Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 201249 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Evi Yuniawati
"Jika ditinjau dari segi epidemiologi, secara geografis, pada saat ini di dunia diperkirakan terdapat 350 juta pengidap Hepatitis B (carrier), dan hampir 78% di antaranya tinggal di Asia. Indonesia termasuk salah satu wilayah Asia Tenggara, dengan prevalensi Hepatitis B tingkat sedang sampai tinggi.
Di Indonesia imunisasi Hepatitis B mulai diintegrasikan ke da1am Program Pengembangan Imunisasi (PPI) sejak tahun 1997. Pelayanan imunisasi Hepatitis B ini bisa didapatkan di RS Pemerintah / RS ABR1, Puskesmas, Pustu, Posyandu yang telah ditunjuk (Depkes, 1997). Cakupan imunisasi Hepatitis B pada bayi usia 0-7 hari di Jawa Timur masih rendah, yaitu 59,30 persen (2005), di Jawa Barat balita yang pemah mendapat irnunisasi Hepatitis B adalah 75,60 persen (2006). Hal ini masih jauh dari target yang diharapkan untuk imunisasi Hepatitis B pada bayi berusia 0-7 hari adalah 90 persen.
Pemberian imunisasi Hepatitis B sangat erat kaitannya dengan penolong persalinan, karena untuk mendapatkan imunisasi Hepatitis B sedini mungkin, diperoleh dari tenaga kesehatan. Di Indonesia masih banyak ditemukan persalinan yang bukan ditolong oleh tenaga kesehatan. Persalinan terakhir yang terjadi pada keluarga-keluarga di Jawa Barat yang dilakukan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2005 sebesar 61,27 persen turun menjadi 56,64 persen pada tahun 2006. Pada tahun 2005, persentase persalinan yang ditolong oleh &Awn mengalami peningkatan sebesar 5,19 persen, sementara yang ditolong oleh tenaga kesehatan turun sebesar 4,63 persen (BPS Jabal., 2006). Sedangkan di Jawa Timur dalam cakupan program kesehatan tahun 2003-2005 pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan mengalami peningkatan, yaitu sebesar 82,73% pada tahun 2003, 84,06% pada tahun 2004, dan sebesar 86,10% pada tahun 2005.
Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya hubungan antara penoIong persalinan dengan pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi berusia 0-7 hari setelah dipadankan (matching) oleh variabel umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, tempat persalinan, dan kabupaten daerah tempat tinggal yang berperan sebagai variabel confounder Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari survey data dasar ASUH. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Pernilihan sampel pada penelitian ini mengikuti metode 30-cluster WHO. Dalam studi ini cluster adalah desa dengan kriteria perabagian cluster berdasarkan jumlah penduduk (probability proportionate to size). Dengan menggunakan c-survey didapatkan sejumlah desa di tingkat kabupaten di pilih secara acak 15 ibu per cluster sehingga memenuhi jumlah sample 450 untuk satu kabupaten. Responden adalah ibu yang memiliki bayi kandung di bawah satu tahun di wilayah studi terpilih. Jumlah sampel yang berhasil dikumpulkan adalah 2687 responden_ Berdasarkan basil perhitungan di atas dengan jumlah 2687 responden, rnaka didapatkan kekuatan ujinya sebesar 99% pada a---- 5 %, design effect --- 2 dan Pl- P2 = 20%.
Analisis data terdiri dari analisis univariat, analisis bivariat dan multivariat. Analisis bivariat rnengunakan uji chi square untuk melihat hubungan variabel independen dengan variabel dependen, sedangkan analisis multivariat dengan menggunakan Propensity Score Matching untuk melihat hubungan variabel independent dengan variabel dependent secara bersarna-sarna setelah dikontrol oleh confounding.
Hasil penelkian menunjukkan adanya hubungan yang bernaakna antara penolong persalinan dengan pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi usia 0-7 had setelah dipadankan oleh variabel confounding dengan analisis PSM bila menggunakan alogaritma pemadanan Caliper dengan nilai RR 1,86 dengan nilai p < 0,05.
Berdasarkan penelitian ini disarankan untuk penyusun kebijakan diharapkan dapat meningkatkan cakupan imunisasi Hepatitis B pada bayi 0-7 hari dengan cara meningkatkan cakupan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan, juga untuk mengunakan alogaritma pemadanan yang lain pada penelitian selanjutnya dan diharapkan adanya penelitian lebih lanjut oleh peneliti lain karena masih sangat jarang penelitian yang mencari hubungan antara penolong persalinan dengan pemberian imunisasi Hepatitis 13 pada bayi usia 0-7 hari dengan variabel yang lain dan juga penelitian dengan menggunakan analisis Propensity Score Matching dengan alogaritma pernadanan yang lain.

In EpidemioIogic view, as geographic, at this time in the world there is 350 million people carrier of Hepatitis B, and almost 78% lived in Asia_ Indonesia is one of the South East Asia Region., with Hepatitis B prevalence mild to severe. In Indonesia, Hepatitis B immunization has begun to be integrated into Immunization Developing Program (PP1) since the year 1997. Hepatitis B immunization services can be obtained from government hospitals / military hospitals, public health centers, pustu, posyandu, which have been appointed. Hepatitis B immunization coverage for infants aged 0-7 days in East Java is still low, 59.30% whilst in West Java, children under 5 years of age who have been immunized Hepatitis B before is 75.60%. This is far from the expected target for Hepatitis B immunization in infants aged 0-7 days, which is 90%.
Administration of Hepatitis B immunization is closely related to delivery care attendants, because to obtain Hepatitis B immunization early, it's through health care professionals. In Indonesia, there are still many deliveries not done by health care professionals. The latest deliveries of families in West Java which were performed by health care professionals happened in 2005 as many as 61,27% had decreased to 56.64% in 2006. In 2005, delivery percentage done by "dukun" had experienced an increase of 5,19% whilst delivery percentage done by health care professional had decreased by 4,63% (BPS Jabar, 2006). Whereas in East Java, health program coverage for the year 2003-2005 showed that delvery care done by midwives or health care professionals had experience an increase as many as: 82,73% in 2003, 84,06% in 2004, and 86,10% in 2005.
The objective of this research is to determine the association between delivery care attendants and administration of Hepatitis B immunization to infants aged 0-7 days after being matched by the following variables: mothers'age, mothereeducation, mothers' occupation, places of delivery / labour, and regional district of residency, which act as confounding variables.
This research is done using secondary data from basic survey data ASUH. The study design used is cross sectional. Sample selection in this research follow the 30- cluster method of WHO. In this study, the cluster is a village whose criteria of cluster division id based on the number of people (probability proportionate to size). survey is obtained a certain number of villages. In the village stage, 15 mothers per cluster are randomly selected, so that it will satisfy the required number of samples of 450 for I district. Respondents are biological mothers of infants under 1 year of age in the chosen study area. Number of samples managed to be collected are 2687 respondents. Based on the calculation above with 2687 respondents, thus is obtained a strength of study as high as 99% with a = 5%, design effect =2, and Pl-P2 = 20%.
Data analysis consist of univariate analysis, bivariate analysis, and multivariate analysis. Bivariate analysis uses chi-square to observe the association between independent variables and the dependent variable, whereas multivariate analysis uses Propensity Score Matching to observe the association between independent variables and the dependent variable at the same time after being controlled for confounding.
Findings from the research show that there is significant association between delivery care attendants and administration of Hepatitis B immunization to infants aged 0-7 days after being matched confoundings variables with Propensity Score Matching analysis if using caliper matched alogarithin with RR 1,86 and p value <0.05.
Based on this research, it's advice for policy maker to hopefully be able to increase the coverage for Hepatitis B immunization in infants 0-7 days by way of increasing the coverage of delivery care attendants done by health professionals, to use other matching algorithm for the next research and hopefially further researches are done by other researches because there is still hardly any research conducted to determine the association between delivery care and administration of Hepatitis B immunization in infants aged 0-7 days with other variables as well as other reseaches using Propensity Score Matching analysis with different kinds of matching algorithm.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2007
T33899
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Jajuli
"Tahun 2003, kelangsungan pemberian ASI eksklusif di tiga Kabupaten (Cirebon, Cianjur dan Ciamis) Propinsi Jawa Barat masih rendah, yaitu 0,06%. Rendahnya kelangsungan pemberian ASI eksklusif ini diperkirakan karena belum dilakukan kajian ilmiah mengenai kelangsungan pemberian ASI eksklusif secara komprehensif dengan metode yang memadai secara substansial. Oleh karena itu karena itu dilakukan penelitian dengan metode yang memadai dengan analisis survival untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelangsungan pemberian ASI eksklusif.
Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif pada 1339 orang ibu menyusui yang terdapat di tiga kabupaten (Cirebon,Cianjur Dan Ciamis) Propinsi Jawa Barat pada tahun 2003. Analisis yang digunakan adalah analisis survival.
Penelitan ini mendapatkan hasil bahwa kelangsungan pemberian ASI eksklusif di tiga Kabupaten (Cirebon,Cianjur dan Ciamis) Propinsi Jawa Barat adalah 0,75%. Penelitian ini menemukan faktor yang berpengaruh terhadap kelangsungan pemberian ASI eksklusif adalah faktor kontrasepsi yang digunakan ibu dan faktor kunjungan ke tenaga kesehatan pada saat neonatal. Faktor kontrasepsi yang digunakan ibu merupakan faktor pencetus ketahanan pemberian ASI eksklusif dengan hazard ratio sebesar 11,5 sedangkan faktor kunjungan ke tenaga kesehatan pada Saat neonatal rnerupakan faktor yang bersifat protektif terhadap kelangsungan pemberian ASI eksklusif dengan hazard ratio sebesar 0,11.
Berdasarkan hal tersebut di atas perlu dilakukan peningkatan penggunaan kontrasepsi non pil bagi ibu yang menyusui, selain itu juga perlu ketegasan pelaksanaan Kepmen No. 237/MENKES/SK/IV/1997 tentang pemasaran susu pengganti serta pemantauan kelangsungan pemberian ASI eksklusif dengan menggunaan KMS. Perlu juga dilakukan penelitian lebih mendalam yang mencakup variabel Iain seperti sisial budaya dengan pendekatan yang lebih memadai untuk dapat menjelaskan kelangsungan pemberian ASI eksklusif.

In 2003, the continuity of exclusive breastfeeding in the three regions (Cirebon, Cianjur, and Ciamis) of West Java Province, which is 0.75%, is still low. This is possibly because scientific evaluation about the continuity of exclusive breastfeeding has never been conducted comprehensively using a method that is substantially adequate. Therefore a research is done using an adequate method of survival analysis to determine the factors which influence the continuity of exclusive breastfeeding.
The study design is retrospective cohort based on 1339 lactating mothers living in the three regions (Cirebon, Cianjur, and Ciamis) of West Java Province in the year of 2003. The analysis used is survival analysis.
Results from the study show that the continuity of exclusive breastfeeding in the three regions (Cirebon, Cianjur, and Ciamis) of West Java Province is 0.75%. This research found factors which influence the continuity of exclusive breastfeeding are contraception used by mothers and visits to health personals during neonatal period. The contraception used by mothers is a trigger factor for persistency in exclusive breastfeeding with a hazard ratio of 11.5 whereas, visits to health personals during neonatal period has a protective effect for persistency in exclusive breastfeeding with a hazard ratio of 0.11.
Based on the findings stated above, there is a need to increase the use of non-pill contraception for lactating mothers. In addition, there is a need for firm implementation of Kepmen No. 237/MENKES/SK/IV/1997 regarding replacement marketing baby milk as well as monitoring the continuity of exclusive breastfeeding by using KMS. A more profound study, which includes other variables such as social culture, with an adequate approach needs to be conducted in order to provide an explanation for the continuity of exclusive breastfeeding.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34586
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Waras Budi Utomo
"There are much research in health sector this time. Some research have goal to asses exposure effect to outcome. Researcher often use regresssion. Regression is a convensional multivariate analysis. Conventional multivariable analyses may not always be the ideal method for estimating treatment effects in observational studies. When there are large differences in the distribution of covariates between treatment groups, adjusting for these differences with conventional multivariable techniques may not adequately balance the groups, and the remaining bias may limit valid causal inference. Adjusted use in the end of regression analysis, some of scientis believe that adjustment can be show.
Goal of this research is to compare the result of convensional multiariate analysis versus propensity score matching analysis in case study of infant immunizanon using Data ASUI-I KAP2 2003. The comparison will use the same model, that make model according logistic regression. Model which be compare is model without interaction ariabel. Modell will be analised with propensity score matching.
Result of research is there is different betwen Odds Ratio from logistic regwession analysis and Odds Ratio from propensity score matching analysis. The value OR from logistic regression is 0,9898, and the value OR from propensity score matching is 0,9656. Propensity score matching succes make matching 574 sample or 68,27%. The differen is not big bacause effect the confounder are not big. For look effect exposure ar risk factor model its better use PSM because it can reduce selection bias.if you want to analysis determinan factor model, where there are much independent vaiiabel its better use logistic regression analysis because the variabel have same position."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34533
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pad Yadipa Nasrul Khatab
"Hepatitis B merupakan penyakit peradangan hati yang disebabkan virus Hepatitis B, menduduki peringkat kedua di dunia sebagai agent penyebab kanker pada manusia setelah tembakau sedang di Indonesia peringkat ketiga terbesar di dunia dengan prevalensi 2,50%-36,17%. Angka cakupan imunisasi Hepatitis B 0-7 hari di Propinsi Sumatera Barat tahun 2005 adalah 42,2%, di Kabupaten Padang Pariaman 23,86% dan di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Alung mencapai 1,07% dari 80% target Nasional.
Tujuan penelitian untuk memperoleh informasi mendalam tentang perilaku ibu dan faktor yang menunjang dan menghambat dalam pemberian imunisasi Hepatitis 13 pada bayi 0-7 hari di Puskesmas Lubuk Alung. Penelitian ini merupakan penelitian Kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam terhadap informan kunci (seorang Kasie P2M, seorang Wasor Imunisasi, seorang Kepala Puskesmas, seorang Juru Imunisasi, tiga bidan, tiga kader posyandu dan dua dukun bersalin) dan informan (enam ibu yang bayinya diimunisasi Hepatitis B pada umur 0-7 hari, enam ibu yang bayinya diimunisasi Hepatitis B di atas tujuh hari dan tujuh ibu yang bayinya belum diimunisasi Hepatitis B)
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik (umur dan paritas), pengalaman masa lalu, tempat persalinan, penolong persalinan, media infomasi dan dukungan keluargalmasyarakat sangat mempengaruhi perilaku ibu terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi 0-7 hari. Selain itu pengetahuan semua informan ibu masih kurang tentang imunisasi Hepatitis B pada bayi 0-7 hari. llmumnya intorman hersikap positif terhadap pemberian imunisasi. Adanya kepercayaan masyarakat setempat kalau bayi yang berumur dibawah umur 40 hari tidak botch dibawa keluar rumah karena dipercaya bayi bisa terkena Palasik. Pengalaman imunisasi ibu, persepsi terhadap jarak tempat pelayanan imunisasi dan biaya imunisasi tidak mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi 0-7 hari.
Dari hasil penelitian disarankan perlunya pembinaan terhadap bidan balk yang ada di puskesmas maupun di desa serta koordinasi dengan 113I, 1DAI dan POGI yang berperan sebagai orang yang kontak pertama terhadap bayi barn lahir, meningkatkan sosialisasi pentingnya melaksanakan KNI, meningkatkan advokasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman dan Pemda untuk memperoleh dukungan politis, bantuan teknis dalam pencarian dana yang mendukung kelangsungan program imunisasi Hepatitis B pada bayi 0-7 hari, melaksanakan pelatihan imunisasi Hepatitis B kepada petugas kesehatan dan penyebarluasan informasi tentang imunisasi Hepatitis B pada bayi 0-7 hari dengan meningkatkan wawasan dan pengetahuan semua pihak terutama masyarakat melalui televisi dan poster.

Hepatitis B is a liver inflammatory disease that caused by Hepatitis B virus, which sat in world second rank as agent that cause cancer on human after tobacco, while Indonesia sat as world third rank with prevalence 2,50% - 36,17%. Range number of Hepatitis B immunization 0-7 days in West Sumatra Province year 2005 is 42,2%, in Padang Pariaman Regency 23,86% and in Lubuk Alung Puskesmas working area reach 1,07% from 80% National target.
Research objective is getting circumstantial information toward mother behavior and factor that supporting and pursuing in giving Hepatitis B immunization to 0-7 days baby in Lubuk Aiung Puskesmas. This research is Qualitative research using circumstantial interview toward key informants (a P2M Kasie, a Immunization Wasor, a Puskesmas Chief, a Immunization Worker, three midwife, three posyandu cadre and two give birth shaman) and informants (six mother with baby that Hepatitis B immunized in 0-7 day's, six mother with 0-7 day's baby that not yet Hepatitis B immunized).
Research result shows characteristic (age and parity), past experience, give birth place, give birth helper, information media and public/family support that was very influencing mother behavior toward giving Hepatitis B immunization to 0-7 day's baby.
Commonly, informant act positively toward giving immunization. The existence of local public believe that baby under 40 days age should not brought out from home because believed that the baby could got Palasik. Mother immunization experience, perception toward immunization service distance, and immunization cost not affecting mother behavior in giving Hepatitis B immunization to 0-7 day's baby.
From research result, suggest improvement toward midwife whether in Puskesmas and in village and coordination with IBI, IDAI, and POGI that role as first person do contact with newborn baby, to improve the importance of socialization KN1 conducted, improving advocate from Health Agency of Padang Pariaman Regency and Pemda to get political support, technical support in searching fund that support Hepatitis B immunization to 0-7 day's baby occurrence, do Hepatitis B immunization training to health officer and spreading information toward Hepatitis B immunization to 0-7 day's baby by improving perception and knowledge of all people thorough television and poster.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19109
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rozalina
"Penyakit hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang membahayakan dan menjadi masalah kesehatan utama diseluruh dunia. Salah satu cara untuk pemberantasan penyakit hepatits B adalah pencegahan dengan imunisasi. Cakupan imunisasi hepatitis B di Puskesmas Sukamara tahun 2011 adalah 59%, dibawah target yang ditetapkan (80%).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari di wilayah kerja Puskesmas Sukamara. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sukamara tahun 2012 terhadap 120 ibu rumah tangga yang mempunyai bayi umur 0-11 bulan. Desain penelitian menggunakan studi cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan sebaran pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi (0-7 hari) adalah sebesar 31,7%.
Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi (0-7 hari) dengan pendidikan ibu, pekerjaan, kepercayaan, tempat persalinan, dukungan suami dan kunjungan neonatal.

Hepatitis B is an one way that infection diseas dangerious and to become health problem entire word excellend. One way to fight against hepatitis B diseas is prevention using immunization. Immunization coverage of hepatitis B Puskesmas Sukamara in 2011 is 59%, below the target set (80%). The purpose of this study determine factors related to hepatitis B immunization in infants 0-7 days at Puskesmas Sukamara in 2012.
This research was conducted in Puskesmas Sukamara in 2012 against 120 housewife of babies aged 0-11 months. The study desaign was cross sectional. The research result obtained that immunization for hepatitis B of 31,7%.
The result of bivariate analysis showed a significant relationship between hepatitis B immunization in infant 0-7 days with the mother education, profession, belief, birth place, husband support, and the neonatal visits.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmala M. Saleh
"Data cakupan imunisasi Hepatitis B 0 (0-7hari) di desa Mangeloreng mempunyai cakupan terendah pada tahun 2011 yaitu sebanyak 45,5%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor pemudah,faktor pemungkin, dan faktor penguat dengan perilaku ibu dalam memberikan imunisasi Hepatitis B 0 pada bayi 0-7 hari. Desain yang digunakan adalah cross sectional. Populasi dalam penelitian adalah bayi berumur 0-12 bulan di Desa Mangeloreng yang berjumlah 52 orang. Sedangkan pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah total populasi. Analisis data dilakukan secara univariat dan deskriptif. Dari hasil penelitian didapatkan ibu yang memberikan imunisasi Hepatitis B 0 adalah 92,3%.

Hepatitis B 0 immunization coverage data (0-7days) in the Mangeloreng village area has the lowest coverage in 2011 as many as 45.5%. This study aims to picture of the between predisposing factors, enabling factors and reinforcing factors in maternal behavior in providing the Hepatitis B 0 immunization (0-7 days) in infants 0-12 months. The design used was cross-sectional. Population in the study were infants aged 0-12 months in the Mangeloreng village numbering 52 people. While the selection of the sample in this study is the total population. Data analysis was performed by Univariate and description. From the result showed that mothers provide Hepatitis B 0 immunization was 92.3%."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sondang, Mei
"Data Dinas Kesehatan Kab. Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara, menunjukkan bahwa cakupan Imunisasi Hepatitis B 0 Tahun 2009 sebanyak 36 % dan di Puskesmas Gonting Mahe Kecamatan Sorkam hanya 7 %, tahun 2010 15,4%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara factor pemudah (umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap), faktor pemungkin (frekuensi ANC, tempat persalinan, penolong persalinan, keberadaan bidan desa) dan faktor penguat (keterpaparan media informasi, dukungan suami, dukungan petugas kesehatan, dukungan tokoh masyarakat) dengan perilaku ibu dalam memberikan imunisasi Hepatitis B 0 (0-7 hari) pada bayi 8 hari-12 bulan. Desain yang digunakan adalah cross sectional, dengan wawancara dan menggunakan instrumen kuesioner yang telah diuji coba. Populasi dalam penelitian ini adalah bayi berumur 8 hari sampai 12 bulan di Puskesmas Gonting Mahe yang berjumlah 130 orang. Sedangkan pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah total populasi. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat (menggunakan uji chi square dengan 9=0,05).
Dari hasil penelitian didapatkan ibu yang memberikan imunisasi Hepatitis B 0 ada 12,3%. Faktor yang berhubungan secara signifikan dengan perilaku ibu adalah pengetahuan ibu (p=0,001), sikap ibu (p=0,000), tempat persalinan (p=0,001) dan dukungan tenaga kesehatan (p=0,025). Sedangkan faktor yang tidak berhubungan dengan perilaku ibu adalah umur, pekerjaan, pendidikan, frekuensi ANC, penolong persalinan, keterpaparan media informasi, dukungan suami, dukungan tokoh masyarakat. Dari hasil analisis ini disarankan untuk meningkatkan efektifitas program pemberian imunisasi hepatitis B 0 (0-7 hari) di wilayah kerja Puskesmas Gonting Mahe.

Health service data of central Tapanuli District, showed that Hepatitis B 0 Immunization in 2009 coverage as much as 36% and Public Health Center Gonting Mahe, Sorkam district only 7%, in 2010 as much as 15.4 %. This study aims to analyze the corelation between predisposing factors (age, education, occupation, knowledge, attitude), enabling factors (frequence of ANC, delivery place, birth attendants, the village midwife) and reinforcing factors (exposure information media, husband support, health workerst support, community leaders support) with the behaviour of mothers in providing the Hepatitis B 0 Immunization (0-7 days) in infant 8 days-12 months The design used was cross sectional, with interview and questionnaire instruments that have been tested. The population in this study were infants aged 8 days to 12 months in Public Health Center Gonting Mahe, amounting to 130 people while the selection of the sample in this study is the total population. Data analysis was done using univaraite and bivariate (chisquare test, 8=0,05).
From the results, mother who provide Hepatitis B 0 Imunization is 12.3%. Factors significantly associated with maternal behaviour is the knowledge of mothers (p=0.001), maternal attitude (p=0.000), delivery place (p=0.001) and health workers support (p=0.025). While the factors that are not associated with maternal behaviour are age, occupation, education, frequency of antenatal care (ANC), birth attendants, exposure to information media, husband suggested to increase the effectiveness of Hepatitis B 0 Immunization in Public Health Center.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S299
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sukrisno
"Penyebaran Hepatitis B dapat dicegah dengan pemberian imunisasi Hepatitis B yang dimulai dari bayi baru lahir usia 0-7 hari (HB 0). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan akses imunisasi HB 0 di Indonesia. Studi dengan desain potong lintang ini menggunakan data Susenas 2016 dan Podes 2014. Sampel adalah bayi dari wanita yang pernah menikah berumur 15-49 tahun dan melahirkan bayi dengan berat lahir ≥ 2,5 Kg pada dua tahun sebelum survei dengan jumlah responden 18.407 individu. Hasil penelitian menunjukkan 59,63% bayi memanfaatkan imunisasi HB 0. Analisis regresi logistik (logit) menunjukkan variabel pendidikan, jarak, umur ibu, wilayah tempat tinggal, regional, tempat lahir bayi dan penolong persalinan berhubungan dengan akses imunisasi HB 0. Bayi yang dilahirkan di fasilitas kesehatan dan ditolong oleh tenaga kesehatan memiliki peluang yang lebih baik. Disarankan untuk meningkatkan upaya promosi kesehatan, kemitraan tenaga kesehatan dan mendorong ibu hamil untuk bersalin di fasilitas kesehatan dan ditolong oleh tenaga kesehatan.

One of the efforts to prevent Hepatitis B infection is to give Hepatitis B birth-dose vaccine to infants at age 0-7 day (HB 0). This research aimed to analyze factors related to the access of HB 0 vaccinations in Indonesia. This cross-sectional study was using Susenas 2016 and Podes 2014 data, sample size was 18.407 babies of married women whose age between 15-49 years and gave birth baby birth weight ≥ 2,5 Kg in the last two years before the survey was done. About 59,63% infants accesses HB 0 vaccination. Logistic regression analysis model (logit) resulted marginal effects which showed variabel of age and education of the mother, region, place of birth, distance and birth attendants had relationship with access the HB 0 vaccination. To increase the HB 0 vaccination coverage, it is recommended that the government or the policy makers should improve programs and acess through health promotions, partnerships among health personnels, as well as encourage facility-based delivery."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T53806
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Suandi
"Pemberian imunisasi hepatitis B kepada bayi sedini mungkin (usia bayi 0-7 hari) atau yang lebih dikenal dengan istilah HB-1 dini, menjadi prioritas Program Imunisasi hepatitis B, karena hal ini akan memberikan perlindungan segera bagi bayi tersebut dari infeksi virus hepatitis B dan dapat mencegah infeksi yang sudah terjadi (melalui penularan perinatal) berkembang menjadi kronis.
Di Kabupaten Majalengka, HB-1 dini masih sangat sulit dilaksanakan terbukti dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka pada tahun 2000 dari 94 % bayi yang mendapat imunisasi hepatitis B yang pertama, hanya 6,28 % yang melaksanakannya pada usia dini. Dalam upaya meningkatkan jumlah bayi yang mendapatkan HB-1 dini, peran penolong persalinan menjadi sangat diharapkan karena penolong persalinan merupakan orang yang pertama kontak dengan bayi dan sulitnya menemukan bayi usia 0-7 hari di tempat pelayanan kesehatan seperti puskesmas, puskesmas pembantu ataupun di posyandu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penolong persalinan terhadap kontak pertama imunisasi hepatitis B di Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka tahun 2001 dan faktor-faktor lain yang turut mempengaruhinya. Rancangan penelitian menggunakan kasus kontrol tanpa matching dengan jumlah sampel kasus sebanyak 193 orang (sesuai. dengan jumlah bayi yang mendapatkan HB-1 dini di Kecamatan Talaga periode Agustus-Desember tahun 2000, dan kontrol yang diambil secara acak dari bayi yang mendapatkan HB-1 tidak pada usia dini juga 193 orang, sehingga total sampel menjadi 386 orang. Pengolahan data menggunakan analisis univariat, bivariat dan unconditional logistic multiple regression dengan perangkat lunak stata versi 6.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penolong persalinan berpengaruh terhadap kontak pertama imunisasi hepatitis B bayi yaitu ibu yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan bayinya mempunyai peluang 3,3 kali lebih besar untuk mendapatkan HB-1nya pada usia dini dibanding bayi dan ibu yang persalinannya ditolong oleh bukan tenaga kesehatan setelah dikontrol variabel status pekerjaan ibu dan sikap ibu tentang imunisasi hepatitis B (OR: 3,32., 95% CI: 2,07 - 5,32). Dan bayi dari ibu yang persalinannya dilakukan di sarana kesehatan mempunyai peluang 1,6 kali lebih besar untuk mendapatkan HB-1nya pada usia dini dibanding bayi dari ibu yang persalinannya dilaksanakan bukan di sarana kesehatan (OR: 1,62., 95% CI: 1,05 - 2,49). Sedangkan umur, pendidikan, riwayat pemeriksaan kehamilan/ antenatal care (ANC) dan pengetahuan ibu tentang imunisasi hepatitis B pengaruhnya tidak bermakna.
Untuk meningkatkan jumlah bayi yang mendapatkan HB-1 pada usia dini perlu ditingkatkan kerjasama dengan tenaga kesehatan yang menolong persalinan (dokter ahli kebidanan, dan bidan) untuk dapat memberikan penyuluhan mengenai imunisasi hepatitis B dan pentingnya imunisasi tersebut diberikan sedini mungkin kepada ibu-ibu hamil saat memeriksakan kehamilannya dan memanfaatkan kesempatan kontak dengan bayi untuk memberikan pelayanan imunisasi hepatitis B.

The Influence of Birth Attendant to the First Contact Hepatitis B Immunization Infant in Talaga District of Majalengka Regency in 2001Hepatitis B immunization in infant early in life (age 0 - 7 days) well-known as early HB-1 becomes the priority of the hepatitis B immunization program, because it will protect the infants from hepatitis B virus infection and it can prevent the already infected (perinatal transmission).
In Majalengka Regency, early HB-1 is still very difficult to do. Evaluation result held by Departement of Health Majalengka Regency in 2000 that revealed from 94% infants who got their hepatitis B immunization of hepatitis B, only 6,28% got in early age (0-7 days). In trying to increase the number of infants to get early HB-1, the role of birth attendant becomes to be expected because the birth attendant is the first person who contact the baby and it is so hard to find the baby 0 - 7 days age in the community health centre, sub community health centre or integrated health post ("posyandu").
The aim of the study is to know the influence of the birth attendant to the first contact of hepatitis B immunization infant in Talaga District Majalengka Regency and the influenced other factors.
The research method uses unmatched case-control with the 193 babies as the number of the case sample (in accordance with the number of babies who get early HB-1 in Talaga District period August - December 2000), and a random control taken from the the baby who get the HB-1 not in early age for 193 babies also. So that the sample total is 386 persons. The data processing uses univariat, bivariat and unconditional multiple logistic regression analysis with software stata version 6.0.
The study result shows that the mother whose delivery her baby by health provider has more opportunity for 3,3 times to get early HB-1 than those are not by health provider, after being controlled by mother's occupation and its attitude on the hepatitis B immunization (OR: 3, 32, 95% CI: 2, 07-5, 32). And the mother whose are delivery her baby in a medical centre has more opportunity for 1, 6 to get early HB-1 than those whose are not held in medical centre (OR: 1, 62, 95% CI: 1, 05-2, 49). Whereas the influence of age, education, ante natal care and the mother's knowledge on the hepatitis B immunization are not significant.
To improve the number of early HB-1. It is important to increase the collaboration with the health provider (Obstetrician, midwife) to the promotion of hepatitis B immunization to the pregnant women when their ante natal care visited, and the advantage of opportunity to contact the baby to get the hepatitis B immunization."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T 8439
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harni
"Pemanfaatan penolong persalinan yang tepat merupakan mata rantai dari upaya peningkatan keamanan persalinan. Di wilayah kerja Puskesmas Pamanukansudah memiliki enam orang bidan yang memberikan pelayanan persalinan (praktek swasta), namun demikian pemanfaatan dukun sebagai penolong persalinan lebih banyak dari pada pemanfaatan bidan.
Tujuan penelitian ini ingin mendapatkan informasi tentang hubungan antara karakteristik sosio demografi (yang meliputi : ' umur, pendidikan, pendapatan, paritas), pengetahuan dan sikap ibu dengan pemanfaatan penolong persalinan, serta alasan-alasan apa yang melatarbelakangi pemanfaatan penolong persalinan tersebut.
Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode survey cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan diskusi kelompok terfokus dan observasi. Basil analisis kualitatif dipergunakan untuk mendukung /melengkapi hasil analisis kuantitatif.
Populasi pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang melahirkan anak terakhir pada kurun waktu bulan Januari -- Juli 1993 yang pada saat pengumpulan data masih berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Pamanukan. Jumlah populasi 377, jumlah sampel 198. Cara pengambilan sampel dengan sistimatis random sampling.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa : (1) Tidak ada hubungan antara umur ibu dengan pemanfaatan penolong persalinan. (2) Makin baik pendidikan ibu akan memanfaatkan bidan sebagai penolong persalinan. (3) Makin baik pendapatan ibu akan memanfaatkan bidan sebagai penolong persalinan. (4) Ibu yang mempunyai paritas berisiko akan memanfaatkan bidan sebagai penolong persalinan. (5) Makin baik pengetahuan ibu akan memanfaatkan bidan sebagai penolong persalinan. (6) Makin baik sikap ibu akan memanfaatkan bidan sebagai penolong persalinan. Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa alasan responden memanfaatkan dukun sebagai penolong persalinan karena lebih percaya, tempatnya dekat, bayarannya murah, dapat memandu upacara adat istiadat dan dapat terjangkau dari segi sosial. Alasan responden memanfaatkan bidan sebagai penolong persalinan karena lebih percaya dan alatnya lengkap serta bidan dapat menolong bila ada kelainan.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara pengetahuan dengan pemanfaataan penolong persalinan mempunyai tingkat keeratan yang paling kuat dibandingkan dengan pendidikan, pendapatan, paritas dan sikap. Demikian juga pemanfaatan penolong persalinan juga dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi, kepercayaan atau kondisi sosial budaya yang telah mengakar pada masyarakat serta pengaruh dari suami dan orang tua.
Mengingat bahwa pengetahuan mempunyai keeratan hubungan yang paling kuat, disarankan untuk peningkatan pengetahuan ibuibu tentang persalinan dan penolong persalinan adalah penting, sehingga penyuluhan kesehatan berkenaan dengan hal tersebut perlu ditingkatkan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>