Ditemukan 119670 dokumen yang sesuai dengan query
Storey, John, 1950-
Yogyakarta: Qalam, 2003
306.01 STO t
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Kaplan, David
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999
306.01 KAP t
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Kaplan, David
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012
306.01 KAP t
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Tony Rudyansjah
Jakarta: Rajawali, 2009
306.08 TON k
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Ifryansyah Putra
"Skripsi ini membahas analisis makna simbol yang berada di Masjid Agung Demak. Pada skripsi ini menggunakan teori semiotik yaitu memahami simbol atau makna berdasarkan segitiga makna. Kemudian dalam skripsi ini menggunakan beberapa teori untuk mengacu pada pembahasan skrispi ini. Beberapa teori yang digunakan dalam skripsi ini seperti teori kebudayaan, teori kebudayaan Islam, teori kebudayaan Jawa, teori akulturasi, dan teori simbol dan makna. Peneliti mendapat beberapa temuan yang menjadi bahasan skripsi ini. Temuan yang pertama adanya akulturasi pada bagian atap Masjid Agung Demak serta puncak atap Masjid Agung Demak. Kemudian akulturasi kedua terdapat pada bagian utama Masjid Agung Demak seperti pada gambar penyu, keramik, pintu dan jendela. Kemudian terdapat mihrab, mimbar, dan serambi pada Masid Agung Demak yang mengacu kepada masjid yang pertama dibangun oleh Nabi Muhammad. Kemudian terdapat kentongan dan bedhug yang memiliki akulturasi dari Cina. Selain itu, keramik yang ada di dalam Masjid Agung Demak juga akulturasi dari Cina. Ketiga adalah hiasan dalam Masjid Agung Demak yang memiliki makna dan akulturasi dari Majapahit seperti, hiasan pintu petir, gambar penyu, dan hiasan kaligrafi pada makam para raja. Keempat pada halaman Masjid Agung Demak memiliki akulturasi dan makna dari Majapahit seperti kolam, Gapura, dan pagar masjid. Kelima adalah lokasi Masjid Agung Demak yang memiliki makna dan akulturasi dari Majapahit. Sebenarnya pendirian lokasi Masjid Agung Demak dipengaruhi oleh Kerajaan Demak sebelum berdiri. Sampai pada akhirnya Kerajaan Demak berpindah yang saat ini sebagai kota Demak dan didirikan Masjid Agung Demak.
This Thesis is discuss/talked about analysis the meaning of symbol in Agung Demak Mosque. This thesis use semiotic method which is understanding the triangle of meaning. Then this thesis use several theory referred to this thesis discussion. Several theory that used in this thesis such as culture theory, moeslim culture theory, Javaness culture thory, acculturation theory, and the theory symbol and meaning. Researcher discovered view things that become the discussion of this thesis. The firs discovery: there is an acculturation that found in the part of the Agung Demak Mousque rooftop also an the top of the rooftop of Agung Demak Mosque. The second discovery is in the main part of Agung Demak Mosque like the picture of turtle, ceramics, door, and window. And then there are mihrab, mimbar, and serambi which is the part of Agung Demak Mosque that referred to the first mosque built by the prophet Muhammad saw. After that there is "kentongan" and "bedhug" that have the acculturation from China. Besides that, ceramics in the Agung Demak Mosque are also acculturation from China. The third is the gatnish/ornament inside Agung Demak Mosque that has meaning and acculturation from Majapahit such as "pintu petir", the drawing of turtle, "kaligrafi" garnish/ornament in the king's grave. Fourth, they yard of Agung Demak Mosque has the acculturation and meaning from Majapahit such as the pool, "gapura" and the mosque gate. Fifth, is the location of Agung Demak Mosque that has meaning and acculturation from Majapahit. Actually the decision of Agung Demak. Mosque location is affected by the Kingdom of Demak before it way built in the end, the Kingdom of Demak moved to a city that right now we call it Demak city and established Agung Demak Mosque."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S58747
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Keesing, Roger M.
"Saya pikir konsep budaya (culture)tidak punya satu arti yang benar, dikeramatkan dan tak pernah habis kita coba temukan. Tetapi, seperti halnya simbol-simbol lain, konsep ini mempunyai makna saat kita memakainya; dan sebagaimana konsep-konsep analitik lainnya, pemakai konsep ini harus membentuk-mencoba sedikitnya setuju pada-pengelompokan gejala alam, (dimana) konsep ini dapat diberi label secara sangat strategis...[...] Apakah konsep tentang budaya akan direvisi secara cepat, diinterpretasikan secara radikal, atau hilang dengan cepat, dalam jangka panjang tidak begitu menjadi persoalan, selama konsep ini telah mendorong kita untuk menyelidiki pertanyaan-pertanyaan strategis dan untuk melihat hubungan-hubungan yang akan hilang."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 1997
AJ-Pdf
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Jakarta : Yayasan Obor Indonesia , 1992
320.994 BUD c
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Shinta Adelia Kusumaningtyas
"Makalah ini membahas tentang lanskap budaya yang terkait dengan kosmologi Hindu di Situs Liangan. Situs Liangan terletak di kaki Gunung Sindoro dan berlatar belakang Hindu. Salah satu studi arkeologi dalam melihat situs arkeologi di kawasan Liangan adalah studi arkeologi permukiman, khususnya melalui pendekatan arkeologi lanskap budaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merekonstruksi aktivitas manusia melalui lanskap budaya dan terkait dengan kosmologi Hindu di Situs Liangan. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian, Situs Liangan dapat dibagi menjadi empat wilayah dan memiliki ruang lanskap alam berupa dataran tinggi yang dimanfaatkan dan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Liangan di masa lalu. Caranya dengan membentuk teras-teras yang berada di sela-sela dinding teras yang dikeraskan dengan balok-balok batu yang biasa disebut talud. Selain itu, terlihat adanya pembagian konsep kosmologis pada areal yang meliputi pekarangan dan areal di luar pekarangan Situs Liangan.
Kata kunci: Situs Liangan, pemukiman, lanskap budaya, kosmologi Hindu, talud, halaman.
This paper discusses the cultural landscape associated with Hindu cosmology at the Liangan Site. The Liangan site is located at the foot of Mount Sindoro and has a Hindu background. One of the archaeological studies in looking at archaeological sites in the Liangan area is the study of settlement archeology, particularly through an archaeological approach to cultural landscapes. The purpose of this research is to reconstruct human activities through the cultural landscape and associated with Hindu cosmology in the Liangan Site. The method used is descriptive analysis. Based on the research results, the Liangan Site can be divided into four areas and has natural landscape spaces in the form of highlands that were utilized and adapted to the needs of the Liangan people in the past. You do this by forming terraces that are in between or terrace walls which are hardened with stone blocks which are commonly called talud. Also, it is seen that there is a division of cosmological concepts in the area including the yard and the area outside the Liangan Site yard.Key words: Liangan site, settlement, cultural landscape, Hindu cosmology, talud, grounds.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Baal, Jan van
[place of publication not identified]: [Publisher not identified], [date of publication no identified]
306.09 Baa s
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Bachtiar Alam
"This paper discusses the relevance of culture theories for understanding globalization and cultural change taking place in Indonesia. The issue of globalization and cultural change has recently figured prominently in various discourses in Indonesia, especially in relation to the question of how Indonesia's cultural identities should be maintained in the face of such a global process. This paper argues that the contemporary culture theory can help us understand such concepts as national culture and identity not as a static, essentialist entity, but rather as a dynamic social construction that is continuously reproduced and innovated by individual subjects. Such an argument is put forth in this paper by introducing aspects of culture theory that have not received much attention in Indonesia, i.e. practice, process, context and discourse concerning cultural construction."
1997
J-Pdf
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library