Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115400 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vredenbregt, Jacob, redactor
Jakarta: Gramedia, 1981
572.792 1 VRE h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
M. Natsir
Pontianak: Departeman Kebudayaan dan Pariwisata, 2006
572.972 NAT b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Gramedia, 1994
306.059 83 KEB
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rusnila
"Secara geografis Indonesia dikatakan sebagai negara kepulauan yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Secara sosiologis bangsa Indonesia juga dikenal memiliki kebhinekaan dalam budaya, againa, Bahasa, suku yang melingkupinya. Keanekaan ini merupakan aset yang panting untuk menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa, agar bangsa Indonesia tetap eksis dan tumbuh baik di lingkungan regional maupun Internasional.
Pembangunan wilayah mempunyai strategi tersendiri mengingat pembangun wilayah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan nnelalui suatu pendekatan sektoral dan regional. Hal ini merupakan kekuatan dan perluasan kegiatan yang ditimbulkan oleh hubungan antar manusia dalam suatu wilayah tertentu disamping keterlibatan suatu bangsa dan pergaulan antar bangsa. Khusus pembangunan di Kalimantan Barat merupakan bagian kepentingan nasional dalam strategi kewilayahan tertentu. Wilayah Kalimantan Barat merupakan salah satu dari 27 propensi dan memiliki pemerintah daerah otonom yaitu daerah tingkat L Selanjutnya apabila dilihat dan segi geografi.
Kalimantan Barat sebelah utara berbatasan langsung dengan Sarawak (Malaysia Timur) : sebelah barat berbatasan dengan Laut Natuna pada jalur selatan Karimata dan Cina Selatan; dan sebelah timur berbatasan dengan propinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah; dan sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa. Selain itu merupakan salah satu propinsi terdepan berinteraksi dengan negara-negara ASEAN maupun Asia Pasifik, dimana merupakan peluang pasar dunia dimasa-masa mendatang. Apabila dilihat dari batas-batas yang mengelilingi Kalimantan Barat, maka batas utara dan barat adalah merupakan letak strategis. Wilayah ini mempunyai batas yang terbuka. Kalimantan Barat merupakan salah satu pintu masuk baik berupa barang, jasa, orang, faham dan lain sebagainya.
Dilihat dani sisi pembangunan nasional, seperti sernua wilayah lainnya Kalimantan Barat mengandung potensi kekuatan sentrifugal yang menuju kearah disintegrasi. Hal ini sangat terkait dengan kemajemukan masyarakat. Menurut Haviland (1988: 12), masyarakat majemuk adalah masyarakat yang memiliki berbagai kebudayaan khusus yang jelas sekali. Masyarakat seperti ini ditandai oleh masalah tertentu seperti adanya berbagai kelonpok dan berbagai variasi khusus di dalamnya. Semua pada hakekatnya berjalan menurut perangkat peraturan yang berbeda-beda. Dalam masyarakat yang majemuk menjadi sulit dipahami norma yang berbeda-beda yang menjadi dasar kehidupan sub-kelompok yang bebeda-beda itu?"
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marthin Billa
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005
959.84 MAR a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995
729.240 IND k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Vredenbregt, Jacob, redactor
Jakarta Gramedia 1981
572.792 1 V 365 h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kisno Hadi
"ABSTRAK
Disertasi ini dilatarbelakangi fenomena implementasi kekuasaan tradisional dalam politik modern di Kalimantan Tengah dan Kabupaten Barito Timur oleh elit suku Dayak Ma rsquo;anyan. Mereka membentuk Kabupaten Barito Timur untuk mengenang kejayaan masa lalu dan memunculkan kembali simbol kekuasaan masa lalu melalui pembangunan gedung pemerintah, motto dan lambang daerah, melantik secara adat gubernur dan bupati serta memberi gelar pemimpin suku sebagai wujud legitimasi religius. Penelitian ini untuk menjawab pertanyaan 1 bagaimana pemikiran politik suku Dayak Ma rsquo;anyan tentang kekuasaan, 2 sifat dan sumber kekuasaan, 3 hubungan penguasa-rakyat dan legitimasi kekuasaan, serta 4 bagaimana pengaruh pemikiran politik kekuasaan tradisional terhadap elit masa kini?Teori utama penelitian ini ialah teori kekuasaan, yang didukung teori sumber kekuasaan, legitimasi religius, hubungan penguasa-rakyat, desentralisasi dan otonomi daerah, elit dan politik etnik, dan penguatan tradisi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis, menggambarkan realitas sosial yang kompleks melalui penyederhanaan dan klasifikasi dengan memanfaatkan konsep yang bisa menjelaskan realitas sosial secara analitis. Kesimpulannya, kekuasaan tradisional yang mempengaruhi implementasi kekuasaan politik modern dan membentuk politik etnik karena kuatnya ikatan kultural, lalu mengangkat elit modern menjadi patron dan penjaga nilai-nilai kultural untuk menjadi kekuatan pemersatu. Tahun 1930an-1950an kepentingan mereka direpresentasi organisasi lokal Pakat Dayak dan partai politik lokal Partai Persatuan Dayak. Kini kekuasaan tradisional dihidupkan guna merepresentasi kepentingan mereka.Penelitian ini menemukan orang Dayak Ma rsquo;anyan sudah egaliter, mengenyam pendidikan formal, menganut agama Islam, Kristen dan Hindu Kaharingan. Mereka masih mempraktekkan kekuasaan tradisional prosedural yaitu pelantikan pemimpin secara adat dudus dan memberi gelar pemimpin suku kepada bupati dan gubernur, membentuk Dewan Adat Dayak dan Dusmala untuk memperjuangkan kepentingan. Mereka memiliki ketergantungan kepada pemimpin politik sebagai patron yang merepresentasi kepentingan mereka. Agama Kristen dianut mayoritas orang Dayak Ma rsquo;anyan menjadi kekuatan politik di samping kekuatan etnik dalam politik lokal di Barito Timur. Desentralisasi dan otonomi daerah memberi kesempatan luas bagi fenomena politik seperti ini. Kata kunci: Pemikiran Politik, Kekuasaan, Elit Masa Kini, Suku Dayak Ma rsquo;anyan, Politik Modern, Desentralisasi, dan Kekuatan Politik.

ABSTRACT
This dissertation is based on the implementation of traditional power that is evident in Central Kalimantan and East Barito District. Its main focusison the modern elites rsquo; use of traditional values in gaining power. This study a ims to answer four main questions: 1 the political thought of the Dayak Ma rsquo;anyan Tribe on power; 2 the characteristics and sources of power; 3 theruler-people relationship and its correlation to the legitimacy of power; and 4 the effect of traditional power politics towards modern elites.This research uses the power theory as the main theory. It is supported by the traditional power source theory, religious legitimacy theory, ruler-people theory, decentralization and regional autonomy theory, ethnic elite and politics theory, as well as tradition reinforcement theory. This research is characterized as descriptive-analytical, and the data is collected through literary study that is related to traditional values and in-depth interview with several traditional and modern elites.In conclusion, traditional power greatly affects the implementation of modern politics, for the strong cultural bond in the society leads the modern elites to use an ethnical-political approach. In addition, the traditional elites elect the modern elites as patron and keeper of cultural value that serves as a unifying driving force. During the 1930s-1950s, the interests of the modern elites are represented by two local organization Pakat Dayak, and local political parties which are Partai Persatuan Dayak. Now, traditional power is being brought back to life in order to represent modern leadership.The principal findings of this research reveal that the Dayak Ma rsquo;anyan Tribe are now egalitarian in nature, have received formal education, and adheres three different faiths Islam, Christianity, and Kaharingan Hindu . However, they still practice procedural traditional power in electing their leaders and giving the titles to governors and regents. Moreover, the modern elites also form institutions such as Dewan Adat Dayak and Dusmala as a tool of power. The people depends on the political leaders as patron that represents their interests. Aside from traditional power, the Christian faith that is adhered by the majority of the DayakMa rsquo;anyan tribe is also a political power. Decentralization and regional autonomy may contribute to the existence of this political phenomenon. Keywords: Political Thinking, Modern Elites, Dayak Ma rsquo;anyan Tribe, Modern Politics, Decentralization, and Political Power. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Puspita Sari
"Pembagian, pemanfaatan, dan pengelolaan satuan unit lanskap masyarakat suku Dayak Ngaju, khususnya di Kecamatan Mantangai merupakan strategi masyarakat lokal untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka. Lokasi penelitian berada di Desa Tumbang Muroi, Tumbang Mangktup, dan Katimpun, Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah pada Juli-Agustus 2018. Penelitian bertujuan untuk mendokumentasikan secara ilmiah pengetahuan lokal masyarakat dalam membagi unit-unit lanskap dan menganalisis pemanfaatan serta pengelolaan unit lanskap berbasis kearifan lokal masyarakat. Data kualitatif diperoleh melalui wawancara semi terstruktur, observasi langsung, dan studi literatur, sementara data kuantitatif diperoleh melalui Pebble Distribution Method yang dianalisis menggunakan Local Users Value Index (LUVI) dan struktur komunitas yang diperoleh melalui analisis vegetasi. Hasil menunjukkan bahwa masyarakat suku Dayak Ngaju membagi sembilan unit lanskap yaitu batang danum (sungai), lewu (permukiman), parakayu lindung (hutan lindung), parakayu desa (hutan desa), parakayu adat (hutan adat), teluk pipit dan keramat baga (tempat keramat), kabun gita (bekas kebun karet), tana (ladang pertanian), dan bahu rambung (bekas ladang). Pengetahuan lokal masyarakat membentuk heterogenitas terhadap komposisi unit lanskap sebagai proses adaptasi masyarakat. Struktur komunitas tumbuhan yang terbentuk adalah hasil dari intensitas pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat lokal dan kondisi lahan yang ada di masing-masing unit lanskap. Nilai pemanfaatan satuan unit lanskap oleh laki-laki dan perempuan pada masing-masing desa sangat beragam. Pemanfaatan unit lanskap tertinggi bagi laki-laki terdapat pada hutan lindung, sungai, dan permukiman, sedangkan bagi perempuan tertinggi yaitu sungai dan bekas kebun karet. Hasil LUVI menunjukkan setiap kategori guna dapat ditemui sesuai dengan lokasi pemanfaatannya. Pengetahuan lokal yang dimiliki masyarakat merupakan kepercayaan dan keyakinan masyarakat itu sendiri sehingga mampu memengaruhi presepsi masyarakat terhadap pemanfaatan dan penggunaan setiap satuan unit lanskap. Kearifan lokal masyarakat dalam mengelola lingkungan secara lestari dapat terlihat dari aturan dalam pengklasifikasian unit lanskap yang terbagi menjadi sembilan. Bentuk praktik konservasi tradisional terhadap pelestarian lingkungan meliputi sistem penebangan pohon dan pemeliharaan tempat keramat (teluk pipit dan keramat baga). Strategi pengelolaan berbasis tata nilai masyarakat suku Dayak Ngaju telah terwariskan secara turun temurun dan diharapkan mampu menjaga sumber daya alam secara berkelanjutan di masa mendatang.

The division, utilization and management of landscape units of the Dayak Ngaju tribe, especially in Mantangai Subdistrict, is a strategy of local communities to maintain their survival. The research sites were in the villages of Tumbang Muroi, Tumbang Mangktup, and Katimpun, Mantangai Subdistrict, Kapuas District, Central Kalimantan in July-August 2018. The study aimed to record scientifically the local knowledge of the community in dividing landscape units and analyzing the utilize and management of landscape units based on the local wisdom of the community. Qualitative data were obtained through semi-structured interviews, direct observation, and literature studies, while quantitative data were obtained through Pebble Distribution Method and analyzed using Local Users Value Index analysis (LUVI). The results show that local community divided into nine units of landscapes as a place to fulfill the daily needs of the Dayak Ngaju communities. The unit landscapes are batang danum (rivers), lewu (villages), parakayu (protected forest), parakayu (customary forest), parakayu (village forest), teluk pipit and keramat baga (sacred place), kabun gita (ex-rubber plantation), tana (fields of vegetables and rice plants), and bahu rambung (ex-fields or field that has not been used for a certain period of time). Local knowledge of the community forms heterogeneity in the composition of landscape units as a process of community adaptation. The plant community structure formed is the result of the intensity of the use of plants by local people and the condition of the land in each landscape unit. The value of the utilization of landscape units based on sex in each village is heterogeneous. The highest utilization of landscape units for men is in protected forests, rivers, and settlements, while for the highest utilization of women are rivers and rubber plantations. Based on analyzes results of LUVI shows that each category of use can be found according to the location of its utilization. Local knowledge owned by the community is the belief and it can influence the perception of the community towards the utilize of each unit of landscape based on the utilize category. The local wisdom of the community in managing the environment sustainably can be seen from the rules in classifying landscape units which are divided into nine. Traditional forms of conservation practices for environmental conservation include tree felling systems and the maintenance of sacred places (Teluk pipit and Keramat baga). The value-based management strategy of the Dayak Ngaju tribe community has been inherited from generation to generation and is expected to be able to sustain natural resources in a sustainable manner in the future."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T54310
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wendra Januar Hidayat
"Seni tato Dayak Kenyah di Desa Pampang merupakan warisan budaya yang diturunkan dari generasi ke genarasi sebagai bentuk penghargaan kepada nenek moyang agar tidak punah, selain itu juga sebagai bentuk status sosial dan sebagai penerang setelah mati. Seni tato Dayak Kenyah berbeda dengan tato Dayak lainnya karena pada umumnya tato digunakan oleh laki-laki, berbeda dengan suku Dayak Kenyah yang menggunakan tato adalah perempuan. Seni tato tradisional merupakan bagian dari ekspresi budaya tradisional diatur dalam Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 lebih lanjut dijelaskan dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 13 Tahun 2017 tentang Data KIK dan seni tato tradisional sebagai objek pemajuan kebudayaan diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Rumusan permaslaahan pertama yaitu apa yang dimaksud dengan inventarisasi Objek Pemajuan Kebudayaan, berikutnya adalah apa yang dimaksud dengan inventarisasi Ekspresi Budaya Tradisional dan bagaimana upaya dari Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur dalam melindungi seni Tato Dayak Kenyah berdasarkan Undang-Undang Hak Cipta dan Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan. Namun sangat disayangkan seni tato Dayak Kenyah belum terinventarisir dari aspek hukum hak cipta dan aspek hukum pemajuan kebudayaan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur. Sebagai bentuk perlindungan positif Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan belum mengeluarkan Peraturan Daerah terkait perlindungan budaya. Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur segera melakukan inventarisasi seni tato Dayak Kenyah, selain itu juga perlunya sosialisasi pada masyarakat adat dan sinergi antar instansi terkait dalam bidang kebudayaan.

The art of Dayak Kenyah tattoos in Pampang Village is a cultural heritage that is passed down from generation to generation as a form of appreciation to ancestors so that they do not become extinct, as well as a form of social status and as a light after death. Dayak Kenyah tattoo art is different from other Dayak tattoos because tattoos are generally used by men, in contrast to the Dayak Kenyah tribe who use tattoos are women. Traditional tattoo art is part of traditional cultural expressions regulated in Copyright Law Number 28 of 2014 which is further explained in Minister of Law and Human Rights Regulation Number 13 of 2017 concerning KIK Data and traditional tattoo art as objects of cultural advancement is regulated in Law Number 5 of 2017 concerning the Advancement of Culture. The formulation of the first problem is what is meant by an inventory of Objects of Cultural Advancement, the next is what is meant by an inventory of Traditional Cultural Expressions and what are the efforts of the Regional Government of East Kalimantan Province in protecting the art of Dayak Kenyah Tattoos based on the Copyright Act and the Law on Cultural Promotion. However, it is very unfortunate that the Dayak Kenyah tattoo art has not been inventoried from the aspect of copyright law and the legal aspect of cultural promotion by the Regional Government of East Kalimantan Province. As a form of positive protection, the Kalimantan Provincial Government has not issued a Regional Regulation related to cultural protection. The Regional Government of East Kalimantan Province will immediately conduct an inventory of the Dayak Kenyah tattoo art, in addition to the need for socialization to indigenous peoples and synergy between related agencies in the field of culture"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>