Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131784 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anggar Jito
"Desentralisasi pelayanan kesehatan mendorong terjadinya perubahan System kelembagaan Rumah Sakit di suatu daerah. Adanya UU RI No.1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara akan member peluang bagi Pembahan Rumah Sakit pemerintah yang sebelumnya swadana menjadi Badan Layanan Umum. Badan Layanan umum melupakan suatu badan kuasi pemerintah yang tidak bertujuan mencari Iaba, meningkatkan kualitas pelayanan public dan memberikan Fleksibilitas manajemen rumah sakit. Pembahan system kelembagaan Rumah sakit memerlukan standadsasi dalam pengelolaan keuangan Sampai saat ini biaya pelayanan kesehatan bervariasi yang disebabkan oleh tidak adanya harga standar yang berdasarkan Unit Cost dari pelayanan tersebut. Hingga Diperlukan suatu perhitungan unit Cost menurut Diagnostic Related Groups yang tersusun dalam Clinical Pathway.
Clinical Pathway merupakan suatu alat yang mampu untuk rneuinglcatkan mutu dan pengendalian biaya lcarena dapat menghindari tindakan yang tidak perlu dari suatu pelayanan di Rumah Sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Cost Of treatment Tonsilelctomi berdasarkan penyusunan Clinical Palhway di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi tahun 2006. Tonsilektomi merupakan salah Satu tindakan pembedahan yang tertua, yang berupa tindakan pengangkatan jaringan tonsil palatine dari fossa tonsilaris_ Di inggris tahun 1987 - 1993 telah dilalcukan 70000 - 90000 tindakan tonsilelctomi dan adenodelctomi per tahun. Sedang dari catatan medis Rumah Salcit Umum Pusat Dipilihnya Tonsilektomi dalam penelitian ini dikarenakan Salah satu tindakan Pembedahan terbanyak di Rumah Sakit dan tidak membutuhkan pemanfaatan sumber daya yang bervariasi dan adanya penelitian yang menggambarkan biaya Bahan habis Pakai lebih diatas tarif yang ditentukan.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan rancangan penelitian survey kuantiuitifi Pelaksanaan penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2007 sarnpai April 2007 dengan mempergunal-can data sekunder dari Rekam Medis pasien rawat inap dengan tindakan Tonsilektorni tahun 2006 dan data primer yang berasal dari Wawancara. Perhitungan biaya Unit Cost dihitung dengan metode Activity based Costing ( ABC ). Analisa data dilakukan secara uuivariat untuk melihat distribusi B-ekuensi dan proporsi masing - masing variable.
Berdasarkan penelitian, pengelompokan menurut AR - DRG tidal: dapat diterapkan. Menurut pengelompolcan yang dilakukan di RSUD Kota Bekasi dihasilkan : Tonsilektomi murni, Tonsilektomi dengan penyakit penyerta, Tonsilelctomi dengan penyakit penyulit, Adenotonsilektomi rnurni dan Adenotonsilektomi dengan penyakit penyerta. Sedangkan penyusunan Episode Clinical Pathway didapatkan 6 tahapan yaitu Tahap pendaiizaran, Penegakkan diagnose, Pra Terapi, Terapi, Follow up dan Pulang.
Hasil perhitungan Cost of Treatment Tonsilektomi di RSUD Kota Bekasi Tahun 2006 : ( 1 ). Tonsileldomi tanpa adenoidektami dengan penyakit penyulit 1 1.Kelas Perawatan Bougenvile VIP : Rp 760.582, 2.Bougenvile Utama : Rp 763.996,97, 3. WKI :Rp 577.2l0,14, 4. WKII : Rp 566.799,72, 5.WK HI I R.p s6o_o4o,'/2, 6. Mawar ; Rp 481.47102 dengan Lama hari mwar 2 hari. ( 2 ).Tonsilek1omi tanpa adenoidektomi dengan penyakit penyerta, Berdasarkan penyakit penyerta : 2.1 Anemia dan Observasi Febris ; 1. Kelas Perawatan Bougenvile VIP 1 Rp 2.096.988,08, 2.Bougcnvile Utama : Rp 2.l08.596,32, 3. WK I 2 Rp l.465.688,99, 4.WK [I I Rp l.463.302,56, 5. WK III 2 Rp 1.4-40.320,78, 6.Mawar : Rp l.164.5l8,35, 2.2 PKIB : 1. Kelas Perawatan Bougenvile VIP : Rp 762.384.46, 2. Bougenvile Utama : Rp 765.798,65, 3. WK I : Rp 553.821,90, 4, WK II : Rp 57O.16l,48, S. WK III : Rp 563.402, 6. Mawar : Rp 483.344,56, 2.3 Bronchopneumonia : 1. Kelas Perawatan Bougenvile VIP 1 Rp 767.828,46, 2 Bougenvile Utama : Rp 771.242,82, 3 WK I : Rp S59.266,07, 4. WK II: Rp 575.605,65, 5. WK III: Rp 568.846,31, 6. Mawar: Rp 488,768.71 2.4, Hipertensi siruasional ; 1. Kelas Perawatan Bougenvile VIP : Rp 765_564,12, 2. Bougenvile Un-una ; Rp 76s.97s,31, 3. WK 1 1 np 593_417,3, 4- WI( ll 1 Rp 6o9_756,ss, 5. WK III : Rp 602.997, 6. Mawar : Rp 524.433,94 (3) Tonsilekromi tanpa adenoidektomi mumi : 1.Ke1as Perawatan Bougenvile VIP : Rp 748.014, 08, 2. Bougenvile Utama : Rp 751.428,2, 3. WK I: Rp 564_641,43, 4. WK II: Rp 554.231, 5. WK IH: Rp 529.924,89, 6. Mawar : Rp 468.908,31 Median Lama hari rawat 2 hari. (4). Tonsilektomi dengan Adenodelctomi dengan penyakit penyerta : 1. Kelas Perawatan Bougenvile VIP : Rp 775,243,691 2. Bougenvile Utama : Rp 778.657,88, 3.WK I : Rp 59l.87l,05, 4. WK II : Rp 58l.460,63, 5. WK 111 : Rp 574_701,28, 6 Mawar : Rp 496.137,93Median Lama hari rawat 2 hart( 5 ) Torzsileldomi dengan Adenodektomi murni : l. Kelas Perawatan Bougenvile VIP : Rp 771.901,31, 2. Bougenvile Utama 2 Rp 775.315,50, 3. WK I 1 Rp 588,528,67, 4. WK II 1 Rp 578.l18,25, 5. WK III :Rp 571,358,90, 6. Mawar : Rp 492,795,S5. Median Lama hari rawat 2 hari. Berdasarkan hasil diatas maka diperlukan perhitungan biaya rawat inap berdasarkan penyusunan Clinical Pathway sebagai dasar penentuan tarif rumah sakit.

Decentralize in health treatment lead to some changes in Hospital institution within a certain region. Based on UU RI No. 1 year 2004 in relation of State Treasury will give opportunity to State Hospitals to change which was in self funding form to become Public Health Service. Public Health Service is a non- profit Government institution, improving public service quality and giving flexibility to Hospital management. There should be a standardization in every changes of Hospital Institution, especially in finance Sevior. Up to these days, health service fee are varies which is caused by no standardization which based on Unit Cost from its services. Therefore, Unit Cost calculation are needed according to Diagnostic Related Groups which are compiled in Clinical Pathway.
Clinical Pathway is an instrument that will help to increase quality and cost control, as it can avoid tiom unnecessary actions of Hospital services. The aim of this research is to lind out Cost of treatment Tonsillectomy based on compiling Clinical Pathway in Bekasi City General Hospital in the year 2006. Tonsillectomy is one of the oldest surgery, which is a surgery of removing tonsil palatine tissue from Fossa tonsillitis. In England, within the year of 1987~ 1993 there had been 70000-90000 Tonsillectomy and Adenodektorny per year. Meanwhile, fiom the medical notes of RSUP Dr Sarjito, tonsillectomy are more then half of surgery actions in THT section.
This research will use case study method with quantitative survey methodology. The implementation of this research started in March 2007 to April 2007, and using secondary data recorded hospitalized Patient with Tonsillectomy surgery action in the year 2006 and also using primary data which was based on direct interviews. Unit cost are calculated using Activity Based Costing (ABC) method. Data analysis is implemented as univariatly to see frequency distribution and proportion on each variable.
Based on research grouping according AR-DRG can not be implemented. Based on grouping that had been implemented at Bekasi City General Hospital are as followed: Pure Tonsillectomy, Tonsillectomy with following disease, Tonsillectomy with complication disease, Pure Adeno Tonsillectomy and Adeno Tonsillectomy with following disease. In the meantime, compiling of Clinical Pathway episode is obtaining 6 steps which are: registration , established diagnose, pre-therapy, therapy, follow up then Horne. Final Clinical Pathway is needed to get clinical pathway concept as a tool to increase quality and cost control.
The result cost of treatment tonsillectomy at Bekasi City General hospital in 2006 ( 1 ). Tonsillectomy with complication disease 1 1. Bougenvile VIP : Rp 760.582, 2.Bougenvile Utama : Rp 763.996,97, 3. WK I : Rp 577.2l0,l4, 4. WK II: Rp s66.799,72, 5_wK In ; Rp 560.040,72, 6. Mawar ; Rp 481.47102 with time length of stay 2 days. ( 2 ). T onsilectongr with following disease, Based on following disease : 2.1 Anenuh dan Observasi Fabris ; I. Bougenvile VIP : Rp 2.096.988,08, 2.Bougenvile Utama : Rp 2. 108.596,32, 3. WK I : Rp l_465.688,99, 4.WK II 1 Rp 1.463.3o2,s6, 5. WK III . Rp 1.440.320,78, 6.Mawar 1 Rp 1-164.51s,35, 2.2 PKYB : 1. Bougenvile VIP : Rp 762.384.46, 2. Bougenvile Utama 2 Rp '765.798,65, 3. WK I 2 Rp 553.82l,90, 4. WK 1] : Rp 570.161,48, 5. WK III : Rp 563.402, 6. Mawar : Rp 483.344,56, 2.3 Bronchopneumonia: 1. Bougenvile VIP : Rp 767.828,46, 2 Bougenvile Utama : Rp 77l.242,82, 3 WK I : Kp 559.266,07, 4. WK II: Rp 575.605,65, 5. WK III: Rp 568.846,3l, 6. Mawar: Kp 488.768.73, 2.4, Hiperteusi simasional ; 1. Bougenvile VIP : Rp 765.564,l2, 2. Bougenvile Utama 1 Rp 768.978,31, 3. WK I : Rp 593.417,3, 4. WK Il : Rp 609.756,88, 5. WK III : Rp 602.997, 6. Mawar 1 Rp 524.433,94 (3) Pure f0l|Si??L?f0I|Q?Z l. Bougenvile VIP : Rp 748.014, 08, 2. Bougenvile Utama ; Rp 751.42s,2, 3. WK 1; Rp 564.641,43, 4. WK II: Rp 554.231, 5. WK 111: Rp 529.924,89, 6. Mawar 1 Rp 468.908,3l with time length of stay 2 days. ( 4 ). Adenotonsilectongmy with following disease: l. Bougenvile VIP :Rp 775_243,69S, 2. Bougenvile Utama 1 Rp 778.657,88, 3.WK I 1 Rp 591.871,05, 4. WK II 1 Rp 58] .460,63, 5. WK HI 1 Rp 5?74.7Ol,28, 6 Mawar : Rp 496.l37,93 with time length of stay 2 days( 5 ) Pure Adenotonsileldomiz I. Bougenviie VIP : Rp 771_90l,3l, 2. Bougenvile Utama : Rp 775_3I5,S0, 3. WK I : Rp 588,528,67, 4. WK II : Rp 578.l18,25, 5. WK 111: Rp57l,358,90, 6. Mawar : Rp 492,795,55_ With time length of stay 2 days. Based on results above, therefore, we need calculation of hospitalised fee based on compiling Clinical Pathway as a benchmark to decide the hospital tariff.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T31609
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Ika Kumala Dewi
"Biaya perawatan Cost Of Treatment adalah perhitungan biaya terkaitbiaya langsung dan biaya tidak langsung yang dibutuhkan untuk melakukanperawatan dan atau tindakan layanan kesehatan per layanan penyakit terhadappasien yang sesuai dengan clinical pathway dari penyakit tersebut. Rumah sakitsebagai penyelengara pelayanan kesehatan menjadi kewajiban untuk memberikanpelayanan yang adil dan bermutu bagi masyarakat. Menghitung unit cost layanankesehatan sangat sangat diperlukan untuk mengetahui besaran biaya riil yangdibutuhkan untuk suatu produk layanan. Dengan menghitung unit costberdasarkan clinical pathway adalah alat untuk mencapai pelayanan yangberkualitas dan efisien.Di Rumah Sakit Ari Canti kasus DHF merupakan kasus non bedahtertinggi dan merupakan 10 kasus terbanyak pada tahun 2016. Permasalahan yangterjadi sebelumnya adalah belum adanya unit cost berdasarkan data riil rumahsakit yang menyebabkan kendala dalam kebijakan yang membutuhkanperhitungan biaya dalam keputusan tersebut, antara lain penentuan tarif, negosiasidengan pihak ketiga dan lain sebagainya. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmengetahui cost of treatment DHF murni kelas III Di Rumah Sakit Ari Canti,serta lebih jauh mengetahui gambaran biaya di unit produksi maupun di unitpenunjang.Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan crosssectional. Metode analisis biaya adalah dengan metode Activity based costinguntuk unit produksi dan simple distribution untuk unit penunjang. Data yangdigunakan adalah data sekunder dari bagian unit produksi terkait dan unitixUniversitas Indonesiapenunjang ruah sakit tahun 2017. Dari hasil penelitian didapatkan COT adalahRp. 1,654,884.68. UC actual RP. 1,358,859.68 dan UC simple distribution Rp.296.025.COT adalah Rp. 1.654.884,68. Biaya Sumber daya di IGD yaitu perawatdan jasa dokter menghabiskan porsi biaya 73,77 dari keseluruhan sumber dayayang dibutuhkan di IGD, di laboratorium porsi biaya SDM sekitar 9 dan dirawat inap sebesar 40,9 untuk biasa jasa medis dokter dan perawat .Khususnya di IGD menggambarkan kondisi yang belum efisien antara jumlahpegawai yang harus dibiayai dengan beban kerja yang ditanggung atau outputyang dihasilkan sehingga biaya yang dibebankan kepada pasien menjadi tinggi.Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk rumahsakit dalam penentuan kebijakan dan pengambilan keputusan mengenai tarif dannegosiasi dengan pihak external lainnya.Kata Kunci : Cost Of treatment, DHF, biaya satuan

Cost of Treatment is a cost calculation of the direct and indirect costsrequired to perform the care of performing treatment and or health caremeasures per patient disease service in accordance with the clinical pathway ofthe disease. Hospitals as health service providers must be provide a righteous andquality service for the community. Calculating unit cost of health services is verynecessary to know the real cost value needed for a service product. By calculatingunit cost based on the clinical pathway is a tool to achieve quality and efficientservice.In Ari Canti Hospital, DHF case is the highest non surgical case and isthe top 10 cases in 2016. The problem that happened while the absence of unitcost based on real hospital data causing obstacles in the policy that require costcalculation in the decision, among others rate determination, negotiation withthird parties and others. The purpose of this research is to know the cost oftreatment of DHF class III At Ari Canti Hospital, and further to know thedescription of cost in production unit and in supporting unit.The type of this research is quantitative research with cross sectionalapproach. Cost analysis method is by Activity based costing method forproduction unit and simple distribution methode for supporting unit. The dataused are secondary data from parts of related production units and supportingunits in 2017. From the research results obtained COT is Rp. 1,654,884.68. UnitCost actual Rp. 1,358,859.68. Unit Cost by simple distribution methode Rp.296.025.xiUniversitas IndonesiaCOT is Rp. 1.662.60306. The cost of resources in the ER is the nurses andphysician services spent the cost of 73.77 of the total resources needed in theER, in the laboratory portion of the cost of human resources about 9 and inhospitalization of 40.9 for regular medical services physicians and nurse .Especially in the ER describes an inefficient condition between the number ofemployees to be financed with the workload borne or the resulting output so thatthe costs charged to the patient become high. It is expected that the results of thisstudy can be considered for the hospital in determining policy and decisionmaking on tariff and negotiation with other external partieKeywords Cost Of treatment, DHF, unit cost."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50294
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nidia Renaningtyas
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi dan pengembangan clinical pathway pneumonia ringan. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif dengan metode telaah data, telaah dokumen dan wawancara mendalam. Analisis data kuantitatif menggunakan Tools Pengembangan Pra Clinical Pathway dan Evaluasi Clinical Pathway versi beta 2.3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada variabel input tidak memiliki kendala, staf sudah siap untuk melakukan implementasi clinical pathway. Tim pengembangan clinical pathway masih terbatas pada satu golongan tenaga medis saja. Masih terdapatnya variasi yang tinggi pada pemakaian obat-obatan. Rata-rata lama hari rawat sudah sesuai yaitu 4,19 hari dengan pasien terbanyak pulang pada hari rawat keempat. Sebanyak 14 pasien dari total 67 pasien dirujuk ke Rumah Sakit lain pada hari rawat pertama. Beberapa hal yang dapat Rumah Sakit lakukan yaitu libatkan lebih banyak staf dari berbagai disiplin ilmu dalam proses pengembangan clinical pathway, lakukan berbagai cara untuk sosialisasi clinical pathway, lakukan evaluasi rutin terkait kepatuhan terhadap clinical pathway dan evaluasi formulir clinical pathway berdasarkan dengan variasi pada penelitian ini.

This study aims to determine the implementation and development of clinical pathway of simple pneumonia. The type of research used quantitative and qualitative study withdata analysis, document review and in depth interviews methods. Quantitative data analysis using Pre Clinical Pathway Development Tools and Clinical Pathway Evaluation beta 2.3. The results showed that in the input variables have no constraints, the staff is ready to implement the clinical pathway. Clinical pathway development team is still limited to one class of medical personnel only. There is still a high variation in the use of drugs. The average length of stay was 4,19 days with most patients discharge from the hospital on the fourth day of treatment, 14 patients from 67 patients were referred to another hospital on the first day of treatment. Some things the Hospital can do include involving more staff from various disciplines in the clinical pathway development process, doing various ways to socialize clinical pathways, conducting routine evaluations about clinical pathway compliance and clinical pathway form evaluation based on variations in this study."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kumolo Retno Kusumo Mapata Siwi
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis sistem informasi pada Sub Bagian Kepegawaian yang sedang berjalan saat ini. Selian itu analisis sistem yang dilakukan untuk dapat mengetahui kebetuhan akan user serta untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada Sub Bagian Kepegawaian Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan pada penelitian ini menggunakan 3 desain penelitian yaitu dengan telaah dokumen, wawancara mendalam dan observasional partisipasi dengan 3 orang informan yang terlibat dalam pengembangan sistem informasi monitoring dan evaluasi pelatihan.
Berdasarkan hasil penelitian ini merupakan analisis pengembangan sistem yang sedang berjalan saat ini dan dapat diajukan suatu perancangan sistem yaitu Perancangan Sistem Monitoring dan Evaluasi Pelatihan di Sub Bagian Kepegawaian Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi. Diharapkan dengan adanya analisis pengembangan sistem ini dapat memberikan informasi yang cepat dan akurat yang berguna bagi pihak internal dan eksternal rumah sakit serta dapat meningkatkan pelayanan yang berujung pada kepuasan pasien.

ABSTRACT
This study aims to analyze information systems in Sub Division of Human Resources which is currently running. In addition the system analysis performed to find out the need for the user and to learn about problems that occured in Sub Division of Human Resources General Hospital Bekasi. This study is a qualitative research and in this study used three research design is to review the documents, in depth interviews and observational participation with three informants involved in the development of monitoring and evaluation of information systems training. Based on the result of this study is an analysis of the ongoing development of current and proposed a system design can the Monitoring and Evaluation System Design Training in Sub Division of Human Resource Regional General Hospital Bekasi. Expected by the analysis of the development of this system can provide fast and accurate information that is useful for internal and external parties as well as the hospital can improve the service that leads to patient satisfaction."
Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nining Setyaningsih
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya langsung layanan hemodialisis pada pasien dengan gagal ginjal kronik. Desain penelitian ini bersifat analisis deskriptif, yaitu studi kasus yang bertujuan menganalisis biaya satuan layanan hemodialisis pada pasien Gagal Ginjal Kronis (GGK) berdasarkan pendekatan Simple distribution. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data biaya dan non biaya terkait unit hemodialisis
tahun 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total biaya langsung unit hemodialisis adalah sebesar Rp. 2.495.272.766,- dengan proporsi terbesar merupakan biaya
operasional yaitu 83 %. Biaya satuan langsung yang diperoleh sebesar Rp. 657.343,-., biaya tersebut masih lebih besar dari biaya klaim BPJS untuk layanan hemodialisis yaitu Rp. 923.100,-. Beberapa hal yang dapat rumah sakit lakukan adalah melakukan penghitungan biaya satuan dengan memperhitungkan biaya tidak langsung untuk layanan hemodialisis agar hasil penghitungan biaya satuan layanan hemodialisis lebih akurat, melakukan evaluasi pada pencatatan operasional untuk keseluruhan pelayanan yang ada di rumah sakit guna memudahkan manajemen dalam melakukan analisa biaya.

This study aims to analyze the direct costs of hemodialysis services in patients with chronic renal failure. The design of this study is descriptive analysis, which is a case study that aims to analyze the diret unit cost of hemodialysis services in patients with Chronic Renal Failure (CRF) based on the Simple distribution approach. The data used are secondary data of cost and non-cost data related to the hemodialysis unit in 2018. The results of the study show that the total direct cost of the hemodialysis unit is Rp. 2.495.272.766,- with the largest proportion being operating costs (83%). The direct unit cost is Rp. 657.343, -, that cost is still greater than the cost of the BPJS claim for hemodialysis services, which is Rp. 923.100. Some of the things that hospitals can do are
to calculate unit costs by calculating indirect costs for hemodialysis services so that the results of unit cost calculation of hemodialysis services are more accurate, evaluating operational records for all services in the hospital to facilitate management in conducting cost analysis.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53820
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samosir, Wathy Carolina
"RSUD Kota Bekasi sebagai institusi pemberi layanan dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayanan yaitu dengan mengupayakan pemanfaatan setiap fasilitas yang dimiliki rumah sakit umum kota Bekasi secara optimal agar dapat bertahan dalam situasi kompetitif sekarang ini.
Adunya kesenjangan yang cukup tinggi antara jumIah pasicn rawat jalan yang pada umumnya memperoleh Iembar resep dari dokter dengan jumlah lembar resep pasien rawat jalan yang menebus obat di lnstalasi Farmasi hal ini merupakan masalah yang akan berpengaruh terhadap kelancaran Iayanan dan mengurangi kesempatan unluk menambah penghasilan bagi RSUD Kota Bekasi.
Tujuan pcnelitian ini adalah mengetahui faktor yang berhubungan dengan penebusan resep oleh pasien rawat jalan di Instalasi farmasi RSUD Kota Bekasi.
Desain penelitian ini adalah cross sectional yang dilakukan melalui wawancara terhadap 87 pasien rawat jalan atau pendampingnya yang tidak menebus resep dan yang menebus resep di Instalasi fammasi RSUD Kota Bekasi. Analisis dala yang digunakan analisis univariat dan bivariat.
Hasil penelitian diperoleh bahwa sebanyak 27 (73%) dari 37 reponden yang tidak diberi saran dokter tidak menebus resep di IFRS, sebanyak 35 (66,0%) dari 53 responden yang berumur kurang atau sama 35 tahun tidak menebus resep di IFRS,sebanyak 25 (59,5 %) dari 42 responden berjenis kelamin laki-laki tidak menebus resep di IFRS, scbanyak 13 (65,0%) dari 20 responden berpendidikan rendah dan menengah tidak menebus resep di IFRS, sebanyak 19 (70.4 %) dari 27 responden tidak bekerja tidak menebus resep di IFRS, sedang yang bekerja ada 35 sebanyak 50 (66,7%) dari 75 pasien sumber penghasilan dari suami dan atau istri tidak menebus resep di IFRS, tidak ada (0 %) dari 20 reponden yang puas terhadap pelayanan instalasi farmasi dan tidak menebus resep di IFRS 4 (19,0%) dari 21 reponden yang menilai harga obat mahal tidak menebus resep di IFRS bahwa sebanyak 1(3.1%)dari 6 reponden yang menilai obat tidak lengkap tidak menebus resep di IFRS.
Selain itu hasil penelitian ini menunjukkan dari 9 variabel bebas yang diteliti ditemukan bahwa sumber penghasilan mempunyai hubungan yang bemmkna dengan penebusan resep di Instalasi farmasi (p=0.01). Dengan demikian sumber penghasilan pasien merupakan Salah satu peluang untuk meningkatkan pendapatan di IFRSU Kota Bekasi. Kualitas pelayanan di IFRSU Kota Bekasi ditingkatkan, hubungan dengan dokter yang bekerja di RSUD agar formularium yang telah disepakati dapat segera di operasionalkan.
Saran Evaluasi kualitas pelayanan di Inslalasi Farmasi :
  • Lokasi Instalasi farmasi mudah di capai oleh pasien rawat jalan
  • Harga obat di pantau terus harganya agar kompetitif dengan apotik di Iuar RSUD Kota Bekasi
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T21111
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leonardo Emil FS
"Pembayaran perjasa layanan kesehatan mengakibatkan tingginya biaya kesehatan. Upaya pengendalian biaya kesehatan perlu dilakukan sehingga tercapai pembiayaan kesehatan yang baik. Salah satu caranya ialah sistem pembayanan di muka. Artinya sistem pembayaran kepada pemberi layanan kesehatan dengan jumlah uang yang sudah ditetapkan sebelum pelayanan diberikan dengan sebelumnya memperhitungkan tindakun medis yang diperlukan dan bananya hari rawat. Salah satu bentuknya adalah DRG's. DRG's adalah pengelompokan kasus penyakit dan tindakun. DRG's membutuhkan clinical pathway, Clinical Pathway adalah suatu alur proses kegiatan pasien dari mulai masuk sampai ke[uar. Dari clinical pathway kita mendapatkan cost of treatment-nya berdasarkan utilisasi dalam clinical pathway tersebut dengan unit cost yang ada di per tahapan. Belurn adanya penelitian cast of tnatment beroasarkan clinical pathway pada partisi other. Tindakan ESWL diagnosa batu ginjal merupakan salah salu yang termasuk partisi other. ESWL sendiri merupakan kedua terbanyak yang termasuk tindakan other di RS Pusat Pertarnina. Dan batu ginjal menernpati urutan kedua penyakit terbanyak di bagian urologi.

Fee for service payment system makes health services cost increase. Things to he done in order to control health services cost containment. One of the way is prospective payment system. It means that the health provider are being paid before the service is given and had already knows the medical services and the length of stay of the service. One of the form is DRG's. DRG's is a group 'If diagnoses that is related. DRG 's needs clinical pathway. Clinical Pathway is the pathway of the patient from entering to family ending treatment. Based on its clinical pathway we get cost of treatment based on utilization of the clinical pathway and the cost unit in the steps of clinical pathway. There has been no research in cost of treatment based on its clinical patlrway in other partition. ESWL diagnose calculus of kidney is one of the other partition, ESWL is the second most high other parturition at Central Pertamina Hospital. An also Calculus of kidney is the second most high diagnose at the urology department. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T32381
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Agung Nugroho
"ABSTRAK
Mutu atau kualitas rumah sakit dipengaruhi oleh dua hal, yaitu : pelayanan oleh petugas kesehatan dan sarana prasarana bangunan rumah sakit itu sendiri. Banyak penduduk Indonesia (baik yang tinggal di perkotaan atau perbatasan) pergi ke luar negeri hanya untuk berobat. Hal itu bukan disebabkan oleh rendahnya mutu layanan petugas kesehatan, namun lebih disebabkan oleh minimnya sarana dan prasarana rumah sakit sehingga kepercayaan penduduk Indonesia untuk berobat di dalam negeri menjadi berkurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di RSUD Kota Tangerang sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010.Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada periode bulan Juni 2014. Sarana prasarana RSUD Kota Tangerang telah memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010 meskipun ada beberapa hal yang perlu diperbaiki.

ABSTRACT
The quality of a hospital depends on two things, they are : services provides by health officer also facilities and supporting infrastructure of the building itself. Many Indonesian people (which is live in urban or border area) goes abroad only for medical treatment reason. That is not because of the poor quality of services provides by health officer but mostly because our hospital facilities and supporting infrastructure is very poor, therefore the trust of our people for choosing medical treatment within the country is decreasing. The objection of this research is to evaluate the application of occupational health and safety in General Hospital of Tangerang City according to the standard stipulated in Minister of Health's Desicion No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010. Method of data analysis is descriptive qualitative. This research is perform during June 2014. Its facilities and supporting infrastructure have fulfilled the minimum requirements of Minister of Health's Desicion No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010 while several parts of them need improvement."
2014
S55170
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febindra Eka Widisana
"Untuk menindaklanjuti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Peraturan Pemerintah Nomer 8 Tahun 2003, Keputusan Presiden Nomer 40 Tahun 2001 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomer 1 Tahun 2002 yang menetapkan bahwa Rumah Sakit Daerah adalah Rumah' Sakit milik Pemerintah Daerah yang berlokasi di daerah/kota, berkedudukan sebagai Lembaga Teknis Daerah (LTD) maka Pemerintah Daerah Kota Pagar Alam membuat kebijakan di bidang kesehatan dengan mendorong kemandirian RSUD Besemah Kota Pagar Alam sebagai LTD dari setingkat Kantor menjadi setingkat Badan dengan mengeluarkan Peraturan Daerah Nomer 6 Tahun 2003, namun perlu dilakukan upaya-upaya untuk memenuhi persyaratan tersebut mengingat kemarnpuan dari segi sarana dan prasarana, kemampuan pelayanan maupun ketenagaan yang dimiliki RSUD Besemah belum mencukupi untuk menjadi setingkat Badan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang seharusnya menjadi dasar peningkatan status RSUD Besemah dari kantor menjadi Badan, baik komponen faktor ekstemal dan faktor internal. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa proses perubahan RSUD Besemah Kota Pagar Alam menjadi Badan belum mempertirnbangkan faktor internal RSUD Besemah.
Kemudian dari hasil penelitian ini diharapkan pada masa yang akan datang Pemerintah Kota Pagar Alam dan RSUD Besemah dapat membuat master plan ketenagaan Rumah Sakit, sarana dan prasarana Rumah Sakit sesuai dengan perubahan status RSUD Besernah yang dijadikan setingkat badan, antara lain dengan membuat perencanaan pengembangan SDM, Meningkatkan pengetahuan pejabat Pemerintah Daerah Kota Pagar Alam dalam membuat kebijakan serta melibatkan berbagai pihak dalam membuat kebijakan clan memperhatikan faktor-faktor yang berhubungan dengan kebijakan tersebut.

To follow up Act Number 32nd in the year 2004, Government Regulation Number 8th in the year 2003, Presidential Decree- Number 40th in 2001, and Minister for Domestic Affairs decree number lth in the year 2002 which stated that situated in the region or in the city as regional technical institution (RTD. Based on those reasons, Pagar Ala_m government makes a policy of health to encourage autonomy of Besemah Regional Public Hospital of Pagar Alarn City as regional Technical Institution (RTI). Besemah Regional Public Hospital of Pagar Alam City still has poor capacity of means and infrastructure, low service quality, low human resources performance to be an Agency or Institution. Threfore, it is necessary to undertake efforts to meet requirements to be in the same level with Agency or Institution.
The objective of this research is to know any factors that should be the basic to change Besemah Regional Public Hospital to be an Agency or institution, both external and internal factors. These research uses Qualitative approach. Indepth interview and explore references are the techniques used in this research to collect data. In this research found that the process to change Besemah Regional Public Hospital to be an Agency or institution is not consider yet. Internal factors of Besemah Regional Public Hospital such as human resources, meas, and infrastructures.
Hopefully, the results of this research in future that the government of Pagar Al= City and Besemah Regional Public Hospital could make master plan of hospital human resources, means, and infrastructure of hospital accordance with status changes of Besemah Regional Public Hospital to be an Agency or institution. The master plan would cover among others human resources development planning, knowledge improvement of Pagar Alam city Officers to make policy, involved concerned parties in making policy, and other related factors.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34308
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Gustianur Putri
"Penelitian ini memiliki tujuan untuk melakukan segmentasi berdasarkan karakteristik pelanggan yaitu faktor demografis, geografis, psikografis, dan perilaku sebagai dasar dari penetapan target pasar di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Ananda Bekasi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif melalui survey dengan kuesioner terhadap 106 responden. Hasil penelitian menunjukkan pelanggan Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Ananda berusia 31-40 tahun, perempuan, berstatus menikah, pendidikan SMA/Sederajat, pendapatan 2,5-5 juta perbulan, pengeluaran biaya kesehatan kurang dari 500 ribu perbulan, cara tempuh menggunakan kendaraan pribadi, bertempat tinggal di Kecamatan Cakung, mengetahui informasi RS karena kedekatan lokasi, pembiayaan bersumber jaminan, kelas sosial ekonomi menengah ke bawah. Analisis perilaku dan psikografis terbentuk bahwa alasan berobat karena lokasi dan pelayanan. Oleh karena itu, pelayanan yang baik serta fasilitas yang memadai merupakan hal terpenting yang harus ditingkatkan oleh rumah sakit.

This study was to segment based on customer characteristics of demographic, geographical, psychographic, and behavioral factors as the basis for determining the target market of outpatient care at Ananda Hospital Bekasi. This quantitative research using analitical description through a questionnaire survey to 106 respondents. Results showed customers outpatient Ananda Hospital Bekasi age 31-40 years, female, married, education senior high schools, 2,5-5 millions/month income, health expenditure less than 500 hundred thousand/month, originated from Cakung district, hospital information obtained from location proximity, third party payer, middle socioeconomic class and below. Analysis of behavioral and psychographic formed because of the location of medical reason and services. Therefore, a good service and adequate facilities are very important things those must be increased by the hospital."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>