Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 45279 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Kharisma Ilmu, 2012
R 959.8 ATL
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Viniya Metta
"Seni hias dibuat manusia sejak zaman prasejarah, yang antara lain dapat ditemui pada dinding-dinding gua, tulang, tembikar dan logam. Seni yang berkembang pada masa prasejarah bisa disebut sebagai seni prasejarah, dan bisa dipandang sebagai awal perkembangan kelahiran karya estetis yang dikaitkan dengan aturan-aturan tertentu. Motif hias seni prasejarah hadir di tengah-tengah kehidupan masyarakat masa prasejarah sebagai ungkapan perasaan yang diwujudkan dalam bentuk visual, dan proses penciptaannya tidak terlepas dari pengaruh lingkungan alam maupun lingkungan budaya. Salah satu bentuk seni yang berkembang pada masa prasejarah adalah motif hias, yang tidak hanya berkembang di wilayah Indonesia, tetapi juga di negara-negara yang terdapat di wilayah Asia Tenggara iainnya, dalam hal ini adalah Malaysia dan Vietnam. Motif-motif yang ada antara lain adalah motif hias geometris, motif hias fauna, motif hias manusia dan motif hias perahu. Dari analisis perbandingan, terlihat bahwa terdapat beberapa perbedaan, bahkan di Malaysia sejumlah motif tidak dikenal baik di media tanah liat maupun logam. Beberapa motif yang tidak terdapat di Malaysia antara lain adalah motif hias chevron, barisan empat persegi panjang, motif hias segi tiga dengan titik di antaranya, motif belah ketupat ganda, meander tegak, meander miring arah hadap ke kiri, recal citrante, motif huruf S, motif sulur gelung dan sepasang burung. Sementara di Indonesia dan Vietnam variasi motif lebih beragam. Hal-hal yang bisa dijelaskan sehubungan dengan hal tersebut adalah pertimbangan selera lokal yang berkembang di masyarakat prasejarah masing-masing wilayah. Faktor penentu penggambaran motif hias secara visual adalah, antara lain 1) kondisi geografis tempat masyarakat pendukung kebudayaan tersebut tinggal, 2) faktor kepercayaan dan 3) faktor teknis. Faktor teknis meliputi media bahan yang digunakan, apakah berupa tanah liat atau logam, lalu apakah permukaan bidang yang dihias rnerupakan permukaan yang datar atau melengkung. Sementara faktor geografis meliputi selera lokal yang berkembang di masyarakat pendukung kebudayaan di masing-masing wilayah."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12043
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bellwood, Peter
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000
959.01 BIL pt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Asikin Nurani
Yogyakarta: Balai Arkeologi D.I. Yogyakarta, 2017
596 IND f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sudiono
"ABSTRAK
Berdasarkan jenis dan tipe artefak Tejakula yang memperlihatkan ciri-ciri bagian, dapat dikemukakan bahwa permukiman di pantai utara Bali, khususnya la telah berlangsung sejak masa perundagian. Pilihan terhadap Tejakula sebagai permukiman lebih didasarkan pada kondisi lingkungan, seperti bentuk lahan an dan perbukitan), sumber bahan baku (bangunan tempat tinggal dan benda alit), keletakan yang strategis di pesisir pantai, kesuburan tanah, keberadaam er air bersih dan sungai-sungai besar yang mengalir di wilayah ini, seperti Tukad , Tukad Glagah, Tukad Julah, Tukad Song, Tukad Palad dan sebagainya. Keberadaan berbagai tipe artefak, menunjukkan bahwa aktivitas-aktivitas dupan telah berlangsung di lokasi permukiman Tejakula. Kehidupan sosial budaya hhatkan melalui aktivitas penggunaan peralatan hidup sehari-hari, seperti aktivitas mencari makanan (mata pencaharian hidup) dan aktivitas dagangan. Sementara kehidupan sosial budaya tergambar dari aktivitas yang kaitan dengan kepercayaan, seperti penguburan dan pendirian bangunan-bangunan Penggunaan peralatan hidup sehari-hari ditunjukkan dengan adanya berbagai tipe bah yang digunakan. Fungsi gerabah sangat penting dalam kehidupan masyarakat 'akula yaitu sebagai tempat untuk mengolah makanan, tempat menyimpan bahan.
Kajian terhadap peninggalan arkeologi di Tejakula, Bali melalui ciri budaya prasejarah bertujuan mengetahui corak budaya prasejarah yang berkembangan di situs ini pada masa perundagian dan melihat kemungkinan adanya hubungan antara masyarakat Tejakula dengan masyarakat lainnya pada masa ini."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York : McGraw-Hill, 1974
R 912.1 ATL
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
"Gerabah (pottery) sebagai salah satu benda hasil budaya manusia, merupakan unsur yang penting di dalm usaha menggambarkan aspe-aspek kehidupan manusia. Studi mengenai bentuk dan keindahan yang dimeliki oleh gerabah, dapat menerangkan tentang fungsi dan teknik pembuatan gerabah tersebut.Di Indonesia berdasarkan penelitian arkeologi, telah tercatat adanya beberapa nama daerah yang mengandung temuan-temuan dari masa prasejarah. Di antaranya daerah-daerah itu Gilimanuk. Gerabah-gerabah dari Gilimanuk ini akan kami kupas baik mengenai ciri-ciri maupun segi-segi lain yang ada hubungannya dengan benda tersebut. Pengupasan itu kami lakukan melalui analiasa benda, analisa tanah, analisa konteks dan interprestasi. Ciri-ciri yang ada, seperti kondisi, bentuk, ukuran, warna dan hiasan pada tiap-tiap gerabah dianalisa, setelah itu dikelompokkan berdasarkan ciri yang menonjol. Dari analisa diharapkan dapatditentukan berbagai macam ciri yang ada pada gerabah. Disamping itu dapat dikira-kira bagaimana cara membuat, menghias dan lain sebagainya. Sedangkan dari analisa lapisan tanah dan analisa konteks diharapkan dapat diketahui macam-macam budaya, adat istiadat dan penentuan umur dari situs Gilimanuk."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1978
S12076
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kuala lumpur: Mentri penerangan dan komunikasi dan kebudayaan Malaysia, 2011
R 930.195 95 TAM
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI), 2008
306.095 98 PRA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Ramadani
"Tradisi tembikar merupakan tradisi yang termasuk tua dalam perkembangan kebudayaan manusia di dunia ini. Manusia mulai mengenal tembikar sejak dikenalnya tradisi bercocok tanam di daerah pedalaman dan tradisi mencari hasil laut di daerah pantai pada masa prasejarah lebih dari 10.000 tahun yang lalu. Sejak saat itu tembikar menjadi salah satu perlengkapan kehidupan manusia yang panting, terutama karena kemampuan dan kegunaannya. Adapun jenis jenis tembikar yang dikenal dalam tradisi tembikar prasejarah di Indonesia, adalah jenis wadah (vessel) dan jenis yang bukan wadah. Jenis jenis wadah yang dikenal dari tradisi tembikar prasejarah di Indonesia antara lain, periuk, cawan (mangkuk), piring, kendi, tempayan, dan lain-lain. Tembikar sebagai data arkeologi menurut Para ahli dapat mencerminkan beberapa aspek kehidupan manusia pendukungnya. Masalah-masalah yang diajukan terhadap tembikar dari Situs Gua Pondok Selabe-1, antara lain adalah, bagaimanakah bentuk-bentuk yang dihasilkan, teknik buat apa yang dipakai, ragam bisa apa sajakah yang terdapat pada tembikar tersebut dan teknik apa yang bisa dipakainya, bagaimanakah karakteristik tembikar tersebut serta keterhubungan antara temuan tembikar dengan temuan lainnya. Dan permasalahan yang telah diuraikan tersebut, tujuan yang hendak dicapai adalah segala permasalahan tersebut dapat terjawab. Lewat analisis yang diterapkan pada tembikar ini dapat diharapkan mengetahui tipologi tembikar Situs pondok Selabe-1, Sumatra Selatan. Selain itu, untuk mengungkapkan ragam bias yang terdapat pada tembikar tersebut, teknik hias yang dipakai, teknik pembuatan dan penghalusan (jika memang terdapat indikatornya) yang telah dikenal oleh manusia pendukungnya. Tujuan penulisan ini juga diharapkan memberi gambaran bagaimana tembikar tersebut memainkan peranan dalam masyarakat pendukung kebudayaan itu. Tahap pertama untuk memudahkan penelitian ini adalah studi kepustakaan, observasi dan dilanjutkan dengan deskripsi untuk mendapatkan gambaran tentang tembikar tersebut. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis khusus dan klasifikasi yang dilakukan adalah klasifikasi taksonomi. Setelah melakukan klasifikasi, menghasilkan enam buah bentuk wadah tembikar, yaitu: periuk dibagi dalam 2 jenis dan tipe, cepuk dibagi 2 tipe, buli-buli dibagi 3 tipe, mangkuk dibagi 2 tipe, piring dibagi 2 tipe. Teknik bias yang digunakan adalah teknik teraltekan, gores, cungkil, slip, dan tempel yang menghasilkan ragam bias yang berupa motif bias berdiri sendiri, serta kombinasi lebih dari satu motif."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11573
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>