Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159631 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anindya Pradhana
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi industri perbankan Indonesia sebelum dan setelah adanya Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dengan menggunakan stochastic frontier approach. Penelitian ini dilakukan terhadap 17 bank yang ada di Indonesia, yang terdiri dari Bank BUMN dan Bank Umum Swasta Nasional. Data laporan keuangan diperoleh dari website Bank Indonesia dengan periode penelitian dari Januari 2001 hingga Desember 2006.
Metode penelitian ini menggunakan metode stochastic frontier approach, metode tersebut di analisis dengan program frontier 4.I. untuk memperoleh skor efisiensi biaya. Pendekatan variabel yang digunakan adalah pendekatan intermediasi, dengan variabel input sebagai berikut beban umum dan administrasi, aktiva tetap, dan dana pihak ketiga. Sedangkan variabel output yang digunakan adaJah total kredit yang diberikan, surat berharga yang dimiliki, danjumlah pendapatan operasionaJ.
Setelah dianaJisis menggunakan metode stochastic frontier approach. maka skor efisiensi tersebut di Uji perbedaannya dengan kineJ.ja perbankan, hasilnya adaJah terdapat peningkatan yang signifikan antara efisiensi sebelum dan setelah adanya API. Pada Hasil peuilaian kinerja perbankan dengan menggunakan metode CAMEL, menuqjukkan bahwa setelah adanya API terdapat perbedaan yang signifikan pada Aspek Capital Adequancy, Aspek Earnings, dan Aspek Liquidity, sedangkan Aspek Asset Quality, Aspek Management tidak menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Sedangkan basil Uji Korelasinya keduanya, menyatakan bahwa antara skor efisiensi dengan kineija perbankan, tidak ada korelasi, sehingga penilaian rasio keuangan yang bersifat melengkapi informasi kinerja perbankan.

The purpose of this paper is to determine the efficiency of the industry in Indonesia prior and after the establishment of the Indonesian Architecture (API) by using a stochastic frontier approach. The study on this paper is being conducted through 17 banks in Indonesia, which mainly consist National Owned Banks (BUMN) and privatized banks, where all financial data are gathered through indonesian sesuai bank's fB/i website bv using the period between Januari 2001 to December 2006.
As mentioned above, the study is using a stochastic frontier method a frontier 4.1 software/ program tool. The tool has been used to gather the costing efficiency score. Variables being used consist of input variable - output variable, where input variable consists of genera/liabilities and administration, fixed asset, and third party fonds. Meanwhile the output variable consist of total credit, obligation, and several operational revenues.
After running through the Frontier 4.1 program, which results in efficiency score, it then continued on the testing the influence and correlation between the efficiency score and monetary ratio. Thus the end results of the study would be the statement of whether or not by using the API, it would make a significant and efficient impact for the bank's performance. Besides, it would also state whether the banking cost are significantly correlated with the liquidity debt ratio, which at the end, will show that bank with low efficiency rate pay and finalize its debt.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T29162
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Benny Kristanto
"Karya akhir ini memperlihatkan efisiensi Bank Bukopin sebelum dan setelah Initial Public Offering (IPO), menggunakan pendekatan parametrik Stochastic Frontier Approach, untuk melihat apakah IPO dapat memacu peningkatan efisiensi. Membandingkan 39 decision making unit (DMU): satu unit Jakarta, tujuh cabang kelas A, empat cabang kelas B, 22 cabang kelas C, dan lima cabang syariah.
Hasil pengolahan data memperlihatkan tidak ada DMU Bank Bukopin yang memiliki skor 1 (efisien secara teknikal), baik sebelum maupun setelah IPO, Efisiensi teknikal Bank Bukopin setelah IPO lebih baik dibandingkan sebelum IPO. Mean efficiency meningkat dari 0.97946245 menjadi 0.98661037. Karya akhir ini juga memperlihatkan profil peringkat efisiensi DMU Bank Bukopin.

This paper exhibit the efficiency of Bank Bukopin before and after Initial Public Offering (IPO), using parametric approach Stochastic Frontier Approach, to know whether IPO push its efficiency raised. Comparing 39 decision making unit (DMU): Jakarta, seven A class branches, four B class branches, 22 C class branches, and five sharia branches.
The result show that there is no Bank Bukopin DMU got the perfect score 1 (technically efficient), whether before nor after IPO. Technical efficiency of Bank Bukopin after IPO is better than before IPO. Mean efficiency raised from 0.97946245 to 0.98661037. This paper also show the efficiency rank profile of Bank Bukopin DMU."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T25538
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dhanu Sukma Utomo
"Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi perbankan Indonesia baik dari segi biaya maupun profit serta melihat pengaruh rasio modal terhadap inefisiensi biaya dan profit dengan menggunakan Stochastic Frontier Analysis (SFA) one-step regression. Data dalam penelitian ini terdiri dari 102 bank umum konvensional Indonesia selama periode 2000-2014. Hasilnya adalah efisiensi biaya perbankan mengalami peningkatan sedangkan efisiensi profit berfluktuatif. Rasio modal terlihat memiliki pengaruh yang negatif signifikan terhadap inefisiensi biaya, tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap inefisiensi profit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan semakin ketatnya pengaturan pada rasio modal yang mengharuskan bank untuk memiliki tingkat rasio modal yang besar, maka akan menurunkan tingkat inefisiensi bank dari segi biaya.

This research measures Indonesian banking cost and profit efficiency as well the influence of capital ratio to cost and profit inefficiency by using Stochastic Frontier Analysis (SFA) one-step regression. The data in this research consist of 102 conventional commercial bank in Indonesia during 2000-2014 period. The result is cost efficiency increased, while profit efficiency fluctuated. Capital ratio appear to has significant negative impact on the cost inefficiency, but not significant on profit inefficiency. Therefore, this research can conclude that with increase in capital ratio regulation that requires banks to have large capital ratio, will have lower bank inefficiency in terms of cost.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S64553
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Detri Ratnika Dewi
"Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh preferensi risiko dan Good Corporate Governance terhadap efisiensi biaya bank Syariah yang diukur dengan menggunakan Stochastic Frontier Approach. Sampel penelitian ini adalah 8 Bank Umum Syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan pada tahun 2010-2014. Hasil pengujian menunjukkan bahwa solvabilitas (Equity to Asset Ratio) dan likuiditas (Cash to Asset Ratio) berpengaruh positif, sedangkan kualitas pembiayaan (Not Performing Financing), Good Corporate Governance, dan jumlah anggota dari masing-masing Dewan Komisaris, Direksi dan Dewan Pengawas Syariah tidak berpengaruh signifikan terhadap efisiensi bank Syariah di Indonesia.

This research investigates the effects of risk preferences and good corporate governance on cost efficiency of Islamic Banks listed on Indonesia Financial Service Authority during the period 2010-2014. The cost efficiency score is measured by Stochastic Frontier Approach. The result shows that solvability (equity to asset ratio) and liquidity (cash to asset ratio) have positive and significant effects on efficiency of the banks. However, financing quality (not performing financing), good corporate governance, and member of Executive Boards, Non Executive Boards, and Sharia Supervisory Boards have no significant effect on cost efficiency of the banks.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S62843
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lupita Widyaningrum
"BPJS Ketenagakerjaan sebagai pelaksana Sistem Jaminan Sosial di Indonesia merupakan lembaga yang memiliki fungsi strategis dan berperan penting dalam
meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi teknis Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan di seluruh Indonesia, serta untuk mengetahui faktor faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi teknis dan output BPJS Ketenagakerjaan. Penelitian dilakukan pada sebanyak
325 Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan di Indonesia dengan periode tahun 2014 hingga 2019. Analisis data yang digunakan dalam penelitian untuk mengukur efisiensi
teknis ini adalah dengan fungsi produksi Stochastic Frontier. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan memiliki efisiensi teknis dengan rata-rata bervariasi antara 0,409767 – 0,979056 selama periode 2014-2019.
Variabel yang berpengaruh terhadap inefisiensi teknis BPJS Ketenagakerjaan adalah jumlah peserta, dan variabel yang berpengaruh terhadap output pendapatan asuransi
adalah variabel input jumlah pegawai, belanja modal, dan klasifikasi Kantor Cabang.
Selain itu terdapat temuan menarik bahwa kantor cabang skala yang lebih kecil akan beroperasi lebih efisien dibandingkan Kantor Cabang yang besar. Untuk meningkatkan efisiensi Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan perlu meningkatkan jumlah pegawai,
meningkatkan capital, lebih gencar dalam melakukan sosialisasi untuk akuisisi peserta BPJS Ketenagakerjaan.

BPJS Ketenagakerjaan as the institution implementing Social Security System in Indonesia has a strategic function and plays a vital role in improving welfare economy of the labour in Indonesia. The performance stability of the BPJS Ketenagakerjaan is vital. This study aims to determine the technical efficiency of BPJS Ketenagakerjaan
branch offices throughout Indonesia and determine the factors that affect the technical
efficiency and output of BPJS Ketenagakerjaan. The research was conducted at 325
BPJS Ketenagakerjaan branch offices in Indonesia for the period 2014 to 2019. The
data analysis used in this study to measure technical efficiency is stochastic frontier
production analysis. The results showed that the BPJS Ketenagakerjaan branch office
during 2014-2019 was technically efficient with an average efficiency ranging between
0.609767 - 0.929056. The variables that affect the technical inefficiency of BPJS Ketenagakerjaan is the number of participants, and variables that affect the insurance income output are the input variables for the number of employees, capital expenditures, and branch classes. Interestingly, it has been observed that smaller branch
offices have been operating more efficiently than large branch offices. To increase the BPJS Ketenagakerjaan branch office’s efficiency, it is necessary to increase the number of employees, increase capital, and be more aggressive conducting socialization for acquisitions of member BPJS Ketenagakerjaan.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muzdalifah
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi perbankan syariah dan konvensional pada periode sebelum dan setelah krisis serta mengetahui faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi selama periode penelitian. Dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA), secara signifikan perbankan konvensional lebih efisien daripada perbankan syariah, baik sebelum maupun setelah krisis. Selanjutnya ditemukan juga bahwa pada perbankan syariah, ukuran bank, permodalan, dan tingkat risiko kredit secara signifikan mempengaruhi Overall Technical Efficiency (OTE). Sedangkan Pure Technical Efficiency (PTE) dipengaruhi oleh profitabilitas, ukuran bank, dan permodalan, sementara Scale Efficiency (SE) hanya dipengaruhi oleh ukuran bank dan risiko kredit. Pada perbankan konvensional Overall Technical Efficiency (OTE) secara signifikan dipengaruhi oleh permodalan dan likuiditas. Selanjutnya Pure Technical Efficiency (PTE) dipengaruhi oleh tingkat profitabilitas, risiko kredit, dan likuiditas, sementara itu Scale Efficiency (SE) dipengaruhi oleh permodalan dan likuiditas.

ABSTRACT
This study aims to compare the efficiency of Islamic banks with conventional banks before and after global financial crisis and to know the determinants of the efficiency. By using Data Envelopment Analysis (DEA) method, the study finds that conventional banks are more efficient than Islamic banks over the observation periods. In addition, this study also finds that bank size, capitalization, and credit risk of Islamic banks are significantly influence Overall Technical Efficiency (OTE). Meanwhile Pure Technical Efficiency (PTE) is influenced by profitability, bank size, and capitalization. Scale Efficiency (SE) is influenced by bank size and credit risk. On the other hand, conventional banks? Overall Technical Efficiency (OTE) is significantly influenced by capitalization and liquidity. Furthermore, Pure Technical Efficiency (PTE) is influenced by profitability, credit risk, and liquidity. Scale Efficiency (SE) is influenced by capitalization and liquidity."
2015
S60022
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Susanto
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T36850
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Thia Jasmina
"Sektor keuangan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat cepat terutama setelah deregulasi 1988. Deregulasi 1988 mendorong persaingan antarbank yang semakin ketat, sehingga perbankan dituntut untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitasnya. Skripsi ini mencoba mengukur tingkat efisiensi perbankan Indonesia dan menganalisa apakah deregulasi perbankan 1988 dapat mendorong peningkatan tingkat efisiensi tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan metode fungsi biaya frontier dengan mengambil model Bauer-Humphrey (1992). Pendekatan yang digunakan adalah thick frontier den frontier stokastik dengan menggunakan data panel. Tingkat efisiensi perbankan diukur dengan melihat tingkat inefisiensi teknisnya, yaitu mengukur seberapa jauh perbedaan kondisi perbankan Indonesia yang sebenarnya terhadap suatu kondisi optimum. Dalam pendekatan thick frontier fungsi biaya diestimAsi untuk kelompok sampel bank dengan biaya per aset rendah dan bank dengan biaya per aset tinggi. Diasumsikan bahwa bank dengan biaya rendah merupakan bank yang paling efisien dalam skala efisiensi thick frontier. Perbedaan antara dua fungsi biaya tersebut terdiri dari faktor struktur pasar (seperti perbedaan tingkat output, jenis output dan input, harga input dan aset lain-lain) dan faktor inefisiensi. Sedangkan dalam pendekatan frontier stokastik, fungsi biaya diestimpti dengan menggunakan composed error term yang terdiri dari faktor inefisiensi den random error. Berdasarkan pengukuran tingkat inefisiensi perbankan dengan thick frontier dan dengan frontier stokastik, terlihat bahwa efisiensi perbankan Indonesia meningkat setelah deregulasi 1988. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan rata-rata tingkat inefisiensi teknis perbankan; dari 38,47% menjadi 33,55% dengan pendekatan thick frontier dan dari 49,84% menjadi 39.84% dengan pendekatan frontier stokastik. Dari basil pengukuran dengan thick frontier dapat disimpulkan bahwa tingkat inefisiensi perbankan setelah deregulasi 1988 mengalami penurunan pada tahun 1989 dan 1990, dan kemudian terjadi peningkatan yang cukup tajam pada tahun 1991. Peningkatan ini diperkirakan sebagai dampak dari kondisi ekonomi yang overheated dan kebijakan tight money policy. Dari pengukuran dengan frontier stokastik dapat disimnpulkan bahwa sebelum deregulasi 1988, terdapat perbedaan rata-rata tingkat inefisiensi teknis yang mencolok antara kelompok bank pemerintah, bank swasta nasional dan bank asing. Bank pemerintah mempunyai rata-rata tingkat inefisiensi teknis tertinggi (63,47%), kemudian diikuti oleh bank swasta nasional (48,39%) dan bank asing (43,91%). Kondisi di atas terutama disebabkan oleh kebijakan perbankan sebelum deregulasi 1988 yang memberikan berbagai kelebihan dan fasilitas pada bank pemerintah (seperti subsidi kredit program dan KLBI, monopoli dana deposito BUNT), sehingga bank pemerintah memegang pangsa pasar terbesar dalam perbankan Indonesia. Kurangnya persaingan antarbank pada periode tersebut, menghambat peningkatan efisiensi perbankan dalam menjalankan kegiatannya. Pada periode setelah deregulasi 1988, terjadi penurunan tingkat inefisiensi untuk semua kelompok bank, dimana tingkat inefisiensi teknis bank pemerintah menjadi sebesar 38,31%, bank swasta nasional sebesar 40,30% dan bank acing sebesar 39,54%. Deregulasi 1988 membuka pasax perbankan Indonesia lebih luas. Suasana baru dengan persaingan yang lebih ketat memaksa bank-bank di Indonesia untuk beroperasi lebih efisien. Berdasarkan perhitungan nilai standar deviasi tingkat inefisiensi perbankan, dapat disimpulkan bahwa penyebaran tingkat inefisiensi perbankan Indonesia semakin kecil. Akan tetapi berdasarkan kelompok kepemilikan bank, terlihat bahwa standar deviasi bank pemerintah mengalami peningkatan, sedangkan untuk bank swasta relatif tetap den untuk bank asing mengalami penurunan standar deviasi. Dalam kondisi pasar perbankan yang semakin kompetitif, untuk dapat meningkatkan tingkat efisiensi perbankan Indonesia harus diciptakan suatu kondisi persaingan yang sehat. Dalam hal ini sebaiknya pemerintah menghilangkan kebijakan yang masih membatasi gerak perbankan dan menguntungkan kelompok bank tertentu. Masalah restrukturisasi dan privatisasi bank pemerintah juga merupakan faktor yang patut dipertimbangkan. Di samping itu untuk kelompok bank pemerintah terdapat bank yang sangat efisien dan bank yang sangat tidak efisien. Suatu tindakan ekstrim dapat dilakukan dengan menggabungkan bank-bank pemerintah sehingga bankyang tidak efisien dapat "dibantu" oleh bank yang lebih efisien. Saran ini juga berdasarkan pertimbangan bahwa setelah deregulasi 1988, spesialisasi togas bank pemerintah sudah tidak diperlukan. Di sisi lain, pihak perbankan diharapkan untuk lebih tanggap dalam menghadapi perubahan struktur pasar yang semakin kompetitif, antara lain dengan meningkatkan proses penambahan modal, memperbaharui kemampuan teknis, manajerial dan operasional."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S18959
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Firmansyah Triputra
"Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk muslim terbesar, perbankan syariahnya masihlah berkembang, jika dibandingkan dengan negara-negara islam lainnya perbankan syariah masih terhitung baru di indonesia. Peranan perbankan syariah menjadi penting seiring dengan adanya fenomena globalisasi dan juga krisis ekonomi global yang berdampak pada hampir seluruh negara di dunia. Perbankan syariah dianggap tahan terhadap terpaan krisis. Saat kondisi krisis, efisiensi menjadi penting.
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah perbankan syariah di indonesia sudah beroperasi dengan efisien. Hasil dari penelitian ini adalah, mayoritas bank syariah di indonesia mengalami penurunan tingkat profit efficiency pada periode 2011-2014, walaupun di sisi lain, terjadi peningkatan efisiensi di sisi biaya.

Indonesia as one of the largest Muslim country is still developing sharia banking compared to other islamic countries Islamic banking is still relatively new in Indonesia. Islamic banking becomes an important role along with the globalization and the global economic crisis that affected nearly all countries in the world. Islamic banking is considered resistent to the crisis, when crisis, efficiency becomes important.
This study aimed to investigate whether Islamic banking in Indonesia has been operating efficiently. Results from this study is that majorityof islamic banks in indonesia decreased levels of profit efficiency in the period 2011-2014, although on the other side has an increase in the cost side.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S60515
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinaldi Rustam
"Penelitian tesis ini mencoba menganalisis tingkat efisiensi teknis dari segi biaya bank devisa nasional Indonesia pada periode 1989 -- 1997. Model awal penelitian dikembangkan dari model Bettesse-Coelli yang ditulis kembali oleh Adreas Resti, mengunakan model translog cost function. Metode estimasi yang digunakan adalah metode full information maximum likelihood estimator/ FIMLE.
Metode FIMLE ini jauh lebih baik dari metode informasi terbatas/limited information atau dikenal juga sebagai metode persamaan tunggal, seperti halnya metode OLS, ILS, Two LS, Dsb. Kelebihan metode FIMLE; sensitif dengan adanya kesalahan spesifikasi. Bila ada miss spesifikasi pada persamaan penelitian maka hasil estimasi dengan mengunakan metode ini tidak akan konvergent dan tidak dapat dinalisis. FIMLE merupakan persamaan sistim sehingga metode ini memandang persamaan sebagai suatu kesatuan, bukannya terpisah-pisah secara individu seperti halnya persamaan tunggal.
Kelebihan lain metode FIMLE akan memberikan variance yang paling minimum
dan paling efisien dibanding persamaan tunggal. Sehingga penaksir parameter yang dihasilkan akan memberikan probabilitas signifikan terbesar dibanding mengunakan metode persamaan tunggal lainnya.
Tingkat inefisiensi teknis dari segi biaya didapat melalui dua tahap. Tahap pertama data yang ada diestimasi dengan metode FIMLE, hasil estimasi sebelum dianalisis dilakukan uji klasik, dan diperiksa pemenuhan restriksi biaya. Dari estimasi tahap pertama didapatkan Dari 20 variabel bebas yang diujikan 9 variabel bebas
signifikan mempengaruhi vraibel terikatny yaitu: variabel output fee based income (Iogy3), Biaya Tenaga kerja (logwl), Biaya Modal (logw2), variabel Iogyl *logyl, vari abet logwl *Iogwl,variabel wl*logw2, variabel logyl *logy 2, variabel logyl *logy3, variabel logyl*logy2, dan variabel bebas Ioglogy3*logy3,
Tahap kedua, hasil diatas dikeluarkan nilai residualnya dan dikelompokkan menurut bank. Nilai residual yang telah dikelompokkan kemudian diregesi dengan variabel bebas vektor waktu (0°, t', t2}, Persamaan hasil regresi yang didapat dimasukkan nilai vektor waktu untuk masing-masing tahun sehingga didapatkan "fitted value". Fitted value merupakan skor inefsiensi teknis bank perindividu untuk masing-masing tahun, yang kemudian dapat dicari nilai skor efsiensi teknis pembiayan perbankan secara rata-rata dari tahun 1989 - 1997.
Deegan menerapkan metode pengujian tahap kedua, didapatkan skor inefisiensi teknis bank devisa nasional sebesar 0.177221, bank milik pemerintah 0,142867, dan bank swasta devisa sebesar 0,1881.18. Dui basil empiris tersebut terlihat skor inefisensi perbankan nasioanal adalah rendah, hal «L-aebut sebaliknya berarti tingkat efisiensi teknis dari segi biaya perbankan devisa nasioanal adalah tinggi.
Dari hasil empiris diatas didapatkan tingkat efisiensi teknis dari segi biaya bank pemerintah lebih tinggi dari perbankan milik swasta. Hal tersebut diluar dugaan semula, adapun faktor penyebab diantaranya; masih banyak dana murah disimpan diperbankan pemerintah, karena "captive market" yang dijalankan perbankan pemerintah, dalam hal ini dana BUMN yang disimpan diperbankan pemerintah. Sehingga beban bunga yang harus dibayar perbankan pemerintah menjadi relatif lebih rendah.
Akan tetapi walaupun balas jasa bunga yang tawarkan bank pemerintah relatif rendah namun masyarakat tetap menyimpan dananya di bank pemerintah karena adanya jaminan pemerintah bahwa bank pemerintah tidak akan pernah dibankrutkan. Faktor penyebab lainnya karena besarnya kredit macet yang dihapus bukukan setiap tahunnya.
Hal yang menarik didapatkan dari penelitian empiris ini diantaranya; beberapa bank yang diambil alih pemerintah, bank yang likuidasildibekukan kegiatan usahanya, dalam hal ini diangap tidak efisien dalam operasionalnya, akan tetapi dari segi biaya dari penelitian ini ternyata bank-bank tersebut efisien dengan skor inefsiensi teknis yang rendah, diantaranya; BCA 0,027631 (bank take over) dan bank dilikuidasi diantaranya; BU Servitia 0,044 , BUN 0,0610, Bank Papan 0, 0971, Bank Surya 0,109, BDNI 0,108.
Dari basil empiris diatas berarti pengukuran efisiensi teknis perbankan dari segi biaya total ternyata tidak mampu menjelaskan adanya variasi dalam biaya bank itu sendiri, misalnya tidak mampu menjelaskan adanya pemborosan biaya, besamya biaya kd iena kredit macet, adanya mismanajemen dana, adanya praktek bank dalam bank.
Faktor lain yang diperkirakan penyebab hasil empiris tersebut menjadi berbeda dari yang diharapkan, karena disisi lain kriteria penglikuidasian bank/pengambil alihan bank oleh pemerintah tidaklah konsisten antara suatu periode dengan periude iain. Pada awal penglikuidasian kriterianya adalah; besarnya dana BLBI yang belum dikembalikan, kemudian pemenuhan ketentuan CAR, dsbnya.,
Rata-rata skor inefisiensi teknis 14 bank papan atas sebesar 0,1096945 yang berarti tingat efsiensi teknis dari segi biaya papan atas juga relatif tinggi. Dari penelitian itu juga tingkat inefisiensi perbankan pemerintah papan atas jauh lebih tinggi dibanding perbankan swasta papan atas yakni sebesar 0,142867 sedangkan perbankan swasta papan
atas hanya 0,07652. Rata-rata inefisiensi perbankan swasta nasional papan menengah 0,182041 dan bank papan bawah sebesar 0,197991 Hal tersebut berarti secara rata-rata tingkat efsiensi bank devisa berdasarkan pengelompokkan assetnya juga tinggi. Dari basil empiris diatas juga didapat tingkat efisiesi bank papan atas yang relatif lebih tinggi, hal tersebut diperkirakan terutama karena bank papan atas dapat lebih menekan beban biayanya dengan semakin retaif lebih banyaknya kantor cabang, lebih luasnya daerah cakupan dan relatif tingginya tingkat teknologi perbankan yang diterapkan.
"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T20592
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>