Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22463 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurrika Anggraini
"Kerjasama perdagangan merupakan salah satu cara yang dibutuhkan oleh negara untuk meningkatkan performa perdagangannya. Bentuk kerjasama perdagangan bilateral trade, regional trade dan international trade. Indonesia tercatat saat ini masih memiliki sedikit kerjasama perdagangan jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Chile merupakan salah satu negara yang ingin mengadakan kerjasama perdagangan dengan Indonesia. Performa perdagangan Indonesia-Chile meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2008 jumlah export Indonesia ke Chile mencapai US$ 0,14 billion sedangkan import Indonesia dari Chile sebesar US$ 0,2 billion. Bagi Indonesia, Chile rnerupakan negara tujuan ekspor nomor 3 untuk kawasan Amerika Utara. Keberadaan Zona Franca Iquique diharapkan dapat membentuk Indonesia dalam melakukan penetrasi pasar ke negara-negara tetangga Chile. Dan pada tanggal 1 September 2008 dibentuk join commission Indonesia-Chile yang diperuntukkan untuk membahas kemungkinan diadakannya kerjasama antara Indonesia-Chile.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak penurunan tariff terhadap komoditi ekspor indonesia yang potensial diekspor ke Chile dan juga komoditi ekspor chile yang potensial diekspor ke Indonesia. Faktor lain yang mempengaruhi perfoma ekspor dan impor Indonesia-Chile adalah GDP dan RER. Dari hasil regreesi data panel menunjukan bahwa performa ekspor Indonesia ke chile untuk komoditi potensial ekspor ke chile dipengaruhi signifikan oleh tariff chile. Penurunan tariff chile akan memberikan dampak pada kenaikan nilai ekspor Indonesia ke Chile. Sedangkan untuk performa impor Indonesia dari Chile untuk komoditi potensial ekspor indonesia dipengaruhi signifikan oleh GDP Indonesia. Komoditi Potensial ekspor Indonesia ke Chile yang memberikan perubahan besar dalam penurunan tariff adalah karet dan barang dari karet (HS 40), Kertas/Karton (HS 48) dan olahan dari buah-buahan/sayuran (HS 20). Sedangkan untuk komoditi potensial ekspor Chile ke Indonesia yang memberikan dampak perubahan terbesar terhadap penurunan tariff Indonesia adalah buah-buahan (HS 08), lemak dan minyak hewan/nabati (I-IS 15), minuman (HS 22).

Trade cooperation is one way required by the countries to improve their trade performance. Kinds of trade cooperation are bilateral trade, regional trade and international trade. Indonesia recorded currently has little trade cooperation when compared with other countries. Chile is one country that wants to conduct trade cooperation with Indonesia. Performance of Indonesia-Chile trade increases every year. In the year 2008 value of Indonesian exports to Chile reached US$ 0,14 billion while value imports from Chile Indonesia amounted to US$ 0,2 billion. For Indonesia, Chile is an export destination number 3 for the South American region. Zones Franca Iquique existence is expected to form in the Indonesia market penetration into the neighboring countries of Chile. And on lst September 2008 join commission formed by Indonesia-Chile is intended to discuss the possibility of establishing cooperation between Indonesia and Chile."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T33230
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nazula Harfiyati
"Saat ini pemerintah Indonesia berupaya melakukan diversifikasi ekspor ke negara-negara non tradisional, salah satunya Chile. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh penurunan tarif (liberalisasi perdagangan) terhadap ekspor Indonesia ke Chile. Variabel-variabel lain yang akan diteliti adalah GDP, RER, trade cost, dan negara-negara yang telah melakukan FTA dengan Indonesia dan Chile, menggunakan model regresi data panel dan model SMART sebagai pendukung hasil interpretasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa liberalisasi perdagangan dengan Chile akan meningkatkan ekspor Indonesia ke Chile. Selain itu, ditemukan bahwa kompetitor utama ekspor Indonesia ke Chile adalah China, sedangkan produk Jepang dan New Zealand bersifat komplementer dengan produk ekspor Indonesia.

Currently, Indonesian government is trying to diversify its exports to nontraditional countries, including Chile. This study aims to analyze the tariff reduction effect (trade liberalization) on Indonesian exports to Chile. Other variables examined are GDP, RER, trade cost, and countries that have FTA with Indonesia and Chile. The method used in this thesis is panel data regression and SMART model to support the interpretation.
The result shows that trade liberalization between Indonesia-Chile will increase Indonesia`s export to Chile. It is also found that Indonesia`s main competitor is China, while Japan and New Zealand`s products are complementary to Indonesia`s export products.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T41703
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fazra Fatima Azzahra
"Sejak pasca Perang Dunia II negara-negara di dunia berusaha untuk menjadi negara yang tidak hanya diakui kekuatannya secara politik tetapi juga secara ekonomi. Oleh karena itu perdagangan luar negeri merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mencapai kepentingan ekonomi sebuah negara. Dalam hal ini Jepang memaksimalkan potensinya sebagai negara penghasil dan pengekspor industri otomotif di dunia. Di sisi lain Australia mengekspor kekayaan sumber daya alam untuk kepentingan ekonominya. Oleh karena itu Jepang dan Australia yang memiliki perbedaan potensi mengadakan perjanjian hubungan perdagangan bilateral untuk saling memenuhi kebutuhan satu sama lain. Jepang dan Australia menandatangani perjanjian perdagangan untuk yang pertama kalinya pada tahun 1957. Mereka juga sepakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam rangka mendiskusikan isu bilateral khususnya di bidang ekonomi. Melalui perjanjian itulah hubungan perdagangan kedua negara yang bersifat komplementer ini terus berlanjut. Bahkan mereka mampu mengatasi rintangan dan meningkatkan ekspor mereka berkat komitmennya untuk bekerjasama dan meningkatkan hubungan bilateralnya di bidang ekonomi.

Since the post World War II the countries in the world trying to become a country that is not only recognized for its strength politically but also economically. Therefore, foreign trade is one of the way to achieve the economic interest. In this case Japan maximize its potential as a producer and exporter of automotives in the world. On the other hand Australia export its natural resources for economic interest. Therefore, Japan and Australia which have a different potential entered into bilateral trade relations to meet their economic interest. They agreed to conclude the bilateral trade agreement for the first time in 1957. They are also agreed to participate actively in discussing bilateral issues, particularly in the economic field. The bilateral trade between Japan and Australia which complement each other still continued through this agreement. Moreover they able to overcome and increasing their export because of their commitment to cooperate and enhance their bilateral relations in the economic field."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53279
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Musfiroh
"Sebagai negara dengan perekonomian yang berada di ranking keenam belas di dunia pada tahun 2018, kerjasama perdagangan internasional merupakan hal penting bagi Indonesia. Kerjasama perdagangan internasional pada awalnya hanya difokuskan pada negara-negara yang menjadi mitra dagang utama saja, baik dalam skala global maupun regional seperti ASEAN. Pada perkembangannya, Indonesia juga membuka diri dengan menjalin kerjasama perdagangan bebas atau Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan negara lain di luar kawasan yaitu Chile yang terletak di kawasan Amerika Latin. Akan tetapi jika ditinjau dari perdagangan internasional, nilai perdagangan antara Indonesia dan Chile tidak signifikan dibanding dengan negara lainnya yang berada di kawasan tersebut seperti Brazil dan Argentina. Hal ini menimbulkan pertanyaan, mengapa Indonesia justru menjalin kerjasama perdagangan bebas dengan Chile dalam skema Indonesia-Chile Comprehensive Economic Partnership Agreement (IC-CEPA)? Melalui pendekatan kualitatif (studi literatur dan wawancara) dengan menggunakan teori pemilihan Mitra FTA oleh Solis dan Katada (2008), penelitian ini bertujuan untuk menganalisis motif keterlibatan Indonesia dalam IC-CEPA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki tiga motif atas keterlibatannya dalam IC-CEPA. Pertama, motif ekonomi, yakni untuk mendapatkan akses pasar bagi produk manufaktur khususnya produk unggulan alas kaki dan menghindari adanya trade diversion. Kedua, motif politik yaitu untuk meningkatkan status Indonesia melalui upaya menjadi trade hub bagi kawasan Amerika Latin di Asia Tengara. Ketiga, motif leverage yakni untuk meningkatkan kapasitas Indonesia di sektor pertanian mengingat Chile merupakan salah satu negara memiliki sistem pengelolaan sektor pertanian yang terbaik di dunia.

As a country with sixteenth economic ranking in the world (2018), international trade is important for Indonesia. The cooperation is initially focused on countries which become the main trading partners, both on a global and regional scale such as ASEAN. On its development, Indonesia also opened up by establishing a Free Trade Cooperation (FTA) or Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) with other countries outside the region such as Chile in which it's located in Latin America. However, in terms of international trade, the total value of trade between Indonesia and Chile is small and unlike the trading with other countries in the same region. This matter then raises question, why Indonesia establish free trade cooperation with Chile in the Indonesia-Chile Comprehensive Economic Partnership Agreement (IC-CEPA) scheme? Through a qualitative approach (literature study and interview) using the theory of FTA partner selection by Solis and Katada (2008), this study aims to analyze the Indonesian motives behind its involvement and its decision to sign the IC-CEPA cooperation with Chile. The results of this study find that Indonesia has three motives for its involvement in IC-CEPA. First, economic motives, those are the need to export its manufactured products, particularly footwear and to avoid trade diversion. Second, political motive, that is to improve Indonesia's status through its efforts by becoming a trade hub for the Latin America countries in Southeast Asian regions. Third, leverage motive, that is to build Indonesia's capacity in the agricultural sector, considering that Chile is one of the countries with the best agricultural sector management system in the world."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugianto
"ABSTRAK
Hubungan bilateral antara Indonesia dan Arab Saudi mencakup hubungan dalam pengelolaan haji, pendidikan, ketenagakerjaan, keamanan, dan perdagangan. Dari hubungan bilateral tersebut, tesis ini membahas tentang hubungan perdagangan Indonesia dan Arab Saudi tahun 2004 ndash; 2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teori ekonomi politik perspektif nasionals dan konsep perdagangan internasional keunggulan absolut. Hubungan perdagangan yang diteliti mengenai politik perdagangan, potensi komoditas perdagangan, dan dinamika perdagangan. Tesis ini menemukan bahwa kedua negara melakukan politik perdagangan dengan tujuan kepentingan negaranya. Hubungan perdagangan kedua negara secara politik tidak memiliki kedekatan meskipun dalam bidang ekonomi Arab Saudi adalah mitra terbesar perdagangan di Timur Tengah. Indonesia dan Arab Saudi pun memiliki potensi komoditas yang besar baik migas atau non-migas. Indonesia memiliki potensi lebih besar karena keberagaman komoditas ekspor dibandingkan Arab Saudi yang bertumpu pada migas, polipropelina, dan etilen. Komoditas yang diperdagangkan oleh Indonesia dan Arab Saudi menunjukkan bahwa mereka melakukan perdagangan dengan konsep keunggulan absolut. Selain itu, dinamika perdagangan keduanya fluktuatif dengan neraca perdagangan Indonesia yang defisit sedangkan Arab Saudi berada dalam zona surplus. Dinamika perdagangan tersebut pun telah menjadi pola dan sulit untuk diubah karena kebutuhan minyak Indonesia yang tinggi untuk ketahanan energi atau pemenuhan konsumsi domestik.

ABSTRACT
The bilateral relations between Indonesia and Arab Saudi consist of hajj management, education, employment, security, and trade. From that bilateral relationship, this thesis explains the trade relationship between Indonesia and Saudi Arabia from 2004 to 2014. The method that used in this research is qualitative method with political economy theory of national perspective and international trade concept of absolute advantage. The research consists of trade politics, the potential of trade commodities, and the dynamics of the trade. This thesis finds that both countries engage in trade politics with the aim of their countries interest. The trade relations between the two countries are politically disproportionate although in the economic field Saudi Arabia is the largest trading partner in the Middle East. Indonesia and Saudi Arabia also have large potential commodities in both oil and gas or non oil and gas commodities. Indonesia has a greater potential because of the diversity of export commodities compared to Saudi Arabia which is based on oil and gas, polypropelina and ethylene. The commodities traded by Indonesia and Saudi Arabia show that the trade with the absolute concept. Furthermore, the trade dynamics is fluctuated with Indonesia 39 s deficit in their trade balance while Saudi Arabia is in a surplus zone. The trade dynamics have become patterns and are difficult to change due to Indonesia 39 s high oil demand for energy security or fulfillment of domestic consumption."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Deny Maraden Putra
"Peningkatan hubungan bilateral antara India dan China, salah satunya dilihat dari Peningkatan pesat nilai perdagangan bilateral dua dekade terakhir. Berbagai kesepakatan dalam kerjasama bersama antara India dan China semakin mendorong peningkatan nilai perdagangan kedua negara. Namun demikian, defisit perdagangan yang terus menerus dialami India dengan China menimbulkan berbagai pertanyaan, apakah kepentingan yang ingin dicapai India dari China. Saat ini, kepentingan ekonomi bukanlah tujuan dari India terhadap China, melainkan adanya kepentingan-kepentingan non ekonomi. Hal inilah yang kemudian penulis teliti dan analisis yang kemudian membawa peneliti dalam dua jawaban besar yakni, adanya kepentingan perdamaian India dengan China dan keinginan India untuk menggandeng China sebagai partner dalam tatanan sistem internasional.

The rapidly deepening bilateral India-China relationship are viewed in rapidly bilateral trade value in last two decades. Many agreements in joint delcarations between India-China encourages increasing trade value of both countries. However, India trade deficit more and more greater makes some questions, what is the India?s interest toward China. Nowdays, economic interest is not the purpose of India, but non economic interest. This issue backgrounds make researcher has two big answers for this issue, first, India peace interest with China, second, The Importance of India to join with China in International system.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yunia Fajarini
"Menaikkan tingkat kesejahteraan di negara berkembang menjadi prioritas utama dari agenda pembangunan dunia. Orientasi pembangunan ataupun kesejahteraan sekarang telah mengalami pergeseran paradigma dari awalnya berorientasi pertumbuhan material/ekonomi menjadi berfokus pada pembangunan manusia. Indikator yang digunakan untuk mengukur pembangunan manusia adalah Human Development Index , membawa nilai yang dibuat oleh UNDP tahun 2010, yang juga selaras dengan pembangunan manusia perspektif islam yang berlandaskan maqashid sharia.
OKI atau Organisasi Kerjasama Islam dikenal dengan organisasi dengan organisasi dengan label islam memiliki anggota yang banyak dan besar  baik dari segi daratan yang luas, persebaran negara, dan jumlah populasi. Persebaran populasi negara anggota OKI tersebar di 58 negara. Dari 58 negara anggota, mayoritas negara masih dikategorikan sebagai negara berkembang/kurang berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak dari perdagangan terhadap pembangunan manusia di Organisasi Kerjasama Islam. Penelitian ini menggunakan data negara anggota OKI di periode 2013 – 2015(lima tahun), menggunakan data sekunder, dan diestimasi dengan metode sys-GMM.Teknik estimasi menggunakan system-GMM digunakan untuk mengatasi masalah endogenitas. Studi ini menemukan perdagangan memberikan dampak negatif  signifikan terhadap pembangunan manusia bagi seluruh negara anggota OKI.

Increasing the level of welfare in developing countries is a top priority of the world development agenda. Development or welfare orientation has now undergone a paradigm shift from initially oriented material / economic growth to focusing on human development. The indicator used to measure human development is the Human Development Index, bringing the value made by UNDP in 2010, which is also in line with the human development of an Islamic perspective based on maqashid sharia.
Organization of Islamic Cooperation is known as an organization with an organization labeled Islam that has many and large members both in terms of land area, country distribution, and population size. The distribution of the population of OKI member countries is spread in 58 countries. Of the 58 member countries, the majority of countries are still categorized as developing / less developed countries. This study aims to analyze the impact of trade on human development in the Organization of Islamic Cooperation. This study uses data from OIC member countries in the period 2013 - 2015 (five years), uses secondary data, and is estimated by the sys-GMM method. The estimation technique using the GMM-system is used to overcome endogenous problems. This study found that trade had a significant negative impact on human development for all OIC member countries.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Agustina
"Tesis ini bertujuan mengevaluasi perkembangan ekspor (impor) enam komoditi terpilih antara Indonesia dan China selama tahun 1990-2010. Tesis ini juga membahas faktor-faktor determinan yang mempengaruhi perdagangan atau pertumbuhan bilateral ekspor (impor) antara Indonesia dan China. Metodologi tesis ini menggunakan baik analisis deskriptif maupun analisis ekonometri. Analisis deskriptif berupa indikator pertumbuhan, neraca perdagangan, dan kontribusi perkembangan ekspor (impor). Sedangkan pendekatan model gravity digunakan dalam analisis ekonometri. Keseluruhan bagian analisis mencoba fokus kepada periode-periode penting hubungan ekonomi dan politik Indonesia-China, seperti: awal normalisasi Indonesia-China 1995, krisis finansial Asia 1997, China masuk WTO 2001, implementasi ACFTA 2010, dan krisis ekonomi global 2008.
Hasil studi mengindikasikan bahwa komoditi ekspor terpilih Indonesia berpotensi sangat besar untuk dikembangkan dalam perdagangan bilateral dengan China terlebih untuk memaksimalkan manfaat dari adanya ACFTA; pertumbuhan ekspor-impor komoditi terpilih Indonesia-China tidak berbeda signifikan dengan kondisi yang sama pada Negara-negara Anggota ASEAN lainnya; ACFTA dan krisis ekonomi global 2008 tidak serta merta memberikan dampak negatif terhadap produksi atau output dan tenaga kerja dalam negeri atas enam komoditi ekspor (impor) terpilih Indonesia dengan China; tariff ternyata memberikan dampak signifikan terhadap ekspor komoditi terpilih Indonesia ke China sehingga harus lebih diperhatikan antara lain dengan mengintensifkan negosiasi oleh Indonesia kepada China; krisis ekonomi global 2008 ternyata meningkatkan nilai ekspor nasional, namun krisis ini juga signifikan meningkatkan nilai impor Indonesia dari China; ekspor Indonesia ke China berpotensi sangat besar memenuhi kebutuhan domestik China saat pertumbuhan GDP per kapita China meningkat.

This thesis is aimed to evaluate the development of export (import) of six selected commodities between Indonesia and China during 1990-2010. It also discusses determinant factors that influence the trade or growth of bilateral export (import) between Indonesia and China. Methodology of this thesis is using both descriptive and econometric analysis. Descriptive analysis in form of indicators of growth, trade balance, and contribution of the export (import) development, as well as the gravity model approach are used in this study. Overall part of the analysis seeks to focus on important periods of economic and political relations between Indonesia and China, such as: early normalization of relations between Indonesia and China in 1995, Asian financial crisis in 1997, China entered the WTO in 2001, implementation of the ACFTA in 2010, and global economic crisis in 2008.
The study results indicate that the selected export commodities of Indonesia have enormous potential for development in bilateral trade with China especially to maximize benefits of the ACFTA; growth of export (import) of selected commodities of Indonesia and China did not differ significantly with the same conditions in other ASEAN countries; the ACFTA and the global economic crisis 2008 did not necessarily have a negative effect in domestic production or output and labor of six selected commodities export (import) of Indonesia to China; tariff in fact has a significant impact onthe export of the Indonesian selected commodities to China, so the attention should be given among others by intensifying negotiations by Indonesia to China; global economic crisis 2008 in fact increased national export, however, this crisis also significantly increased the value of import of Indonesia from China; Indonesia`s export to China potentially have enormous potential to meet domestic needs of China at the time GDP per capita growth of China increases."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T29516
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elenur Dwi Anbiana
"Tesis ini meneliti mengenai adanya kepentingan strategis yang dimiliki oleh India dalam kontinuitas defisit perdagangan bilateral yang dilakukan India dengan Tiongkok, untuk mengetahui apakah power maximizer masih diterapkan oleh negara dalam hubungan internasional. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksplanatori dan data yang digunakan adalah data sekunder.
Hasil penelitian menunjukkan RRT memiliki faktor X dalam kepentingan strategis India, sehingga India mau untuk terus melanjutkan perdagangan bilateral dengan RRT meskipun terus mengalami defisit. Defisit perdagangan yang dialami India sebagai bentuk payment yang dilakukan India untuk melindungi kepentingan strategis yang merupakan turunan dari kepentingan pertahanan nasional India.

This thesis explains about India?s strategic interests in the continuity of bilateral trade deficit India-PRC, and also to determine whether the power maximizer is still used by the state in international relations or not. The research is explanatory research and the data that used in this research are secondary data.
The results showed RRT has the X factor in the strategic interests of India, that caused India wants to continue the bilateral trade with China despite continued deficit in bilateral trade. The trade deficit that India as a form of payment that is made to protect the strategic interests of India, which is derived from the Indian national defense purposes.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhaila Marisa
"

Beberapa negara mencoba untuk lebih terlibat dalam perdagangan internasional

untuk menjadi bagian dari jaringan global. Penanaman Modal Asing (PMA) diharapkan
menjadi salah satu cara untuk meningkatkannya. Perdagangan intra industri (IIT)
mengukur ekspor dan impor dalam kategori industri yang sama. Kajian ini mencoba
menganalisis hubungan antara PMA sektor manufaktur di Indonesia dan bilateral IIT
antara Indonesia dengan masing-masing Jepang, China, dan ASEAN-9, khususnya pada
level industri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua PMA di semua industri
mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan IIT. Keterkaitan FDI dan IIT berbeda
di setiap lokasi dan industri.


Many countries try to engage more in the international trade to be part of global

networks. FDI is expected to be one of ways to improve it. Intra industry trade (IIT)
measures export and import in the same categorize of industry. This study tries to examine
the relationship between manufacturing FDI in Indonesia and bilateral IIT between
Indonesia and each Japan, China, and ASEAN-9, especially in the industry level. The
result shows that not all FDI in all industries have positive and significant relationship
with IIT. The linkage of FDI and IIT differs across location and industries.

"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>