Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191829 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Susan Oktiwidya Ananda
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepuasan keluarga pelanggan terhadap keperawatan unit perawatan intensi pada 18 Rumah Sakit di Indonesia. Dalam penyusunan kerangka konsep penelitian ini sebagai variabel dependen adalah variabel kepuasan total yang meliputi harapan dan persepsi responden dimana tingkat kepuasan dihitung berdasarkan kesenjangan nilai antara keduanya sedangkan sebagai variabel independen adalah mencari diantara lima dimensi servual yaitu tangible, reiiability, responsiveness, assurance dan emphary yang memiliki pengaruh paling dominan dalam kepuasan keluarga peianggan serta penilaian dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang tercakup dalam lima prosw, yaitu pengkajian, diagnosa, rencana, tindakan dan evaluasi keperawatan.
Metode penelitian yang dilaksanakan adalah gabungan penelitian kuantitatif dan kualitatih dimana menggunakan suwey kepada 246 responden perawat dan |22 reponden keluarga pelanggan dalam upaya mengumpulkan data kuantitatifi Sedangkan untuk mengumpulkan data kualitatif digunakan metode cross-sectional terhadap rosponden infoman Kemudian data yang diperoleh dari hasil penelitian ini kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan metode reliabilitas, korelasi, dan regresi yang kesemuanya menggunakan program perangkat lunak komputer.
Dari hasil peneiitian terlihat bahwa 62,3 % dari responden merasa puas dengan keperawatan unit perawatan intensif pada I8 rumah sakit di Indonesia Penggunaan metode servqual sebagai alat ukur kepuasan keluarga. pelanggan, memperlihatkan adanya hubungan bemakna antam kepuasan total responden dengan lima aspek dimensi metode servqual tersebut. Juga metode servqual memperlihatkan adanya kesenjangan antara jasa yang dipersepsikan dengan jasa yang diharapkan keluarga pelanggan.
Juga di dalam penelitian ini terlihat adanya hubungan tidak langsung antara pelaksanaan asuhan keperawatan dan kepuasan keluarga pelanggan, dikatakan telah terlaksana dengan baik oleh 93,9% responden dan hal ini memiliki keterkaitan tidak langsung dengan kepuasan total keluarga pelanggan unit perawatan intensif. Dalam hal ini, proses rencana keperawatan merupakan proses yang paling baik diiaksanakan dan proses tindakan keperawatan merupakan proses yang dinyatakan paling tidak baik dilaksanakan oleh para perawat pelaksana di unit perawatan intensif.
Sebagai kesimpulan dari penelitian ini bahwa penilaian asuhan keperawatan dan alat ukur metode servqual dapat mengidentifikasikan unsur-unsur pelayanan yang menyebabkan ketidak-puasan keluarga pelanggan terhadap mutu pelayanan serta unsur-unsur pelayanan mana yang memberikan pengaruh besar secara signifikan terhadap kepuasan total keluarga pelanggan. Oleh karena itu disarankan kepada pihak manajemen mmah sakit untuk menggunakan metode servqual dalam melakukan survei pengukuran kepuasan keluarga pelanggan. Karena penelitian ini membuktikan bahwa metode servqual dapat digunakan dan efektif untuk diterapkan di rumah sakit dalam mengukur kepuasan keluarga pelanggan di unit perawatan intensiti Dari hasil penelitian, saran untuk semua pihak yang terkait untuk memperhazikan keluarga pelanggan yang mempunyai harapan tinggi namun berpersepsi rendah, dimana hal tersebut menggambarkan tingginya tingkat ketidakpuasan keluarga pelanggan.

This research's goal is to assess the level of the customer's family satisfaction on intensive Nursing unit at I8 Hospitals all over indonesia in compiling the frame of this research concept, the dependent variable is: total satisfaction variable that encompassed hope and perception of the respondents, where the level of satisfaction is calculated based on the different value between the two, while the independent variable is finding between consists of 5 dimensions: service quality, tangible, reliability, responsiveness, assistance and empathy that has most dominant effect in family's customer satisfaction and in executing nursing guidelines that consists of 5 process: review, diagnosis, planning, action and nursing evaluation.
Research method that is implemented is a combination of quantitative and qualitative research, where it surveyed 246 nurse respondents and 122 family customer respondents, in an effort to collect quantitative data. While in the process of gathering qualitative data, cross-sectional method was used against informant respondents. Then data obtained ii-om this research will be analyzed using reliability, correlation and regression method that is all available in the computer software.
From the results of the research, we can see that 62,3 % of thc respondents felt satisfied with the intensive nursing unit at I8 Hospitals all over Indonesia. The use of servqual method as a gauge for the level of customer's family satisfaction shows a meaningful correlation between total respondent satisfactions with the 5 aspect dimension of the servqual method. Also the sen/qual method shows there was a gap between the service that is perceived and the service that is hoped for by the customer's family.
The research also shows an indirect correlation between the executions of the nursing guidelines and customer's family satisfaction, it is stated that it was well executed by 93,9% respondents and this also have indirect correlation with the total satisfaction of the customer's family with regards to the intensive care unit ln this point, planning process of nursing guidelines is the best process they've been doing and the action process of nursing guidelines is the worst process in their statement.
In conclusion from this research, executing nursing guidelines and the servqual method could identify the service aspects that caused dissatisfaction for the customer's family against the quality of service and all aspect of service where it significantly influenced the customer's family total satisfaction. lt is recommended to the hospital management to use the servqual method in surveys, to gauge the level of the customer's family satisfaction. Due to the proof this research has shown, the servqual method could be used effectively in hospitals in order to gauge the level of the customer's family satisfaction in the intensive care unit.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T29154
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Irwansyah
"Pasien-pasien di unit-unit perawatan intensif {ICU) lebih banyak mengalami cedera akibat adverse events hila dibandingkan dengan pasien-pasien yang bukan dirawat di ICU. Banyaknya prosedur yang dilakukan pada pasien-pasien dalam kondisi yang kritis serta banyaknya jumlah dan jenis obat yang digunakan dalam pelayanannya juga meningkntkan resiko yang lebih tinggi hilngga dibandingkan dengan pasien lainnya. Tingginya data mortalitas dan insiden di beberapa ICU rumah saklt umum pusat bantuan regional Departemen Kesehatan menunjukkan belum ada suatu analisis yang mendalam terhadap faklor-faktor penyebab yang berkaitan dengan adverse events di unit perawatan intensif (ICU) pada rumah sakit tersebut. Hasil penelitian didapatkan bahwa adverse events di unit perawatan intensif (ICU) pada !8 (delapan belas) rumah sakit umum di Indonesia yaitu sebesar 42,7 %. Faktor faktor tidak baik, prosedur tidak lengkap, kurangnya kelengkapan dan pemeliharaan alat, berkontribusi dalarn terjarlinya adverse events di ICU pada 18 nrumah sakit. Pemahaman staf dan perawat ICU terhadap patient safety di unit perawatan intensif (ICU) sangat kurang. Penyebab dari beban kerja perawat tidak sesuai yaitu sumber daya manusia yang terbatas, uraian tugas yang tidak jelas, rasio antara petugas dengan pasien tidak sesuai, mengetjakan pekexjaan yang bukan wewenangnya dan kurangnya pelatthan. Behan kelja perawat yang tinggi berdampak stress kerja perawat. Penyebab komunikasi yang karang baik yaitu masib adanya gap antara perawat senior dan perawat yunior dalam berkomunikasi, kepala unit tidak mengikuti morning briefingkomunikasi yang kurang antara tim klinis. Miskomu­nikasi juga menyebabkan terjadinya medication error di lCU. Peralatan kesehatan tidak lengkap dan tidak sesuai standar lCU, scrta tidak adanya prosedur tertulis tentang pemakaian alat. Pimpinan unit dan supervisi klinis belum menjalankan tugrumya dengan baik.
Dari hasil penelitian ini disarankan kepada pihak rumah sakit untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman perawat tentang patient safety, meningkatkan peranan kepala unit, kepala ruangan, komite keperawatan dan supervisi klinis, menetapkan standar prosedur asuhan keperawatan, prosedur pemakaian dan pemeliharaan alat serta prosedur komunikasi bagi perawat di ICU, menambab surnber daya manusia kesehatan {SDMK), meningkatkan pelatihan bagi perawat, menfasilitasi sistem infOnnasi kesehatan melalui Information Technology.

Patients in intensive care units (lCUs) may be more likely than non-ICU patients to be injured by adverse events. The procedures performed on critically ill patients and the quantity and type of drugs used in their care may also increase their risk relative to non-ICU patients. The height data incident and mortality in some ICU aids centers publics hospitals regional Department of Public Healths show there is no an circumstantial analyses to factors cause of related to adverse events intensive care units ( ICU) at the hospital. It was found from the research that adverse events in intensive care unit (!CU) at 18 (eighteen) public hospitals in Indonesia that is 42,7 %. Factors like: inappropriate nurse work load poor communications, incomplete procedure Jack of equipment and conservancy of appliance, contribution in the happening of adverse events in ICU at 18 hospitals. Understanding of nurse and staff!CU to patient safety in intensive care unit ( ICU) hardly less. The cause of inappropriate nurse work load that is limited resource, breakdown of ill defined duty, ratio between officers with inappropriate patients, do work which not the authority and lack of training, High nurse work load affect stress working nurse. The cause of unfavourable communications that is still existence of gap between senior and junior nurses in communicating, lead unit don't follow morning briefing, communications which less between teams. Miscommunication also cause medication errors in ICU. Incomplete equipments and also procedure inexistence. Leader of unit and clinical supervise not yet implement the duty.
From this research result suggested to the side of hospital for increasing knowledge and understanding of nurse concerning patient safety increase role of unit director, room director, treatment committee and clinical supervise, specify treatment upbringing procedure standard, usage procedure and conservancy of appliance and also communications procedure for nurse in ICU add health human resource, increase training for nurse, health information system facility through Information Technology {IT) in the form of white line as decision support system."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T21060
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Larasati
"Standar asuhan keperawatan sangat penting bagi profesi keperawatan karena standar mencerminkan kualitas pelayanan kperawatan melalui penetapan kritena spesifik yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kualitas pelayanan telah dicapai. Tidak terkecuali bagi Unit ICU di Rumah Sakit Mutu pelayanan yang dilakukan oleh perawat di ICU dipengaruhi oleh keadaan-keadaan seperti keadaan lingkungan pekerjaannya, penghargaan yang didapatkan, atau bahkan sanksi bila terjadi kesalahan, dan beban kerja. (Depkes, 2004).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan kerja, pengharpaan dan sanksi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan di ICU. Penelitian ini dilakukan karena belum adanya kesesuaian lingkungan keyja, penghargaan dan sanksi yang diterima oleh perawat schingga mempengaruhi pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan di ICU di 18 Rumah Sakit dan 9 PPK.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Perawat ICU yang melaksanakan Asuhan Keperawatan Perawat dengan baik sebanyak 56,9% sedangkan yang menyatakan tidak baik sebesar 43,1% Sebanyak 67,1% perawat ICU menyatakan bahwa lingkungan kerja di [CU adalah baik, sedangkan sebanyak 32,9% menyatakan lingkungan kerja di ICU tidak baik. Dari 246 responden, 63.4% menyatakan bahwa sistem penghargaan yang diterima adalah baik, sisanya 36,6% menyatakan tidak baik. Terdapat 74.8% perawat ICU yang menyatakan bahwa sistem sanksi yang diberikan RS nya adalah baik, sisanya 25,2% yang menystakan tidak baik. Sebanyak 38,2% perawat ICU menyatakan bahwa kondisi pekerjaan (beban kerja) yang dipikul tidak sesuai dengan kemampuan kerja sedangkan 61,8 % sisanya menyatakan beban kerja yang dipikui sudah sesuai. Dari hasil analisis bivariat terdapat hubungan antara lingkungan kerja, penghargaan, sanksi dan beban kerja dengan pelaksanaan asuhan keperawatan di ICU. Adapun faktor yang paling mempengaruhi pelaksanaan asuhan keperawatan adalah lingkungan kerja.
Bagi manajemen rumah sakit diharapkan dapat meninjau kembali kebijakan terkait tentang lingkungan kerja yang sudah diterapkan pada saat penelitian berlangsung, sistem penghargaan, dan sanksi yang berlaku yang berbasis kompetensi sesuai dengan prinsip keadilan, sehingga ada perbedaan dengan perawat yang bekerja dengan baik dengan perawat yang bekerja kurang baik, membuat pedoman penilatan kerja terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan, menerapkan manajemen partisipatif dan terbuka yaitu melibatkan perawat pelaksanan dalam mengambi! keputusan serta menginformasikan basil yang dicapai, memberikan peringatan secara tertulis dan lisan bila perawat melanggar peraturan.
Bagi perawat ICU, melatui hasi! penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja perawat diantaranya adalah sebagai bahan pertimbangan bagi perawat yang bekerja dengan baik untuk diberikan kesempatan diberikan pendidikan dan petatihan yang berkelanjutan, serta diberikan penghargaan berupa promosi jabatan yang lebih tinggi, bukan berdasarkan lama kerja dan senoritas akan tetapi sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, sebaliknya perawat yang belum bekerja dengan bak, hasil ini dapat merangsang motivasi untuk bekerja lebih giat dan profesional.

A nursing standard is very important to the nursing profession as the standard reflects on the quality of nursing service, by determining specific criteria which can be used to determine the current level of service quality. That does not exclude the ICU Units in hospitals. The quality of service performed by the ICU nursing staff is affected by factors such as work environment, the gained appreciation or even Punishment if there are mistakes, as well as work load. (Ministry of Health, 2004)
This research was carried out to explore the effects of work environment, reward and punishment on the nursing outcome at the ICU. This research was carried out as there were no equal work environment, reward and punishment that were accepted by the nurses, hence affecting the nursing outcome given in ICUs in 18 hospitals and 9 PPK.
The results showed that 56.9% of the ICU Nurse performed a good Nursing Outcome, whereas 43.1% performed a bad one. Around 67.1% of ICU nurses stated that the work environment was good, while 32.9% said that it was not. Out of 246 respondents, 63.4% stated that they received good appreciation, while the remaining 36.6% stated otherwise. About 74.7% ICU nurses satd that the hospital’s sanction system was good, while the remaining 25.2% said otherwise. Around 38.2% of the ICU nurses said that the work load was not in line with their work capacity, whereas 61.8% said that the work load was appropriate. From bivariate analysis, a correlation was found between work load, reward and punishment and the nursing outcome at the ICU. The most affecting factor in nursing outcome is work environment.
The hospital management is expected to re-evaluate their current policy on work environment during the research pertod, and the current reward and punishment should be based on competency and faimess, so there’s a difference between a nurse who is working well and one that is not, making a work evaluation guideline for nursing outcome, implementing a participative and open management, that included the nurses in decision making as weil as informing them of the achieved results, giving written and oral warnings tf a nurse violated the rule.
For ICU nurses, through this research, it is hoped that their work efficiency increases. It should be fully considered, that a nurse who has been working optimally would be given a chance for further education and continued traming, as well as given appreciation such as a promotion, not based on employment time seniority but according to competency. On the other hand, a nurse that has not done well, these results should promote motivation to work better and more professionally.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34290
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mirna Armidianti
"Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang tezpisah, dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan nntuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam jiwa atau potensial mengancam jiwa dengan prognosis dubia. Pelayanan keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan di Rurnah Sakit sebingga sering dijadikan cerrnin keberhasilan pelayanan. Perawat merupakan komponen penting di Rumah Sakit, sehingga perlu diperhatikan ketidakpuasan kerjanya karena nantinya akan mempengaruhi produktivitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpuasan kerja para perawat di ICU. Dalan1 penyusnnan kerangka konsep penelitian ini, sebagai variabel dependen adalah ketidakpuasan kerja perawat, sedangkan variabel independennya adalah Karakterisik individu (usia,jenis kelamin,status perkawinan,latar belakang pendidikan,lama kerja) dan Lingkungan kerja (Struktur tugas, pola kepemimpinan, penghargaan, ketersediaan sarana kelja, desain pekeljaan, pendidikan dan pelatihan,pola kerjasama).Penelitian ini menggunakan data knantitatif (kuisioner bagi perawat di ICU 18 RS) dan kualitatif (wawancara mendalam di 2 RSUD di Jakarta). Data knantitatif yang diperoleh, di analisa secara univariat, bivariat, multivariate.Selain itu juga dilakukan analisis berdasarakan diagram Kartesius dan gap score.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 46,7 % dari responden merasa ketidakpuasan kerja. Dan yang paling dominan mempengaruhi ketidakpuasan terlihat pada dimensi penghargaan. Sehingga dari basil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk perbaik:an-perbaikan pihak Depkes, Rumah Sakit,Perawat pelaksana, maupun Program Kajian Administrasi Rumah Sakit, Universitas Indonesia.

Intensive Care Unit (ICU) is a separate part of the hospital, with special staff and equipment that are specific fur observing, treating and the therapy of patients who are injured, or have life threatening or potentially life threatening conditions, with prognosis dubia. The nursing service is an integral part of the health services in a hospital, hence has frequently been a portrayal of the success of service. The nursing staff is an important component of a hospital, so it must be closely scrutinized, as it will affect productivity.
This research was carried out to gain information on the filctors affecting the work dissatisfaction of the nurses at the ICU. In making the concept of this research, the dependent variable was the work dissatisfaction of nurses, while the independent variable was individual characteristics (age, sex:, marital status, educational background, period of employment) and work environment (task structure, mode of leadership, appraisals, availability of equipment, task design, education and training, pattern of cooperation). This research used quantitative (questionnaires for nurses at 18 hospital ICU's) and qualitative (in depth interviews at two state hospitals in Jakarta) data. The obtained quantitative data was analyzed univariately, bivariately and multivariately. Furthermore, an analysis was performed based on the Kartesius diagram and the gap score.
From the research, 46.7 % of the respondents were dissatisfied with their work. In addition, what dominantly affected their dissatisfaction were their appraisals. Therefore, the result of this research is hoped to promote improvements at the Ministry of Health, the hospitals, the working nurses and the Hospital Administrative Research Program at the University of Indonesia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T29131
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ditha Adhiaty Ratna Pratiwi
"Penyakit infeksi masih menjadi masalah serius pada seperempat populasi manusia di seluruh dunia. Berbagai mikroorganisme penyebab infeksi berperan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas pada pasien berisiko tinggi diantaranya pasien dengan gangguan imunitas dan atau kondisi sakit berat. Jamur merupakan mikroorganisme penyebab berbagai penyakit mulai dari alergi, hipersensitivitas saluran napas atau asma, maupun infeksi sistemik yang mengancam jiwa, misalnya kandidiasis sistemik, aspergilosis sistemik, serta infeksi jamur lain. Transmisi infeksi jamur sistemik biasanya melalui inhalasi spora maupun kontaminasi elemen jamur di lingkungan sekitar pasien. Keberadaan jamur di lingkungan sekitar pasien penting mendapat perhatian mengingat potensinya sebagai sumber infeksi, termasuk di lingkungan rumah sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keragaman spesies jamur yang diisolasi dari lingkungan rumah sakit, dan merupakan bagian dari penelitian multisenter aspergilosis invasif pada pasien sakit berat di beberapa rumah sakit di Jakarta. Mengingat neonatus merupakan salah satu kelompok pasien berisiko tinggi mengalami infeksi jamur sistemik di rumah sakit, maka lokasi penelitian ini difokuskan pada lingkungan ruang perawatan intensif neonatus NICU. Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif pada lingkungan NICU di dua rumah sakit, baik di bagian dalam maupun luar NICU. Sampel udara diambil menggunakan cawan petri berisi agar Saboraud dekstrosa selama 15 menit pada ketinggian 100-150 cm, setelah itu dilakukan inkubasi dan pengamatan selama tujuh hari di laboratorium.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat delapan jenis jamur yang diisolasi dari lingkungan NICU, yaitu Aspergillus flavus, Aspergillus fumigatus, Candida sp., Dematiceae sp., Mycelia sterilia, Paecilomyces sp., Penicillium sp., and Trichosporon sp. Spesies jamur yang paling sering ditemukan adalah Mycelia sterilia dan Aspergillus fumigatus.

Infectious diseases are still a serious problem affecting a quarter of the human population worldwide. Numerous microorganisms causing infection served to increase morbidity and mortality rate in high risk patients, including immunocompromised and or critically ill patients. Fungi are microorganisms that cause a variety of diseases ranging from allergies, hypersensitivity respiratory or asthma, as well as life threatening systemic infections, such as systemic candidiasis, systemic aspergillosis, and other fungal infections. Transmission of systemic fungal infection is usually through inhalation of the spores or fungal elements contamination in the environment around the patient. The presence of fungi in the environment around the patient extremely needs attention considering its potency as a source of infection, including in a hospital environment.
This study aims to identify the diversity of fungal species isolated from the hospital environment, and is part of a multicentre study of invasive aspergillosis in patients with serious illness at several hospitals in Jakarta. Considering neonate is one group of patients at high risk of systemic fungal infections in the hospital, subsequently the location of this research is focused on the environment of neonatal intensive care unit NICU . The sample was taken consecutively in the NICU environment at two hospitals, both indoor and outdoor of the NICU. Air samples were taken using a petri dish containing Saboroud rsquo s dextrose agar for 15 minutes at a height of 100 150 cm, after it conducted incubation and observation for seven days in the laboratory.
The results showed there are eight types of fungi isolated from the NICU environment, including Aspergillus flavus, Aspergillus fumigatus, Candida sp., Dematiceae sp., Mycelia sterilia, Paecilomyces sp., Penicillium sp., and Trichosporon sp. The most commonly fungal species found are Mycelia sterilia and Aspergillus fumigatus.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70422
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisha Basir
"Prevalensi infeksi jamur sistemik (mikosis sistemik) dilaporkan semakin meningkat serta mengakibatkan morbiditas dan mortalitas tinggi, terutama pada pasien dengan gangguan sistem imun. Mikosis sistemik dapat disebabkan oleh jamur yang berada di lingkungan masyarakat maupun rumah sakit, termasuk ruang perawatan intensif (ICU). Pada umumnya jamur kontaminan tersebut masuk ke dalam tubuh pasien melalui saluran napas (inhalasi) maupun kontaminasi peralatan di lingkungan perawatan pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil jamur yang diisolasi dari udara pada ruang perawatan intensif di beberapa rumah sakit di Jakarta. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian multisenter tentang aspergilosis invasif di ICU beberapa RS di Jakarta. Metode penelitian ini berdisain potong lintang dan pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif pada ruang rawat intensif di empat RS. Sampel jamur diisolasi menggunakan cawan petri mengandung media agar saboraud dekstrosa yang dibiarkan terbuka selama 15 menit di ruang perawatan, selanjutnya dilakukan proses inkubasi dan identifikasi jamur di laboratorium mikologi untuk mengetahui profil jamur yang diisolasi dari ruang perawatan tersebut. Jamur yang berhasil diisolasi dari ruang perawatan intensif pada penelitian ini umumnya terdiri atas beberapa spesies, yaitu Aspergillus niger (42%), Aspergillus fumigatus (33%), Penicillium sp. (30%), Rhodotorulla (27%), Dematiaceae (24%), Mycelia sterilia (12%), dan Candida sp. (3%). Profil spesies jamur A. niger, A. fumigatus dan Dematiaceae ditemukan di empat rumah sakit, sedangkan Rhodotorulla dan Mycelia sterilia di temukan di tiga rumah sakit. Adapun Penicillium sp. dan Candida sp. hanya ditemukan di satu rumah sakit.
Kesimpulannya, profil spesies jamur udara di ruang perawatan intensif pada penelitian ini terdiri atas Aspergillus niger (42%), Aspergillus fumigatus (33%), Penicillium sp. (30%), Rhodotorulla (27%), Dematiaceae (24%), Mycelia sterilia (12%), dan Candida sp. (3%).

The prevalence of systemic fungal infection (systemic mycosis) is increasing, and cause high number of mortality and morbidity, especially for immunocopromised patients. Systemic mycosis can be cause by fungal species found in either community or hospital environment, including intensive care unit (ICU). Generally, this fungal contaminants infect the patient's body through the respiratory tract (inhalation) as well as contamination of equipment in patient's environment.
This study aims to find out the profile of airborne fungal species that isolated from the air in intensive care unit at several hospitals in Jakarta. This study is part of a multicenter study on invasive aspergillosis in ICU at several hospitals in Jakarta. The cross-sectional study was conducted with consecutive samplings taken from ICU in four hospitals. The sample taken using petri dish containing dextrose saboraud agar that placed about 1m height and open to air for 15 minutes. Then, the process of incubation and fungal identification done in mycology laboratory to know the profile of airborne fungal species isolated from ICU. The fungal species that were isolated from the intensive care unit were consist of several species, which were Aspergillus niger (42%), Aspergillus fumigatus (33%), Penicillium sp. (30%), Rhodotorulla (27%), Dematiaceae (24%), Mycelia sterilia (12%), and Candida sp. (3%). The fungal species profile of A.niger, A.fumigatus and Dematiaceae were found in all four hospitals, while Rhodotorulla and Mycelia sterilia were found in three hospitals and Penicillium sp. and Candida sp. were only found in one hospital.
In conclusion, the profile of airborne fungal species in intensive care unit in this study consisted of Aspergillus niger (42%), Aspergillus fumigatus (33%), Penicillium sp. (30%), Rhodotorulla (27%), Dematiaceae (24%), Mycelia sterilia (12%), and Candida sp. (3%).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70403
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karlina
"ICU Rumah Sakit Pusat Pertamina merupakan salah satu ICU dengan kapasitas besar yang terdapat di Indonesia. Fasilitas yang dimilikinya cukup lengkap, standar operasional prosedur maupun jumlah serta kompetensi tenaga kerja yang bekerja didalamnya membuat instalasi ini dapat disetarakan dengan ICU tersier yaitu ICU pada level tertinggi yang biasanya terdapat pada rumah sakit rujukan atau pendidikan yang mampu mengatasi berbagai macam kondisi kritis pasien karena lengkapnya fasilitas yang dimiliki.
Akan tetapi ICU RSPP ini masih perlu mendapatkan perhatian lebih demi tujuan pelayanan yang optimal kepada pasien sesuai dengan visi dan misi RSPP kedepan. Melihat sumber daya dan kesempatan yang ada, maka pilihan model open pada sistem tata laksana pasien di ICU yang diterapkan selama ini dinilai sudah kurang sesuai hal ini disebabkan karena masih tingginya angka mortalitas, dokter intensivis maupun anestesi yang masih membagi waktunya dengan pembiusan di ruang operasi, panjangnya rantai pengambilan keputusan terapi dan masih bercampurnya antara pasien yang sungguh-sungguh membutuhkan ICU dengan pasien yang belum sepenuhnya memerlukan tindakan intensive.
Oleh karena itu peneliti mencoba menemukan model manajemen pasien yang dianggap lebih sesuai, efisien dan efektif bagi pasien maupun untuk rumah sakit. Metoda yang dipilih adalah Focus Group Discussion (FGD), indepth interview dan observasi karena topik yang diangkat merupakan topik yang sangat khusus dan belum banyak penelitian tentang ICU di Indonesia, juga karena sedikitnya waktu responden untuk dapat berkumpul serta metoda ini dapat memberikan jawaban yang lebih kaya karena adanya interaksi responden. Peneliti juga melakukan studi banding di 2 (dua) rumah sakit top referral di Jakarta dan Surabaya.
ICU RSPP memiliki sumber daya yang cukup besar yaitu 1 orang tenaga intensivis dan 3 orang tenaga anestesi yang siap mengikuti pelatihan intensivis, tenaga paramedis yang telah mendapat sertifikat intensive care sebanyak 75% dan terdapat 19 macam keahlian spesialis serta kapasitas jumlah tempat tidur sebanyak 22 buah membuat ICU RSPP pantas disetarakan dengan ICU tersier. Bukan hanya itu, standar prosedur tata laksana pasien telah disusun sesuai dengan semi-close model, hanya pelaksanaannya yang belum sesuai.
Dari hasil FGD dan indepth interview didapatkan bahwa sebagian besar peserta FGD menyatakan komposisi tempat tidur ICU saat ini masih kurang dan perlu adanya pemisahan fungsi ICU seperti ICCU dan ICU anak. Sedangkan dari hasil indepth interview menyatakan sebagian besar jumlah tempat tidur ICU sudah cukup dan sebagian kecil menyatakan kurang, dengan terbanyak menyatakan perlu adanya pemisahan.
Tentang jumlah dan kompetensi tenaga kerja sebagian besar peserta FGD menyatakan jumlah tenaga kerja dan kompetensinya dinyatakan cukup, sedangkan sebagian kecil menyatakan kurang. Untuk pertanyaan ini sengaja hanya ditanyakan pada kelompok FGD dikarenakan kelompok FGD adalah personil yang bekerja di unit ICU RSPP. Sedangkan kelompok indepth interview adalah kelompok dokter spesialis yang mengirimkan pasien ke ICU, sehingga penilaian atas kebutuhan jumlah tenaga kerja di kelompok ini kurang relevansinya.
Pertanyaan selanjutnya adalah tentang siapakah yang berwenang menentukan penilaian kritis pasien yang masuk ke ICU, pada kelompok FGD seluruhnya menyatakan dokter intensivis yang berwenang sekaligus mengukuhkan perlunya kehadiran dokter intensivis tersebut di ICU. Sedangkan kelompok indepth interview sebagian besar menyatakan dokter intensivis yang berwenang, dan sebagian kecil menyatakan dokter ruangan-lah yang berwenang.
Untuk menemukan jawaban pada pertanyaan apa yang lebih baik antara open model atau close-model pada kelompok FGD peneliti menggunakan teknik bertanya melalui bagaimana penentuan pasien masuk dan siapa yang bertanggung jawab, seluruh informan FGD menyatakan dokter intensivis dalam semi-close model ICU-lah yang terbaik. Sedangkan kelompok indepth interview sebagian besar menyatakan close model atau paling tidak semi-close adalah yang lebih baik dan sebagian kecil menyatakan open model-lah yang lebih cocok. Pada jawaban responden yang sebagian kecil tersebut ketika digali tentang kompetensi dokter yang merawat pasien kritis, keseluruhannnya menjawab dokter intensivis-lah yang lebih berkompeten akan tetapi pemilihan manajemen di ICU tetap diinginkan open model dengan asumsi dokter yang merawat sejak awal lebih memahami penyakitnya.
Selanjutnya harapan dan saran untuk perbaikan ICU mendatang seluruh dari informan FGD maupun responden pada indepth interview menyatakan perlu adanya perbaikan yang didukung oleh adanya kebijakan dari manajemen rumah sakit.
Sedangkan hasil studi banding yang telah peneliti lakukan di 2 (dua) rumah sakit top referral didapatkan hasil indikator yang lebih rendah dari hasil di Rumah Sakit Pusat Pertamina dikarenakan sebagai rumah sakit rujukan terakhir, kondisi pasien yang dirujuk seringkali berada dalam keadaan terminal atau sangat buruk. Tentu saja kondisi ini membuat angka harapan hidup pasien menjadi lebih kecil.
Bila melihat kondisi kegawatan pasien yang dirawat di ICU kiranya perlu suatu nilai standar yang disepakati bersama oleh persatuan dokter intensive care sebagai tolok ukur hasil kinerja medis yang dapat dievaluasi setiap bulan atau setiap tahun. Nilai standar ini dapat pula dijadikan sebagai target pencapaian keberhasilan suatu upaya pertolongan kritis pasien. Nilai standar dapat diambil dari nilai skor kritis pasien yang digunakan untuk menilai keadaan awal pasien sebelum pasien masuk ICU.
Dari keseluruhan hasil kegiatan penelitian ini di dapatkan kesimpulan bahwa pilihan semi-close model ICU menjadi pilihan yang paling sesuai yaitu dengan menempatkan dokter spesialis intensivis sebagai captain di ICU yang bekerja sama berkolaborasi dengan dokter spesialis yang merawat pasien tersebut sebelumnya."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T41273
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fibya Indah Sari
"Bedah merupakan salah satu prosedur medis yang dilakukan secara manual dan menyebabkan banyak perlukaan dan berisiko tinggi menyebabkan infeksi Adanya infeksi harus ditangani dengan antibiotika empiris yang tepat dan rasional. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data penggunaan antibiotika empiris pada pasien pascabedah di Ruang ICU RSAL Dr Mintohardjo selama periode 2012 2013 dan melakukan evaluasi kerasionalannya dilihat dari ketepatan pasien ketepatan indikasi ketepatan obat ketepatan dosis dan interaksi obat. Penelitian dilakukan dengan pengambilan data penggunaan antibiotik empiris dari rekam medis pasien pascabedah dengan metode retrospektif dengan desain cross sectional. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan tekniktotal sampling. Populasi penelitian berjumlah 299 pasien dan 35 pasien diterima sebagai sampel penelitian. Pada penilaian terhadap jumlah pasien pascabedah terdapat 100 pasien mendapatkan terapi antibiotik tepat dengan kondisi pasien 11 43 pasien mendapatkan antibiotik sesuai indikasi 0 pasien mendapatkan antibiotik tepat obat 85 71 pasien sudah mendapatkan dosis yang tepat dan 51 43 pasien tidak mengalami interaksi obat. Sehingga dapat disimpulkan pengobatan antibiotik empiris pada pasien pascabedah di RSAL Dr Mintohardjo tidak rasional.

Surgery is a manual medical procedure which causes many wounds and has a high infection risk Patient who has infection must be given antibiotic immediatelyand rationally. The aim of this study was to collect empiric antibiotics usage data in Intensive Care Unit of Naval Hospital Dr Mintohardjo 2012 2013 and to evaluate rationality of the administration through the appropriate patient appropriate indication appropriate drug appropriate dose and drugs interaction. This retrospective cross sectional study was done by collecting empiric antibiotics usage data from medical record of postoperative patients on 2012 2013 using total sampling. Population of study included 299 patients and 35 patients were accepted as samples of study. Appropriate assessment based on number of postoperative patients showed 100 appropriate patient 11 43 appropriate indication 0 appropriate drug 85 71 appropriate dose and 31 43 no drugs interaction. It was concluded that empirical antibiotic treatment in postoperative patients in Naval Hospital Dr Mintohardjo were irrational."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S54986
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonny Halim Gunawan
"Perawat sebagai SDM tenaga kesehatan memberikan kontribusi besar terhadappelayanan kesehatan di rumah sakit dalam hal pelayanan langsung kepada pasien Pelayanan keperawatan Unit Pelayanan Intensif merupakan pelayanan keperawatanyang saat ini perlu untuk dikembangkan di Indonesia sejalan denganperkembangan teknologi dibidang perawatan intensif Oleh karena itu demiefisiensi kebutuhan tenaga dan kompetensi perawat Unit Pelayanan Intensif perludikonsentrasikan Penelitian ini membahas tentang analisa kebutuhan tenagakeperawatan di Unit Pelayanan Intensif RS dr Oen Solo Baru berdasarkan bebankerja.

Nurses as human resources for health also contribute greatly to the health servicesin hospitals and to provide services directly to patients Nursing services atIntensive Care Unit has to be developed along with the technology development Therefore there is a need to concern the effieciency of nurses in term of quantityand competencies This research discussed about the needs analysis nursing staffin the Intensive Care Unit of dr Oen Solo Baru Hospital based on workload."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43667
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tori Rihiantoro
"Terapi musik memiliki manfaat yang besar dalam dunia kesehatan. Beberapa studi telah dilakukan, namun yang berfokus pada pasien koma dan status hemodinamik masih sedikit yang dipublikasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik terhadap status hemodinamik pada pasien koma. Penelitian ini menggunakan disain quasi experimental one group pre post, dengan teknik consecutive sampling didapatkan sampel sebesar 21 pasien. Analisi deskriptif mengambarkan terjadi penurunan rata-rata MAP sesudah dilakukan terapi musik sebesar 6,80 mmHg, penurunan rata-rata heart rare sesudah terapi musik sebesar 6,76 kali/menit dan terjadi penurunan rata-rata frekuensi pernapasan sesudah terapi musik sebesar 4,08 kali/menit. Hasil analisis bivatiat dengan dependent t test menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna terapi musik terhadap MAP (p value = 0,03l), heart rare (p value = 0,015) dan frekuensi pernapasan (p value = 0,000). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna terapi musik terhadap status hemodinamik pada pasien koma di ruang ICU RSUDAM Propinsi Lampung. Hal ini dapat terjadi karena terapi musik dengan memperdengarkan musik instrumentalia healing sound mampu menciptakan efek relaksasi sehingga mampu menurunkan tingkat kecemasan, stressor dan stimulus-stimulus lain yang berpengaruh buruk terhadap hemodinamik pasien. Efek relaksasi tersebut dapat menurunkan indikator-indikator hemodinamik seperti MAP, heart rare dan frekuensi pernapasan. Penurunan indikator status hemodinamik pada pasien koma dengan cidera kepala dan stroke akan membantu stabilisasi hemodinamik pasien sekaligus membantu proses pemulihan pasien."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T22853
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>