Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52427 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Solichin Salam
Kudus: Menara Kudus, 1977
297.18 SOL k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Widiarto
"ABSTRAK
Strategi Perjuangan Politik Abdoel Moe is dalam Sarekat Islam, 1915-1923. Di bawah bimbingan Dr. Anhar Gonggong. Fakultas Sastra Univereitas Indonesia.
Studi ini adalah kajian Sejarah Pergerakan Nasional dengan mengambil peran central pada sikap politik Abdoel Moeis terhadap kebijaksanaan pemerintah Kolonial belanda dalam kurun waktu antara tahun 1915-1923. Dalam kurun wahtu tersebut, persoalan Indie Weerbaar dan Vo1ksraad menjadi diskursus politik yang hangat, tidak lain karena munculnya pendapat yang berbeda.
Dalam hal ini terlihat cara pandang atau sikap kaum pergerakan dalam memandang persoalan-persoalan di atas. Pro dan kontra muncul dalam mensikapi politik kolonial tersebut.
Cara pandang yang berbeda terhadap persoalan itu dapat dipandang sebagai suatu strategi dalam mensikapi kebijaksanaan pemerintah kolonial.
Politik Abdoel Moeis yang bekerjasama dengan pemerintah yang menyetujui diadakannya Indie Weerbaar dan Volksraad bukan berarti menyetujui politik yang dijalankan oleh pemerintah kolonial Belanda. Hal itu dapat dipandang sebagai strategi perjuangan politiknya dan dapat dipandang sebagai suatu sasaran antara. Artinya, dengan penerimaan itu ada target-target tertentu yang hendak dicapai oleh Abdoel Moeis lewat institusi atau persoalan-persoalan politik yang menyangkut Bumiputera.
Dengan adanya pergerakan Indie Weerbaar misalnya, Moeis memandang bahwa dengan ikut sertanya rakyat dalam pergerakan itu, bukan berarti hendak mengumpankan menjadi peluru meriam, namun rakyat diajak ikut serta berpartisipasi memikirkan nasib bangsanya lewat persoalan-persoalan itu. Rakyat diharapkan dapat secara sadar bahwa persoalan itu adalah juga kelak akan ada buahnya untuk bangsa ini.
Begitu juga halnya dengan persoalan partisipasi partai dalam Volksraad. Moeis melihatnya juga dalam kerangka strategi. Artinya, dengan masuk ke dalam sistem pemrintahan kolonial itu, selain dapat mengemukakan persoalan-persoalan yang dihadapi rakyat, juga melalui institusi itu dipandang sebagai sarana proses pembelajaran politik bagi bangsa ini jika kelak nanti siap untuk berpemerintahan sendiri, sebagaimana yang sering ia dengungkan dalam setiap tulisan--tulisannya, yaitu Zelfbestuur. Terlepas dari sasaran akhir yang hendak dicapainya itu, adalah melalui proses. Yang jelas, dalam batas-batas tertentu ia telah mencapai apa yang diinginkannya demi memajukan Bumiputera (rakyat)."
1995
S12139
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septian A.W.
"Pada tahun 1920-an, umat Islam Indonesia terlibat dalam perjuangan khilafah. Sebuah perjuangan yang bertujuan mewujudkan cita-cita Pan-Islamisme yakni pembentukan sebuah pemerintah Islam yang menyatukan umat Islam di seluruh dunia dalam satu peraturan hidup Islam. Untuk beberapa tahun mereka tetap terlibat dalam perjuangan ini. Sarekat Islam adalah salah satu kelompok umat Islam Indonesia yang terlibat. Pada tahun 1924 Sarekat Islam menerbitkan Bandera Islam, sebuah surat kabar yang digunakannya untuk kepentingan perjuangan khilafah. Oleh karena itu surat kabar yang terbit hingga tahun 1927 ini memuat banyak tulisan seputar perjuangan khilafah. Skripsi ini membahas peran Bandera Islam dalam perjuangan khilafah.

In 1920's, Indonesian Muslims involved themselves in caliphate struggle. It was actually a struggle which aims to actualize the goal of Pan-Islamism which is creating an Islamic state that can unite all Muslims in the world under a Islamic system. For several years they have still been participating in this effort. Sarekat Islam is an Islamic group in Indonesia that was also involved. In 1924, Sarekat Islam published Bandera Islam, it was a newspaper which has been used for caliphate struggle. Therefore, this newspaper, which has been published until 1927, had contents about caliphate struggle. This thesis objective explains the role of Bandera Islam in caliphate struggle."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusydi M. Yusuf
"ABSTRAK
Penulisan tesis ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa meskipun institusi dan praktek perbudakan telah dihapus dan berakhir, namun masih banyak terjadi perlakuan segregasi yang dilakukan oleh kelompok kulit putih terhadap masyarakat Afro-Amerika. Perlakuan segregasi ini bukan hanya disebabkan oleh adanya perbedaan ras dan latar belakang sejarah keberadaan orang-orang Afro--Amerika di benua ,ini, namun juga disebabkan oleh latar belakang kehidupan mereka sehari-hari yang masih saja bergulat dengan kebodohan, kemiskinan. Di lain hal juga adanya suatu pernyataan yang menyatakan bahwa masyarakat Afro-Amerika merupakan masyarakat inferior dan masyarakat kulit putih adalah masyarakat superior.
Untuk bisa bangkit dari keterbelakangan dan ketertindasan ini, mereka membutuhkan seorang figur pemimpin. Di tengah-tengah ketidak berdayaan dan harapan mereka tersebut, muncullah seorang figur pemimpin yang mencoba untuk menyuarakan suara hati nurani mereka yaitu Louis Farrakhan. sebagai seorang pemimpin Farrakhan dianggap bisa menyuarakan suara hati mereka kepada penguasa Amerika agar mereka diperlakukan lama dengan anggota masyarakat lainnya sesuai dengan isi Deklarasi Kemerdekaan Amerika.
Sebagai seorang figur, Louis Farrakhan mencoba untuk mengakomodir suara hati mereka. Farrakhan mencoba memperjuangkan aspirasi mereka dengan kepiawaian retorika pidatonya diberbagai tempat dan lapisan masyarakat Afro-Amerika, kulit putih, Yahudi maupun kulit berwarna lainnya. Berbagai bentuk pergerakan dan kegiatan telah dilakukan oleh Farrakhan di tengah -tengah masyarakat Afro-Amerika dalam rangka mengangkat, membuka mata mereka dati kebodohan, kemiskinan, ketertinggalan, kemelaratan dan ketertindasan. Farrakhan mencoba menyentuh berbagai sektor terutama sektor : pendidikan, Perekonomian, budaya, agama dan sosial politik. Di lain hal bahwa Farrakhan juga mengatasnamakan kepentingan Islam, padahal tidak semua muslim Amerika terwakili dan mendukung gerakannya.
Namun dalam menyuarakan aspirasi masyarakat Afro--Amerika, Farrakhan bersikap rasis dengan banyak mengumbar retorika-retorika anti Yahudi dan anti putih, sehinga menimbulkan kemarahan masyarakat kulit putih dan Yahudi. Hal mni menjadi ancaman bagi masyarakat Afro-Amerika dalam kelangsungan kehidupan mereka selanjutnya. Maka banyak tokoh masyarakat Afro-Amerika baik yang muslim maupun non muslim mengecam tindakan Farrakhan, mereka merasa takut karena gerakan yang dipimpin Farrakhan akan membawa petaka bagi mereka.

ABSTRACT
The Nation of Islam : A Farrakhan Struggle.The objective of this thesis is to show that eventhough the institution and application of slavery no longer existed, many segregation practices are still applied toward the Afro-Americans. This phenomena were not only because of the differences in race and historical background, but also characterized by such things in lives, including poverty and stupidity. At the same time there are statements stating that the Afro-Americans are inferior compared to those of the whites.
To elevate the status of the Afro Americans, a charismatic leader was cherished, in this case, Louis Farrakhan, was believed as a representative leader who could proclaim the rights of Afro-American citizens. American government is especially considered identical with the white men's rule implemented policies of segregation. The ideas of the Afro American would be a government that treated Afro Americans as equal as stated in the content of the Declaration of Independence.
As a leader Farrakhan tried to accommodate his people aspirations with his speech rhetoric. Farrakhan held some activities among the Afro-American society in order to open their eyes from stupidity, poverty, misery and oppression. He also tried to develop many sectors of Afro-Americans' life such as : economy, education, culture, religion and politics. On the other side, some of Farrakhan's activities were held on the name of Islam, however not all American Moslems were represented and supported his activities.
In proclaiming Afro-American aspirations, Farrakhan acted racially. He often used his rhetoric to confront and to attack the Jews and the White men, therefore his appearance was fearful and frightened the Afro-American society, and his rhetoric became a threat to their future life. Many Moslems, and Afro-American prominent leaders were upset by his activities. They were afraid that Farrakhan's activities would ruin them.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumarno
"Faktor yang mendorong untuk memperjuangkan sistem ketatanegaraan dalam bentuk bernegara yang demokratis dalam hal ini dihadapkan pada kenyataan bahwa Indonesia berstatus sebagai negara kolonial, sehingga perjuangan mencapai negara merdeka menjadi tujuan utama dalam sejarah pergerakan nasional Indonesia.
Permasalahan yang hendak dijawab dalam tesis ini adalah : Apakah latar belakang perjuangan bernegara demokrasi H.O.S. Tjokroaminoto, Bagaimana bentuk negara demokrasi dalam pemikiran H.O.S. Tjokroaminoto dan mengapa negara demokrasi menjadi pilihan dalam perjuangan bernegara, Bagaimana bentuk negara merdeka yang demokratis dalam konsepsi H.O.S. Tjokroaminoto.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah menggunakan metode Sejarah kritis dengan menggunakan sumber utama dari karya H.O.S. Tjokroaminoto yang ditulis dalam bentuk buku maupun dalam bentuk artikel. Disamping itu juga di lengkapi dengan sumber yang terdapat di Arsip Nasional dan surat kabar yang terbit pada saat itu, biografi yang ditulis orang lain dan referensi yang berkaitan dengan permasalahan.
Latar belakang pemikiran H.O.S. Tjokroaminoto dalam pergerakan politik dengan memperjuangkan negara merdeka adalah sebagai dampak dari kebangkitan Islam yang dipelopori Jamaluddin AL-Afghani sejak abad XIX yang menggunakan konsep Pan-Islamisme dalam upaya mempersatukan umat Islam untuk menghadapi imperialisme dan kolonialisme Barat terhadap dunia Islam.
Perjuangan yang dilandasi semangat Islam dalam pribadi H.O.S. Tjokroaminoto merupakan kondisi yang diwarisi dari latar belakang keluarganya yang lahir dalam lingkungan santri. Hal itu karena keluarga H.O.S. Tjokroaminoto berasal dari kalangan ulama pengasuh pesantren yang terkenal kemasyhurannya. Jiwa Islami membentuk karakter H.O.S. Tjokroaminoto yang enggan menggunakan gelar priyayi (ningrat) yang dianggap tidak islami, tetapi lebih bangga dengan penggunaan gelar Haji untuk menunjukkan sebagai orang yang alim.
Dan aspek pergerakan nasional dengan tujuan utama memperoleh kemerdekaan tanah tumpah darah Indonesia masuknya H.O.S. Tjokroaminoto kedalam organisasi Sarekat Dagang Islam dan kemudian dirubah namanya menjadi Sarekat Islam merupakan panggilan nurani untuk berjuang yang dilandasi Islam sebagai faktor pengikat dan simbol nasional. Hal itu dihadapkan pada kenyataan bahwa dalam masyarakat kolonial kelompok masyarakat golongan Cina mendapat tempat tersendiri dalam aspek bernegara yang telah membangkitkan semangat nasionalismenya yang didasari ikatan etnis, disisi lain dengan semakin tumbuhnya kegiatan Missi dan Zending telah menjadi faktor perjuangan H.O.S. Tjokroaminoto di Sarekat Islam.
Perjuangan bernegara H.O.S. Tjokroaminoto yang diimplementasikan dalam pergerakan nasional Sarekat Islam adalah upaya yang diperjuangkan dengan berbagai tuntutan untuk mencapai Indonesia merdeka, berpemerintahan sendiri, yang disalurkan melalui perjuangan yang bersifat kooperatif lewat Dewan Rakyat (volksraad) maupun non-kooperatif dengan keluar dari volksraad.
Konsepsi negara demokrasi yang dituangkan dalam karya H.O.S. Tjokroaminoto sebagai pemikiran bernegara yang diperjuangkan adalah negara demokrasi yang mengacu kepada konsep negara republik Madinah yang dibangun Nabi Muhammad SAW. Negara madinah merupakan prototype negara demokrasi yang dijiwai semangat sosialisme Islam yang benihnya ditanamkan sejak negara Madinah dibangun atas dasar perjanjian Aqaba I dan Aqaba II, serta ikatan antara golongan Muhajirin dan Anshor yang kemudian tertuang dalam "Piagam Madinah" sebagai konstitusi negara.
Konsepsi negara dengan mengacu kepada negara Madinah yang dijiwai sosilisme Islam itu pula yang menjadi rujukan Al-Farabi dan para pemikir Islam hingga era modern dengan konsep masyarakat Madani, sebagai model bernegara di kalangan kaum Muslimin yang mengacu kepada negara Madinah yang dibangun Nabi Muhammad. Konsep itu pula yang mendasari perjuangan H.O.S. Tjokroaminoto dengan berafiliasi dengan Pan-lslamisme sebagai upaya mempersatukan kaum Muslimin dari berbagai belahan dunia dalam menghadapi kolonialisme dan imperalisme modern abad XIX-XX.
Negara demokrasi dalam pandangan H.O.S. Tjokroaminoto disamping mengacu kepada model negara demokrasi pada masa Nabi, juga sistem demokrasi yang diterapkan pada masa khalifah Umar, yang memberi hak kepada setiap penduduk untuk mengemukakan pendapatnya.
Konsep negara Madinah pada masa Nabi dan Khalifah Umar tersebut telah mewarnai pemikiran H.O.S. Tjokroaminoto dalam merumuskan negara demokrasi yang mengacu kepada sistem perwakilan (parlemen) yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum yang harus diterapkan di negara yang menganut republik atau kerajaan. Sistem perwakilan itu merupakan bentuk demokrasi yang paling memungkinkan untuk dapat menyelenggarakan pemerintahan yang bisa diawasi rakyat.
Dari aspek bentuk negara merdeka H.O.S. Tjokroaminoto telah merumuskan tentang dasar negara merdeka dan strategi untuk memperoleh kemerdekaan bagi umat Islam yang diperjuangkan melalui Partai Sarekat Islam Indonesia.
Dalam Konsepsi H.O.S. Tjokroaminoto, negara merdeka yang akan dibangun adalah negara yang berlandaskan pada Syariat Islam yang bersumber dari Al Qur'an dan Sunnah Nabi. H.O.S. Tjokroaminoto memandang Islam sebagai ikatan yang mempersatukannya, karena Islam dipandang merupakan agama Allah yang sesempurna-sempurnanya, yang mampu menjamin keselamatan di dunia dan akhirat.
Perjuangan H.O.S. Tjokroaminoto yang bercorak demorasi Islam itu karena dihadapkan pada perjuangan ideologi komunis dan nasionalis sekuler yang sama-sama ingin mendirikan negara Indonesia merdeka dengan corak nasionalisme sebagai ikatan yang mempersatukannya.
Nasionalisme bagi H.O.S. Tjokroaminoto adalah nasionalisme yang bersumber pada patriotisme sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW. dengan semangat cinta tanah air yang didasari semangat ukhwah Islamiah antar umat Islam, sehingga nasionalisme bukan bercorak kebangsaan yang terbatas kepada wilayah atau negara tertentu. Itulah sebabnya tema nasonalisme sebagaimana dalam perjuangan tokoh pergerakan nasional tidak menjadi tema dalam perjuangan H.O.S. Tjokroaminoto, tetapi bentuk perjuangannya langsung pada tuntutan berpemerintahan sendiri untuk mewujudkan negara demokratis.

The Struggle a Democratic State, H.O.S. Tjokroaminoto a Review in the National Movement (Sarekat Islam 1912-1934).From the background of the thought of H.O.S. Tjokroaminoto in the politic movement by fighting for an independent state is as an impact of the awakening of Islam frontier by Jamaluddin Al Afghani since the XIX th age which used the Pan Islamic concept in the effort to unite the hole Islamic Community to confront Western imperialism and Colonialism to the Islamic Word.
The struggle which was based on Islamic spirit in the person of H.O.S. Tjokroaminoto was a condition inherited from the background of his family with was found within the environment of Santri. This was so since the family with H.O.S. Tjokroaminoto originated from Ulama's managing a pesantren which was famous. Islamic spirit formed the character H.O.S. Tjokroaminoto who rejected to use his noble proud by the use of the title Haj to show himself as an alim person.
H.O.S. Tjokroaminoto joined Sarekat Dagang Islam and eventually this organization became Sarekat Islam. This was related to the fact that during colonial time the Chinese community enjoyed a special place in the aspect of state relations which started its nationalistic spirit which was based on ethnical relation, on the other side the increasing activities of mission and zending had became a struggle factor for H.O.S. Tjokroaminoto in Sarekat Islam.
The thought of H.O.S. Tjokroaminoto about democratic statement-ship which was implemented in the national movement of Sarekat Islam was directed with effort to obtain Indonesian independence with is own government to be challenged trough struggle of cooperative character trough of a parliament (volksraad) as well as cooperative by leaving the volksraad.
The conception of democratic state indicated in his writing constituted a thought of democratic statement-ship referring to the concept of the Republic State Madinah established by the prophet Muhammad Saw. The state Madinah constituted a prototype of a democratic state in spirit by Islamic Socialism. The concept which was potential since the state Madinah was establish on the based of the agreement Aqaba I and Aqaba II.
The concept of Madinah State during the time of the prophet and Khalifah Umar has influence the thought of H.O.S. Tjokroaminoto in formulating democratic state refer ring to parliament system the member of which are elected though General Voting must be applied in a state having the form of Republic of Kingdom. Said parliament form democracy which the most possibility to perform a government which is supervised by the people.
The struggle of H.O.S. Tjokroaminoto which has the form of Islamic democratic was for basic, since in its development it was confronted with the struggle of the communistic and secular nationalistic ideology groups which wanted to establish an independent Indonesian with nationalism as is meant to unite, thus Islam was considered by H.O.S. Tjokroaminoto as the one resource which could unite the hole nation in a more perfect and continuing way.
Nationalism for H.O.S. Tjokroaminoto is Nationalism originating from patriotism, as exemplified by the prophet with a spirit of love to the Fatherland based on inter Islamic Ukhuwah Islamiah spirit, so that nationalism does not have a spirit which is limited to a certain area of country. That is why the time of nationalism as appearing in the struggle of this national movement figure did not became the theme of the struggle of H.O.S. Tjokroaminoto but his struggle was directly demand for self government to realize a democratic state."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T7195
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarif
"Tesis ini meneliti tentang Radikalisme Islam dengan Studi tentang Gerakan Politik Majelis Mujahidin dalam Penegakkan Syari'at Islam periode 2000-2003. Interval waktu ini merupakan rentang waktu dimana pemikiran dan aksi serta gerakan Majelis Mujahidin menunjukan watak radikalisme. Misalnya, penolakan Majelis Mujahidin atas azas Negara Pancasila, penolakan terhadap kepemimpinan wanita, hingga munculnya ide dan gagasan tentang perlunya syariat Islam diformalkan dalam konstitusi negara. Kenyataan ini, memunculkan pertanyaan bagi penulis, mengapa gerakan politik Majelis Mujahidin mendesak tentang pemberlakuan syari'at Islam dan menolak secara total semua ideologi yang berasal dari luar Islam.
Penulis menggunakan metode deskriptif analitis kwalitatif dengan pendekatan deduktif artinya dari teori ke praktek Sebuah metode penelitian yang berusaha menggambarkan realitas sosial yang komplek melalui penyederhanaan dan klasifikasi dengan memanfakan konsep-konsep yang bisa menjelaskan gejala sosial. Dalam pengumpulan data digunakan adalah studi pustaka/dokumen dan wawancara. Sementara teori yang digunakan untuk menelusuri radikalisme Islam dalam gerakan politik Majelis Mujahidin adalah teori radikalisme Islam. Untuk membantu mengungkapkan gerakan politik Majelis Mujahidin, penulis menempatkan parsi khusus pada sejarah gerakan radikalisme Islam, mulai dari asal muasal radikal isme Islam dalam konteks gerakan politik, Ikhwanul Muslimin, Jamaat i Islamiah, Darul Islam dan Masyumi.
Berdasarkan teori dan metode yang digunakan tersebut, serta data-data yang diperoleh dilapangan, maka dapat disimpulkan bahwa radikalisme Islam dari Gerakan Politik Majelis Mujahidin merupakan pemikiran atau ide dan gagasan radikal. Hal ini disimplilkan, setelah penulis melakukan penelitian tentang asal mula munculnya Majelis Mujahidin maupun konteks perkembangan selanjutnya sebagaimana rentang waktu studi ini (2000-2003). Ini menunjukan bahwa teori radikalisme merupakan reaksi terhadap kondisi yang sedang berlangsung, masih relevan.
Berdasarkan hal tersebut di atas ditemukan beberapa faktor kondisi yang turut mendorong lahirnya pemikiran radikal dan kemudian memicu terjadinya radikalisme Islam dalam gerakan politik Majelis Mujahidin, antara lain: Panama, Suasana pasca perang dingin diawal tahun 1980, khususnya setelah beberapa aktivis Islam era Presiden Soeharto melarikan diri keluar negeri. Para pejuang penegak syari'at Islam ini ikut ambil bagian dalam perang di Afganistan, bersekutu dengan rezim Taliban, dan mulai bergaul dengan aktivis Islam secara Internasional. Kedua, intimidasi dan diskriminasi rezim Soeharto terhadap para mubalik dan pendak'wah Islam yang menuntut tentang penegakkan syari'at Islam dan yang menolak azas tunggal Pancasila. Ketiga, kondisi kebangsaan dan kenegaran yang mengalami krisis moneter sejak 1996 sampai pada kejatuhan Soeharto pada bulan Mei 1998 dari kursi kepresidenan. Maka era reformasi dan upaya-upaya penyelesaian krisis yang tidak kunjung selesai dan menemukan format ideal untuk mengeluarkan bangsa dan krisis multidimensional yang menimpa ummat dan bangsa, adalah faktor yang cukup berpengaruh terhadap kehendak radikal untuk menegakkan syari'at Islam dalam konstitusi negara sebagai sebuah jawaban untuk menata dan meperbaiki ummat dan Bangsa Indonesia. Ideologi Pancasila, dianggap tidak tepat dan relevan lagi dengan kebutuhan bangsa dan negara. Dengan demikian, radikalisme Islam sebagai kerangka teoritis masih memiliki relevansi atas realitas dan kondisi gerakan politik Majelis Mujahidin dalam konteks pemikiran dan aksinya.
Dengan demikian, penulis menemukan bahwa radikalisme Islam dalam konteks gerakan politik Majelis Mujahidin, tidak hanya reaksi atas fanatisme keagamaan semata, respon terhadap kondisi yang sedang berkembang, intimidasi dan diskriminasi rezim Orde Baru, kegagalan revormasi, akan tetapi radikalisme juga sangat dipengaruhi oleh faktor beberapa aktor atau tepatnya peran para tokoh Islam yang telah sejak lama memperjuangkan penegakkan syari'at Islam dalam konstitusi negara."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14366
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leirissa, Richard Zakarias
Jakarta: Lembaga Sejarah FSUI, 1975
991.3 LEI m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional Depdikbud, 1995
959.8 Per
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sutan Takdir Alisjahbana
Jakarta: Pustaka Jaya, 1977
899.2 SUT p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Razak
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang hubungan Sukarno dan Masyumi yang terbagi ke dalam 4 bab. Di dalamnya dikaji kepemimpi_nan Sukarno den tantangan yang dihadapinya dari Masyumi. Bagaimana cara Sukarno menghadapi Masyumi? Itulah yang men_jadi pertanyaan yang penulis anggap perlu untuk dikaji.
Pada bab tentang penulis mengkaji tentang latar belakang pemikiran politik Sukarno dan hal-hal yang mempengeruhinya. Di sini disimpulkan bahwa pcemikiran politik Sukarno adalah sinkretisme yang sangat berkaitan erat dengan budaya poli_tik Jawa.
Pada bab berikutnya dijelaskan tentang sambutan rakyat yang begitu antusias terhadap Sukarno. Rakyat menerimanya seba_gai Ratu Adil; suatu kepercaycan yang meluas di Jawa. De_ngan demikian pola kepemimpinannya sangat cocok dengan orientasi masyarakatnya.
Pada bab ketiga dibahas tantangan yang dihadapi Sukarno. Masyumi menjadi teatangan utama setelah revolusi fisik. Akan tetapi, karena secara internal-struktural Masyumi se_ngat lemah, ditambah 1agi dengan kepercayaan pada mitos mayoritas umat Islam, dengan mudah Sukarno melemahkan Masyumi dan mendirikan NU secara tak langsung sebagai tandi_ngannya.
Bab keempat membahas tentang pemilu 1955. Beberapa peris_tiwa yang mendahuluinya menunjukken lanjutan dari upaya Sukarno untuk mendesak Masyumi agar tidak dapat menang se_cara mu tlak dalam pemilu. Dan ia berhasil.

"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S12112
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>