Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187568 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erwina A. Nurul
"Sumber daya manusia merupakan bagian yang sangat berperan terutama yang langsung menghasilkan produk jasa yang berupa pelayanan di ruamh sakit. Peranan perawat sangat penting karena merupakan tenaga kerja yang dominan jumlahnya dan merupakan kelompok profesi yang memberikan pelayanan kepada pasien selama 24 jam sehari secara terus menerus dan bersifat komprehensif/holistik meliputi aspek Biopsikososial spiritual. Dengan demikian peawat adalah jenis tenaga yang paling lama dan paling sering kontk langsung dengan pasien atau keluarga pasien, sehingga perenannya sangat menentukan mutu serta citra rumah sakit. Dari data yang masuk masih ada complain baik tertulis maupun lisan di ruang rawat inap unit stroke.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kinerja dan faktor-faktor yang berhubungan dan yang paling dominan berhubungan dengan kinerja perawat di ruang rawat inap unit stroke lantai III B Rumah Sakit Pusat Pertamina 2008. Penelitian ini dilakukan kepada perawat dengan pendekatan kuantitatif dalam rancangan studi potong lintang. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dengan pengisian kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kinerja perawat. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan perawat adalah masa kerja. Dengan hasil penelitian tersebut diatas, kegiatan yang disarankan adalah memperbaiki ldnerja dengan mengoptimalkan komite keperawatan dan menggunakan standar pedoman pengembangan manajemen kinerja perawat yang ditetapkan oleh Depkes yang terdiri dari lima komponen, yaitu : standaruraian tugas, indikator kinerja) diskusi refleksi kasus, monitoring.

Human resources play very important role, especially in providing services in the hospital. The role of nurses is very important because they outnumber any other occupations that provide a comprehensive/holistic 24 hour services to the patients, covering biopsychosocial and spiritual aspects. Being a nurse is a profession that requires commitment to give the longest and most frequent contact with the patients and their famines directly. Therefore, their role is vital in building the image of a hospitalBased on the data collected during the research, three are still a number of written and oral complaints in the stroke center?s inpatient room.
The purpose of the research is to get reliable depiction of the performance of the nurses in the stroke center?s inpatient, Pertamina Center Hospital, Jakarta in 2008. In addition, this research is conducted to investigate on the nurses using quntitative approach with cross sectional design. Data were gathered by observing and distributing questionnaire.
The finding of this research shows that there is a significant correlation between tenure and performance of nurses. Of the two correlations, tenure is found to be thedominant factor to detennine the nurses' qualification. In conclusion based on the findings in the research findings. all recommendedactivities are important to improve all performances by optimizing the nursing comitte and to implement a standardizes guidence of nursing management performances that comprises of five components ; standarttask. performance indicator, reflectiondiscussion case and monitoring, These components were developed by the Indonesian.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20871
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Triovva Elsy Armita
"Terjadi peningkatan kasus abortus pada perawat hamil dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, yaitu kurang lebih 30 % dari seluruh perawat hamil yang bertugas pada unit-unit kerja, yang meliputi : unit rawat jalan, unit rawat inap dan kamar operasi. Jenis abortus yang terbanyak dan tersering adalah abortus spontan.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui faktor eksternal apakah yang paling berperan dalam hubungannya dengan kejadian abortus, faktor-faktor adalah : faktor lingkungan kerja, faktor aktivitas kerja dan faktor kebiasaan hidup.
Proses analisa data dilakukan dengan disain metode Case-Control Study, dengan membandingkan kelompok perawat hamil yang melakukan aktivitas kerja keperawatan dan mengalami abortus, dengan kelompok yang tidak mengalami abortus dengan aktivitas yang sama. Dengan tujuan didapatkannya suatu angka perbandingan odd ratio (OR) diantara kedua kelompok tadi.
Dari pengolahan data didapatkan 231 orang perawat hamil yang tidak mengalami kelainan internal, seperti : kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan plasenta, dan penyakit ibu, terdiri dari : 169 orang tidak mengalami abortus, dan 62 orang yang mengalami abortus.
Hasil akhir dengan multivariat analisis diperoleh bahwa faktor yang berperan secara bermakna terhadap kejadian abortus pada perawat dalam penelitian ini adalah faktor aktivitas kerja yang ditunjukkan dengan odd ratio (OR) 2.6 (95.0 % CI = 1.145 - 5.904).
Sebagai kesimpulan akhir, didapatkan bahwa faktor eksternal utama yang berhubungan secara bermakna dengan kejadian abortus pada perawat hamil di Rumah Sakit Pusat Pertamina adalah faktor aktivitas kerja, dengan odd ratio 2.6. Penelitian ini membutuhkankan kajian lebih lanjut untuk mencari pemecahan yang lebih baik.

The Factors Which Have Correlation with Incident of Abortion of the Nurse in the Workplace in Pertamina Central HospitalThe increasing of abortion of the nurse in the last five years term, more less 30 % of the all of pregnant nurse who came to Obstetrics department which worked at : inpatient unit, outpatient unit and the operation room. The most type of abortion that Spontaneous Abortion.
The aim of this study to find out what is the main external factor that has correlation with this abortion. In this study, the external factors include: workplace environment factors, nursing activity factors, and behavior of life.
Analysis processing of data use Case-Control Study design method, with compare the pregnant nurse group which have miscarriage and the other group are the pregnant nurse which not miscarriage in the same of activity in the workplace. The result of the analysis to achieve the odd ratio between the two groups. The data found that 231 nurses has pregnant and have not internal complication, such as: intra uterine growth defect, placental defect, and mother's disease, which consist of: 169 nurses have not abortion, and 62 nurses with abortion. The final result from multivariat analysis found that nursing activity factors a statistically significant have correlation with spontaneous abortion with an odd ratio (OR) of 2.6 (95.0 % C.I = 1.145 - 5.904)
For the conclusion, the main external factor have a role is abortion of the nurse a statistically significant found the nursing activity factors with odd ratio (OR) of 2.6 (95.0% C.I. = 1.145 - 5.904). This condition need further study to find out the way of a good solution.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10643
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhartati
"Belum adanya gambaran tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan etika profesi keperawatan merupakan masalah di Rumah Sakit Metropolitan Medical Center Jakarta. Penerapan etika keperawatan yang tidak baik akan berdampak pada menurunnya mutu pelayanan keperawatan yang dapat berdampak pada pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan etika keperawatan dan mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan penerapan etika profesi keperawatan oleh perawat pelaksana. Penelitian ini dilaksanakan di seluruh ruangan baik di poliklinik maupun diruang rawat inap Rumah Sakit Metropolitan Medical Center Jakarta dari tanggal 27 Mei 2002 sampai dengan 7 Juli 2002. Desain yang digunakan adalah deskriptif korelasi bersifat cross sectional kepada 127 perawat pelaksana. Analisis yang gunakan adalah univariat, bivariat, dan multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 50,4% perawat berperilaku etikal dalam memberikan asuhan keperawatan dan 49,6% kurang etikal, yang merupakan gambaran komposit dari otonomi, tidak merugikan berbuat baik, adil, jujur, dan menepati janji. Dari hasil analisis bivariat diketahui ruang tempat kerja berhubungan secara bermakna dengan penerapan etika. Hasil analisis multivariat menunjukkan pemahaman merupakan variabel yang paling berhubungan dengan penerapan etika setelah dikontrol dengan variabel tempat kerja.
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada pimpinan rumah sakit untuk mengadakan kajian tentang program pengembangan sumber daya tenaga perawat yang telah berlangsung sebelumnya serta mengadakan crash programe untuk peningkatan pengetahuan perawat tentang etika keperawatan. Kepada PSDM dan manajer keperawatan tertinggi, menengah, dan bawah disarankan perlunya penggalangan dan intensifikasi pemahaman tentang etika keperawatan, role model pelayanan keperawatan yang etik dan profesional, reinforcement/penghargaan pada perawat pelaksana yang berprestasi. Bagi Pusdiknakes dan institusi Akper untuk dapat melakukan pembenahan kurikulum dan peningkatan proses pembelajaran etika keperawatan. Bagi organisasi profesi dapat menyusun langkah-langkah profesional pembinaan etika profesi bagi perawat ditatanan pelayanan kesehatan. Bagi peneliti lain agar dilakukan penelitian sejenis dengan cakupan populasi yang lebih luas dan desain yang berbeda.

One of the problems at the Metropolitan Medical Center Hospital Jakarta is the unavailability of evidence on the factors related to the implementation of professional code of ethics. High quality of nursing care in the context of nursing service required the nurses with ethical behaviors.
The purpose of this study was to describe the implementation of nursing ethics and to identity factors related to the implementation of nursing ethics by nurse providers at the MMC Hospital Jakarta. This research was implemented at all setting of services both at the out-patient and in-patient department, from 27'h May to 7th June 2002. The research utilized a descriptive correlation design and a cross sectional with quantitative research method. The numbers of respondents were 127 nurse providers out of 196 persons. The data was analyzed using univariate, bivariate, and multivariate statistical treatments.
The results showed that 50, 4% nurses had good ethical behaviors in providing nursing care, and 49, 6% were poor in ethics. The bivariate analysis revealed that work place of nurses has a significant correlation with nursing ethics implementation. While, the result of multivariate showed that the ethical comprehension of nurses was the determinant factor significantly related to implementation of ethics after controlled by workplace.
Based on the research finding, it's recommended to director of the MMC Hospital to review the existing nursing personnel development; and to conduct comprehensive training on nursing ethics for improvement of nurses' knowledge. Furthermore, recommendation is also directed to head of human resources development and nursing manager to strengthen and intensify nursing ethic internalization of nurse providers; create role model; and give reinforcement. It is also recommended to center of education for health personnel Diploma of Nursing Institution to review the curriculum; improving the learning strategy of nursing ethic. For Indonesian nurses association to develop guideline for conducive and operational supervision to nurses at workplace. More research with larger population, more variables, and using different research design.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
T7048
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lindawati
"Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hipotesis adanya hubungan faktor internal dan eksteruid responden dengan persepsi perawat pelaksana tentang upaya pencegahan infeksi nosokomial di ruang rawat inap Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta.
Metode yang digunakan adalah deskriptif analis yang bersifat cross sectional. Uji kai-kuadrat digunakan untuk menganalisis hubungan antara faktor internal dan eksternal responden dengan persepsi perawat pelaksama tentang upaya pencegahan infeksi nosokomial. Uji regresi logistik digunakan untuk melihat variabel independen mana yang paling berhubungan dengan upaya pencegahan infeksi nosokomial. Sampel penelitian berjumlah 204 orang dan 359 orang perawat pelaksana yang bertugas di 15 ruang rawat inap. Sampel diambil secara acak dan besarnya sampel tiap ruangan ditentukan secara proporsional.
Instrumen. Instrumen dikembangkan dari teori manajemen keperawatan dan teori pencegahan infeksi nosokomial untuk mengukur pelaksanaan supervisi kepala ruangan, penggunaan sarana pencegahan infeksi nosokomial, dan pelaksanaan upaya pencegahan infeksi nosokomial oleh perawat pelaksana. Sedangkan untuk mengukur pengetahuan tentang SOP infeksi nosokomial digunakan pertanyaan dengan pilihan ganda. Instrumen telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
Hasil penelitian. Uji kai-kuadrat menghasilkan tiga variabel independen yang mempunyai hubungan bermnkna dengan upaya pencegahan infeksi nosokomial, yaitu supervise, sarana, dan SOP. Sedangkan variabel umur, pendidikan, masa kerja, dan pelatihan tidak mempunyai hubungan bermakna Uji regresi logistik yang dilakukan menentukan bahwa variabel saran merupakan variabel yang paling berhubungan dengan upaya pencegahan infeksi nosakamial.
Pembahasan. Dengan ditemukannya sarana sebagai variabel yang paling berpengaruh, maka peluang bagi perawat pelaksana dalam melaksanakan pencegahan infeksi nosokomial adalah lima kali lebih baik dibanding yang tidak menggunakan.
Rekomeadasi. Pihak manajemen pelayanan keperawatan rumah sakit agar meningkatkan kesadaran dan kepatuhan perawat dalam menggunakan saran yang ada, sehingga angka kejadian infeksi di rumah sakit dapat ditekan.

The purpose of the research is to obtain information about the nurses' ward perceptions related to the prevention?s effort of nosocomial infection, in the Pertamina Hospital and how it relates to the nurse?s internal and external factors.
The hypothesis, which had been proved in this study, was the correlation between the internal and external factors of the nurses with the prevention's effort of nosocomial infection.
The methodology was descriptive correlation with cross sectional data collection. Chi Square was used to analysis the correlation between the independent with dependent variables and the logistic regression will select what was the strong independent variables relates to the nurse?s staff perceptions of the prevention?s effort of nosocomial infection. The population and sample were the nurses in 15 wards with 204 unit sample who were selected by random.
The instrument was developed into questioners based on management theories to measure the ward manager?s supervising activities, the utility of equipment and facilities, the nosocomial infection prevention activities of the nurses. The nosocomial infection theories to measure the standard operation procedure (SOP) knowledge of the nurses. It was developed into multiple-choice questioners. The instrument has been tested for the validity and reliability.
The Result of the research Chi square test result three variables which have had correlation with the efforts of the prevention of the nosocomial infection : supervision, equipment and facilities, and the standard operating procedure. The variables such as age, education experiences and training had no correlation with it. The logistic regression test determines the equipment and facility is the strong variable, which relate to the efforts of the prevention of the nosocomial infection.
Discussion. Based on result, equipment and facilities were the most significant variable it offers the opportunity of the nurses who work in the wards to prevent the nosocomial infection five times more than muses who did not use it.
Recommendation: The nursing care manager in hospital should promote the awareness and obeyness of nurses to use the available facilities to reduce the incident of nosocomial infection. So that the quality of nursing care can be increased.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
T4017
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Johan Sastradijaya
"Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Cilegon. Masalah ini timbul dilatarbelakangi dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Cilegon yang belum optimal dimana tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan oleh perawat pelaksana hanya 57,50 % (2003) dan perawat pelaksana yang membuat dokumentasi asuhan keperawatan dengan Iengkap dan benar hanya 53,67% (2003).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja perawat dan faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kinerja perawat ditinjau dari karakteristik individu yang meliputi umur, tingkat pendidikan dan lama bertugas, karakteristik organisasi yang meliputi sumber daya, kepemimpinan dan imbalan serta karakteristik psikologis yang meliputi motivasi dan pembelajaran.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan seksional silang (Cross Sectional). Sampel penelitian adalah seluruh perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Cilegon sejumlah 48 orang sebagai total sampel. Data yang diperoleh adalah data primer melalui wawancara menggunakan kuesioner terstruktur terhadap responden perawat pelaksana dan data sekunder didapat dari dokumentasi asuhan keperawatan di pencatatan medis (medical record).
Hasil analisis bivariat dengan uji statistik chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kinerja, kepemimpinan dengan kinerja dan pembelajaran dengan kinerja. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kinerja, lama bertugas dengan kinerja, sumber daya dengan kinerja, imbalan dengan kinerja dan motivasi dengan kinerja.
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk melaksanakan proses pembelajaran yang benar kepada setiap perawat pelaksana melalui pelatihan formal yang diadakan. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, sehingga diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti lain dengan menggunakan desain yang lebih baik validitasnya tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
T13176
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prasetyaningtyas Agustrianti
"Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas komunikasi perawat-pasien di ruang rawat inap RS Harapan Mulia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan crossectional yang dilakukan pada periode rawat Maret-Mei 2015 pada 60 pasien dan 30 perawat sebagai responden.
Hasil penelitian menggambarkan 53,3% responden pasien menilai komunikasi perawat efektif, analisis lebih lanjut dengan regresi logistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara karakter perawat, kelelahan fisik dan mental, bahasa, dukungan pimpinan dan manajemen rumah sakit, fasilitas dan penghargaan dengan efektivitas komunikasi perawat dan pasien.

The study aims to determine the factors associated with the effectiveness of nurse and patient communication at inpatient unit in Harapan Mulia Hospital located in Bekasi Regency. It is a quantitative study with cross-sectional design. Samples are the total population amounted up to 30 nurses with 60 patients as respondents conducted in March - May 2015.
The results showed that 53.3% of patients perceived that nurses?s communication was effective, further analysis with logistic regression showed no significant relationship between the characters nurses, physical and mental fatigue, language, leadership and management support for hospitals, facilities and reward with the nurses and patients communication effectiveness.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43467
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ritonga, Anna Mardiana
"Stroke Associated Pneumonia (SAP) adalah komplikasi stroke yang paling sering terjadi dan memiliki angka mortalitas yang tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi mortalitas pasien SAP belum sepenuhnya diselidiki. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi mortalitas dapat membantu pengambilan keputusan klinis untuk tatalaksana pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mortalitas pasien SAP yang dirawat di Stroke Care Unit (SCU) Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) tahun 2016-2018. Desain penelitian ini adalah penelitian kohort retrospektif, pada 268 pasien di SCU RSPON yang didiagnosis SAP selama tahun 2016-2018. Variabel yang berhubungan bermakna dengan mortalitas pada pasien SAP adalah kesesuaian LOS dengan CP RSPON, didapatkan risiko 0,262 (95% CI : 0,138 – 0,501) yang berarti pasien dengan Length of Stay (LOS) tidak sesuai dengan Clinical Pathway (CP) RSPON memiliki hubungan protektif terhadap mortalitas pasien SAP yaitu sebesar 0,26 kali. Dengan menggunakan model prediktor, dapat dihitung probabilitas terjadinya mortalitas pada pasien SAP.

Stroke Associated Pneumonia (SAP) is the most common complication after stroke and has a high mortality rate. Determining factors for SAP mortality have not been fully investigated. Knowledge of its determining factors can help clinical decision making for patient management. The aim of this study was to determine the mortality factors of SAP who were treated in the Stroke Care Unit (SCU) National Brain Centre (NBC) Hospital. This study used retrospective cohort design, involving 268 subjects SAP obtained at SCU NBC who were diagnosed with SAP during 2016-2018. Variable that significantly related is suitability of Length of Stay (LOS) with Clinical Pathway (CP) NBC obtained the risk of 0.262 (95%CI : 0,138-0,501) which means has protective association with mortality. By using a predictor model, it can be calculated the probability of mortality in SAP patients."
2019
T53988
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karlina
"ICU Rumah Sakit Pusat Pertamina merupakan salah satu ICU dengan kapasitas besar yang terdapat di Indonesia. Fasilitas yang dimilikinya cukup lengkap, standar operasional prosedur maupun jumlah serta kompetensi tenaga kerja yang bekerja didalamnya membuat instalasi ini dapat disetarakan dengan ICU tersier yaitu ICU pada level tertinggi yang biasanya terdapat pada rumah sakit rujukan atau pendidikan yang mampu mengatasi berbagai macam kondisi kritis pasien karena lengkapnya fasilitas yang dimiliki.
Akan tetapi ICU RSPP ini masih perlu mendapatkan perhatian lebih demi tujuan pelayanan yang optimal kepada pasien sesuai dengan visi dan misi RSPP kedepan. Melihat sumber daya dan kesempatan yang ada, maka pilihan model open pada sistem tata laksana pasien di ICU yang diterapkan selama ini dinilai sudah kurang sesuai hal ini disebabkan karena masih tingginya angka mortalitas, dokter intensivis maupun anestesi yang masih membagi waktunya dengan pembiusan di ruang operasi, panjangnya rantai pengambilan keputusan terapi dan masih bercampurnya antara pasien yang sungguh-sungguh membutuhkan ICU dengan pasien yang belum sepenuhnya memerlukan tindakan intensive.
Oleh karena itu peneliti mencoba menemukan model manajemen pasien yang dianggap lebih sesuai, efisien dan efektif bagi pasien maupun untuk rumah sakit. Metoda yang dipilih adalah Focus Group Discussion (FGD), indepth interview dan observasi karena topik yang diangkat merupakan topik yang sangat khusus dan belum banyak penelitian tentang ICU di Indonesia, juga karena sedikitnya waktu responden untuk dapat berkumpul serta metoda ini dapat memberikan jawaban yang lebih kaya karena adanya interaksi responden. Peneliti juga melakukan studi banding di 2 (dua) rumah sakit top referral di Jakarta dan Surabaya.
ICU RSPP memiliki sumber daya yang cukup besar yaitu 1 orang tenaga intensivis dan 3 orang tenaga anestesi yang siap mengikuti pelatihan intensivis, tenaga paramedis yang telah mendapat sertifikat intensive care sebanyak 75% dan terdapat 19 macam keahlian spesialis serta kapasitas jumlah tempat tidur sebanyak 22 buah membuat ICU RSPP pantas disetarakan dengan ICU tersier. Bukan hanya itu, standar prosedur tata laksana pasien telah disusun sesuai dengan semi-close model, hanya pelaksanaannya yang belum sesuai.
Dari hasil FGD dan indepth interview didapatkan bahwa sebagian besar peserta FGD menyatakan komposisi tempat tidur ICU saat ini masih kurang dan perlu adanya pemisahan fungsi ICU seperti ICCU dan ICU anak. Sedangkan dari hasil indepth interview menyatakan sebagian besar jumlah tempat tidur ICU sudah cukup dan sebagian kecil menyatakan kurang, dengan terbanyak menyatakan perlu adanya pemisahan.
Tentang jumlah dan kompetensi tenaga kerja sebagian besar peserta FGD menyatakan jumlah tenaga kerja dan kompetensinya dinyatakan cukup, sedangkan sebagian kecil menyatakan kurang. Untuk pertanyaan ini sengaja hanya ditanyakan pada kelompok FGD dikarenakan kelompok FGD adalah personil yang bekerja di unit ICU RSPP. Sedangkan kelompok indepth interview adalah kelompok dokter spesialis yang mengirimkan pasien ke ICU, sehingga penilaian atas kebutuhan jumlah tenaga kerja di kelompok ini kurang relevansinya.
Pertanyaan selanjutnya adalah tentang siapakah yang berwenang menentukan penilaian kritis pasien yang masuk ke ICU, pada kelompok FGD seluruhnya menyatakan dokter intensivis yang berwenang sekaligus mengukuhkan perlunya kehadiran dokter intensivis tersebut di ICU. Sedangkan kelompok indepth interview sebagian besar menyatakan dokter intensivis yang berwenang, dan sebagian kecil menyatakan dokter ruangan-lah yang berwenang.
Untuk menemukan jawaban pada pertanyaan apa yang lebih baik antara open model atau close-model pada kelompok FGD peneliti menggunakan teknik bertanya melalui bagaimana penentuan pasien masuk dan siapa yang bertanggung jawab, seluruh informan FGD menyatakan dokter intensivis dalam semi-close model ICU-lah yang terbaik. Sedangkan kelompok indepth interview sebagian besar menyatakan close model atau paling tidak semi-close adalah yang lebih baik dan sebagian kecil menyatakan open model-lah yang lebih cocok. Pada jawaban responden yang sebagian kecil tersebut ketika digali tentang kompetensi dokter yang merawat pasien kritis, keseluruhannnya menjawab dokter intensivis-lah yang lebih berkompeten akan tetapi pemilihan manajemen di ICU tetap diinginkan open model dengan asumsi dokter yang merawat sejak awal lebih memahami penyakitnya.
Selanjutnya harapan dan saran untuk perbaikan ICU mendatang seluruh dari informan FGD maupun responden pada indepth interview menyatakan perlu adanya perbaikan yang didukung oleh adanya kebijakan dari manajemen rumah sakit.
Sedangkan hasil studi banding yang telah peneliti lakukan di 2 (dua) rumah sakit top referral didapatkan hasil indikator yang lebih rendah dari hasil di Rumah Sakit Pusat Pertamina dikarenakan sebagai rumah sakit rujukan terakhir, kondisi pasien yang dirujuk seringkali berada dalam keadaan terminal atau sangat buruk. Tentu saja kondisi ini membuat angka harapan hidup pasien menjadi lebih kecil.
Bila melihat kondisi kegawatan pasien yang dirawat di ICU kiranya perlu suatu nilai standar yang disepakati bersama oleh persatuan dokter intensive care sebagai tolok ukur hasil kinerja medis yang dapat dievaluasi setiap bulan atau setiap tahun. Nilai standar ini dapat pula dijadikan sebagai target pencapaian keberhasilan suatu upaya pertolongan kritis pasien. Nilai standar dapat diambil dari nilai skor kritis pasien yang digunakan untuk menilai keadaan awal pasien sebelum pasien masuk ICU.
Dari keseluruhan hasil kegiatan penelitian ini di dapatkan kesimpulan bahwa pilihan semi-close model ICU menjadi pilihan yang paling sesuai yaitu dengan menempatkan dokter spesialis intensivis sebagai captain di ICU yang bekerja sama berkolaborasi dengan dokter spesialis yang merawat pasien tersebut sebelumnya."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T41273
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Umboh, Vonny
"Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam menyelenggarakan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit Salah satu ukuran mutu proses dalam keperawatan adalah baiknya catatan keperawatan. Catatan keperawatan merupakan dokumen yang penting bagi asuhan keperawatan pasien di rumah sakit. Dalam hal ini perawat mempunyai peranan panting dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang pada akhirnya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit secara keseluruhan. Untuk itu perlu terus menerus meningkatkan kemampuan perawat dalam asuhan keperawatan sebagai ukuran kinerja perawat. Kinerja sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai kinerja perawat rawat imp dalam melaksanakan kegiatan pendokumentasian asuhan keperawatan dan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Palembang dari tanggal 1 April sampai dengan 31 Mei 2001. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional pada 60 perawat di ruang rawat inap.
Analisis yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat dan multivariat; dengan menggunakan uji statistik deskriptif, regresi linier, t-test dan analisa varian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja perawat rata-rata adalah 294,71 dan nilai median 303,30. Setelah dikelompokkan dengan pengkategorian baik dan kurang didapatkan hasil 50 % kinerja baik dan 50 % kinerja kurang. Dari analisis bivariat didapatkan bahwa faktor tingkat pendidikan, motivasi, persepsi peran, disain pekerjaan, imbalan. dan sumberdaya mempunyai hubungan yang bermakna dengan kinerja. Dan hasil analisis multivariat didapat bahwa faktor-faktor tingkat pendidikan, persepsi peran, imbalan dan merupakan faktor-faktor yang dominan secara bersama-sama berhubungan dengan kinerja perawat.
Perlu bagi pihak mamajemen RS Jiwa Palembang untuk memperhatikan peningkatan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dengan meningkatkan pendidikan, balk pendidikan formal maupun non formal yang terprogram. Variabel imbalan perlu diperhatikan dalam meningkatkan kinerja perawat, dengan mengadakan program pelatihan yang dapat meningkatkan motivasi kerja dan kebanggaan peran sebagai perawat.

Factors Related to Performance of Inpatient Nurses in Palembang Mental Hospital, Year 2001Nursing is one the profession that plays important role in organizing efforts of assuring quality of care in hospital. Nursing documentation is an important document for patients nursing activities in the hospital.
Human resource, especially nurses play an important role in increasing the nursing activities service quality that in turn will increase the service quality. Therefore, productivity increase is needed to improve performance. The performance is highly affected by various factors, both internally and externally.
This research is intended to obtain description regarding the performance of inpatients nurses and to implement nursing activities documentation and to identify factors related the performance of the nurses. The research was done in Palembang Mental Hospital from April 1 to May 31, 2001. The research design used is cross sectional on 60 nurses in the inpatients room.
The analysis used was univariate, bivariate and multivariate analysis; by using descriptive statistics test; linear regression , independent sample t-test and analysis of variance. The result of the research indicates that average performance of the nurses is 294,71 and median value is 303,30. After it is group according to good and poor category, it is found out that 50 % is good and 50 % is poor. From bivariate analysis it is obtained that education, motivation, role perception , job design and resources factors have significant relationship with performance ( p < 0,05 ). From the multivariate analysis, it is obtained that education, role perception and incentive factors are dominant factors collectively with relationship to the performance of the nurses.
It is necessary that management of Palembang Mental Hospital to consider the nurses performance in documentation of the nursing activities by increasing the education, both formal and informal programmed education. The role perception and .incentive variable needs to be considered in increasing the performance of the nurses, by organizing training program that will increased the work motivation and self-respect as nurses.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T9563
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mathilda Albertina
"Latar Belakang: Pada tahun 2001-2005, angka kejadian penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi meningkat. Berdasarkan data WHO-UNICEF, angka kelengkapan imunisasi, yang digambarkan dengan cakupan imunisasi campak, adalah 78% di tahun 2005. Namun, angka cakupan imunisasi campak belum tentu tepat dalam menggambarkan kelengkapan imunisasi dasar.
Tujuan: Untuk mengetahui kelengkapan imunisasi dasar, alasan ketidaklengkapan imunisasi dasar, karakteristik orangtua (pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga), pengetahuan serta sikap orangtua terhadap imunisasi, dan hubungan antara karakteristik, pengetahuan dan sikap orangtua dengan kelengkapan imunisasi dasar pada anak balita di Poliklinik Ilmu Kesehatan Anak RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Metode: Penelitian cross-sectional dengan wawancara melalui kuesioner pada orang tua yang membawa anak balita di Poliklinik Ilmu Kesehatan Anak RS. Cipto Mangunkusumo pada tanggal 04-14 Maret 2008.
Hasil: Dari 76 sampel, 65,8% anak balita memiliki status imunisasi dasar yang lengkap dan 34,2% lainnya tidak lengkap. Jenis imunisasi yang paling banyak tidak lengkap adalah hepatitis B (17,1%). Alasan ketidaklengkapan imunisasi antara lain anak sakit (66,7%), orangtua tidak tahu jadwal imunisasi (18,5%), vaksin habis (7,4%), orangtua lupa (3,7%), dan tidak ada Pekan Imunisasi Nasional (3,7%). Tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga, pengetahuan serta sikap orangtua terhadap imunisasi dengan kelengkapan imunisasi dasar anak balita.
Kesimpulan: Kelengkapan imunisasi dasar anak balita di Poliklinik Ilmu Kesehatan Anak RSCM adalah 65,8%. Ketidaklengkapan imunisasi paling banyak disebabkan karena anak sakit (66,7%). Tidak didapatkan hubungan antara faktor orangtua dengan kelengkapan imunisasi dasar anak balita di Poliklinik Ilmu Kesehatan Anak RSCM.

Introduction: From the year 2001 to 2005, number of vaccine-preventable diseases was increased. According to WHO-UNICEF, this number, which regards the coverage of measles immunization, is 78% in 2005. However, the coverage number of measles immunization does not necessarily accurate in representing the number of complete basic immunization.
Objective: To explore complete of basic immunization on children under five year old at Pediatric Clinic in Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM), the underlying reasons of incomplete basic immunization, parent's characteristics (educational background, occupation, family income, knowledge and attitude toward immunization) and relationship between parent's characteristic and the completeness of basic immunization.
Method: Cross-section study with questionnaire guided interview to parents who brought underfive children to pediatric clinic in Cipto Mangunkusumo National Hospital (RSCM) on 04?14 March 2008.
Result: From 76 samples, 65,8% children have complete basic immunization and 34,2% others have incomplete basic immunization. The most incomplete type of immunization is Hepatitis B (17,1%).The reasons for these children to have incomplete basic immunization were due to sickness occuring concurrently with the immunization schedule (66.7%), parents' unawareness of the immunization schedule (18.5%), insufficient amount of vaccine supply (7.4%), parents not recalling of giving their children immunization (3.7%), and the absence of National Immunization Week or PIN (3.7%). There is no statistically significant relationship between the parent's educational background, occupation, family income, knowledge and attitude toward immunization and complete of basic immunization on children under age five at RSCM's Pediatric Clinic.
Conclusion: Complete basic immunization on children under five years old at RSCM's Pediatric Clinic reached 65.8%. The reason of incomplete basic immunization was mostly due to sickness happening concurrently with the immunization schedule (66.7%). There was no relation between parent's characteristisc and the completeness of basic immunization on children under age five at RSCM's Pediatric Clinic.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>