Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203006 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Avenzora
"Pada masa sebelum krisis tahun 1997, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) rnerupakan industri yang diandalkan karena mampu memberikan lapangan kerja kepada sekitar 1,2 juta pekerja dan menjadi penghasil devisa utama bagi pemerintah. Namun semenjak krisis tahun 1997 industri TPT kehilangan kepercayaan diri. Ongkos produksi yang melambung tinggi menyebabkan industri TPT dalam negeri sulit bersaing dengan barang impor. Keadaan menjadi semakin buruk setelah pemerintah menaikkan harga BBM, tarif listrik dan telepon secara serentak. Namun demikian, industri ini masih mencoba bertahan dengan melakukan berbagai efisiensi. Untuk memberikan informasi yang lebih jelas seberapa jauh efisiensi yang telah diraih oleh industri TPT dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya maka studi mengenai efisiensi dan produktivitas industri TPT diperlukan.
Studi ini meneliti mengenai efisiensi dan produktivitas industri TPT periode 2002-2004. Metode yang digunakan untuk menghitung tingkat efisiensi dan produktivitas dalam hal ini adalah Total Faktor Produktivitas (TFP) adalah metode nonparametrik dengan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). Sementara itu untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi dan TFP dilakukan analisa regresi berganda.
Data tahun 2002-2004 menunjukkan bahwa tingkat efisiensi teknis industri TPT masih tergolong rendah. Untuk industri tekstil (kode 17) rata-rata efisiensi teknis periode 2002-2004 adalah sebesar 0,432 dan untuk industri produk tekstil (kode 18) rata-rata efisiensi teknis periode 2002-2004 adalah sebesar 0,422. Hasil perhitungan ini sesuai dengan yang ditemukan oleh Margono (2004) bahwa tingkat efisiensi industri tekstil periode 1993-2000 rata-rata sebesar 0,479.
Dari hasil analisis regresi berganda ditemukan bahwa faktor-faktor yang secara signifikan berpengaruh terhadap besarnya efisiensi untuk industri tekstil adalah status permodalan dan lokasi perusahaan sementara untuk produk tekstil adalah skala usaha, umur perusahaan dan status permodalan. Sementara itu, yang secara signifikan mempengaruhi TFP pada industri tekstil adalah skala usaha dan untuk produk tekstil adalah skala usaha dan status permodalan."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T21208
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Armenzano Yulianto
"Kondisi industri tekstil Indonesia yang dari tahun ke tahun semakin menurun, menggugah penulis untuk melakukan penelitian mengenai seberapa besar tingkat efisiensi dan seberapa banyak industri tekstil dan produk tekstil di Indonesia yang mampu melakukan efisiensi serta seberapa banyak perusahaan yang ada dalam industri tekstil dan produk tekstil yang mampu melakukan efisiensi. Industri tekstil dan produk tekstil di dalam penelitian ini dipecah ke dalam 3 klasiflkasi sesuai dengan ISIC yang berlaku, yakni industri tekstil (ISIC 17), industri pakaian jadi (ISIC 18) dan industri kulit dan barang dari kulit (ISIC 19). Berbeda dengan penelitian-penelitian tingkat efisiensi pada industri tekstil sebelumnya, penelitian kali ini menggunakan metode Data envelopment Analysis dengan pendekatan input. Model DEA yang digunakan adalah model variable return to scale (VRS).
Adapun pada penelitian kali ini penulis menggunakan data net (value added) output. Variabel yang mempengaruhi output tersebut ada 2, yakni, kapital (K) dan tenaga kerja (Labor). Penelitian ini menggunakan data statistik industri tekstil Indonesia skala besar dan menengah untuk tingkat perusahaan kurun waktu tahun 1999 - 2001.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa secara umum tingkat efisiensi pada industri tekstil dan produk tekstil di Indonesia masih rendah. Jumlah perusahaan yang ada di dalam suatu industri tekstil dan produk tekstil turut menentukan tingkat efisiensi industri tersebut, secara umum industri dengan jumlah perusahaan yang relatif sedikit memiliki tingkat efisiensi yang lebih baik. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa jumlah perusahaan yang efisien dalam industri tekstil dan produk tekstil relatif sangat kecil bila dibandingkan dengan total perusahaan dalam industri tersebut, rata-rata sekitar 4% dari total perusahaan yang ada. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa secara umum perusahaan skala besar lebih efisien jika dibandingkan dengan perusahaan skala menengah.
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak terkait yang berkepentingan. Selain itu diharapkan pula pengukuran etisiensi ini tetap dilanjutkan dari tahun ke tahun, agar industri ini tetap terpantau jangan sampai kolaps, karena industri tekstil dahulu pernah menjadi komoditi primadona bagi pemasukan devisa negara, dan diharapkan industri ini akan bangkit kembali di masa-masa mendatang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T17091
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosita Nur Ayuni
"Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kondisi efisiensi teknis pada industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di Indonesia selama tahun 2005 hingga tahun 2011. Jangka waktu analisis dipilih karena pada rentang tersebut terdapat pula kebijakan yang diperuntukkan secara langsung untuk industri TPT. Penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) sebagai pengukuran efisiensi dengan pendekatan variable return to scale (VRS).
Hasil penelitian ini adalah sub sektor industri yang mampu memertahankan efisiensinya selama periode pengamatan adalah sub sektor pemintalan benang, sub sektor industri kapuk, dan sub sektor industri pakaian jadi dari tekstil. Sedangkan hanya terdapat 7 sub sektor yang mengalami peningkatan efisiensi teknisnya (efisiensi = 1) dari periode sebelum diterapkannya kebijakan pada industri TPT.

The objective of this research is to analyze the condition of technical efficiency in the textile and textile products industry in Indonesia during 2005 until 2011. A period of the analysis was chosen because there is also available policy affect directly to this industry. This study using Data Envelopement Analysis (DEA) method for measure the efficiency with variable return to scale (VRS) approach.
The results of this research is subsector industries are capable of maintain their efficiency during the period of observation, they are spinning yarn, cottonwoods, and clothing industry. While only 7 sub sector increased their technical efficiency (efficiency = 1) of the period before the policy implemented in the textile and textile products industry.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T44234
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prasiwi Westining Dyah Ibrahim
"Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) merupakan salah satu industri yang memiliki peranan cukup besar pada perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peranan industri TPT dalam perolehan devisa melalui ekspor non-migas dan juga dalam penyerapan tenaga kerja. Namun, banyak kendala dan permasalahan yang terjadi di industri tersebut, diantaranya produktivitas tenaga kerja yang rendah. Setelah adanya liberalisasi perdagangan, terutama adanya kesepakatan penghapusan kuota impor tekstil, dikhawatirkan industri TPT dalam negeri tidak dapat bersaing dengan negara lain.
Studi ini mencoba untuk melihat apakah liberalisasi perdagangan mempengaruhi produktivitas tenaga kerja industri TPT di Indonesia, terutama setelah adanya penghapusan kuota impor tekstil yang disepakati melalui pembentukan WTO, serta melihat faktor-faktor lainnya yang juga mempengaruhi pertumbuhan produktivitas tenaga kerja industri TPTIndonesia. Studi dilakukan dengan menggunakan metode data panel studi kasus industriTPT di Indonesia tahun 1991-2005.Berdasarkan hasil regresi yang dilakukan, ternyata liberalisasi perdagangan padaindustri TPT, yang ditandai dengan penghapusan kuota impor tekstil berpengaruh secaranegatif terhadap produktivitas tenaga kerja industri TPT di Indonesia. Selain itu faktorfaktor lainnya seperti perubahan intensitas ekspor, perubahan permintaan internal, pertumbuhan output, indeks skala, dan rasio konsentrasi juga berpengaruh terhadap pertumbuhan produktivitas tenaga kerja industri TPT di Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S5889
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"This research aims to identity and analyze the market stucture of textile and apparel industries in Indonesia .
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dody Widodo
"Pembangunan industri Indonesia dititik beratkan pada industri yang berorientasi ekspor dan banyak menyerap tenaga kerja, mengolah hasil pertanian dan industri penghasil mesin-mesin industri. Industri yang berorientasi ekspor adalah industri yang berdaya saing kuat, yaitu industri yang mampu memanfaatkan dan dapat mengembangkan keunggulan komparatif. Selain itu pengembangan industri harus diarahkan pada pengembangan industri yang mampu memanfaatkan peluang yang tersedia, utamanya peluang pasar potensial, balk pasaran ekspor maupun dalam negeri. Dalam pengembangan industri yang berdaya saing kuat salah satunya adalah pengembangan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) yang selama ini menjadi andalan ekspor nasional serta penghasil devisa utama.
Industri TPT Indonesia merupakan andalan ekspor bagi industri nasional semenjak tahun 1987 dan mencapai puncaknya pada tahun 1992 dengan nilai ekspor US$ 6,1 milyard. Ekspor industri TPT Nasional juga sangat bergantung pads lingkungan bisnis TPT dunia. Industri TPT dunia selama ini memiliki karakteristik sendiri dalam lingkungan bisnisnya, dimana tata niaganya diatur dalam MFA (Multi Fibre Arrangement).
Produk TPT Indonesia yang meliputi produk serat, benang dan tekstil Iembaran, pakain jadi serfs tekstil lainnya beberapa tahun terakhir ini sedang mengalami penurunan dalam pertumbuhan ekspornya dan proporsinya. Penurunan tersebut dapat disebabkan oleh pennintaan yang menurun dan pertumbuhannya melamban karena krisis ekonomi yang melanda sebagian dunia, tumbuhnya negara-negara pesaing baru yang turut serta mengembangkan industri TPT atau perkembangan teknologi yang pesat sehingga membawa dampak pada proses produksi industri ini dan merubah bentuk persaingan di pasar international karena persaingan international tersebut untuk sebagian besar tidak lagi hanya didasarkan atas persaingan dalam harga, akan tetapi juga atas inovasi dan teknologi.
Selain itu industri TPT Indonesia menghadapi tantangan yang berat dalam persaingannya di pasar dunia antara lain dengan terwujudnya WTO yang menyebabkan perubahan mendasar pada lingkungan bisnis TPT pada tahun 2005. Pada tahun tersebut seluruh produk TPT dunia tidak lagi diatur oleh tata niaga MFA tetapi akan dengan bebas diperdagangkan baik ekspor maupun impornya, sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada pada perjanjian didalam WTO. Sehingga hanya kekuatan daya saing internal dimasing-masing negara produsen saja yang akan menentukan keunggulan daya saing komoditinya.
Dalam periode 1991-1998 industri TPT nasional mengalami tingkat daya saing yang cenderung terus menurun. Penurunan ini terlihat setelah dianalisa menggunakan alat analisis RCA, ISP dan CMSA. Dari hasil analisa ini dapat dilihat bahwa industri TPT yang selama ini anya mengandalkan endowment factor tidak dapat bersaing di pasar dunia. Kecenderungan ini dapat juga dilihat sebagai akibat tidak efektifnya kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah. Untuk mengantisipasi hal tersebut di atas, pemerintah harus mampu membuat kebijakan yang menyangkut industri TPT nasional dengan tidak hanya mempertimbangkan kelebihan dari endowment factor saja tapi juga harus mempertimbangkan competitive factor sehingga kebijakan yang dihasilkan akan mampu mengangkat industri TPT Indonesia untuk bersaing di pasar dunia.
Selain itu kebijakan yang dihasilkan harus bersifat menyeluruh dan tidak bersifat sementara/hanya peredam. Kebijakan-kebijakan tersebut juga diharapkan mampu mendorong pengembangan industri TPT nasional dari hulu hingga hilirnya menjadi sebuah industri yang modem yang efektif dan effisien dengan tidak melupakan peningkatan sumber daya manusia, teknologi , R&D dan juga mampu mendorong pengusaha industri ini membuka pasar baru selain pasar tradisonal bagi produk industri TPT selama ini.
Dengan kebijakan yang komprehensif seperti telah diungkapkan di atas, industri TPT Indonesia diharapkan akan mampu meningkatkan daya saingnya di pasar dunia utamanya pada tahun 2005 disaat MFA terintegrasi dengan WTO."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T9815
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhayati
"Tesis yang ditulis dengan deskriptif analitis ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak yang terjadi akibat adanya penghapusan sistem kuota ekspor pada industri Tekstil dan Produk Tekstil di Indonesia sebagai bagian dari kebijakan yang telah ditetapkan dalan ketentuan hasil perundingan WTO. Penulisan secara metode kualitatif kali ini akan membahas perkembangan industri TPT Indonesia sebagai dampak dari penghapusan sistem kuota. Dimana tingkat pertumbuhan ekspor tekstil Indonesia cenderung mengalami penurunan sejak pertengahan periode penghapusan sistem kuota diberlakukan.
Hasil perundingan yang telah disepakati oleh semua negara-negara anggota tersebut, pada awalnya memang merupakan permintaan dari kelompok negara-negara berkembang untuk mempercepat proses penghapusan sistem kuota akan tetapi mendekati berakhirnya periode tahapan sistem kuota tersebut kelompok negara-negara berkembang mulai merasa tidak mampu untuk bersaing di dalam perdagangan bebas dunia. Peran WTO dalam hat ini sangat membantu kelompok negara-negara berkembang tersebut yang di kombinasikan dengan kebijakan yang di tetapkan oleh pemerintah setempat.
Dengan keluarnya kebijakan-kebijakan yang ditentukan oleh pemerintah Indonesia diharapkan dapat memberikan arah bagi perkembangan perdagangan industri Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13894
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joviana Henza
"Adanya pertumbuhan signifikan dalam sektor industri tekstil – kain dan pakaian
jadi di Indonesia yang sangat pesat memengaruhi impor dan ekspor nasional.
Kemudian, terjadi lonjakan impor dalam sektor industri tekstil – kain dan pakaian
jadi menyebabkan adanya kerugian serius dan/atau ancaman kerugian serius.
Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini menganalisis pengaturan tindakan
pengamanan (safeguards) sesuai dengan ketentuan WTO. Selain itu, penelitian ini
juga menganalisis penyelidikan dalam pemberitahuan G/SG/N/8/IDN/23-
G/SG/N/10/IDN/23 dan G/SG/N/6/IDN/36 mengenai tindakan pengamanan yang
akan diambil oleh Pemerintah Indonesia. Selanjutnya, analisis ini menggunakan
metode yuridis tindak dengan menganalisis data sekunder. Indonesia sebagai salah
anggota negara dalam WTO telah menandatangani Perjanjian WTO yang di
dalamnya termasuk mengenai Perjanjian Tindakan Pengamanan (Safeguards).
Ketentuan Tindakan Pengamanan sesuai dengan Perjanjian Pengamanan
menyebutkann adanya beberapa syarat untuk pengenaan Tindakan Pengamanan
yang tertera pada Pasal 4.2(b) Perjanjian Pengamanan. Indonesia telah
mengundangkan Keputusan Presiden No. 84 Tahun 2002 tentang Tindakan
Pengamanan Industri dalam Negeri dari Akibat Kebijakan Impor.Tindakan
pengamanan didefinisikan sebagai tindakan “darurat” sehubungan dengan
peningkatan impor produk tertentu. Dalam kedua pemberitahuan tersebut dapat
dipahami bahwa tindakan pengamanan sementara yang diambil adalah untuk
mengatasi kerugian serius yang dideritas industri dalam negeri.
Kata kunci: impor, tindakan pengamanan, tekstil, WTO

A significant growth in the textile-fabric and apparel industry sector in Indonesia
rapidly affecting national imports and exports. Thus, when there was a surge in
imports in the textile industry sector - fabrics and apparel, which causing serious
losses and / or the threat of serious losses. Hence, this study analyzes safeguards in
accordance with WTO provisions. In addition, this study also analyzes the
investigations in the notification of G / SG / N / 8 / IDN / 23-G / SG / N / 10 / IDN
/ 23 and G / SG / N / 6 / IDN / 36 regarding the security measures that will be taken
by the Government of Indonesia. Furthermore, this analysis uses the follow-up
juridical method by analyzing secondary data. Indonesia as a member of the WTO
has signed a WTO Agreement which includes the Safeguards Agreement.
Safeguard provisions in accordance with the Safeguard Agreement states that there
are several conditions for the imposition of Safeguard Measures as stated in Article
4.2 (b) of the Security Agreement. Indonesia has promulgated Presidential Decree
No. 84 of 2002 concerning Domestic Industry Safeguards from the Impact of
Import Policies. Safeguards are defined as an "emergency" measures in connection
with the increase in imports of certain products. In both notifications it is
understood that the temporary safeguards are being taken to overcome serious
losses suffered by the domestic industry.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laela Dika Wulandari
"Abstract
We try to analyze the impact of Chinese Textile and Garment (T&G) imports, and the internal and external factors to the firm survival and growth of T&G industry in Indonesia, for the period study of 2002 to 2007. Probit regression model is used to analyze the impact of Chinese imports to the survival of firm, while OLS regression model is used to analyze its growth. It shows that the ability of firms' survival is influenced by the internal and external factors. The Chinese imports give positive impact to the firms' survival ability. On the other hand, firm's growth is only affected by its internal characteristics, while the impact of Chinese imports is proven not significant. The Heckman test result stated that there are no correlation between firms' ability to survive and the firm growth behavior.
Abstrak
Studi ini menganalisis dampak dari penetrasi impor TPT Cina, faktor internal, serta faktor eksternal terhadap kebertahanan dan pertumbuhan perusahaan dalam industri TPT Indonesia periode tahun 2002-2007. Metode probit regression digunakan untuk mengetahui dampak impor Cina terhadap kebertahanan perusahaan, sementara regresi linear sederhana (OLS) digunakan untuk menganalisis pertumbuhannya. Ditemukan bahwa kebertahanan perusahaan dipengaruhi oleh karakteristik internal dan eksternal, serta impor Cina yang memberikan dampak positif. Sementara pertumbuhan perusahaan hanya dipengaruhi oleh faktor internal, di mana impor Cina tidak memberikan dampak signikan. Hasil pengujian Heckman menyatakan tidak ada indikasi hubungan antara kebertahanan perusahaan dengan perilaku pertumbuhannya."
2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>