Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187992 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shely Widyanti
"Penelitian ini mcnguji mengenai hubungan antara ekuitas merek dan keempat komponennya dengan kinerja pengumpulan dana pihak ketiga (DPK) di dalarn top I0 banks dilihat dari sudut pandang pelanggan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan dari ekuitas znerek berbasis konsumen dan keempat kornponennya (brand loyalty, brand awareness. perceived quality dan brand image) antara high dan low performance bank, serta pengaruhnya denan kineria pengumpulan dana pihak ketiga (DPK) di dalam top 10 banks.
Hasil yang didapat ialah bahwa terdapat perbedaan brand loyalty, brand awareness, brand image dan perceived quality antara high performance dan low performance bank. I-Iasil peneiitian juga membuktikan adanya hubungan antara ekuitas merek berbasis konsumen dan keempat komponennya dengan kineuja pengumpulan dana pihak ketiga (DPK) di dalam top 10 banks
This research examines correlation between brand equity and it?s four components on top 10 banks?s third party fund generation performance from the customers viewpoint. The aim of the research is to discover different consumer-based brand equity and it?s four components (brand loyalty, brand awareness, perceived quality, and brand image) between high and low third party iimd generation performance among top 10 banks in Indonesia.
In addition, the results shows that there is a different on brand loyalty, brand awareness, brand image and perceived quality between high and low performance banks. The results also show that there is correlation between consumer-based brand equity and these four components on top 10 bank's third party iimd generation performance.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S9322
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Fitri Amalina
"Seiring perkembangan global khususnya dalam dunia teknologi, praktik layanan jasa keuangan hari ini mulai bergeser dari pelayanan offline menuju online. Namun, kenyataannya masyarakat Indonesia masih belum terbiasa dalam menggunakan fasilitas layanan keuangan digital, sehingga agenda pengadaan jaringan kantor di tengah masyarakat merupakan praktik layanan jasa keuangan yang masih dapat dikatakan efektif. Untuk itu, penelitian ini akan menganalisis hubungan antara pertumbuhan jumlah jaringan kantor perbankan syariah terhadap jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun dan pembiayaan yang berhasil disalurkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode analisis model regresi linear berganda, dimana variabel independen yang gunakan merupakan variabel-variabel yang telah diuji dalam penelitian terdahulu. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jumlah jaringan kantor tidak signifikan memberikan pengaruh terhadap jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun serta jumlah pembiayaan yang disalurkan baik oleh Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Global developments, especially in the technological sector, todays financial services practice began to shift from offline to online service. However, so that the number of Indonesian costumer is still not accustomed to utilize financial services facilities that based on technology, so that the agenda of office (network/branch) in the nearby area is still considered to be effective. Hence, this research will analyze the relationship between the growing number of Islamic banks offices to the amount of deposit and financing. The study used a quantitative research approach with the method of multiple linear regression models, in which the independent variables used were tested variables in the previous study. The results of this study revealed that the number of office networks does not significantly affect the amount of deposit that were successfully compiled and the amount of financing distributed by Islamic banks and Islamic business units."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Anggia
"Tight competition on the motorcycle industry has shown by the distribution of numerous motorcycle brands in Indonesia. The variety of brand names in nowadays market puzzles the customers. In order to survive and get the biggest share, motorcycle producers have to develop new products that are unique and differ from their competitors. Honda motorcycle has been leading the market Indonesia for more than 30 years. However, PT Astra Honda Motor, as the sole agent and distributor of Honda motorcycle, should take heed since its main competitor Yamaha has grown in the market significantly. The objective of this research, which focuses on customer-based of brand equity, is to illustrate the strength of Honda?s brand equity comparing with other competitors specifically Yamaha and Suzuki. Brand equity is said to be high if the customers recognize the brand and they have strong associations, advantageous, and recognize the uniqueness or superiority of the brand. Customer-based brand awareness roots on brand awareness and brand image. This research is using quantitative descriptive approaches. There are two types of research designs that have been conducted, i.e. exploratory research and conclusive research. Exploratory research has main intention to acknowledge, discover and understand the idea and problems, particularly to picture how customers associate the big three motorcycle brands with a number of associations, product related or non-product related. Conclusive research is used to help writer for choosing, evaluating and selecting the best steps to manage problems. Literature studies used for analysis research output concentrate on customer-based brand equity illustrated by Keller, with the basis of brand awareness and brand image in place of brand associations, both productrelated and non-product related. Research on top mind awareness describes that Honda?s cub type motorcycle has been the brand with the top of mind awareness. In the research of brand associations, Honda has the strongest product association, i.e. fuel saver, strong and durable engine, tough in any road conditions, advance and innovative technology, comparative price and quality, high resale value, spare parts are available in many outlet, affordable service or maintenance cost, broad service networks, sympathetic and helpful customer service, and high availability of leasing. Besides, from the perspective of non-product association, Honda has strongly associated with well-known brand mark, film or opera soap actors and actresses are fit to be the advertising model, familiar, pleasant, humble, charismatic and extrovert. Honda has positive associations on its customers. Though, Yamaha has achieved much more non-product associations. Therefore, PT Astra Honda Motor has to be more innovative on its product and technology, strong engine but still efficient, to generate Honda?s competitive advantage, more aggressive on promotion activities, both in media activities and marketing events, maintain good relationship with Honda motorcycle clubs and bloggers which have important roles in spreading information and positive image of Honda. Honda should also be more intelligent in selecting its endorser. The endorser should be well known among the wide society and has good influence towards products.

Tingginya persaingan dalam industri sepeda motor saat ini ditandai dengan bermunculannya berbagai merek sepeda motor di Indonesia. Banyaknya merek yang ada di pasar saat ini tentu saja dapat membingungkan konsumen. Oleh karena itu, untuk dapat bertahan dan memenangkan persaingan merek, para produsen sepeda motor harus membangun merek yang unik dan berbeda dari merek lainnya. Meskipun merek Honda adalah merek yang selama puluhan tahun telah mendominasi pasar sepeda motor di Indonesia, namun PT Astra Honda Motor selaku pemilik merek Honda harus berhati-hati karena merek Yamaha sebagai pesaing utama Honda terus mengalami peningkatan pangsa pasar yang cukup signifikan. Tujuan dilakukannya penelitian terhadap ekuitas merek berbasis konsumen pada sepeda motor merek Honda terhadap Yamaha dan Suzuki ini adalah untuk melihat kekuatan ekuitas merek Honda tersebut. Ekuitas merek dikatakan tinggi apabila konsumen menyadari keberadaan merek dan konsumen memiliki asosiasi yang kuat, menguntungkan, dan menyadari keunikan atau keunggulan merek tersebut. Ekuitas merek berbasis konsumen bersumber pada brand awareness dan brand image. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif. Ada dua jenis desain penelitian yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu (i) Desain riset exploratory research, yang bertujuan untuk mengetahui, menggali, memahami ide dan masalah, terutama untuk mengetahui bagaimana konsumen mengasosiasikan ketiga merek sepeda motor yang menjadi objek penelitian, dengan berbagai asosiasi, baik produk (product-related association) maupun non produk (non product-related associations); (ii) Desain riset conclusive research, yang bertujuan membantu penulis untuk menentukan, mengevaluasi dan memilih tindakan yang terbaik untuk mengatasi permasalahan. Telaah pustaka yang digunakan sebagai panduan untuk menganalisis hasil penelitian berfokus pada ekuitas merek berbasis konsumen yang dijelaskan oleh Keller, yang bersumber pada kesadaran merek dan citra merek yang melihat asosiasi merek, baik yang berhubungan dengan produk, maupun yang tidak berhubungan dengan produk. Hasil penelitian terhadap top of mind awareness menunjukkan bahwa merek yang menjadi top of mind awareness untuk sepeda motor jenis CUB adalah merek Honda. Sedangkan hasil penelitian secara keseluruhan pada asosiasi yang berhubungan dengan produk menunjukkan bahwa merek Honda paling kuat asosiasinya dengan berbagai asosiasi produk, seperti irit bahan bakar, mesin kuat dan tahan lama, tangguh di segala medan, teknologi mutakhir dan inovatif, harga sebanding dengan kualitas sepeda motornya, nilai jual kembali yang tinggi, suku cadang asli mudah didapat, biaya perawatan yang terjangkau, tempat servis banyak dan ada dimana-mana, pelayanan customer service yang ramah dan sangat membantu, serta pembelian secara kredit mudah dilakukan. Sementara itu dari segi asosiasi non-produk, merek Honda paling kuat diasosiasikan dengan logo merek yang mudah dikenali, tokoh artis sinetron/film paling cocok menjadi bintang iklan, sangat mudah dikenali dari penampilannya, berwibawa, ramah, rendah hati, karismatik dan ekstrovert (terbuka). Meskipun merek Honda memiliki asosiasi yang positif di dalam benak konsumen, namun merek Yamaha memperoleh asosiasi non-produk yang jenis lebih banyak dari Honda. Oleh karena itu, PT Astra Honda Motor hendaknya lebih inovatif dalam menghasilkan produk dengan teknologi yang lebih inovatif, yaitu mesin yang kencang namun tetap irit bahan bakar sehingga dapat menambah keunggulan daya saing Honda, lebih agresif dalam menjalankan aktivitas promosinya, baik melalui media, maupun event-event marketing, dan menjalin hubungan baik dengan klubklub sepeda motor Honda dan para blogger yang memiliki peran penting dalam penyebaran informasi dan citra positif merek Honda serta lebih bijaksana dalam memilih endorser yang telah dikenal baik di kalangan masyarakat luas dan memberi pengaruh positif pada produk."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26605
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Farhan Kusumawardhana
"Semakin banyak pelanggan menggunakan media sosial untuk mendapatkan informasi tentang merek dan memandu pembelian mereka. Hubungan antara pemasaran media sosial (social media marketing activities-SMMA) dan ekuitas merek berbasis konsumen (consumer-based brand equity-CBBE) pada konsumen Generasi Z dipengaruhi melalui pengalaman merek (brand experience-BE) dan manfaat media sosial (social media benefits-SMB) dari platform media sosial. Penelitian ini menerapkan partial least square model (PLS) dengan 125 responden Generasi Z yang mengikuti merek Louis Vuitton di platform media sosial Instagram. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara SMMA dan CBBE yang dipengaruhi melalui mediasi pengalaman merek (BE) serta manfaat media sosial (SMB). Akan tetapi, penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengalaman merek (BE) dan manfaat media sosial (SMB) tidak memiliki hubungan langsung dengan CBBE tanpa mediasi. Temuan penelitian ini dapat digunakan oleh manajer luxury brands untuk merancang pemasaran media sosial untuk meningkatkan pemasaran kepada Generasi Z dan evaluasi ekuitas merek (brand equity) di platform media sosial.

More and more customers are using social media to learn about brands and guide their purchases. The relationship between social media marketing activities (SMMA) efforts and consumer-based brand equity (CBBE) among Generation Z consumers is hypothesized to be mediated by brand experience (BE) and the social media benefits (SMB) resulting from engagement in social media platforms. Putting into action, the partial least squares path modeling (PLS) used to evaluate 125 of Louis Vuitton brand’s followers on the social media platform of Instagram. According to the findings, the relationship between SMMA and CBBE is mediated by brand experience as well as social media benefits; however, the result also show that brand experience and social media benefits does not have any direct relationship regarding the CBBE without mediation. These findings could be used by luxury brand managers to design social media marketing approaches that improve Generation Z's overall social media marketing activities and evaluations of brand equity in social media platforms.

"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartono
"Non Performing Financing (NPF), merupakan salah satu alat penilaian kesehatan Bank Syariah, oleh karena itu harms dikelola sedemikian rupa agar tidak melampaui batas maksimal ketentuan Bank Indonesia yakni 5%. NPF dalam perbankan syariah juga merupakan refleksi dari bagi basil yang akan diberikan bank syariah. Dalam masa pertumbuhan bank syariah yang masih bare dengan karakteristik produk dan pola FDR (Financing to Deposit Ratio) dalam memaksimalkan bagi basil, Berta keberadaan dual banking system dan dual monetary system di Indonesia, perlu untuk mengetahui f orfaktor yang mempengaruhi fluktuasi NPF yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Suku Bungs Sertifikat Bank Indonesia (SBI) I bulan.
Pada Bank Muamalat Indonesia (BMI) terjadi fluktuasi (naik-turun) NPF, sementara DPK meningkat dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) I bulan berfuktuasi. Peningkatan DPK berpengaruh terhadap penurunan NPF BMI, sementara peningkatan Suku Bungs 5B1 berpengaruh terhadap peningkatan NPF BMI.

Non Performing Financing (NPF), is one of tool to assess the soundness of a syaria bank. that must be carefully managed so that it is not exceeded the limit set by Bank Indonesia i.e. 5%. NPF in syaria banking is also a reflection of revenue sharing given by a syaria bank. During the growing phase for this new syaria bank with its unique product characteristics and its Financing to Deposit Ratio (FDR) pattern to maximize revenue sharing, also the enactment of dual banking system and dual monetery system in Indonesia, it is important to understand factors affecting the fluctuation of NPF i.e Dana Pihak Ketiga (DPK) and Sertifikat Bank Indonesia (SBI) rate (I month).
In Bank Muamalat Indonesia (BMI), NPF fluctuates, while DPK increases and SBI rate (1 month) fluctuates. The increase in DPK affects the decrease in NPF of BMI, while the increase in SBI rate gives impact on the increase in NPF of BMI.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20707
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Chrismanaria
"Tingkal kompetisi dalam industri selular kian hari kian meningkat. Pertumbuhan industri selular yang sedemikian tinggi dipacu antara lain oleh tingkat mobilitas masyarakat, harga ponsel yang semakin terjangkau, dan tarif kartu perdana dari operator selular yang murah. Saat ini, operator berlomba mempertahankan dan menambah pelanggannya dengan promosi yang memicu permasalahan baru yaitu menurunnya margin. Alternalif solusinya adalah dengan membangun ekuitas merek.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh program pemasaran yaitu price deals. intensitas iklan dan intensitas distriibusi terhadap ekuites merek dan dimensi-dimensinya dengan menggunakan analisis regresi. Penelitian membuktikan pula bahwa program pemasaran memberikan pengaruh positif terhadap dimensi-dimensi ekuitas merek yang selanjutnya memberikan efek positif terhadap ekuitas merek. Elemen price deals yang diduga berpengaruh negatif terhadap persepsi kualitas dan brand awareness tcmyata justru berpengaruh positif. Intensitas iklan berpengaruh paling dominan diikuti intensitas dislribusi dan price deals. Oleh sebab itu disarankan kepada operator selular untuk berhati-hati dalam memberikan price deals, terutama dengan adanya potensi turunnya tingkal revenue dan profit perusahaan. Proporsi iklan untuk mengkomunikaslkan keunggulan kompetitif, positioning dan image merek perlu ditingkatkan. Hubungan baik dan kerjasama dengan berbagai mitra saluran distribusi seperti outlet ritel operaror dan bank, perlu terus dipelihara dan ditingkatkan.

Day by day competition level of cellular industry is growing. This growth was accelerated by the mobility of the people, low handset price. and low subscription fee. Nowadays operators are competing in maintain and adding customers by using promotions which gives operators a new problem that is the decrease of profit margin. An alternative solution to this situation is brand equity.
This research objectives was to analyze the effects of marketing activities (consist of : price deals, advertising intensity dan distribution intensity) upon brand equity and its dimensionality by using regression analysis. The research proves that marketing activities correlates positively to dimensionality of brand equity and brand equity itself as well. Although price deals was Hypothezed to correlate negatively to perceived quality and brand awareness, it turns out that the research proves it correlates positively. Advertising intensity has the biggest effects to brand equity, followed by distribution intensity and price deals. Operator should implement price deals carefully, especially by the possibility of revenue and profit decrease. Proportion of advertising to communicate competitive advantage, positioning, and brand image must be elevated. Good relationships and cooperations with channel partners such as banking and outlets must be kept and increased all the time.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18596
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Chrismanaria
"Tingkat kompetisi dalam industri selular kian hari kian meningkat. Pertumbuhan industri sclular yang sedemikian tinggi dipacu antara lain oleh tingkat mobilitas masyarakat, harga ponsel yang scmakin terjangkau, dan tarif kartu perdana dari operator sclular yang mural'. Saat ini, operator berlomba mempertahankan dan menambah pelanggannya dengan promosi yang memicu permasalahan baru yaitu menurunnya margin. Alternatif solusinya adalah dengan membangun ekuitas merek.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh program pemasaran yaitu price deals, intensitas iklan dan intensitas distribusi terhadap ekuitas merek dan dimensidimensinya. dengan menggunakan analisis regresi.
Penelitian membuktikan pula bahwa program pemasaran memberikan pengaruh positif terhadap dimensi-dimensi ekuitas merek yang selanjutnya memberikan efek positif terhadap ekuitas merek. Elemen price deals yang diduga berpengaruh negatif terhadap persepsi kualitas dan brand awareness ternyata justru berpengaruh positif. Intensitas iklan berpengaruh paling dominan diikuti intensitas distribusi dan price deals.
Oleh sebab itu disarankan kepada operator selular untuk berhati-hati dalam memberikan price deals, terutama dengan adanya potensi turunnya tingkat revenue dan profit perusahaan. Proporsi iklan untuk mengkomunikasikan keunggulan kompetitif, positioning dan image merek perlu ditingkatkan. Hubungan baik dan kerjasama dengan berbaggai mitra saluran distribusi seperti outlet ritel operator dan bank, perlu terus dipelihara dan ditingkatkan.

Day by day competition level of cellular industry is growing. This growth was accelerated by the mobility of the people, low handset price and low subscription fee. Nowadays operators are competing in maintain and adding customers by using promotions which gives operators a new problem that is the decrease of profit margin. An alternative solution to this situation is brand equity.
This research objectives was to analyze the effects of marketing activities (consist of: price deals, advertising intensity and distribution intensity) upon brand equity and its dimensionality by using regression analysis.
The research proves that marketing activities correlates positively to dimensionality of brand equity and brand equity itself as well. Although price deals were hypotheses to correlate negatively to perceived quality and brand awareness, it turns out that the research proves it correlates positively. Advertising intensity has the biggest effects to brand equity, followed by distribution intensity and price deals.
Operator should implement price deals carefully, especially by the possibility of revenue and profit decrease. Proportion of advertising to communicate competitive advantage, positioning, and brand image must be elevated. Good relationships and cooperation with channel partners such as banking and outlets must be kept and increased all the time.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18596
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>