Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171313 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Renata Evaningrum
"Penelitian ini ingin menggambarkan bagaimana peran pesan-pesan dalam iklan, khususnya tagline dalam pembentukan positioning. Pemasar tentunya meluncurkan tagline dengan tujuan untuk membuat merek berada dalam top of mind konsumen tetapi apa yang terjadi jika tagline yang disampaikan dengan program kampanye iklan tidak dapat diterima oleh konsumen dan positioning yang diterapkan pemasar kemudian hanya menjadi wacana belaka?
Positioning adalah sebuah proses yang ditentukan oleh pemasar akan apa yang dipikirkan konsumen setelah menerima stimulus yang diprogram dan terintegrasi dalam program kampanye lainnya. Hasil penerimaan positioning itulah yang mempengaruhi proses Hieracby of Effect yang akan mengolah stimulus pernasaran menjadi kesukaan dan juga mempengaruhi sikap dalam pengambilan keputusan.
Penelitian dilakukan secara kualitatif menggunakan studi kasus dari brand Sariwangi, Lifebuoy dan Sunsilk. Hasil temuan utama dari penelitian ini adalah tagline berperan dalam persepsi dan opini konsumen namun tidak serta merta mengubah sikap konsumen dan tagline yang disukai oleh konsumen adalah tagline yang sederhana dan mengandung makna selain komersial.

This research would like to describe the role of messages in advertising. especially !he lagline in formation of positioning. Marketers launched a tagline with the a purpose to create a brand to be on consumers? top of mind; but what will happen if a tagline which delivered with an advertising campaign program cannot be accepted by consumers and marketers positioning that is applied to the consumers becomes to be a merely discourse?
Positioning is a process which determined by the marketers to create the consumers thought after receiving a programmed and integrated stimulus in the other campaign program. The results of positioning acceptance will qffect the Hierachy of Effict process which will process the marketing stimulus into joy and also will affect the attitudes in making decision.
This research is a qualitative research with a case study of Sariwangi, Lifebuoy, and Sunsilk. The major findings of this research are a tagline has the role to improve the brand image and also in the process of brand positioning; however in the process of purchasing the product, there are several factors that afficts the consumers other than tagline, The consumers like the easy tagline and meaningful tagjine.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T21079
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Ulya
"Kelompok LGBT sebagai kelompok minoritas seksual cenderung mengalami misrepresentasi di media arus utama sehingga menimbulkan persepsi buruk di masyarakat tentang kelompok LGBT. Keberadaan media komunitas dimanfaatkan oleh komunitas Suara Kita untuk mewadahi tulisan-tulisan pro-LGBT yang selama ini tidak terakomodir oleh media arus utama melalui situs suarakita.org. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengetahui pembentukan pesan yang terjadi dalam ruang redaksi Suarakita.org. Penelitian menemukan bahwa pembentukan pesan berlangsung secara bertahap dan bertujuan agar pesan yang disampaikan kepada khalayak melalui Suarakita.org sesuai dengan perspektif komunitas.

LGBT group as a sexual minority group tend to be misrepresented in mainstream media which make bad perception in society about LGBT people. The existence of community media is used by Suara Kita to accommodate the pro-LGBT writings that never be accommodated by mainstream media. The research was conducted under qualitative approach and aimed to understand about message establishment that occurred in editorial room of Suarakita.org. The research findings shows that message establishment consisted in several stages in order to make the purpose of the messages are in conformity with the group?s perspective."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S59397
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Mestika Putra
"ABSTRAK
Sebagai sebuah media, televisi memungkinkan para pelaku pasar untuk menayangkan dan memberitahukan bisnis berupa produk atau layanan kepada pemirsa secara lebih luas. Televisi memiliki elemen visual yang berupa gerak dinamis yang dapat diamati dan elemen audio. Pengiklan biasanya membentuk cerita lewat iklan yang berdampak kepada pemirsa. Melalui televisi pemirsa dapat merasakan pengaruh emosional dan berbagai macam karakter lainnya yang berkaitan dengan tampilan multi-sensori. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menjelaskan upaya pembentukan positioning melalui konotasi pada iklan televisi Wardah. Teori yang digunakan adalah teori konotasi Barthes 1967 . Konotasi teks iklan dibangun atas dua tanda yaitu tanda verbal dan nonverbal. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah iklan televisi Wardah yang tayang selama tahun 2013. Analisis data dilakukan dengan tiga tahap yakni, tahap deskripsi, tahap identifikasi tanda verbal dan nonverbal, dan tahap analisis makna konotasi tanda verbal dan nonverbal untuk membentuk positioning iklan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa positioning Wardah sebagai sebuah merek kosmetik yang halal, menginspirasi, aman, nyaman dan sesuai dengan kebutuhan perempuan.

ABSTRACT
As a media, television enables the marketers to view and widely announce what products are being sold to the viewers. It has visual elements like print and audio like radio, but it also has dynamic movement. Advertisers often try to tell stories within their ads that have impact on their audience. Creativity can give greater meaning to a brand beyond its basic product. The aim of this research is to identify and to explain the way to create positioning through connotation on Wardah television advertisements. The theory used in this research is Barthes rsquo theory of connotation 1967 . Connotation on ads is formed by two signs verbal signs and nonverbal signs. This research is a qualitative research. The data used in the research is taken from Wardah television advertisements in 2013. The data analyzed by describing the data, identifying verbal signs and nonverbal signs, finding connotation which create positioning on the advertisements. The research found that as the one of cosmetics brands, Wardah does the positioning of the product, as halal product, inspiring, safe, comfort, and friendly to women."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
T48498
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Aulia Maharlika
"Kebutuhan akan perumahan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Angka pertumbuhan penduduk yang kian meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan perumahan. Oeh karena itu pemerintah berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan perumahan rakyat, baik melalui lembaga/instansi pemerintah maupun mengajak pihak swasta untuk berpartisipasi membangun perumahan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing golongan masyarakat. Peluang ini dijadikan para pengusaha sebagai tambang emas Baru di sektor Mereka berusaha mencari lahan yang tidak begitu jauh dari Jakarta untuk dikembangkan menjadi perumahan bahkan kota satelit. Upaya untuk mewujudkan hal tersebut ternyata tidak mudah, apalagi sejak krisis ekonomi yang melanda di tahun 1997. Banyak pengembang yang gulung tikar dikarenakan tidak mampu melunasi hutangnya ke lembaga-lembaga perbankan.
Tersendatnya kredit untuk konstruksi yang dikeluarkan oleh perbankan dan tingginya suku bunga pinjaman Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah sebagian contoh yang turut mempercepat kejatuhan sektor properti termasuk pengembang perumahan dengan segmen golongan menengah keatas. Hal ini diperburuk dengan naiknya harga minyak dunia yang menjadikan bahan dasar yang digunakan oleh pengembang perumahan tidak terbeli. Kondisi ini memaksa pengembang untuk mencari strategi pemasaran yang tepat untuk menyiasati situasi yang tidak pasti. Salah satu pengembang yang sekarang mulai berusaha lagi untuk bangkit dan menghidupkan perumahan yang mati akibat krisis ekonomi adalah PT Duta Realtindo Jaya dengan proyek perumahan Kedaton di wilayah Pasar Kemis, Cikupa Tangerang.
Ketika pertama kali diluncurkan pada tahun 1994, perumahan KEDATON merupakan proyek perumahan yang memiliki total lahan seluas 200ha, yang terdiri dari 80ha lapangan golf yang dikelilingi oleh danau alami dan 120ha lahan siap huni. Produk yang dijual berupa lahan kosong atau kavling siap bangun, dengan luasan yang berkisar antara 300 sampai dengan 3000m2, Kedua hal tersebut kemudian membuat Kedaton sebagai sebuah proyek hunian dengan target market kelas menengah keatas. Ditambah lagi dengan lokasi yang cukup strategis karena memiliki akses tol Pasar Kemis, makin memperkuat positioning tersebut.
Selain semua "comparative advantages" yang telah disebutkan diatas, pemasaran Kedaton tidak berjalan seperti yang diharapkan. Kavling-kavling yang sudah terjual pun dibiarkan begitu saja oleh pembelinya sehingga komunitas yang diharapkan tidak terjadi. Meskipun lapangan golf tetap berjalan seperti biasa, tidak membuat pembeli tergerak untuk membangun. Hal ini membuat suasana di area perumahan tersebut menjadi sangat sepi dan lahan-lahan juga terlihat tidak terawat. Kondisi ini diperburuk dengan adanya krisis ekonomi pada tahun 1997. Penjualan yang lamban disertai dengan bunga bank yang sangat tinggi, membuat pengembang PT. Duta Realtindo Jaya (PT. DRJ) mengalami kredit macet sehingga perusahaan harus diambil alih oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Pada tahun 2000, PT. DRJ dibeli oleh group Pikko dari BPPN. Mereka tidak melakukan pembangunan apa-apa di perumahan Kedaton sehingga pada akhirnya PT. DRJ diambil alih oleh group Equator pada akhir tahun 2004. Manajemen PT. DRJ yang baru berniat untuk mengembangkan kembali proyek perumahan Kedaton yang sudah lama terbengkalai. Mereka lalu membentuk tim yang terdiri dari pihak pengembang sendiri dan berbagai konsultan di bidang arsitek, lansekap, dan pemasaran untuk menciptakan konsep yang benar-benar berbeda dari yang sudah ada. Pada awal bulan Mei 2005, produk perdana "The View" diluncurkan. Nama Kedaton pun berganti dengan nama "The Grand Kedaton". Konsep yang ditawarkan adalah ?townhouse? yang dijual dengan harga berkisar antara 450 - 600 juta dengan luas tanah 120m2 dan luas bangunan 180m2. Namun sayangnya produk ini gagal di pasaran.
Berbagai spekulasi tentang alasan di balik kegagalan ini pun timbul. Dari sekian banyaknya opini pengamat, terdapat satu anggapan yang berulang kali muncul. Tipe rumah yang paling banyak terjual adalah tipe rumah kecil dengan luas bangunan 36 - 96m2 yang dijual dengan harga 100 - 200 juta. Hal ini disebabkan market terbesar saat ini adalah pasangan muda atau keluarga kecil yang masih mencari rumah pertama mereka. Beberapa cluster dengan tipe rumah kecil dapat menghidupkan komplek perumahan tersebut. Inilah yang sebenarnya dianggap dibutuhkan oleh pengembang untuk menghidupkan kembali Kedaton yang sudah tertidur lama.
Berbekal masukan tersebut, pengembang kemudian meluncurkan beberapa tipe rumah seperti yang telah disebutkan diatas. Cluster ini dinamakan "The Terrace", namun kali ini nama "The Grand Kedaton" berubah menjadi "Golf City" dengan tujuan untuk menghilangkan citra Kedaton yang sudah melekat di benak masyarakat. Harga yang ditawarkan pun dinilai bisa bersaing dengan kompetitor. Penjualan memang sedikit lebih baik dibandingkan dengan "The View", akan tetapi tidak bisa juga dibilang sukses dengan tidak signifikannya jumlah penjualan. Dengan demikian, anggapan yang muncul sebelumnya tidak bisa dikatakan efektif.
Kegagalan pengembang Kedaton terdahulu telah memberikan citra yang buruk terhadap proyek perumahan ini. Namun apabila dilihat dari segi desain, harga, dan fasilitas yang ditawarkan, produk Kedaton cukup menarik. Dibanding dengan kompetitor lain, di Kedaton pembeli dapat memiliki rumah dengan harga yang cukup terjangkau, lokasi dekat dengan lapangan golf; dan disertai dengan akses tol yang mudah. Namun demikian, pemasaran tetap tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Penulis mencoba meneliti dan memberi masukan untuk segmentasi, targeting, dan positioning dari perumahan Kedaton dan strategi yang dapat dilakukan oleh pengembang melalui sudut bauran pemasaran yang terdiri dari Product, Price, Place, dan Promotion sehingga mampu bersaing dengan pengembang lainnya dikawasan Tangerang.
Dari hasil penelitian diperoleh (1) perlu adanya penyesuaian antara ekspektasi dan persepsi konsumen dalam memutuskan pembelian, (2) Adanya keinginan pembelian dari calon konsumen apabila adanya sarana promosi dan saluran komunikasi yang sesuai dari pengembang, (3) Persepsi yang salah terhadap lokasi perumahan harus segera dibenahi oleh pengembang agar calon konsumen mengetahui keadaan sebenar dari perumahan Kedaton,hal ini dapat dilakukan melalui sarana komunikasi melalui public relation yang handal.

One of human's primary needs is the need of housing. Indonesia is now experiencing a great increase in demands for housing due to the increasing birth rate each year. Seeing this phenomenon, the government is trying to provide proper housing for its people by asking both government and private owned companies to participating in building houses that fulfill the needs and economic condition of each class. Those who work as developers see this opportunity as a gold mine in real sector. However, due to the economic crisis back in 1997, this was not an easy thing to do. Many developers had to declare bankrupt and close down their business as they could not afford to pay back their loans to the banks.
Those bad loans and the high rate of housing credit (KPR) are just some of examples that made the fall of property industry faster, including developers of real estate for middle up class. It is also worsened by the world price of oil that is getting high, which made developers losing their ability to afford basic materials for building houses. This condition forced them to come up with a marketing strategy that can help them to survive in such uncertain situation. Among them is PT Duta Realtindo Jaya, a developer of Kedaton Real Estate in Pasar Kemis, Cikupa, Tangerang, that is now trying to rise again from their downfall during the crisis.
When it was first launched in the year of 1994, KEDATON real estate was a 200 hectares housing complex, which consisted of a 120 ready-built area and an 80 hectares golf course. They did not sell houses as their products; they offered land only product for their customers, with each land had an area around 300 to 3000 m2. These made Kedaton as a housing project with middle-up class as the target market. In addition, the quite strategic location (it has easy access to Pasar Kemis highway), supported the positioning they wanted.
Apart from all competitive advantages mentioned above, the marketing of Kedaton did not perform well. Those area sold were abandoned by their buyers so that the expected community was not accomplished. Even though the golf course was running well, it was not enough to make the buyers to start building. The environment of the real estate then became very quiet and the surrounding area was treated badly. The economic crisis in 1997 worsened this condition. With only a few of deals closed and the high rate of interest in banks made the developer, PT DRJ, could not pay their loan so that the company had to be taken over by BBPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional).
In 2002, Pikko Group bought PT DRJ from BPPN. They have not done any major development in KEDATON area until the developer company was taken over by Equator Group in 2004. Under a new management team, they intend to redevelop the real estate area that has been abandoned for many years. They then form a team that consists of the developer itself and various consultants in architect, landscapes, and marketing to create a new concept that is different from the existing.
The first product, "THE VIEW", was launched in the beginning of May 2005. The real estate's name itself was also changed to "The Grand Kedaton". The concept offered was a townhouse with a 450 - 600 million range of price and had a 120 m2 land area and a 180 m2 building area. Unfortunately, this product did not sell well.
Various speculation of the reasons of the failure then occurred. From all of those, there is one opinion that was heard a lot of times. The most sold home types are the small ones with a building area of 35 to 96 m2 with the price range of 100 - 200 million rupiah. This is mostly because the biggest market today is young couples or small families who are still looking for their first house. Some clusters with small-home types can make the housing area alive again. This theory is believed to be the one that the developer needs to wake KEDATON from its long sleep.
With that advice in mind, the developer then launched the house types mentioned above. That new cluster was named "The Terrace", but the name "The Grand Kedaton" was changed again to "Golf City" so that the bad image of KEDATON disappeared. The offered price was also competitive. Sales were better than the previous one, but it actually was not a success either considering that the numbers of sales conducted were not significant. Therefore, it is safe to say that the majority advice mentioned above is not completely true.
The failure of previous developer has created a bad image for the project. However, when it is observed from the point of design, price, and available facilities, products of Kedaton are quite interesting. When compared with other competitors, customers can own a house that has a view to the golf course and an easy access to the toll road with affordable price. But still the marketing did not go as planned.
Writer tries to examine the segmentation, targeting, and positioning of KEDATON real estate and what kind of strategies that the developer can apply with the method of marketing mix: Product, Price, Place, and Promotion so that in the end they can compete with other competitors in Tangerang.
From the research conducted, it has been concluded that (1) it is important to have an adjustment between customers' expectation and perception in making buying decision, (2) there will be transaction from prospective buyer when there are effective promotion and communication media about the project, (3) it is crucial to erase the wrong perception of the project from customers' mind by employ a good public relation to build good communication between two parties so that the prospective customers can know the actual condition of KEDATON.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18515
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisyu Mafa Sofura
"Sebagai bentuk pelaksanaan fungsi komunikasi publik, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) turut memanfaatkan media sosial sebagai salah satu sarana utama komunikasi publik, termasuk Twitter. Dalam menyajikan konten media sosial, Kementerian PUPR kerap memanfaatkan isu atau fenomena yang sedang populer atau disebut sebagai strategi riding the wave agar tetap mengikuti perkembangan di ruang percakapan, termasuk dalam konten edukasi melalui akun Twitter @KemenPU. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor yang terdapat dalam rute periferal maupun rute sentral dalam pemrosesan pesan, seperti kredibilitas, daya tarik, tampilan visual, maupun kualitas argumen terhadap sikap yang kemudian berlanjut pada intensi keterlibatan sebagai bentuk penerimaan pesan konten edukasi Twitter @KemenPU. Dengan menggunakan analisis kuantitatif, data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil survei secara daring terhadap 138 responden yang merupakan pengguna aktif Twitter dan pernah melihat konten edukasi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan strategi riding the wave dalam penyajian konten edukasi oleh akun Twitter Kementerian PUPR didapatkan berhasil memperluas jangkauan konten mereka. Selanjutnya, baik rute sentral maupun rute periferal berpengaruh positif terhadap sikap maupun intensi keterlibatan audiens. Namun, pada rute periferal hanya kredibilitas sumber informasi yang mampu mempengaruhi sikap. Sedangkan, daya tarik sumber informasi dan tampilan visual tidak berpengaruh secara positif. Pemilihan platform media sosial, karakteristik audiens, motivasi penggunaan media sosial, serta konteks pesan yang disampaikan menjadi faktor penting dalam penerimaan pesan. Dengan demikian, Kementerian PUPR perlu menyusun strategi yang sesuai dengan target audiens dan objektif penyampaian pesan agar pesan dapat tersampaikan secara efektif.

As a form of implementing the public communication function, the Ministry of Public Works and Housing (PUPR) also utilizes social media as one of the main means of public communication, including Twitter. In presenting social media content, the PUPR Ministry often utilizes issues or phenomena that are currently popular or called riding the wave strategies to keep up of developments in the conversation space, including in their educational content through the Twitter account @KemenPU. This study aims to analyze the influence of factors contained in the peripheral route and the central route in message processing, such as source credibility, attractiveness, visual appearance, and argument quality on attitude changes which then continue to behavioral intentions as a form of message acceptance of educational contents Twitter @KemenPU. Using quantitative analysis, the data used in this study came from the results of an online survey of 138 respondents who are active Twitter users and have seen the educational content. The results showed that the utilization of the riding the wave strategy in presenting educational content by the Twitter account of the Ministry of PUPR was found to be successful in expanding the reach of their content. Using quantitative analysis, the data used in this study is derived from online survey results of 138 respondents who are active Twitter users and have seen the educational content. The results showed that the utilization of the riding the wave strategy in the presentation of educational content by the Ministry of PUPR's Twitter account was found to be successful in expanding the reach of their content. Furthermore, both the central route and the peripheral route have a positive effect on audience attitudes and engagement intentions. However, on the peripheral route, only the credibility of the information source is able to influence the attitude, while the attractiveness of the information source and visual appearance do not influence positively. The selection of social media platform, audience characteristics, motivation for using social media, and the context of the message conveyed are important factors in the reception of messages. Thus, the PUPR Ministry needs to develop strategies that match the target audience and the message delivery objectives so that the message can be delivered effectively."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Hastuti
"Dengan semakin maraknya merek mobil yang beredar di Indonesia, maka persaingan dalain bidang usaha ini menjadi semakin ketat. Dari 86 model mobil dari 26 merek yang berbeda, sekitar 70% volume penjualan setiap tahunnya, dikuasai oleh jenis kendaraan niaga, dimana bagian terbesar penjualannya dicapai oleh kendaraan niaga kategori I. Salah satu merek jenis kendaraan itu adaiah Toyota Kijang yang posisinya bersaing ketat dengan Isuzu Panther. Terjadinya peningkatan penjualan yang sangat tinggi terhadap Panther, semeritara Kijang mengalami
penurunan yang tajadi pada tahun '91/'92, tentunya
tidak semata-mata disebabkan karena Panther menggunakan bahan bakar solar yang berarti biaya operasional sehari-harinya jauh lebih murah dibanding Kijang.
Disamping itu, diperkirakan ada perbedaan persepsi konsumen terhadap atribut-atribut yang dimiliki Kijang dan Panther, sehingga menyebabkan perbedaan dalam keputusan penentuan pembeliannya.
Model analisa yang digunakan
adalah Multidimensional Scaling (Multiattrihute Scaling), dengan alat analisa MDPREF (Multidimensional Preferences) yang menghasilkan matrix product mapping, dan dievaluasi dengan model analisa PC'S., PG'L, Vector Model, Distance Model dan Compensa tory Distance Model.
Data hasil analisis tersebut kemudian dipakai sebagal dasar penentuan posisi produk (product positioning) dengan menggunakan model positioning berdasarkan Porter, Kotler, Stanton, dan Peta Persepsi.
Dengan menetapkan posisi produk yang benar pada benak konsumen, maka akan terhentuk persepsi dan preferensi yang tepat terhadap suatu produk. Dengan deinikian, program yang dikomunikasikan perusahaan untuk membentuk persepsi produk yang benar pada benak konsumen, akan tercapai."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18782
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Diyanti Mustikarani
"Strategi positioning modest fashion awalnya dilakukan untuk mempromosikan event Modest Fashion Week, namun dalam perkembangannya justru menjadi sebuah istilah dan tren baru yang berhasil menjadi game changer dalam industri fashion dunia. Modest Fashion Week adalah acara pagelaran busana yang telah diselenggarakan di berbagai kota di dunia seperti Istanbul, London, Dubai, Jakarta dan Amsterdam. Acara ini didedikasikan untuk industri modest fashion, dan diikuti oleh desainer dan merek pakaian dari berbagai negara. Modest fashion sendiri merupakan gaya berpakaian yang banyak menutup bagian tubuh, potongan yang tidak membentuk badan, tidak transparan dan sopan adalah elemen kunci modest fashion, dimana penggunaan hijab bersifat opsional. Dengan kehadiran konsep ini, desainer dan brand menjadi lebih leluasa dalam meluncurkan lini modest fashion tanpa perlu khawatir dikaitkan dengan agama tertentu. Sehingga memiliki potensi pangsa pasar yang lebih luas lagi dan mampu diterima dengan baik di pasar fashion global. Proses positioning pada penelitian ini dimulai dari memahami letak masalah dan menjadikan positioning sebagai solusi. Dalam proses komunikasinya, pada kasus ini positioning dilakukan dengan menggunakan influencer dan media massa internasional yang dilakukan secara konsisten sejak sebelum acara berlangsung, saat acara berlangsung dan setelah acara dilaksanakan. Hal ini memaksimalkan penyampaian pesan pada khalayak dan membantu membangun positioning di benak khalayak.

The positioning strategy of modest fashion was initially carried out to enhance the Modest Fashion Week event, but in its process it has become a new term and trend that has succeeded in changing the game in the world fashion industry. Modest Fashion Week is a fashion show that has been held in various cities around the world such as Istanbul, London, Dubai, Jakarta and Amsterdam. This event was made for modest fashion industry, and is participated by designers and clothing brands from various countries. Modest fashion itself defines as a style that covers many parts of the body, with cuts that do not shape the body, are not transparent and polite are the key elements of modest fashion, where the use of the hijab is optional. By having this concept, designers and brands will be more flexible in modest fashion without having to worry about a particular religion. So that it has the potential of a wider market community and can be well received in the global fashion market. The positioning process in this study starts from understanding the location of the problem and making positioning as a solution. In the communication process, positioning was carried out using influencers and international mass media consistently since the event, during the event and after the event was held. This maximizes message delivery to the audience and helps build positioning in the minds of the audience."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emilia Abby
"Penelitian ini membahas tentang analisa positioning KidZania Jakarta dengan studi kasus pada program TeenZania, sebuah program yang dibuat sebagai strategi marketing untuk menghadapi situasi pandemi COVID-19. Namun, program ini tidak sesuai dengan positioning KidZania sebagai themepark untuk anak usia 2-16 tahun dengan konsep edukasi. Pada penelitian ini, peneliti menganalisa strategi komunikasi pemasaran KidZania menggunakan konsep dari Kotler (2020) dan positioning KidZania sebagai themepark dengan konsep edukasi untuk anak usia 2-16 tahun menggunakan konsep positioning Kotler & Armstrong (2021). Penelitian ini menggunakan paradigma post positivistic dengan metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dengan narasumber, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa KidZania mengkomunikasikan positioning sebagai themepark dengan konsep edukasi untuk anak usia 2–16 tahun, dan walaupun KidZania membuat program TeenZania untuk remaja hingga dewasa yang merupakan suatu program yang berhasil, namun KidZania masih mempertahankan positioning nya dengan melakukan strategi komunikasi pemasaran lainnya agar KidZania masih erat dengan anak-anak di benak target market nya.

This research discusses the analysis of KidZania Jakarta's positioning with a case study on the TeenZania program, a program created as a marketing strategy to deal with the COVID-19 pandemic situation. However, this program is not in accordance with KidZania's position as a theme park for children aged 2-16 years with an educational concept. In this study, researchers analyzed KidZania's marketing communication strategy using the concept from Kotler (2020) and positioning KidZania as a theme park with an educational concept for children aged 2-16 years using the positioning concept of Kotler & Armstrong (2021). This study uses a post-positivistic paradigm with qualitative research methods. Data collection techniques were carried out by in-depth interviews with sources, observation, and documentation. The results showed that KidZania communicated positioning as a theme park with an educational concept for children aged 2–16 years, and even though KidZania made the TeenZania program for teenagers to adults which was a successful program, KidZania still maintained its positioning by implementing other marketing communication strategies so that KidZania still closely with children in the minds of its target market."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avianta
"Dalam suatu organisasi bisnis, komunikasi yang efektif sangat diperlukan guna mendukung berjalannya aktivitas kerja antar karyawan dan atasan. Efektif tidaknya suatu komunikasi akan sangat tergantung pada penerimaan pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan masing-masing orang berbeda satu sama lain. Perbedaan ini akan semakin nyata jika pihak yang terlibat dalam komunikasi berasal dari lingkungan budaya yang berbeda.
Bekerja dengan orang yang berasal dari budaya yang sama sekali berbeda sudah pasti akan menimbulkan banyak masalah. Beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan cara mengkomunikasikan pesan merupakan salah satu diantara banyak persoalan yang dihadapi oleh Expatriate di lingkungan kerjanya.
Dalam memahami permasalahan komunikasi antar-budaya di atas, peneliti melihatnya dari sisi penerimaan pesan dengan cara mengukurnya melalui elemen-elemen Message Reception berupa (1} Selection (2) Interpretation (3) Memory (4) Awareness serta (5) Kemampuan berbahasa serta (6) Pemahaman terhadap perbedaan persepsi tentang budaya kerja dan hubungan kerja.
Hasil wawancara dan observasi langsung ke lapangan menunjukkan bahwa efektif tidaknya komunikasi antar-budaya di lingkungan, lebih banyak dipengaruhi oleh perbedaan persepsi tentang hubungan kerja dan budaya kerja antara Expatriate dan Tenaga Kerja Lokal dibandingkan dengan elemen-elemen pengukur penerimaan pecan (Message Reception).
Dari sisi Tenaga Kerja Lokal, diantara hambatan-hambatan yang dihadapi dalam menjalankan proses komunikasi dengan Expatriate, yang paling menonjol adalah kurangnya rasa percaya diri jika harus berhadapan dengan Expatriate walaupun yang bersangkutan sudah memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang cukup baik, sehingga terkesan Tenaga Kerja Lokal sangat menjaga jarak dengan Expatriate.
Sedangkan Tenaga Kerja Acing lebih melihat permasalahan yang timbul dalam berkomunikasi diakibatkan oleh adanya kesenjangan dalam cara mengungkapkan diri dalam berkomunikasi. Dalam hal ini, Expatriate lebih mengharapkan komunikasi yang terbuka (direct), sementara Tenaga Kerja lokal bersikap sebaliknya. Hal ini terjadi karena budaya Indonesia lebih mementingkan kesopanan daripada keterbukaan dan kebiasaan untuk berkomunikasi secara tidak konfrontatif."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12381
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nico Aditia
"ABSTRAK
Tesis ini meneliti pengaruh penerimaan pesan ancaman dan pesan efikasi terhadap motivasi proteksi, motivasi defensif dan pencarian informasi dalam pesan program Amnesti Pajak. Hubungan kausal tersebut dianalisis menggunakan model E-EPPM Extension of Extended Parallel Process Model melalui uji ANOVA. Pengumpulan data dilakukan terhadap 80 mahasiswa perguruan tinggi dengan menggunakan desain experiment factorial 2x2.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum temuan empiris dalam penelitian ini sejalan dengan konsep dan proposisi Extension of Extended Parallel Process Model. Meski demikian, terdapat temuan empiris yang berbeda dengan konsep dan proposisi Extension of Extended Parallel Process Model sebagaimana yang diungkapkan oleh So 2013 . Temuan empiris dalam penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan motivasi proteksi antara penerimaan pesan ancaman tinggi dan penerimaan pesan ancaman rendah. Responden sama-sama merasa terancam meski diberikan pesan ancaman pada level yang berbeda-beda. Berdasarkan temuan tersebut, peneliti mengusulkan penambahan resonansi sebagai variabel yang memediasi fear and anxiety terhadap coping appraisal.

ABSTRACT
This thesis examines the effect of receiving threat messages and message of efficacy on the motivation of protection, defensive motivation and information search in the message of Amnesty Tax program. The causal relationship is analyzed using E EPPM Extension of Extended Parallel Process Model model through ANOVA test. Data collection was conducted on 80 college students using experimental factorial 2x2 design.The results of this study indicate that in general the empirical findings in this study are in line with the concept and proposition Extension of Extended Parallel Process Model. Nevertheless, there are empirical findings that are different from the concept and proposition of Extension of Extended Parallel Process Model as disclosed by So 2013 . The empirical findings of the study indicate that there is no difference in the motivation of protection between high threat message reception and low threat message reception. Respondents were equally threatened despite threats at different levels. Based on these findings, researchers propose the addition of resonance as a variable that mediates fear and anxiety to coping appraisal."
2017
T48246
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>