Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183797 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yenni Yulita
"Perilaku keselamatan perawat terhadap bahaya agen biologik dapat meningkatkan dari mutu pelayanan. Supervisi klinik model reflektif interaktif dapat meningkatkan perilaku keselamatanperawat terhadap bahaya agen biologik. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan pengaruh supervisi refelektif interaktif terhadap perilaku keselamatan perawatan pada bahaya agen biologik. Metoda yang digunakan adalah quasi experimental pre-post test with control group. Sampel penelitian (97 kontrol & 97 intervensi) diambil menggunakan teknik consecutive sampling.
Hasil penelitian didapat perbedaan antara kelompok yang diberi pelatihan dan tidak diberi pelatihan dan ditemukan adanya pengaruh supervisi reflektif interaktif terhadap perilaku keselamatan perawat. Kepala ruang perlu diberikan pelatihan supervisi agar dapat melakukan kegiatan supervisi dengan baik untuk peningkatan perilaku keselamatan perawat.

Nurse safety behavior at biologic agent hazard can will affect to quality care. Reflective interactive supervision can improve quality of nursing practice. The research purpose to get descriptions of reflective interactive supervision towards to safety nurse behaviors at biologic agent hazard. Method used experimental pre-post test with control group. Consecutive sampling in data taking for 97 control and 97 intervention sampel.
The result suggest that there are difference between the trained group and the untrained group and there are a influence of reflective interactive supervision towards nurse safety behavior at biologic agent hazard. The head nursing need to be given supervision training in order to be able to supervise well for improving behaviors nurse safety at biologic agent."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T32549
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Dina Andriani
"Ketepatan identifikasi pasien termasuk dalam sasaran keselamatan pasien dan menjadi kompetensi yang harus dimiliki oleh semua perawat termasuk perawat baru. Di sisi lain perawat baru menghadapi masa transisi selama satu tahun pertama masa kerjanya sebagai proses adaptasi. Kegiatan mentoring selama masa orientasi dapat membantu perawat baru untuk melewati masa transisi dengan baik dan dapat mencapai target kompetensinya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kegiatan mentoring pada kompetensi perawat baru dalam ketepatan identifikasi pasien di rumah sakit. Metode penelitian ini menggunakan metode Quasi-experiment dengan pretest-posttest nonequivalent control group. Sampel mentor yang mengikuti penelitian ini sebanyak 6 orang. Sampel perawat baru yang diteliti sebanyak 20 orang pada kelompok intervensi dan 20 orang pada kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi dilakukan intervensi berupa kegiatan mentoring dan pada kelompok kontrol tetap melakukan aktivitas tanpa kegiatan mentoring. Pengambilan data dilakukan sebelum dilakukan intervensi dan sesudah intervensi, menggunakan kuesioner pengetahuan, sikap, dan lembar observasi keterampilan perawat. Nilai rerata kompetensi mentor pascapelatihan mentor adalah 93,74 5,59 baik.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang bermakna pelaksanaan kegiatan mentoring pada perubahan kompetensi perawat baru tentang ketepatan identifikasi pasien p=0,001. Hasil ini menunjukkan bahwa kegiatan mentoring yang dilaksanakan pada masa orientasi perawat baru dapat membantu perawat baru mencapai kompetensinya di masa transisi. Peneliti merekomendasikan agar kegiatan mentoring dijadikan program rutin pendampingan bagi perawat baru selama masa transisi 1 tahun pertama. Program mentoring dapat juga dilaksanakan untuk membantu perawat memasuki jenjang karir perawat klinis.

The accuracy of the identification of the patients is a part of patient safety goals and one of nurse competency that all nurse should have including new nurses. On the other hand new nurses facing a transition period during the first year of his tenure as the adaptation process. In order for new nurses could pass the transition period well and could hit the target competence, there was a mentoring activity from senior nurses mentor during the orientation phase.
The purpose of this study was to determine the effect of mentoring activity on the accuracy of patient identification competency by the new nurse in hospitals. This research was a Quasi experimental with pretest posttest nonequivalent control group design. The sample of mentor were six people. The samples of new nurse were 20 people in the intervention group and 20 people in the control group. Mentoring activity was held in intervention group and there was no treatment on control group. Data of new nurses competency were collected before and after intervention, using questionnaires of knowledge and attitude, and also using an observation sheet of nursing skill . The mean score of mentor's competency after training were 93,74 5,59.
The result showed there was a significant effect of mentoring activity toward new nurse's competence on the accuracy of patients identification p 0.001. This result indicated that mentoring activities undertaken in the orientation phase could help new nurses to achieve the competency in the transition period. Researcher recommends to use mentoring program for new nurses routinely assistance during the transition period 1st year . It also can be used to assist nurses entering the nurse's clinical career ladder.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T46890
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Sri Mulyana
"Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi: assesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, dan seterusnya. Sejak dideklarasikannya pelaksanaan Patient Safety di Rumah Sakit X pada tahun 2009 hingga tahun 2011, tercatat Insiden Keselamatan Pasien (IKP) sebanyak 171 kasus, dimana IKP paling banyak yaitu sekitar 60% terjadi di pelayanan rawat inap. Melalui penelitian ini, dianalisis penyebab terjadinya IKP di ruang perawatan Rumah Sakit X. Studi dilakukan terhadap 100 perawat pelaksana dengan menggunakan desain cross sectional untuk melihat bentuk hubungan antara variabel individu, kompleksitas pengobatan, kerjama, gangguan/ interupsi, komunikasi, Standar Prosedur Operasional, dan kenyamanan tempat kerja terhadap kejadian IKP.
Hasil penelitian menunjukkan variabel karakteristik individu, yang terdiri dari usia, masa kerja, dan kompetensi; dan variabel kerja sama yang memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian IKP dengan nilai P value masing-masing sebesar 0.028, 0.010, 0.028, dan 0.012. Dengan kata lain variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian IKP adalah variabel karakteristik individu sehingga hasil studi ini bisa menjadi pertimbangan bagi Bagian SDM, Komite Keperawatan dan Bagian Keperawatan Rumah Sakit X dalam melakukan seleksi dan pengembangan SDM Keperawatan dalam upaya meningkatkan keselamatan pasien.

Patient safety is a system to make patient care become safer. The systems include risk assessment, identifying and managing the risks associated with patient, and so on. Since the patient safety program has been declared in "X" Hospital in 2009 until 2011, there are 171 cases recorded as a number of the patient safety incident (PSI), most cases about 60% occur in inpatient unit. Through this study, determinants of PSI in inpatient unit X Hospital are analyzed. Study is applied to 100 nursing staffs by cross sectional study design in order to observe the correlation between variable of individual characteristic, medication complexity, teamwork, interruption, communication, standard of procedure operational, and work place comfortable to PSI.
Result shows that there is a significant correlation between variable of individual characteristic (include age, working time, and levels of competence) and teamwork to PSI, with the P value: 0.028, 0.010, 0.028, and 0.012. In other word, the most significant variable to PSI is individual characteristic variable so it could be a consideration to recruit and do improvement based on patient safety by Human Resources, Nursing Committee and Nursing Unit of X Hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T32578
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Kurnia Sari
"Pelaksanaan peran dan fungsi managemen kepala ruang dalam penerapan keselamatan perawat dipengaruhi oleh karakteristik kepala ruang, faktor tuntutan kerja fisik, tuntutan kognitif, kepribadian, fisik organisasi, sosial organisasi, dan organisasi profesi. Tujuan penelitian ini untuk melihat faktor yang paling berpengauh terhadap pelaksanaan peran dan fungsi manajemen kepala ruang dalam penerapan keselamatan perawat. Penelitian menggunakan metode analitik korelatif. Sampel penelitian berjumlah 40 orang menggunakan teknik total sampling. Kepribadian, sosial organisasi dan organisasi profesi menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap pelaksanaan peran dan fungsi manajemen kepala ruang dalam penerapan keselamatan (p=0,004-0,043;CI=1,099-461,939). Faktor-faktor tersebut perlu mendapatkan perhatian dari manajemen RS dengan tetap melakukan evaluasi terhadap faktor lain agar kepala ruang mampu meningkatkan kinerjanya.

The implementation of managerial roles and functions in the applying safety is affected by the individual characteristics, physical work demands, cognitive task demands, personality, physical organizations, social organizations, and profession organizations. This study was aimed to investigate determinant factors for implementing roles and functions of management when head nurses employing nursing safety. This correlative analytical study involved 40 head nurses, recruited by using total sampling technique. Personality, social organizations and profession organizations were found to be the most influential factors (p=0,004-0,043;CI=1,099-461,939). These factors need to be considered by the hospital management while evaluating other factors to improve the head nurses? performances."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T32684
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusmegawati
"Perawat perlu keterampilan berpikir kritis dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang dapat ditingkatkan melalui supervisi model reflektif interaktif. Penelitian quasi experiment pre-post test with control group ini bertujuan membuktikan pengaruh supervisi model reflektif interaktif terhadap keterampilan berpikir kritis 61 perawat pada kelompok intervensi di RS.Dr.H.M. Ansari Saleh Banjarmasin dan didukung oleh 61 perawat pada kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan instrumen uji keterampilan berpikir kritis dengan validitas 0,160-0,488 (r 0,250) dan Cronbach's Alpha 0,745. Hasil membuktikan ada pengaruh supervisi terhadap keterampilan berpikir kritis perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan (p 0,0001; α 0,05). Supervisi model reflektif interaktif dapat menjadi salah satu model supervisi dalam manajemen keperawatan ruang rawat.

Nurses need critical thinking skills in performing nursing care that can be improved through an interactively reflective supervision model. Quasi experiment research with pre-post test control group aimed to prove the influence of interactively reflective supervision model of critical thinking skills of 61 nurses in the intervention group at inpatient unit Dr. H. M. Ansari Saleh Hospital and supported by 61 nurses in the control group. This study used critical thinking skills test instrument and validity was .160 to .488 (r 0,250) and Cronbach's Alpha 0.745. The results proved there was the influence of supervision on critical thinking skills of nurses in implementing nursing care (p 0.0001; α 0.05). Reflectively interactive of supervision model can be one model of supervision in the management of ward nursing."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dhiya Alamanda
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran keluhan dan faktor risiko fatigue pada perawat Puskesmas Kecamatan Kota Administrasi Jakarta Barat di masa pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan metode kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini dilakukan kepada 117 perawat di 5 Puskesmas Kecamatan Kota Administasi Jakarta Barat pada November – Desember 2020. Variabel dependen dari penelitian ini adalah keluhan fatigue. Sementara itu, variabel independen dari peneiltian ini adalah faktor risiko terkait individu (usia, jenis kelamin, masa kerja, keluhan sakit, status gizi, kuantitas tidur) dan faktor risiko terkait pekerjaan (shift kerja, durasi kerja, jam istirahat, stigma sosial). Pengambilan data primer dilakukan dengan pengisian kuesioner untuk penilaian fatigue dan faktor risiko serta wawancara untuk penelusuran dan konfirmasi data. Hasil menunjukkan bahwa 35,7% responden mengalami fatigue sedang-berat. Keluhan fatigue sedang-berat cenderung dialami oleh perawat yang berusia > 46 tahun (50,0%), wanita (36,8%), masa kerja < 5 tahun (40,8%), belum memiliki anak (47,4%), memiliki keluhan sakit (63,9%), gizi kurang (100%), kuantitas tidur kurang (50,9%), bekerja dalam shift (40,5%), durasi kerja berlebih (51,7%), jam istirahat kurang (66,7%), dan tidak pernah mengalami stigma sosial (33,7%).

This study described the fatigue problem dan its risk factors among sub-district level primary health care center nurses in West Jakarta during COVID-19 pandemic. This study was a descriptive cross-sectional study with quantitative and qualitative method. The subjects were nurses from 5 sub-district level primary health care center participated in November – December 2020. The dependent variable was fatigue problem. Whereas, the independent variables were individual factors (age, gender, length of service, health complaints, nutrition status, sleep duration) and work-related factors (shift work, work duration, rest break, social stigma). This study used fatigue and risk factors questionnaire and interview to confirm the data. Results showed that 35,7% subjects experienced medium-severe fatigue. Medium-severe fatigue were found higher in subjects who were > 46 years (50,0%), women (36,8%), had < 5 years length of service (40,8%), had health complaints (63,9%), underweight (100%), had sleep deprivation (50,9%), worked in shift (40,5%), had long work duration (51,7%), had short rest break (66,7%), and never experienced social stigma (33,7%)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Sari Kusumawati
"Budaya keselamatan memiliki peran penting dalam mewujudkan pelayanan keperawatan yang aman bagi pasien. Masih ditemui masalah terkait budaya keselamatan pasien dan sikap pelaporan insiden keselamatan pasien. Budaya keselamatan pasien dapat berhubungan dengan sikap perawat dalam pelaporan insiden. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan budaya keselamatan pasien dengan sikap perawat dalam pelaporan insiden keselamatan pasien. Penelitian Cross Sectional menggunakan cluster sampling ini dilakukan dengan pengisian kuesioner yang melibatkan 400 perawat di tiga rumah sakit umum daerah di tiga kabupaten Derah Istimewa Yogyakarta.
Hasil didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara budaya keselamatan pasien dengan sikap perawat dalam pelaporan insiden keselamatan pasien p=0,005 . Hasil regresi linear menunjukkan variabel yang paling mempengaruhi sikap pelaporan secara berurutan yaitu jabatan, budaya keselamatan pasien, level kompetensi, masa kerja, dan usia perawat R2=0,892.
Kesimpulan adalah bahwa budaya keselamatan pasien memiliki peran penting terkait sikap perawat dalam pelaporan insiden keselamatan pasien, upaya untuk memperkuat budaya keselamatan pasien dapat memperbaiki sikap perawat dalam pelaporan insiden keselamatan pasien.
Rekomendasi yang diberikan yaitu perbaikan pengaturan staf di rumah sakit, penyelenggaraan pelatihan atau diskusi rutin sebagai tindak lanjut dari pelaporan insiden, menghilangkan budaya menyalahkan terkait pelaporan insiden, memberikan apresiasi kepada perawat yang bersedia melaporkan insiden, menumbuhkan budaya saling mendukung antar perawat dalam pelaporan insiden keselamatan pasien.

Safety culture has important role in realizing a safe nursing service for patients. Problems related to patient safety culture and patient safety incident reporting are still encountered. The safety culture of the patient may relate to the nurse 39 s attitude in incident reporting. This study aims to determine the relationship of patient safety culture with the attitude of the nurses in reporting patient 39 s safety incidents. Cross sectional study using cluster sampling was conducted by filling a questionnaire involving 400 nurses at three regional public hospitals in three districts in the province of Yogyakarta special region.
The result shows that there is a significant correlation between patient safety culture and nurse attitude in reporting patient 39 s safety incident p 0,005 . Linier regression result shows consecutively that their position, patient safety culture, level of competence, year of service and age affect their attitude in reporting an accident R2 0,892.
The conclusion is that the patient safety culture has an important role in the nurse 39 s attitude in reporting the patient 39 s safety incident, efforts to strengthen the patient 39 s safety culture could improve the nurse 39 s attitude in reporting the patient 39 s safety incident.
Recommendations include improvements in hospital staffing, regular training or regular discussions as a follow up to incident reporting, eliminating a culture of incident reporting error, giving appreciation to nurses willing to report incidents, fostering a mutually supportive culture among nurses in reporting patient safety incidents.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50692
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pinandhika
"

Budaya keselamatan pasien merupakan produk nilai, sikap, kompetensi dan pola perilaku individu atau kelompok yang menentukan komitmen dan kemampuan suatu organisasi pelayanan terhadap penerapan keselamatan pasien. Penelitian cross sectional pada 141 perawat di rumah sakit ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan budaya keselamatan pasien dengan kompetensi perawat. Instrumen Hospital Survey on Patient Safety Culture (HSOPSC) dan Health Professional Education in Patient Safety Survey (HPEPSS) digunakan dalam pengumpulan data. Hasil penelitian diperoleh terdapat hubungan antara karakteristik perawat yaitu masa kerja (p=0,042) dan level kompetensi (p=0,020) dengan kompetensi perawat, serta terdapat hubungan antara keterbukaan komunikasi, kerja sama dalam unit, kerja sama antar unit, persepsi keselamatan, pembelajaran organisasi, ekspektasi manajer, dukungan manajemen, pelaporan insiden, handover dan transisi pasien (p<0,001) dengan kompetensi perawat. Hasil analisis regresi linear berganda didapatkan faktor yang paling berhubungan dengan kompetensi perawat adalah pelatihan, keterbukaan komunikasi, non punitive responses dan pembelajaran organisasi. Mayoritas perawat memiliki gambaran budaya keselamatan (68,4%) dan kompetensi terkait keselamatan (79,6%) yang cukup. Manajemen rumah sakit dapat mempertimbangkan strategi peningkatan kompetensi melalui perencanaan dan pemenuhan  kualifikasi perawat dengan mempertimbangkan tingkat pendidikan, merancang pelatihan yang berkesinambungan pada perawat baik pada perawat yang baru bergabung dan yang telah lama bergabung di rumah sakit, membuat kebijakan dan komitmen untuk keterbukaan komunikasi serta membuat sistem pelaporan insiden keselamatan pasien yang mudah, cepat dan efektif sehingga akan dapat diketahui secara cepat oleh pihak yang terkait seperti atasan langsung sampai dengan komite keselamatan pasien rumah sakit dan dapat cepat diberikan umpan balik dan menjadi pembelajaran organisasi.

 


Patient safety culture is a product of individual or group values, attitudes, competencies and behavioral patterns that determine the commitment and ability of a service organization to implement patient safety. Study cross sectional on 141 nurses in this hospital, the aim was to identify the relationship between patient safety culture and nurse competency. Instrument Hospital Survey on Patient Safety Culture (HSOPSC) and Health Professional Education in Patient Safety Survey (HPEPSS) was used in data collection. The research results showed that there was a relationship between the characteristics of nurses, namely length of service (p=0.042) and competency level (p=0.020) with nurse competency, and there is a relationship between open communication, cooperation within units, cooperation between units, safety perceptions, organizational learning, manager expectations, management support, incident reporting, handover and patient transition (p<0.001) with nurse competency. The results of multiple linear regression analysis showed that the factors most related to nurse competency were training, openness of communication, non punitive responses and organizational learning. The majority of nurses have an adequate description of safety culture (68.4%) and safety-related competencies (79.6%). Hospital management can consider strategies for increasing competency through planning and fulfilling nurse qualifications by considering educational levels, designing continuous training for nurses for both newly joined and long-time nurses in the hospital, creating policies and commitments to open communication and creating systems. easy, fast and effective patient safety incident reporting so that it will can be known quickly by related parties such as direct superiors to the hospital patient safety committee and feedback can be quickly given and become a learning experience for the organization

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Wiji Puspita Sari
"Masalah keselamatan pasien yang ditimbulkan oleh mahasiswa dapat menimbulkan berbagai dampak yang merugikan bagi pasien. Pembimbing klinik berperan penting dalam membimbing mahasiswa dalam pelaksanaan program keselamatan pasien. Komunitas praktisi pembimbing klinik ditengarai mampu meningkatkan peran pembimbing klinik dalam program keselamatan pasien oleh mahasiswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh komunitas praktisi pembimbing klinik terhadap peran pembimbing klinik dalam program keselamatan pasien oleh mahasiswa. Metode penelitian ini menggunakan desain pre experimental dengan sampel sebanyak 36 mahasiswa profesi Ners yang sedang praktik di ruang rawat inap RSISA yang mendapatkan bimbingan dari pembimbing klinik yang mengikuti komunitas praktisi pembimbing klinik. Data dianalisis dengan menggunakan uji Wilcoxon.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh komunitas praktisi pembimbing klinik terhadap peran pembimbing klinik dalam pelaksanaan program keselamatan pasien oleh mahasiswa p < 0,001. Penelitian ini merekomendasikan perlunya keterlibatan pembimbing klinik dari institusi pendidikan untuk menjadi bagian dari komunitas praktisi pembimbing klinik.

The problem of patient safety which is caused by nursing students can effect disadvantage to patient. The clinical instructor have important role to guide nurse student in implementation patient safety program. Community of practice clinical instructor was predicted can increase the role of clinical instructor in patient safety program by student.
The purpose of this study is to explore the the influence community of practice clinical instructor to the role of clinical instructor in patient safety program by student. This research is pre experimental with the number of samples are 36 Ners student in ward RSISA who get guidance from clinical instructor. The data analysis that use of this research is wilcoxon test.
The result show that there is significant influence community of practice clinical instructor to the role of clinical instructor in patient safety program by student p < 0,001. The researcher suggests that the clinical instructor from education institution should be part in community of practice clinical instructor.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T44091
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cetra Palupi Rengganis
"Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran profil persepsi risiko pada pekerja di PT. Terang Parts Indonesia dengan menggunakan paradigma psikometri. Penelitian dilakukan terhadap 216 responden pada bulan Mei - Juni 2016 menggunakan desain cross-sectional, data primer berupa kuesioner dengan menggunakan 8 parameter paradigma psikometri. Parameter yang digunakan pada penelitian adalah skala likert dengan nilai 1 (sangat tidak setuju) - 4 (sangat setuju). Nilai rata-rata masing-masing dari 8 dimensi paradigma psikometri akan memberikan gambaran profil tentang persepsi risiko pada pekerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi tingkat kebaruan risiko dipersepsikan pekerja sebagai parameter yang paling mempengaruhi persepsi pekerja, pekerja melihat perubahan proses yang terjadi akan mengakibatkan munculnya risiko baru yang belum diketahui. Dimensi penerimaan secara sukarela dipersepsikan oleh pekerja cenderung ke arah tidak sukarela, pekerja menyadari dan mengetahui risiko apa saja yang ada dapat mengancam kesehatan dan keselamatan akan tetapi pekerja melihat bahwa risiko tersebut merupakan bagian dari pekerjaan dilakukan. Pekerja dengan lokasi kerja yang berbeda memiliki persepsi yang berbeda tentang pengendalian risiko dan kesegeraan dari suatu efek.
Pekerja dengan fungsi kerja yang berbeda memiliki persepsi yang berbeda tentang tingkat kebaruan risiko dan pengendalian risiko serta pengetahuan terhadap risiko (ilmu pengetahuan). Pekerja dengan perbedaan masa kerja memiliki persepsi yang berbeda tentang ketakutan terhadap risiko. Persepsi risiko adalah salah satu poin penting dalam membuat kebijakan perusahaan terkait keselamatan dan kesehatan kerja agar tercipta perilaku berbudaya K3, maka diperlukan komitmen manajemen terkait K3, pelatihan tentang pengenalan risiko serta pengawasan berkala terkait efektivitas sistem manajemen K3 umumnya dan pengendalian risiko secara khusus.

The purpose of this research is to provide an overview of risk perception profile in PT Terang Parts Indonesia. Research conducted on 216 respondents in May to June 2016 using cross-sectional design. The primary data is obtained from 8 parameter of the psychometric paradigm questioner with the scale from 1 (strongly disagree) to 4 (strongly agree). The average value from each dimension will give the profile overview of the employee's risk perception. The newness of risk dimension was perceived by the employee as the most influential parameter of their working perception. The workers think that the change of process production will create a new unknown risk.
The study result shows that the workers tend to not perceive the voluntariness of risk dimension as a non-voluntary process. The employee is aware of the risk of their work including all the things that endanger their health and safety and that are part of their job function. The workers, who have different working location, have the different perception about control of risk and immediacy of effect.
The workers with different job function have different perception about newness of risk, control of risk, and knowledge of risk (science). The workers with different employment period have different perception of common dread. The risk perception of the worker is one of important influence to create the company policy about safety working environment, so that it can lead to safety culture inside the company. It needs commitments from the management in regard to OHS, training of the safety introduction, and also monitoring of the effectiveness of the OHS system in general, especially for controlling the risk.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46406
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>