,54 persen.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian malaria, pada Balita di lokasi transmigran arso VI Kecamatan Arso Kabupaten Jayapura. Irian Jaya.
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat berguna bagi pengelola program dalam upaya menentukan target sasaran intervensi penanganan kejadian malaria di lokasi transmigran Arso VI, Kecamatan Argo Kabupaten Jayapura dan didaerah lain yang mempunyai permasalahan yang sama. Penelitian ini menggunakan pendekatan "Cross Sectional" dengan menggunakan data primer, yang diperoleh di lapangan. Unit analisa adalah: ibu dari balita 0 - 5 tahun, diambil satu anak yang. paling kecil dalam keluarga.
Hipotesis yang diajukan adalah: ? secara bersama-sama " ada hubungan antara variabel-variabel pengaruh (independen variabel) dengan variabel terpengaruh (dependen variabel). Analisa yang digunakan adalah: univariat, untuk melihat gambaran. frekwensi distribusi responden menurut berbagai karakteristiknya; dan analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel-variabel independen dengan dependen variabel. Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square, variabel- variabel independen yang mempunyai hubungan dengan kejadian. malaria (dependen variabel) adalah: variabel tingkat pendidikan responden, dengan nilai p = 0,0000 (p<0,05) dan Chi-Square = 24,5818 pada Df = 1; variabel pengetahuan responden tentang penyakit malaria dengan nilai p = 0,0545 (p <0,05) dan Chi-Square = 13,80 pada Df = 1; variabel perilaku pencegahan penyakit malaria dengan nilai p = 0,0000 (p <0, 05) dan Chi-Square = 24,58 pada Df = 1; dan variabel lingkungan perumahan dengan nilai p = 0,0003 (p < 0,05) dan Chi-Square= 13, 13 pada Df =1; variabel bentuk perumahan dengan nilai p = 0,003 dan Chi-Square = 8,18 pada Df = 1.
Dari hasil penelitian dengen menggunakan uji statistik Chi- Square, ternyata yang mempunyai hubungan dengan kejadian malariaadalah: variabel tingkat pendidikan responden yang masih rendah; variabel pengetahuan responden tentang penyakit malaria yang masih rendah; variabel perilaku pencegahan penyakit malaria yang buruk; variabel bentuk perumahan yang buruk dan variabel lingkungan yang buruk oleh sebab itu untuk menurunkan angka kejadian malaria di lokasi transmigran Arso VI, Kecamatan Arso Kabupaten Jayapura, yang disebabkan oleh faktor-faktor tersebut diatas, diperlukan adanya upaya-upaya sebagai berikut: Perlu diberikan penyuluhan dan pelatihan-pelatihan ketrampilan melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal khususnya dalam bidang pelayanan kesehatan sehingga mereka dapat meningkatkan derajat kesehatan den tidak terlepas dari faktor pendukung lainnya yaitu; faktor sosial ekonomi yang perlu ditingkatkan pula.

The related factors with malaria for children under5years old in transmigration location Arso VI, Subdistrict of Arso, Regency of Jayapura in 1994.In Indonesia, malaria disease is still become a problem for public healthy, especially for the outside areas of Java-and Bali Island. From year to year, the number of sickness that consequences by malaria disease have never been change, it have prove from 1981 - 1991, Number 07 sickness revolve between28, 88 - 87, 65% (Health profile 19-92 ).
From Big ten diseases for the causes of death, in public Health centreespecially in province of Irian Jaya, it could be said that malaria get the highest rank, it is 18,94% ( see table 1 .1 ), and the blood sample for malariaanalysis s in transmigration location Arso VI, subdistrict of Arso, regency of Jaya Pura; positive evidencely for children 0 - 12 months old, is 60,00t and for 1 - 9 years old is . 61,541 purpose ofresearch isto get to know the reisting factors whit malaria occurrence, for children waders 5 years old in transmigration location Arso VI, subdistrict of Arso, regency of Jayapura, Irian Jaya. The advantage of researchcaved be given some beneficial to program processors in effort to determined main interventions target aims for malariaaccurance in transmigration location Arso VI, subditrict Arso, Regency of Jayapura, and for some other areas with the same set of problems.
This research is using primary datasquare with " Cross Sectional Approach ?.
Analysis Unit is: mother of the youngest children from 0 - 5 years old, in family.
Hypothesis that collective remanded have connection between independent variables and dependent variables.
And Analysis use urrivariat analysis means to description about respondent distribution frequency,according to all sort of their characteristics, and bivariat analysis that means to know if there have relationship between independent variables and dependent variables .
According to statistictest with chi-square test, have been know that independent variables which- have- relation with malaria occurance (dependent variables) are :
- Respondent educational-level variables with P value 0,0000 ( p < 0,05 ) and chi - square 24,5818 at Df = I;
- Respondent ability to know about malaria diseasevariable with P value 0,0545 ( P < 0.05 ) and chi-square 13, 80 at Df = I;
- Malaria disease prevention behavior variable with P value0,0000 ( P<0,05 ) and chi-square 24,58 at Df = 1 and housing environment variable with P value = 0, 0003 ( P<0,05 ) and chi-square = 13,13 at Df=1, Housingtype variable with P value = 0,003 and chi-square = 8,18 at Df =1
Based on resulting of research, with chi-square statistic test, therehave been know that some variable having connection with malaria occurance, and the mention variable are : Law range of respondent arilityto know about malaria disease variable, dilapidated malaria disease unproporsional housing type malaria and bad environmental variable.
So, if we want to reduce malaria occurance digit in transmigration location Arso- VI, subdistrict of Arso, Regency of Jayapura, which are causing by some factors as mention above; there. are stall required some efforts as following below : Give some elucidation and skill training through formal and informal education, especially in healthy service sector, until people can raise their selves healthy degrees, without apart from ether proponent factor, such as increasing of social-economy factors.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farchanny Achmad Tri Adryanto
"Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kepatuhan masyarakat menggunakan kelambu berinsektisida (LLIN?s), melalui pendekatan potong lintang (cross sectional) dengan menggunakan data sekunder hasil Survei Dasar Cakupan Penggunaan Kelambu Berinsektisida di Kabupaten Sikka Propinsi Nusa Tenggara Timur pada bulan Febuari 2009.
Hasil penelitian didapatkan, kejadian malaria dalam 3 bulan terakhir mencapai 72,4%, persentase kepatuhan menggunakan kelambu sebesar 40% dan responden yang tidak patuh menggunakan kelambu berisiko mengalami malaria sebesar 6,16 kali (95% CI: 2,149 - 17,656) dibandingkan yang patuh menggunakan kelambu setelah dikontrol oleh pendidikan, sikap dan interaksi antara pendidikan dengan penggunaan kelambu.
Disarankan agar pengelola program malaria Kementerian Kesehatan mengupayakan promosi kesehatan untuk meningkatkan kepatuhan masyarakat menggunakan kelambu, kerjasama lintas sektor dan mendorong pemerintah daerah meningkatkan alokasi anggaran untuk menjamin ketersediaan kelambu. Dinas Kesehatan perlu melakukan penyuluhan sebelum distribusi kelambu dan monitoring serta evaluasi penggunaan kelambu di masyarakat.

This study aimed to determine compliance to bed nets LLIN?s relation to malariaincidence. This study analized data of Baseline Survey bed nets with insecticide in Sikka district of East Nusa Tenggara Province in February 2009.
The results of this study showed the incidence of malaria in the last three months was 72.4%, and the compliance to bednet use was 40%. Respondents who did not comply of using bed net had risk 6,2 times than responden who comply of using bed net after adjusted by education, attitude and interaction between education and the compliance to bed nets use.
It is recommended to the malaria control program Ministry of Health, to do health promotion to increase compliance to bed nets use, collaborate to other sectors and encourage local governments to increase budget allocations to ensure the availability of bed nets. District Health Office needs to conduct education before distribute bed nets and do monitoring and evaluation of the compliance to bed nets use.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31110
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Asrul Hudaira
"Malaria is an infectious disease caused by a malaria parasite spread by female Anopheles mosquitoes, and is currently a public health problem. Besides causing death, it also affects work productivity and income. Puskesmas Hanura, wich is included ah High Incidence Area with AMI of l59,8 per 1000 persons, has done many efforts to deal with malaria, one of those is encouraging the use of bednets by distributing them to the community. The community there uses bednets while sleeping to help prevent malaria incidence.
This study used case control design, to elicit whether there is any significant relationship between exposure to mosquitoes and malaria by comparing case group and control group. Data were collected from Puskesmas I-Ianura, whit case group being patients who have been diagnosed with malaria (based on clinical symptoms and laboratory result) and control group are those who are not diagnosed with malaria, Primary data were also collected using stmctured questionnaires.
The result of bivariate analysis with a confidence of 95% showed that variabels correlating with malaria incidence the use of badnets with p value = 0,000 and OR = 4,177 (95%: 2,537-6,879), the use of mosquito coil with p value = 0,038 and OR = 1,962 (95% Cl: 1,078-3,57l) and being outside the housing during night time with p value = 0,016 and OR = 1,926 (95% CI: 1,159-3,20l).
The result of multivariate analiysis showed that using bednets when sleeping has a correlation with malaria incidence. Those who do not use bednets have 4,177 times begger risk to catch malaria than those who do. g.
It is suggested that the community be given thorough infomation on the importance of preventing the spread of malaria. The distribution of badnets should be continued and information should be given also regarding how to use bednets properly and their benefits. It is also suggested that people should stay inside the house night."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T34451
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ludong, Dorothea Theresia
"Penyakit malaria menduduki urutan utama di antara penyakit tropik endemik. Penyakit ini disebabkan oleh parasit genus plasmodium dan pada manusia diketahui empat spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium aralarias dan Plasmodium ovale. Dari ke empat spesies tersebut, Plasmodium falciparum adalah yang paling sering menyebabkan penyakit di daerah tropik dan berbahaya, karena dapat menimbulkan kematian (1). Oleh karena itu untuk menilai situasi malaria di suatu daerah, keberadaan Plasmodium falciparum perlu diketahui dengan jelas. Penilaian penyakit malaria di suatu daerah dapat dilakukan antara lain dengan survei malariometrik. Survei ini dapat menentukan prevalensi dan tingkat endemisitas malaria di daerah tersebut dengan mengukur angka limpa ("spleen rate") dan angka parasit ("parasite rate") (1,2). Angka limpa adalah persentase penduduk yang limpanya membesar dari seluruh penduduk yang diperiksa (1,2,3). Pada suatu infeksi malaria, limpa akan membesar untuk beberapa minggu walaupun parasit tidak ditemukan lagi dalam darah tepi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>