Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175710 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sitepu, Ema Hulina Wissaputri
"Tujuan penelitian uji klinis ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian kolostrum sapi terhadap jumlah limfosit CD4+ penderita HIV. Penelitian dilakukan di UPT HIV RSUPNCM, mulai bulan Pebruari 2010 sampai dengan Mei 2010. Sebanyak empat puluh subyek terseleksi dari penderita HIV dengan metode consecutive sampling. Dengan alokasi random blok, dihasilkan dua puluh subyek mendapat kolostrum sapi dan konseling gizi, dan dua puluh subyek lain hanya mendapat konseling gizi saja. Data dikumpulkan sebelum dan setelah periode perlakuan melalui wawancara, pengukuran antropometrik dan pemeriksaan laboratorium darah untuk penentuan jumlah limfosit CD4+. Data asupan makanan ditentukan dengan menggunakan metode food record 1 hari dalam seminggu pada awal dan a.ldrir penelitian. Selama periode penelitian, empat subyek di drop out karena kondisi memburuk (satu orang), tugas keluar kota (dua orang) dan satu orang tidak dapat dihubungi.
Nilai rerata jumlah limfosit CD4+ sebelum pemberian kolostrum sapi pada kelompok perlakuan adalah 188,67±79,29 sel/mm sedang pada kelompok kontrol 186,56±83,48 sel/mm dengan uji t tidak berpasangan kedua kelompok memberikan hasil tidak berbeda bermakna (p=0,938). Setelah perlakuan, terjadi peningkatan jumlah limfosit CD4+ pada kedua kelompok menjadi 246,06±161,18 sel/mm pada kelompok perlakuan, sedang pada kelompok kontrol menjadi 201,61±83,5 sel/mm dengan uji t tidak berpasangan menunjukkan hasil tidak berbeda bermakna. Skor kualitas hidup dengan menggunakan SF-36v2 pada kelompok perlakuan memberikan nilai rata 108,78 dan di akhir penelitian menjadi 113. Pada kelompok kontrol, sebelum perlakuan didapatkan nilai rata skor kualitas hidup adalah 108,89, setelah enam minggu, nilairerata menjadi 111,94. Uji t tidak berpasangan pada kelompok perlakuan maupun kontrol tidak menunjukan perbedaan yang bermakna. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa setelah pemberian kolostrum sapi selama enam minggu dapat mingkatkan jumlah limfosit CD4+ dan skor kualitas hidup yang secara statistik tidak bermakna. Walaupun secara statistik tidak bermakna, tetapi secara klinis ada manfaatnya."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T29146
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Florentina Mariane Rahardja
"Tujuan penelitian awal lni adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian laktoferin sapi terbedap jumlah limfosit CD4+ penderita HIV positif dewasa. Penelitian dilakukan di POKDISUS AIDS RSUPNCM Jakarta, mulai bulan Februari 2010 sampai dengan bulan April2010. Dua puluh delapan subyak yang diseleksi dari pasien HIV positif dengan metode consecutive sampling mengikuti penelitian ini dari awal sampai akhir. Semua subyek diberi kapsul berisi 200 mg laktoferin sapL Kapsul diminum setiap hari satu butir selama enam minggu. Data dikumpulkan sebelum dan sesudah pemberian kapsul laktoferin melalui wawanoara, pengukuran antropometrik, dan pemerikarum laboratorium darah untuk penentuan jumiah limfosit CD4'. Data asupan makanan direntukan dengan menggunakan metode food recall lx24 jam dan food record 3x24 jam pada awal dan akhir penelitian.
Nilai rerata jumlah limfosit CD4+ sebelum pemberian laktoferin adalah 231,85 ± 122,89 seVL (50,00-731,00 seVf!L) sesudah enam minggu perlakuan. Uji Wilcoxon terhadap kadua nilai tersebut, tidak berbeda bermakna (p=0,22). Sahelum diberikan laktoferin, nilai rerata jumlah limfusit CD4+ subyek yang belum mendapat ARV adalah 302,33 ± 132,79 seV tL dan meningkat menjadi 345,33 ± 202,33 sell tL pada akhir penelitian. Respon serupa ditemukan pula pada subyek yang telah mendapat ARV di mana jumiah limfosit CD4' sebelum pemberian laktoferin adalah 178,00 ± 84,77 seii L, 122,66 seV tL. Uji t be!pasangan terhadap peningkatan jumlah Jimfosit CD4+ antara subyek yang sudah dan belum mentiapat ARV, temyata tidak berbeda bermakna (p=0,12). Perbaikan jumlah limfosit CD4+ sesudah pemberian laktoferin terjadi pada 7 (58,33%) dari 12 subyek yang belum mendapat ARV dan pnda 9 (56,25%) dari 16 subyek yang mendapat ARV. Uji Chi-Square menunjukkan bahwa perbaikan jumlah limfosit CD4+ pada kedua kelompok.

The aim of this preliminary study is to find out the effect of bovine lactoferin administration on CD4+ lymphocyte count of adult H!V-infected patients. "!he study was conducted from February to April 2010, at POKDJSUS AIDS Department of Internal Medicine, Central District Cipto Mangunkusumo National General Hospital (RSUPNCM) Jakarta. Subjects were selected from HIV-positive patients and only 2& were fully participated in the study. Capsules containing 200 mg of bovine lactoferrin were taken orally by all subjects once a day fur six weeks. Data were collected before and after bovine lactoferrin administration by interview, anthropometric measurement, and laboratory examination of blood for determining CD4+ lymphocyte count. Daily dietary intake data were determined by using I x 24 hour food recall and 3 x 24 hour food record at the beginning and at the end of the study.
Mean value of CD4.._ lymphocyte count before lactoferrin administration was 231.85 ± 122.89 cells/j.tL and increased to median value of 236.50 cells/j.tL (50.00-731.00 cellslj.tL) after six weeks intervention. Wilcoxon test on the above values showed no significant difference (IF0.22). Mean value of CD4+ lymphocyte count of untreated subjects with ARV before lactoferrin administration was 302.33 ± 132.79 cellsiJ.lL and increased to 345.33 ± 202.33 cells/j.!L at the end of study. 1he same response was also found in treated subjects with ARV where the mean value of CD4'" lymphocyte count increased from 78.00 ± 84.77 cells/).IL before lactoferrin administration to 204.38 ± 122.66 cells/J.tL, thereafter. Paired t-test on the increased CD4+ lymphocyte count between treated and untreated subjects with ARV showed no significant difference (JFO.I2). The improvement of CD4+ lymphocyte count after lactoferrin administration was seen in 7 out of 12 untreated subjects (58.33%) and in 9 out of 16 treated subject? with ARV (56.25%). Chi-Square's test showed that the improvement on both groups was not significant (p 0.91).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32408
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ingka Nilawardani
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui suplernentasi vitamin B12 pada penderita HIV terhadap jumlah CD4, sehingga diharapkan dapat mencegah progresivitas penyakit HIV. Penelitiam ini merupakan uji klinis tanpa pembanding, terhadap 15 orang pasien HIV di poliklinik UPT HIV RSUPNCM Jakarta mulai satu Februari sampai dengan 20 April 2010. Subyek mendapat suplementasi vitamin B12 (metilkobalamin) 1000 pg/had, peroral, sclama enam minggu. Data dikumpulkan meliputi data demografi (usia dan jenis kelamin), adanya hepatitis gastroenteritis dan infeksi akut selama penelitian, status gizi (indeks massa tubuh), analisis asupan zat gizi dengan metode had record 3 x24 jam dan FFQ semikuantitatit2 lcadar vitamin B12 serum dan jumlah CD4. Analisis data menggunakan uji t berpasangan atau Wiicoxon dengan batas kemaknaan p < 0,05. Sebanyak 15 subyek mengikuti penelitian sampaj sclesai. Setelah enam minggu perlakuan, didapatkan adanya peningkatan yang bennakna terhadap kadar vitamin Bn serum awal 270,71 i 71,04 pmol/L, pada akhir perlakuan 419,11 =4= 122,95 pmol/L meningkat signiiikan (p > 0,001). Terdapat 11 dari 15 subyek mengalami peningicatan jumlah CD4 pada akhir penelitian. Median jumlah CD4 subyek pada awal penelitian 143 (23 - 372) sei/pL dibandingkan dengan median pada akhir pcrlakuan 166 (18 - 428) /pL, didapatkan perubahan signifikan (p = 0,03l). Uji korelasi Spearman, tidak menunjukan korelasi bermakna antara perbedaan jumlah CD4 dengan perbedaan kadar vitamin B12 serum (r= -0,375, p= 0,l68). Dcngan demikian dapat disimpulkan bahwa, walaupun tidak terdapat korelasi pada perbedaan jumlah CD4 dan kadar vitamin B12, namun suplementasi vitamin B12 menggunakan metilkobalamin 1000 pg/hari, peroral, selama enam minggu pada penderita HIV dapat meningkatkan secara bcrmakna kadar vitamin Bn serum dan terdapat perubahan bermakna jumlah CD4.

ABSTRACT
The aim of this study is to find the effect of Vitamin B12 supplementation in HIV patients on the counts of CD4 so it would prevent the HIV progressiveness in RSUPNCM Jakarta. It is an one-armed clinical trial in 15 HIV patients in UPT HIV RSUPNCM Jakarta. The subjects received vitamin B12 (methylcobalamin) supplementation 1000 ug/day, per oral, for six weeks. The data was collected included demographic data (age and sex), the presence of hepatitis co-infection and gastroente1itis,and acute infection during nutritional status (body mass index), nutrition intake analysis with 3 x24 hours food record method and semi-quantitative FFQ, the level of serum vitamin B12 and CD4 counts. The study used paired t-test or Wilcoxon with significant value p < 0,05. There were I5 subjects who completely participated. After six weeks of intervention, there as a significant increment of early serum Vitamin Bl; level which was 270,71 1 71,04 pmol/L, and at the end ofthe intervention was 419,11 :h 122,95 pmol/L; increased significantly (p > 0,00l). There were ll of 15 subjects who had an increment at the end of the study. Early CD4 counts at the beginning of the study was 143 (23 - 372) cells/pL then changed significantly at the end of the study which was 166 (18 - 428) cells/pl., p = 0,03l. Though there was no significant correlation in CD4 counts difference to serum vitamin B12 level (r= -0,375, p= 0,l68)- It can be concluded that after six week intervention with vitamin B12 supplementation in methycobalamin form 1000 ug/day, per oral, in HIV patients would significantly increase serum vitamin B12 level and would significantly change CD4 counts, even-though there was no correlation on CD4 difference and vitamin Bl; level difference.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32066
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sharon Sandra
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah limfosit T-CD4+, limfosit TCD8+, dan rasio CD4+/CD8+ serta hubungannya dengan status gizi pada pasien HIV positif. Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan menggunakan data sekunder dari penelitian pada penderita HIV positif yang belum mendapatkan terapi antiretroviral. Data yang diambil meliputi data usia, jenis kelamin, jumlah limfosit T-CD4+, limfosit T-CD8+, rasio CD4+/CD8+, status gizi. Analisis data menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dan Fisher. Subyek penelitian terdiri dari 17 laki-laki dan 15 perempuan dengan median usia 27 (19-59) tahun. 62,5% subyek memiliki status gizi normal. 78,1% memiliki jumlah limfosit T-CD4+ antara 200-500/μL, 68,8% memiliki jumlah limfosit TCD8+ > 785/μL, 96,9% memiliki rasio sel limfosit T-CD4+/T-CD8+  1. Tidak ditemukan hubungan bermakna antara jumlah limfosit T-CD4+ dengan status gizi (p=0,520), antara jumlah sel limfosit T-CD8+ dengan status gizi (p=1,000), serta antara rasio CD4+/CD8+ dengan status gizi (p=1,000). Simpulan penelitian adalah tidak ada hubungan bermakna antara jumlah limfosit T-CD4+, limfosit T-CD8+, dan rasio CD4+/CD8+ dengan status gizi pada pasien HIV. Penelitian ini menyarankan bahwa dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang sesuai dan sebaran responden merata.

The aim of this study was to investigate the CD4+ count, CD8+ count, and CD4+/CD8+ ratio and their relationships with nutritional status in HIV positive patients. This was a cross-sectional study with secondary data from a study of HIV positive patients who had not started antiretroviral therapy. Data collection consisted of age, sex, CD4+ count, CD8+ count, CD4+/CD8+ ratio, nutritional status. Statistical analysis used Kolmogorov-Smirnov and Fisher’s test. Subjects consisted of 17 men and 15 women, median of age was 27 (19-59) years. 62,5% had normal nutritional status. As many as 78,1% of the CD4+ count were between 200-500/μL, as many as 68,8% of the CD8+ count were > 785/μL, and 96,9% showed CD4+/CD8+ ratio 1. There was no significant relationship between CD4+ count and nutritional status (p=0,520), between CD8+ count and nutritional status (p=1,000), and between CD4+/CD8+ ratio and nutritional status (p=1,000). The conclusions of this study was there was no significant relationship of CD4+ count, CD8+ count, and CD4+/CD8+ ratio with nutritional status in HIV (+) patients. This research suggests to do further research with adequate sample and normal distribution of responden."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anne Rivaida
"Tujuan: Mengetahui korelasi antara kadar sang (Zn) plasma dengan jumlah Iimfosit CD4 penderita HIV/AIDS.
Tempat: Poliklinik Kelompok Studi Khusus (Pokdisus) AIDS Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Metodologi: Penelitian potong lintang dilakukan pada 52 orang penderita HIV/AIDS. Wawancara dilakukan pada subyek penelitian untuk mendapatkan data demografi, infeksi oportunistik, asupan energi dan asupan Zn. Data asupan energi didapatkan dengan metode food recall 1x24 jam, sedangkan data asupan Zn didapatkan dengan menggunakan metode FFQ semikuantitatif selama satu bulan terakhir. Status gizi ditentukan berdasarkan IMT. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan kadar Zn plasma dan jumlah limfosit CD4. Untuk mengetahui korelasi dipergunakan uji korelasi Pearson dan Spearman-Rank.
Hasil: Subyek penelitian terdiri dari 44 orang laki-laki dan delapan orang perempuan, terbanyak berada pada rentang usia 20-29 tahun (80,8%), dengan rerata usia 26,4613,60 tahun, 75% berpendidikan sedang, 63,5% berada di bawab upah minimum propinsi (UMP), Rerata IMT 19,5512,83 kg/m2, 53,8% subyek termasuk kriteria berat badan normal. Nilai rerata asupan energi subyek adalah 1574,11 ± 198,48 kkal/hari, 82,7% subyek mempunyai asupan energi kurang. Rerata asupan Zn 6,9810,92 mglhari, dan 94,2% subyek mempunyai asupan Zn kurang. Median kadar Zn plasma 13,63 (11,26-44,98) µmol/L, 17,3% subyek mengalami defisiensi Zn. Median jumlah limfosit CD4 81 (2-747)/µL., 75% subyek mernpunyai jumlah Iirfosit CD4 < 200/µL. Sebagian besar (80,8%) subyek mengalami infeksi oportunistik, berdasarkan pola infeksi oportunistik, terbanyak adalah kandidiasis orofaring (55,8%). Didapatkan korelasi bermakna antara kadar Zn plasma dengan jumlah limfosit CD4 (r=0,29;p=0,04), dan korelasi tidak bermakna antara asupan Zn dengan kadar Zn plasma (r=0,07; p=0,65) serta antara status gizi (IMT) dengan jumlah limfosit CD4 (r=0,2 I ; p=1,13).
Kesimpulan: Didapatkan korelasi bermakna antara kadar Zn plasma dengan jumlah Iimfosit CD4 (r=0,29; p=0,04)

Objective: To investigate the correlation between plasma zinc (Zn) concentration and the number of CD4 lymphocytes count in HIV/AIDS patients
Methods: This was a cross sectional study of 521-I1V/AIDS patients. Interviews were done to get data about demographic characteristics, opportunistic infections, energi intake and Zn intake. The daily energy intake was assessed using 24h food recall method, while dietary Zn intake was assessed by using semiquantitative FFQ method. Nutritional status was determined BM1. Laboratory examination was done to assess plasma Zn concentration and CD4 lymphocytes count. Pearson's and Spearman's-Rank correlation tests were used to determine the correlation.
Subjects: consisted of forty four (84,6%) males and eight (19,2%) females, most of the subjects were in the 20-29 years old range (80,8%), with mean age of 26,46+3,60 years. Most subjects (75%) had medium education level and 33 subjects (63,5%) were earning under LIMP. Mean value of BMI was 19,55+2,83 kglm2 and based on the BMI levels, most of the subjects were normal (53,8%). Mean daily energy intake were 1574,11 ± 198,48 kcal, 82,7% had Iow energy intake. Mean Zn intake was 6,98 ± 0,92 mg/day, and 94,2% had low Zn intake_ Median plasma Zn concentration was 13,63 (11,26 - 44,98) /µL and 17,3% of subjects had low plasma Zn concentration. Median of CD4 lymphocytes count was 81 (2-747)//µL, 75% subjects had CD4 lymphocytes count < 200//µL, 80,8% subjects had opportunistic infections, and the most prevalent was oesophageal-orofaryng candidiasis (55,8%). There was a significant correlation between Zn plasma level and CD4 lymphocytes count r=0,29; p = 0,04). No significant correlation were found between Zn intake and plasma Zn concentration (r=0,07; p=0,65) and between BMI and CD4 lymphocytes count (r=0,21; p=0,13).
Conclusion: There was significant correlation between Zn plasma level and CD4 lymphocytes count (r = 0,29; p = 0,04).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T58522
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Apsari
"Candida adalah jamur oportunistik yang umum ditemukan pada kasus HIV/AIDS. Penurunan jumlah CD4+ pada infeksi HIV mempengaruhi sifat Candida sp. dari komensal menjadi patogen. Penelitian ini merupakan studi potong lintang untuk mencari hubungan antara jumlah CD4+ dengan jumlah koloni Candida sp. pada rongga mulut anak terinfeksi HIV. Tiga puluh lima anak dengan infeksi HIV dibagi menjadi 3 kelompok sesuai jumlah CD4+. Isolasi Candida sp. ditemukan pada 27 sampel subjek(77,1%). Total koloni Candida sp. pada anak dengan CD4+ rendah sebesar 1315(30-2100)CFU/ml dan CD4+ normal sebesar 30(0-1020)CFU/ml. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara jumlah CD4+ dengan jumlah koloni Candida sp.

Candida is an opportunistic fungi that is commonly found in HIV/AIDS patients. Decrease in CD4+ count in HIV infection, affects the nature of Candida sp. from commensal be pathogenic. This was a cross-sectional study to find out the relationship between CD4+ count and the number of Candida sp. from oral cavity in HIV children. Thirty-five children with HIV infection were divided into 3 groups according to CD4+ count. Isolation of Candida sp. were found in 27 samples of subjects (77.1%). The total colony Candida sp. was 1315(30-2100)CFU/ml in children with lower CD4+ count and 30(0-1020)CFU/ml in children with normal CD4+ count. The results showed a significant relationship between CD4+count and the number of Candida sp.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
T. M. Marini
"Tujuan : Mengetahui korelasi antara kadar vitamin E dengan jumlah limfosit CD4 penderita HIV/ AIDS
Tempat : Klinik Kelompok Studi Khusus AIDS Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Metodologi : Penelitian potong lintang pada 52 penderita HIV/ AIDS , berusia 20-40 tahun. Data yang diambil meliputi data demografi, infeksi oportunistik, asupan energi asupan lemak dengan metode food recall 1x24 jam, asupan vitamin E dengan food frequency questionnaire (F Q) semikuantitatif, kadar vitamin E plasma dan hitung limfosit CD4. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Pearson.
Hasil : Subyek terdiri dari 44 orang laki-laki dan 8 orang perempuan, median usia 26 tahun, 75% berpendidikan sedang, 63,5% berpenghasilan di bawah UMP, 59,6% tidak merokok, 80,77% golongan IDU, 82,7% AIDS, 80,8% dengan IO. Rerata IMT 19,53 kg/m2 dan 53,8% termasuk normal , rerata asupan energi 1574,1 ± 198,48 kkal, rerata asupan lemak 31,17 ± 7,26%, median asupan vitamin E 10,00 ± 1,82 mg/ hari, dan 84,6% memiliki asupan vitamin E kurang. Nilai median kadar vitamin E plasma 22,59 (11,08-70,24) µmol/L dan 90,4% subyek memiliki kadar vitamin E normal. Didapatkan korelasi positif bermakna antara asupan lemak dengan kadar vitamin E plasma(r=0.307, p-0.027*) dan antara asupan vitamin E dengan jumlah CD4 (r=0.363, p=0.008*). Tidak ada korelasi antara IMT dengan limfosit CD4 (r-0.210, p=0.135), asupan vitamin E dengan kadar vitamin E plasma (r-0.222, p=0.114), kadar vitamin E plasma dengan jumlah limfosit CD4(r= 0.028, p'.843).
Kesimpulan : Tidak terdapat korelasi antara kadar vitamin E plasma dengan jumlah CD4 penderita HIV/ AIDS.

Objective : To investigate the correlation between plasma vitamin E concentration and the number of CD4 lymphocytes count in HIV/ AIDS patients
Method : This was a cross-sectional study involving 52 HIVIAIDS patients, aged 20-40 years in University of Indonesia AIDS Working Group (POKDIKSUS) Clinic at Dr Ciptomangunkusumo General Hospital Jakarta. Data were collected including demographic characteristic, energy and fat intake by the 24-hour dietary recall method, vitamin E intake using FFQ semi quantitative method, vitamin E plasma concentration and CD4 lymphocytes count. Statistical analysis was carried out using Pearson's correlation test to investigate the correlation between vitamin E plasma concentration and the number of CD4 lymphocytes count in HIVIAIDS patients.
Result : The subjects were comprised 44 men and 8 women with median of age 26 years. 75% of the subjects were in middle education level; 63.5% were earned under Jakarta's minimum wages; 59.6% were non-smoker; 80.77% were IDU; 82.7% were infected by AIDS; and 80.8% with opportunistic infection. The BMI mean was 19.53kg/m2 of which 518% were normal. The mean of daily energy intake was 1574.11 ± 198.48 kcal, the mean of fat intake was 31.17 ± 7.27%, the median of vitamin E intake 10.00 (7.67- 15.38) mgld and 84.6% had a low vitamin E intake. The median value of vitamin E plasma level was 22.59 (11.08-70.24) µmol/L and 90.4% of subjects had normal vitamin E plasma concentration. There was a significant correlation of fat intake with vitamin E plasma concentration (r=0.307, p=0.427*), also of vitamin E intake with CD4 lymphocytes count (r 0.363, p-0.008*). But, there was no correlation of BMI with CD4 lymphocytes count (r0.210, p=0.135), of vitamin E intake with vitamin E plasma concentration (r=0.222, p=0.114), also the concentration of vitamin E plasma with CD4 lymphocytes count (r= 0.028, p=0.843).
Conclusion: No correlation was found between plasma vitamin E concentration and CD4 lymphocytes count in HIV/ AIDS patients..
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21222
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diajeng Ayesha Soeharto
"Pendahuluan. Infeksi HIV perinatal di anak adalah salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Dengan bertambahnya ketersediaan obat antiretroviral, angka kelangsungan hidup pasien HIV mengalami perkembangan. Implikasi dari hal ini adalah pentingnya mengetahui dampak HIV terhadap kognitif pada anak yang telah diberikan terapi antiretroviral tersebut, karena penurunan kecerdasaan diketahui sebagai salah satu manifestasi dari HIV stadium berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat CD4+ awal dan tingkat kecerdasan pada anak HIV yang telah memperoleh terapi antiretroviral.
Metode. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dan melibatkan anak-anak dengan infeksi HIV melalui transmisi perinatal yang berusia 5.5-18 tahun. Pasien yang terlibat dalam penelitian telah melakukan pengobatan dengan ART sekurang-kurangnya 6 bulan sebelum penelitian. Data subjek, yaitu termasuk data tingkat CD4+ awal pasien, diambil dari case record form dan rekam medis pasien dan dilakukan pada periode Juli-Agustus 2016 di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Pengukuran fungsi kognitif dilakukan menggunakan metode CIDD (Cross- Cultural Intellectual Test or Device). Hasil data akan digambarkan dalam tabel. Peneliti mencari hubungan CD4+ dan tingkat kecerdasan subjek dengan menggunakan uji uni-variat non parametric test for independent samples of Mann-Whitney dan simple correlation test. Uji multi-variat linear regression digunakan untuk mengevaluasi faktor risiko dalam fungsi kognitif anak dengan HIV.
Hasil. Jumlah subjek yang terlibat dalam studi ini adalah 76 subjek. Subjek merupakan mayoritas perempuan dengan rata-rata usia 10 tahun, dimana sebagian besar merupakan berusia dibawah 12 tahun. 80.3% subjek dilahirkan spontan dan 83% subjek diberi ASI. Angka prevalensi comorbidities adalah sebagai berikut, malnutrisi (77%), TB (66%), dan diare persisten (55%). Mayoritas subjek diberi diagnosis dengan stadium klinis WHO 4, dan HIV-associated immunodeficiency status berat berdasarkan nilai CD4+ awal. Nilai tengah dari hasil uji kognitif CIDD adalah 17. Hasil dari test korelasi mengungkapkan hubungan positif yang sangat lemah (r = 0.005) dengan uji univariat yang menunjukkan hubungan yang tidak signifikan (p-value > 0.05) antara tingkat CD4+ dan tingkat kecerdasan. Sedangkan, dalam analisa faktor risiko ditemukan bahwa umur subjek memiliiki hubungan signifikan terhadap tingkat kecerdasaan (p-value < 0.05).
Kesimpulan. Rendahnya tingkat CD4+ awal tidak menentukkan rendahnya tingkat kecerdasan pada anak terinfeksi HIV perinatal yang telah memperoleh terapi anitretroviral. Ditemukan bahwa faktor risiko yang memiliki hubungan dengan kognitif adalah umur pasien. Penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi mengenai kognitif terhadap remaja dengan infeksi HIV perinatal dapat dilakukan untuk mengetahui efek jangka panjang HIV terhadap fungsi kognitif.

Preliminary. Perinatal HIV infection in children is one of the health problems in Indonesia. With the increase in the availability of antiretroviral drugs, the survival rate of HIV patients has progressed. The implication of this is the importance of knowing the cognitive impact of HIV on children who have been given such antiretroviral therapy, because the decrease in intelligence is known as one of the manifestations of severe stage HIV. This study aims to determine the relationship between baseline CD4 + levels and intelligence levels in HIV children who have received antiretroviral therapy.
Method. This study used a cross sectional method and involved children with HIV infection through perinatal transmission aged 5.5-18 years. Patients involved in the study had been taking treatment with ART at least 6 months before the study. Subject data, including patient baseline CD4 + data, were taken from the patient's case record form and medical record and were carried out in the July-August 2016 period at Cipto Mangunkusumo General Hospital. Cognitive function measurements were performed using the CIDD (Cross-Cultural Intellectual Test or Device) method. The results of the data will be illustrated in the table. Researchers are looking for CD4 + relationship and the level of intelligence of the subjects using the non-parametric non-parametric test for independent samples of Mann-Whitney and simple correlation test. The linear regression multi-variate test was used to evaluate risk factors in cognitive functioning of children with HIV. Results. The number of subjects involved in this study was 76 subjects. Subjects constituted the majority of women with an average age of 10 years, with the majority being under 12 year. 80.3% of subjects were born spontaneously and 83% of subjects were breastfed. The prevalence rates for comorbidities are as follows, malnutrition (77%), TB (66%), and persistent diarrhea (55%). The majority of subjects were given a diagnosis with WHO clinical stage 4, and severe HIV-associated immunodeficiency status based on baseline CD4 + values. The mean value of the CIDD cognitive test results was 17. The results of the correlation test revealed a very weak positive relationship (r = 0.005) with a univariate test that showed an insignificant relationship (p-value> 0.05) between CD4 + level and intelligence level. Meanwhile, in the analysis of risk factors it was found that the age of the subjects had a significant relationship to the level of intelligence (p-value <0.05). Conclusion. The low initial CD4 + level does not determine the low level of intelligence in children infected with perinatal HIV who have received antitretroviral therapy. It was found that the risk factor that has a relationship with cognitive is the patients age. Further research to evaluate the cognitive of adolescents with perinatal HIV infection can be done to determine the long-term effects of HIV on cognitive function.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nancy Indriyani Dida
"ABSTRAK
Saat ini proporsi kejadian terinfeksi HIV pada perempuan semakin meningkat. Kualitas hidup pada ibu rumah tangga dengan HIV rendah, hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti HIV disclosure, stigma dan stres. Tujuan : Mengidentifikasi hubungan HIV disclosure, stigma dan stres terhadap kualitas hidup ibu rumah tangga dengan HIV di Kupang, menggunakan desain penelitian cross sectional. Sampel terdiri dari 120 ibu rumah tangga dengan HIV di poli VCT Sobat yang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Hasil : Ada hubungan antara stres (p=0,011;α=0,005) dan stigma (p=0,001;α=0,005) dengan kualitas hidup ibu rumah tangga dengan HIV. Faktor paling dominan yang mempengaruhi kualitas hidup ibu rumah tangga dengan HIV adalah tingkat stres sedang (p=0,009;α=0,005; OR=7,667; 95% CI= 1,678-35,032). Kesimpulan : Stres dan stigma berhubungan dengan kualitas hidup ibu rumah tangga denfan HIV di Kupang. Direkomendasikan untuk dilakukan deteksi dini tingkat stres pada ibu rumah tangga dengan HIV agar dapat dilakukan intervensi awal untuk mengurangi stigma dan meningkatkan kualitas hidup.

ABSTRACT
The proportion of HIV-infected women currently increases. Quality of life in housewives with HIV is low, this can be caused by many factors such as HIV disclosure, stigma and stress. Objective: To identify the relationship between HIV disclosure, stigma and stress on the quality of life of housewives with HIV in Kupang, using a cross sectional study design. The sample consisted of 120 housewives with HIV in poly VCT friends who were selected by consecutive sampling technique. Results: There was a relationship between stress (p = 0.011; α = 0.005) and stigma (p = 0.001; α = 0.005) with the quality of life of housewives with HIV. The most dominant factor affecting the quality of life of housewives with HIV is the moderate stress level (p = 0.009; α = 0.005; OR = 7.667; 95% CI = 1.678-35.032). Conclusion: Stress and stigma are associated with quality of life of housewives with HIV in Kupang. Early detection of stress levels in housewives with HIV is recommended so that early intervention can be carried out to reduce stigma and improve quality of life.

 

"
2019
T53071
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Diah Pusparini Pendet
"Salah satu aspek penting penanganan pasien HIV/AIDS, khususnya lansia adalah kualitas hidup. Hal ini karena penuaan mengganggu fungsi fisik, psikologis, dan sosial terutama masalah depresi dan stigma yang mempengaruhi kualitas hidup. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa hubungan depresi dan stigma terhadap kualitas hidup lansia dengan HIV/AIDS. Penelitian ini menggunakan studi potong lintang, jumlah responden 67, dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden mengalami depresi 64.2 dan stigma 76.1 namun masih memiliki kualitas hidup baik 64.2 . Pada analisis korelasi didapatkan hubungan bermakna depresi dan stigma dengan kualitas hidup p=0.021, p=0.031, ?=0.05 . Hasil uji regresi logistik adalah stigma dan depresi mempengaruhi kualitas hidup buruk OR=7.380, OR=4.466 setelah dikontrol jenis kelamin, status pekerjaan, pendapatan, pendidikan, stadium, komorbid, lama menderita penyakit, dan living and marital status. Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlu dilakukan screening depresi dan stigma serta upaya promotif dan preventif untuk meminimalisir stigma pada pasien lansia HIV/AIDS.

One of crucial aspect for managing patient with HIV AIDS, especially for elderly people is quality of life. Due to impairment of physical, pshycosocial, and social function, notably depression and stigma which lead to decrease quality of life. The purpose of this study was to identify the relationship between depression and stigma with quality of life of elderly patient with HIV AIDS. This study used cross sectional study, total sample was 67 by purposive sampling methode. The result of this study showed that the mayority of respondents had depression 64.2 and stigma 76.1 , but most of the respondent have good quality of life 64.2 . Analysis of correlation showed significant relationship between depression and stigma with quality of life p 0.021, p p 0.031, 0.05 . Logistic regression showed that stigma and depression had influence bad quality of life OR 7.380, OR 4.466 after adjusted by gender, occupational status, income, education, marital and living status, stage, comorbid, and duration of disease. Recommendation of this study are performing depression and stigma screening, implementing health promotion and prevention to minimalize stigma and for elderly patient with HIV AIDS."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48801
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>