Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188543 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Meryanti Sri Wulandari
"Studi ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara status kelangsungan hidup bayi dan jarak kelahiran saudara sekandung. Metode ana1isis yang digunakan adalah analisis log linier dua tahap. Dalam menganalisis dibedakan antara sampel bayi laki-laki dan bayi perempuan, Data yang digunakan adalah riwayat kelahiran dari wanita pemah kawin usia 15-49 tahun dari SDK!2007. Unit analisis adalah anak dengan urutan kelahiran 2 ke atas yang dilahirkan tahun 2002-2006. Dalam studi ini variabel jarak kelahiran sebagal variabel antara sedangkan variabel sosioekonomi dan demografi lalanya sebagai variabel latar belakang. Hasil analisis menunjukkan bahwa jarak kelahiran dan kematian bayi; mempunyai hubungan yang sangat erat, dirnana kematian bayi kelahiran pertama mempengaruhi jarak kelahirnn sedangkan jarak kelahiran yang pendek akan meningkatkan risiko kematian bayi berikutnya. Selain itu para orang tua sudah tidak !agi mempersoalkan tentang jenis kelamin anak pertama mereka akan tetapi mereka masih memperhltungkan jika anak pertama mereka yang menlnggal waktu bayi adalah anak laki - laki. Kematian bayi kelahiran pertama yang berjenis kelamin laki - laki meningkatkan risiko pendeknya jarak kelahiran bayi barikutnya. Diantara faktr utama lain, jarak kelahirnn dengan anak sebelumnya mempunyai pengaruh terhedap kelangsungan hidup bayi kelahiran berikutnya paling tinggi. Orang tua dengan keterbatasan sumber daya ekanami memiliki kecenderungan untuk mendahulukan anak laki - laki dibandingkan dengan anak perempuan pada bayi kelahiran kedua dan seterusnya, Pengaruh pendidikan ibu terhadap kematian bayi lebih tinggi pada sampel bayi perempuan daripada sampel bayi Iaki - laki. Diduga ibu - ibu berpendidikan SLTP ke atas tidak lagi membedakan perlakuan antara anak laki maupun anak perempuan, Secara wnwn kecenderungan bayi yang lahir dengan urutan kelahiran ke 2 atau ke 3 untuk meninggal di usia bayi lebih rendah dibandingkan dengan bayi urutan kelahiran 4 ke atas. Tetapi ketika anak pertama mati di usia bayi, kecenderungan bayi laki­-laki urutan kelahiran 2 atau 3 untuk mati lebih tinggi bila dibandingkan dengan adik laki - laki mereka.

This study investigates the relationships between infant survival and birth interval of siblings. A two stage Jog linear model was applied in the analysis. The estimate the model separately for male and female children. This study utilizes the information eollected on complete birth history for each ever married women aged 15-49 years from Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2007. The index children of this study are composed of second and higher order births that occurred during a 4 years period between 2002 until 2006. In this study, a birth interval as the proximate variable and the other five socioeconomic and demographic as the background variables. This study find that birth interval and infant mortality have a closer relationship, death of the first child impact on sh01ter birth interval meanwhile a short birth interval too increases the mortality risks of subsequent infant Parents no more concern about the gender of their first child but they still concern if their first child died in infancy was male. The risk of subsequent infant mortality is higher if the first child is a male and dead during infancy. Among the other main effects, the prior birth interval has a strongest effect on subsequent infant survival. Parents with resource constrained, tend to have favorable treatment of males children of the second or higher order children. The effect of mother education has a strongest impact on infant mortality at female than male children. This implies that mother with middle or high education no more distinguish between male or female children. At general, the risk of the second or third order children died on infancy is higher than the fourth or higher order children. But if the first child died on infancy, the risk of male infant of the second or third order to die is higher than their young male brothers."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T20970
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Suharsa
"Walau pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) telah banyak menunjukkan pencapaian positif namun dari sisi kesehatan masih menyisakan masalah tinggginya angka kematian bayi (Infant Mortality Rate atau IMR) jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, Brunei Darussalam dan Singapura. Laporan BPS juga menyebutkan bahwa angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate atau MMR) hasil SDKI 2007 untuk periode 1994 - 2007 masih sulit untuk disimpulkan apakah telah terjadi penurunan kematian maternal di Indonesia selama 10 - 15 tahun terakhir. Sementara itu, WHO telah merekomendasikan bahwa jarak kehamilan setelah kelahiran hidup sebaiknya berjarak sekurang-kurangnya 24 bulan agar dapat mengurangi risiko maternal, perinatal dan infant yang bersifat merugikan. Sehingga perlu dilihat faktor apa saja dan kelompok wanita seperti apa yang berisiko memiliki interval birth-to-pregnancy yang jauh lebih pendek sehingga dapat diambil tindakan dan kebijakan untuk mengurangi dampak yang merugikan tersebut yang selanjutnya dapat menekan angka IMR dan MMR di Indonesia. Untuk menjawab permasalahan dan mencapai tujuan dalam tesis ini digunakan metode survival analysis menggunakan proportional hazard model atau yang dikenal juga sebagai Regresi Cox. Dalam penelitian ini digunakan variabel urutan kelahiran sebagai strata untuk menangani adanya repeated events pada individu yang sama. Sedangkan data yang digunakan adalah data SDKI 2007 yaitu data kalender untuk memperoleh informasi birth-to-interval dan data individu pada kuesioner wanita kawin umur 15 - 49 tahun. Pada hasil analisa deskripsi terlihat bahwa 49,55 persen interval birth-to- interval pada responden yang diamati benda pada interval kurang dari 24 bulan dan hampir 80 persen diantaranya didorong oleh kematian anak sebelumnya. Panjang interval birth-to-pregnancy ternyata sangat dipengaruhi juga oleh lamanya menyusui paska kelahiran hidup terutama pada mereka yang menyusui hingga 24 bulan atau lebih. Berdasarkan berbagai model yang diajukan temyata masih terdapat pengaruh langsung dari variabel sosial-ekonomi walaupun telah memperhitungkan variabel proximate determinants. Adapun urutan tiga variabel yang paling berpengaruh pada hampir seluruhh model adalah interaksi antara penggunaan alokon dan pendidikan yang ditamatkan, lamanya menyusui dan kelangsungan hidup anak sebelumnya. Sedangkan pada paska kelahiran anak pertama, variabel kelangsungan hidup anak lebih dominan dibanding lamanya menyusui.

Although the implementation of Familv Planning program in Indonesia has shown to many positive results but in health perspective still remaining some problems where the Infant Mortality Rate( IMR) still higher than another ASEAN countries as Thailand Wetnam, Malaysia Brunei Darussalam and Singapore. CBS of Indonesia reported that the Maternal Mortality Rate (MMR) as result of IDHS 2007 for 1994 - 2007 period still hard to say that there is a declining of maternal mortality in Indonesia in last 10 - 15 years. Meanwhile, WHO has recommended that interval to attempting next pregnancy aper a live birth at least 24 months in order to reduce the risk of adverse maternal, perinatal and infant outcomes. We should know what factors and which women have risks' to have shorter birth-to-pregnancy intervals so we could take a right decision to reduce that adverse efject and at the end we could reduce the [MR and MMR The survival anabisis method that used in this thesis is proportional hazard model or Cox Regression. The birth order variable was use as strata variable to handle the problem because the present of repeated events in birth-to-pregnancy intervals for some individual object. This thesis is use IDHS 2007 calendar data to obtain birth-to-pregnancy intervals and other information from married women questionnair. By descriptive, there are 49,55 percent of birth-to-pregnancy intervals less than 24 months and almost 80 percent of them influence by the death of index child The length of birth-to-pregnancy intervals is ajected by breasweding duration especially jbr them who breastfed until 24 months or longer after a IW birth. One ofthe conclusion has found that there are direct effects ji-om socio- economic variables although the proximate determinant variables are included to the models. The most influential variables that ajected the length of birth-to- pregnancy interval are interaction of contraception using and education attainment breastfeeding duration, and survival of index child. Otherwise in the after first live birth model, the survival of index child is more influential than breasyeeding duration."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T34007
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mona Lisa
"Kelangsungan hidup bayi didefinisikan sebagai kemampuan bayi untuk bertahan hidup menjalani kehidupan sampai berusia 1 tahun. Tahun 2012, AKB Indonesia sebesar 32 per-1000 kelahiran hidup. Status ekonomi akan mempengaruhi kekangsungan hidup bayi melalui faktor maternal, gizi, kondisi janin saat lahir, pengendalian penyakit dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berat lahir menurut usia kehamilan terhadap kelangsungan hidup bayi di Indonesia. Metode penelitiannya adalah kohort retrospektif dengan pemanfaatan 13.295 data anak yang terdapat pada data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kelangsungan hidup bayi berat lahir kecil masa kehamilan memiliki probabilitas paling rendah sebesar 97. Hasil cox regresi diperoleh berat lahir kecil masa kehamilan pada status ekonomi kaya, HR=8,95, pada ekonomi menengah, HR=3,72, dan pada ekonomi miskin, HR=7,36. Kecil masa kehamilan memiliki kontribusi terhadap kematian bayi di populasi sebesar 42. Peningkatan kualitas antenatal care selama kehamilan dan sosialisasi metode perawatan kanguru pada bayi baru lahir merupakan salah satu alternatif untuk menurunkan kejadian kecil masa kehamilan.

Infant survival is defined as the ability of infants to survive through life until the age of 1 year. In 2012, Indonesia IMR reported as 32 per 1,000 live births. Sosio economic status will affect infant suvival through maternal factors, nutrition, fetal condition at birth, disease control and environment. This study aims to determine the effect of birth weight for gestational age on the infants survival in Indonesia. The Method of study is a retrospective cohort, utilize of data 13 295 child data contained in the Riskesdas data 2013.
Result of the analysis showed that the survival of small for gestatioanal age had the lowest probability of 97. Results cox regression showed that small for gestational age on the high economic status , HR 8.95, the middle income status, HR 3.72, and the poor economic status, HR 7.36. Small for gestational age have contributed to infant mortality in the population by 42. Improving the quality of antenatal care for during pragnancy and socialization of kangaroo care method for birth weight small for gestational age is an alternative to decrease the incidence of small for gestational age.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47252
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosmita Alisanti
"Kelangsungan hidup bayi direfleksikan oleh salah satu indikator dampak pembangunan kesehatan, yaitu Angka Kematian Bayi (AKB). AKB di Indonesia tergolong tinggi di antara negara-negara ASEAN. Pemberian ASI segera merupakan intervensi paling efektif dan potensial terhadap dampak kematian dan kelangsungan hidup bayi. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian ASI segera terhadap kelangsungan hidup bayi di Indonesia menggunakan data SDKI 2012. Besar sampel 14.583 balita dengan analisis regresi cox ganda. Hasil penelitian menemukan pemberian ASI segera mempengaruhi kelangsungan hidup bayi dimana probabilitas kelangsungan hidup bayi di Indonesia adalah 985 per 1000 kelahiran hidup. Pemberian ASI segera 1-23 jam setelah lahir dan bayi yang tidak mendapatkan ASI mempunyai kelangsungan hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan pemberian ASI segera kurang dari satu jam setelah lahir, masing-masing 0,72 dan 0,48, sedangkan pemberian ASI segera ≥24 jam memiliki kelangsungan hidup bayi 1,96 lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian ASI segera kurang dari satu jam setelah lahir setelah dikontrol oleh tingkat sosial ekonomi, pendidikan ibu, paritas, BBLR, dan pemeriksaan antenatal care. Oleh karena itu perlu penguatan dan pengawasan pelaksanaan pemberian ASI segera setelah lahir di layanan kesehatan seperti; rumah sakit, rumah bersalin dan klinik serta peningkatan promosi tentang pentingnya pemberian ASI segera setelah lahir di berbagai media.

Infant survival is reflected by one of the Health Development Indicators, Infant Mortality Rate (IMR). IMR in Indonesia is one of the highest numbers among ASEAN countries. Immediate breastfeeding is the most effective intervention to reduce IMR and increase infant survival. The objective of this research is to understand the effect of immediate breastfeeding on infants survival in Indonesia using IDHS data 2012. Sample are 14.583 under 5 years old children using Cox Multiple Regression Analysis. The result shows that immediate breastfeeding influence infants survival that the probability of infant survival in Indonesia is 985 per 1000 live births. Infants aren’t breastfed and first breastfed between 1 and 23 hours after birth have infant survival 0.48 and 0.72, lower than those breastfed in the 1st hour after birth, but infants first breastfed ≥24 hours after birth, have survival rate 1.96 higher than those breastfed within 1 hour after birth after controled by variables: socio economic status, mother’s education, parity, low birth weight, and antenatal care. It’s suggested to empower and control the implementation of immediate breastfeeding in the health service centers such as hospitals, maternity centers, and clinics. It’s also suggested to increase effective communication to promote the importance of immediate breastfeeding, using several cost-effective media.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41925
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelina Fitri
"ABSTRAK
Kematian bayi didefinisikan sebagai kematian yang terjadi pada tahun pertama kehidupan. Angka kematian bayi di Indonesia dan Kamboja sendiri masih berada diatas AKB Asia Tenggara, sedangkan Filipina sudah sama dengan AKB Asia Tenggara. Jarak kelahiran merupakan salah satu faktor yang memegang peran penting pada kematian bayi terutama jarak kelahiran < 24 bulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jarak kelahiran terhadap kematian bayi di Indonesia, Filipina dan Kamboja. Penelitian menggunakan data dari Demographic Health Survey (DHS) di Indonesia (2012), Filipina (2013) dan Kamboja (2014). Desain penelitian adalah cross sectional dan sampel pada masing-masing negara berjumlah 10.162, 4.741 dan 4.330 bayi. Setelah dikontrol oleh variabel perancu, jarak kelahiran < 18 bulan memiliki risiko paling besar terhadap kematian bayi di Indonesia (OR = 2,43: 95% CI 1,26 - 4,70) dan Kamboja (OR = 4,39: 95% CI 1,76 - 10,94) dibandingkan jarak kelahiran 18 - 23 bulan, 24 - 35 bulan dan ≥ 36 bulan. Sedangkan di Filipina jarak kelahiran 18 - 23 bulan merupakan risiko paling besar pada kematian bayi dibandingkan jarak kelahiran < 18 bulan dan ≥ 24 bulan (OR = 2,59: 95% CI 1,13 - 5,95). Jarak kelahiran yang ideal untuk mengurangi risiko kematian bayi adalah ≥ 24 bulan.

ABSTRACT
Infant mortality is defined as death that occurring in the first year of life. Infant mortality rate in Indonesia and Cambodia itself is still above the Southeast Asian IMR, while in Philippines is similar to the Southeast Asian IMR. Birth interval is one factor that plays an important role in infant mortality especially <24 months. The purpose of this study was to determine the influence of birth interval on infant mortality in Indonesia, Philippines and Cambodia. This study used data from Demographic Health Survey (DHS) in Indonesia (2012), Philippine (2013) and Cambodia (2014). The study design is cross sectional and sample in each country is 10.162, 4.741 and 4.330 infants. After controlled by confounding variables, birth interval <18 months had the greatest risk of infant mortality in Indonesia (OR = 2.43: 95% CI 1.26 - 4.70) and Cambodia (OR = 4.39: 95% CI 1,76 - 10,94) compared to 18 - 23 months, 24 - 35 months and ≥ 36 months. While in Philippines 18 - 23 month birth interval is the greatest risk of infant mortality compared to birth interval <18 months and ≥ 24 months (OR = 2.59: 95% CI 1.13 - 5.95). The ideal birth interval to reduce the risk of infant mortality is ≥ 24 months."
2017
T48404
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmiati
"AKB di Indonesia adalah 35 per I 000 kelahhan hidup, AKB Indonesia masih lebih tinggi daripada beberapa Negara Asia Tenggara. Secara makro maka masalah AKB akan mempengaruhi Human Development Index yang merupakan salah satu indikator untuk menilai status kesehatan suatu Negara. Pemberian ASI dapat menurunkan risiko kematian bayL Oleh karena itu, perlu diketahui pengaruh durasi pem:berian AS[ dan fitktor determinan lainnya terhadap ketahanan hidup bayi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh durasi pcmberian AS! dan faktor ibu, bayi dan lingkungan tempat tinggal terhadap ketahanan hidup bayi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder SDKI 2002-2003. Analisis dilakukan dengan menggunakan regresi cox ganda. Hasil penelitian menemukan bahwa probabilitas ketahanan hidup bayi yang mendapatkan ASI di Indonesia adalah 984%. Median kahdaman hidup bayi tidak dapat dihitung karena sampai pengamatan berakhir tidak ditemukan 50%kematian bayi. Durasi pemberian AS!mempengaruhi kelahanan hidup hayi di Indonesia. Bayi yang disusui dengan durasi 4-5 bulan memiliki ketahanan hidup 2,63 kali lebih baik.

Infant Mortality Rate (IMR) in Indonesia is 3.5 per 1000. IMR Indonesia is still higher compare to some other South East Asia States. When IMR problem is not handled macroiy, it will influence the Human Development Index. Breastfeeding can decrease infant death risk. Therefore; it is important to know the effect of duration of breastfeeding and other determinant factors related to infant survival in Indonesia. This research is aimed to explore the effect of duration of breastfeeding and mother. Infant. and environment factors to infant survival in Indonesia. Data was analyzed by using the multiple cox regression. The result showed that probability of infant survival who had breastfeeding. Indonesia is 984 Median of infant survival inca1culable because until the end of the study, the rate of 50% infant mortality was not occurred. Duration of breastfeeding affect to infant survival in Indonesia. Infant who have duration of breastfeed 4-5 months have a better survival 2,63 times than those who have less than 4 months duration of breastfeeding. Infant who have duration of breastfeeding 6 months have a better survival 33,33 times than those who have less than 4 months duration of breastfeeding."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20977
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fredy Tjekden
"Angka kematian bayi di Indonesia tergolong tinggi jika dibandingkan negara-negara anggota ASEAN. Untuk menurunkan angka kematian bayi diperlukan suatu pemahaman yang komprehensif tentang determinannya. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari kejadian kematian dan tingkat benahan hidup bayi berdasarkan faktor-faktor kesehatan dan demografi. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis inferensial yang terdiri dari analisis regresi logistik untuk mempelajari pengaruh faktor-faktor kesehatan dan demografi terhadap kejadian kematian bayi serta proporsional hazard model untuk mempelajari pengaruh faktor-faktor kesehatan dan demografi terhadap tingkat bertahan hidup bayi yang menggunakan data hasil SDKI 2007.
Temuan analisis deskriptif menunjukkan bahwa kejadian kematian bayi lebih banyak pada ibu yang berpendidikan dan kemampuan ekonomi rendah, tinggal di perdesaan, tidak melakukan pemeriksaan kehamilan memenuhi ST, penolong persalinan bukan tenaga kcsehatan, tidak melakukan pemeriksaan bayi setelah lahir, melahirkan pada umur yang berisiko, jumlah anak tiga ke atas, jarak kelahiran di bawah dua puluh empat bulan, serta jenis kelamin anaknya laki-laki.
Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa kematian neonatal dipengaruhi pemeriksaan bayi setelah lahir, umur ibu saat melahirkan, urutan ke1ahiran,jarak kelahiran, dan jenis kelamin anak. Untuk kematian postneonatal, faktor-faktor yang mempengaruhi adalah penolong persalinan, pemeriksaan bayi setelah lahir, umur ibu saat melahirkan, urutan kelahiran, jarak kelahiran, dan daerah tempat tinggal. Untuk kematian bayi, faktor-faktor yang mempengaruhi adalah pemeriksaan bayi setelah lahir, umur ibu saat melahirkan, urutan kelahizan, jarak kelahiran, indeks kekayaan kuantil dan daerah tempat tinggal.
Hasil analisis proporsional hazard model menunjukkan bahwa tingkat bertahan hidup postneonatal dipengaruhi oleh penolong persalinan, pemeriksaan bayi setelah lahir, umur ibu saat melahirkan, urutan kelahiran, jarak kelahiran, pcndidikan ibu dan daerah tempat tinggal. Untuk tingkat bertahan hidup bayi, faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah pemeriksaan bayi setelah lahir, umur ibu saat melahirkan, urutan kelahiran, jarak kelahiran, jenis kelamin anak, pendidikan ibu dan daerah tempat tinggal.

Compared to other ASEAN countries, infant mortality in Indonesia is higher. To reduce infant mortality, we need comprehensive understanding about its determinants. Generally, this research’s aim is to study infant mortality and its survival rate based on health and demographic factors. In this research, method of analyses are descriptive analysis, logistic regression analysis and proportional hazard model analysis. Logistic regression analysis is used to examine influence of health and demographic factors on infant mortality. Proportional hazard model is used to investigate the impacts of health and demographic factors on survival rate of infant. This research uses the results of the 2007 Indonesia Demographic and Health Survey Data (IDI-IS).
The results of descriptive analysis show that the incidence of infant mortality is higher among infants from mothers with lower education and economic status. In addition, infant mortality is higher among babies from mother who lived in rural areas, had no antenatal care, were assisted non-professional health worker at delivery, had no postnatal check, gave births at high risk age, had more than three children, and had less than 24 months birth interval. Futhermore, baby boys had higher had higher mortality than baby girls.
The results of regression analysis on the factors of infant mortality show some interesting results. Neonatal mortality is influenced by the existence of postnatal check, mother‘s age at delivery, birth order, birth interval, and the sex of the baby. In posmeonatal case, the mortality is affected by the type of assistance at delivery, the existence of postnatal check, mother’s age at delivery, birth order, birth interval, and mother’s place of residence. In infant case, the mortality is influenced by the existence of postnatal check, mother’s age at delivery, birth order, birth interval, quintile index of welfare and mother’s place of residence.
The results of proportional hazard model show that survival rate of postneonatal is influenced by the type of assistance at delivery, the existence of postnatal check, birth order, birth interval, mother’s education level, and mother’s place of residence. Survival rate of infant is affected by the existence of postnatal check, mother’s age at delivery, birth order, birth interval, sex of infant, mother’s education level, and mother’s place of residence.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T34008
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eviati Adawiyah
"Masih tingginya angka kematian bayi dan rendahnya status gizi bayi di provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur yang akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup bayi. Status gizi merupakan salah satu proksi untuk mengukur kelangsungan hidup anak (Mosley & Chen, 1984; Pelletier & Frongillo, 2003). Tujuan penelitian untuk mengetahui pola hubungan faktor sosial-ekonomi terhadap kelangsungan hidup bayi melalui faktor proksi determinan di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur tahun 2007.
Penelitian ini memanfaatkan data sekunder dari hasil Survey Perilaku Kesehatan Ibu dan Anak serta Pola Pencarian Pengobatan di Tingkat Masyarakat di Propinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur tahun 2007. Sampel pada penelitian ini adalah bayi berumur 0-ll bulan dan mcmenuhi syarat kelengkapan data yang dibutuhkan oleh peneliti, sehingga total sampel adalah 1937 bayi. Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah variabel pengeluaran per kapita, status bekerja ibu dan tingkat pendidikan ibu (faktor sosial-ekonomi), variabel stunting, underweight dan wasling (kelangsungan hidup bayi), variabel umur ibu, paritas dan jarak kelahiran (faktor maternal), sumber air minum, jenis jamban, kepadatan rumah, jenis dinding, jenis atap, dan jenis lantai (faktor kontaminasi lingkungan), variabel pemberian kolostrum, ASI eksklusif dan kesesuaian pemberian makan mmbahan (faktor delisiensi nutrisi), dan kelengkapan imunisasi, kunjungan neonatal pertama dan kedua (faktor penoegahan dan perawatan kesehatan bayi). Metode analisis statistik yang digunakan adalah uii chi-square dan Structural Equation Modeling (SEM).
Proporsi status gizi lcurang berkisar antara 13-16% pada kedua provinsi untuk ketiga jenis pengukuran status gizi (stzmting, wasting dan zmderweight). Terdapat perbedaan bermakna, propoisi bayi wasting antara bayi dengan rumah yang padat dibandingkan yang kurang padat (p<0,05). Terdapat perbedaan bermakna., proporsi bayi stunting, under-weight atau wasting, pada variabel asi eksklusif kesesuaian pemberian makanan tambahan, dan kelengkapan imunisasi (p<0,01). Underweight merupakan indikator yang paling dominan di antara smniing dan wasting dalam menjeiaskan kelangsungan hidup bayi sebemr 96% (Xte1standar20,70; VE20,50; ClL>:0,70). Pada faktor defisiensi nutrisi, variabel pemberian kolostrum dan air susu ibu merupakan indikator yang baik, sedaugkan variabel kunjungan neonatal kedua merupakan indikator yang balk dalam menjelaskan falctor pencegahan dan perawatan kesehatan bayi sebesar 98% (7(,terstandar20,70; VB20,50; CR20,70). Terdapat pola hubungan antara faktor sosial-ekonomi terhadap kelangsungan hidup bayi melalui faktor proksi (faktor matemal, kontaminasi lingkungan, dan defisiensi gizi) (GFI>0,90; CFI>0,92).

The high rate of infant mortality and the low rate of nutritional status of infant in Nusa Tenggara Barat and Nusa Tenggara Timur province affect the survival of infant in the area. Nutritional status is one of the proxies in measuring infant survival (Mosley & Chen, 1984; Pelletier & Frongillo, 2003). The objective of the research is to find out the relationship pattern of socioeconomic to infant survival, through proxy determinant factors in West Nusa Tenggara and East Nusa Tenggara province in the year 2007.
The research utilizes secondary data derived ii'om the “Health Behavior of Mother and Child” survey and the “Medication Outlook Pattern” survey in the society level _in Nusa Tenggara Barat and Nusa Tenggara Timur province year 2007. The samples taken are infant aging 0-ll months, and is inline with the researcher’s standard of data, therefore the total number- of samples are 1937 infants. The variables studied in the research are expenditure per capita., maternal working status, and maternal educational status (socioeconomic factors), stunting, tmderweight, and wasting (infant survival), matemal age, parity, birth distance (maternal factors), Source of drinking water, type of toiletry, house density, type of house wall, type of house floor (environmental contaminants factors), colostrums providing, exclusive breastfeeding and the proper supplementary food providing (nutritional deficiency factors), completeness of immunization, first and second neonatal visits (infant health prevention and treatment factors). The method of statistic analysis used is the chi-square test and the Structural Equation Modeling (SEM).
The proportion of poor nutritional status is around 13-16% in the two provinces for the three types of nutritional status measurement (srunring, wasting, and underweighr). There is a significant difference in the proportion of infant wasting among infants living in high density housing compared to the infants living in the lower density housing (p<0.05). 'I`l1ere is a significant difference in the proportion of infant stunting, underweight, or wasting in the exclusive breastfeeding variable, proper supplementary food providence, and completeness of immunization (p<0.0l). Undenveighr is the most dominant indicator among stunting and wasting in explaining infant survival as much as 96% (x standardized;0.70; VE20.50; CIQO.70). In the nutritional deficiency factor, the colostnxms providing and breastfeeding variables are good indicators, second neonatal visit variable is the proper indicator in explaining the factors of health infant prevention and treatment, as much as 98% (x standardized20.70; VE?_0.50; CF20.70). There is a relationship pattern between the socioeconomic factors and the infant survival through proxy factor (matemal, environmental contamination, nutritional deficiency factors) (GF I>0.90; CF l>0.92).
"
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T33880
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Julius Sugiharto
"Ketahanan hidup bayi didefinisikan sebagai kemampuan bayi untuk bertahan hidup menjalani kehidupan sampai dengan berusia 1 tahun. Ketahanan hidup bayi merupakan kebalikan dari kematian bayi yang merupakan kematian yang terjadi antara setelah lahir sampai bayi belum tepat berusia 1 tahun. Tahun 2012, AKB Indonesia sebesar 32 per-1000 kelahiran hidup. Angka ini tergolong tinggi jika dibandingkan Negara tetangga dengan kondisi sosial ekonomi yang sama. Di sisi lain, kesenjangan AKB juga terjadi pada tingkat sosial ekonomi di Indonesia. Sosial ekonomi merupakan faktor primer penentu ketahanan hidup bayi. Status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi ketahanan hidup bayi melalui faktor maternal, gizi, kondisi bayi saat lahir, pengendalian penyakit dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran ketahanan hidup bayi di Indonesia dan determinan yang mempengaruhinya berdasarkan data SDKI 2012. Penelitian ini
menggunakan data SDKI 2012.
Dari hasil analisis diperoleh bahwa ketahanan hidup bayi di Indonesia tahun 2012 adalah sebesar 97,8%. Ketahanan hidup bayi menurun tajam pada usia 1 bulan pertama, dimana proporsi kematian bayi pada masa neonatal adalah sebesar 53,8% dan kematian neonatal terbanyak terjadi pada usia 0-7 hari, sebesar 80%. Berdasarkan hasil regresi cox time dependent, variabel yang masuk ke dalam model adalah umur melahirkan (20-35 tahun, HR=1,9), pekerjaan (karyawan/pegawai, HR=2,2; informal/industri, HR=3,3; sektor pertanian, HR=2,1), berat bayi lahir (<2500 gram, HR=5,9; tidak timbang, HR=2,0), pemberian makanan prelakteal (HR=1,5), pemeriksaan paska persalinan (tidak periksa, HR=2,2). Terdapat interaksi waktu dengan efek berat lahir rendah dengan pemeriksaan paska salin pada model ketahanan bayi yang diperoleh.

Infant survival is defined as the ability of infants to survive through life up to 1 year old. Infant survival is the opposite of infant mortality is the death that occurred between after birth until the baby has not exactly 1 year old. In 2012, Indonesia IMR reported as 32 per 1,000 live births. This figure is relatively high compared to the Asia countries with similar socio-economic conditions. Moreover, the gap of IMR also occurred in socio-economic level within Indonesia. Socio-economic status is the primary factor determining survival of infants. Socio-economic status will affect infant survival through maternal factors, nutrition, baby's condition at birth, disease control and environment. This study aims to reveal the infant survival in Indonesia and its determinants based on data IDHS 2012. This study uses Indonesia Demographic and Health Survey 2012.
The result shows that probability of infant survival in Indonesia amounted to 97,8%. Infant survival decreased sharply in the first months of age 1, wherein the proportion of infant deaths in the neonatal period amounted to 53.8% and neonatal deaths occurred in the age of 0-7 days, by 80%. Based on the results of time-dependent Cox regression, the variables entered into the multivariate model were maternal age when gave birth (20-35 years, HR = 1.9), Maternal employment (officer/employee, HR = 2.2; informal sector/industrial, HR = 3.3 ; agriculture, HR = 2.1), birth weight (<2500 grams, HR = 5.9; not weigh, HR = 2.0), prelakteal feeding (HR = 1.5), post-delivery checked (not checked, HR = 2.2). There is interaction between time with the effects of low birth weight and postdelivery checked in the multivariate model obtained."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silaen, Fernando
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh otonomi perempuan, faktor sosial dan ekonomi serta faktor biologis terhadap interval kelahiran pertama dan interval kelahiran kedua di Indonesia dengan menggunakan data SDKI 2012. Analisis multivariat pada penelitian ini menerapkan model regresi Cox. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa otonomi perempuan dalam rumah tangga signifikan mempengaruhi interval kelahiran pertama dan interval kelahiran kedua. Pada model interval kelahiran pertama, faktor terkuat dalam menentukan kecepatan perempuan mempunyai anak pertama adalah penggunaan alat kontrasepsi dan tingkat pendidikan. Sementara pada model interval kelahiran kedua, faktor terkuat dalam menentukan kecepatan perempuan mempunyai anak kedua adalah kelangsungan hidup anak pertama dan lama abstinensi.

The aim of this research is to study the impact of women's autonomy in household and socio-economic and biological factors on first birth interval and second birth interval in Indonesia. The data used come from the results of the 2012 Indonesia Demographic and Health Survey using Cox regression (proportional hazard model). The result shows that women's autonomy in household have significant impacts on first birth interval and second birth interval. In the first birth interval model, the most influential variabels that affected the length of marriage to first birth interval are contraception using and education attainment. Otherwise in the second birth interval model, the survival of index child and abstinence duration is more influential.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>