Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 956 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Berbagai jenis vaksin telah banyak dikembangkan untuk mengatasi dan mencegah penularan penyakit infeksi. Beberapa pendekatan teknologi perancangan vaksin telah telah mengalami perkembangan yang cukup pesat untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan kerumitan penanggulangan penyakit infeksi. Vaksin generasi pertama yang menggunakan mikroba patogen yang dilemahkan telah banyak
digunakan, namun karena pertimbangan keamanan dari vaksin generasi pertama ini maka vaksin generasi kedua yang menggunakan mikroba patogen yang dimatikan, telah dikembangkan. Demikian pula dengan vaksin generasi ketiga yaitu vaksin rekombinan yang terdiri dari protein yang dimurnikan telah dikembangkan dan digunakan. Kemajuan dalam bidang biologi molekuler dan rekayasa genetika telah memungkinkan untuk mengembangkan vaksin generasi keempat yaitu vaksin DNA. Dalam review ini akan dibahas tentang konstruksi dan elemen genetik vaksin DNA, keuntungan dan berbagai kemajuan yang telah dicapai dalam penelitian tentang vaksin DNA.

Abstract
Vaccines have been developed for a range of different infectious diseases. The complexity of microbial infections requires novel approaches to vaccine design. The first-generation of vaccines were live attenuated pathogens. Because of safety concerns, the second-generation of vaccines, chemically or physically inactivated pathogens were later developed. Purified or synthetic proteins represent a third generation, and recent advances in molecular biology and genetic engineering have led to the development of
the fourth vaccine generation, which includes DNA and virus vector-based vaccines. This review discusses on the genetic elements and construction of DNA vaccines, comparison of DNA vaccines and conventional vaccines, the benefits and limitations of DNA vaccines, and the advances of genetic vaccine development over the last
decade."
[Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Universitas Indonesia], 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Widarso
"ABSTRAK
Program pemberantasan rabies telah dilaksakan secara terpadu lintas sektoral sejak Pelita V, yang tertuang dalam SKB Menteri Kesehatan, Menteri Pertanian, dan Menteri Dalam Negeri, tahun 1978 dengan peran dan tanggung jawab sesuai masing-masing sektor. Rabies tersebar di 20 propinsi, dengan terdapat kematian karena rabies setiap 3 hari 1 orang meninggal (1986-1989). Penyakit ini bersifat fatal. Hanya dengan cara memberikan vaksin anti rabies/serum anti rabies sesuai dengan SOP terhadap orang digigit hewan penular rabies dapat mencegah tidak terjadi kasus rabies pada manusia. Propinsi Jawa Barat menempati urutan ke dua setelah Sumatera Barat (1992). Penderita gigitan per-tahun di Jawa Barat rata-rata 2571 orang, kematian karena rabies 4,3 per 1000 gigitan. Lokasi penelitian adalah Kotamadya dan Kabupaten Bandung, sample diambil secara total populasi.
Penelitian ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemberian VAR/SAR sesuai dengan SOP terhadap penderita gigitan hewan penular rabies. Metode yang dipergunakan adalah survai retrospektif dengan menggunakan data sekunder sejak 5 tahun yang lalu (1989-1993). Hasil penelitian didapatkan 2 variabel yang sangat berpengaruh terhadap pemberian VAR/SAR sesuai SOP dan terhadap kematian karena rabies. Variabel tersebut adalah jenis luka gigitan dan keadaan hewan. Penular utama adalah hewan anjing. Jenis luka gigitan sangat menentukan indikasi pemberian VAR/SAR sesuai dengan SOP secepat mungkin. Demikian juga keadaan hewan penggigit, bila keadaan hewan lari/mati/dibunuh tanpa pemeriksaan laboratorium/diobservasi/ laboratorium positif maka ini merupakan indikasi kuat untuk pemberian VAR/SAR. Dari pengamatan sebanyak 4708 kasus gigitan hewan penular rabies yang terjadi/tercatat selama periode 1989-1993 di Kodya dan Kab. Bandung ternyata hanya didapat 11 kematian. Keadaan ini menunjukkan tingkat efektivitas yang sangat tinggi didalam penatalaksanaan kasus gigitan hewan penular
rabies. Penerapan pemberian VAR/SAR sesuai S0P (yang mengaca pada SOP yang dibuat WHO) menunjukkan efektivitas sebesar 99,76% dalam menekan kematian karena rabies. Padahal kegagalan penetapan indikasi pemberian VAR/5AR dapat menyebabkan kematian 100X. Penerapan pemberian VAR/SAR sesuai SOP secara tepat dalam penanganan kasus gigitan hewan penular rabies, dapat menekan angka kematian sampai dengan 0,0055%.
Para petugas kesehatan (dokter/paramedis) di Kodya dan Kab. Bandung telah mengenai dan mengetahui dengan melaksanakan SOP dengan benar. Namun demikian agar petugas tetap segar tentang pengetahuan rabies maka perlu dilakukan pelatihan/penyegaran secara teratur.
Hasil yang sudah dapat dicapai di Kodya dan Kab. Bandung dapat dijadikan model serta direplikasikan kedaerah endemic lain.
"
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maghfirah Syafitri Tiham
"Di rumah sakit merupakan hal yang memerlukan perhatian khusus, untuk menghindari risiko obat kadaluarsa dan rusak akibat penyimpanan yang terlalu lama yang dapat berujung pada kerugian rumah sakit. Namun, kekurangan persediaan dapat menyebabkan terjadinya stock out sehingga harus dilakukan pemesanan cito dan berakibat pada semakian lamanya waktu tunggu dan penurunan tingkat kepuasan pasien. Laporan ini bertujuan untuk mengetahui sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) yang termasuk ke dalam kategori slow moving dan fast moving di depo farmasi rawat jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia. Metode yang digunakan yaitu pengumpulan data pengeluaran sediaan farmasi dan BMHP pada setiap depo farmasi rawat jalan di Rumah Sakit Universitas Indonesia periode januari-maret 2023. Obat kategori fast moving terdiri dari  2 obat non esensial, 7 obat esensial, dan 1 obat vital. Sementara obat slow moving terdiri dari 7 obat esensial dan 3 BMHP.

Availability of drugs in hospitals is a matter that requires special attention, to avoid the risk of drugs being expired and damaged due to storage for too long which can lead to hospital losses. However, a shortage of supplies can cause stock outs so that orders must be made for cito and result in longer waiting times and a decrease in patient satisfaction. This report aimed to determine pharmaceutical preparations and Medical Consumable Materials (BMHP) which were included in the slow moving and fast moving categories at the outpatient pharmacy unit at the Universitas Indonesia Hospital. The method used is to collect data on the release of pharmaceutical preparations and BMHP at each outpatient pharmacy unit at the Universitas Indonesia Hospital for the period January-March 2023. The fast-moving drugs category consisted of 2 non-essential drugs, 7 essential drugs, and 1 vital drug. Meanwhile, slow moving drugs consisted of 7 essential drugs and 3 BMHP."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Firdaus
"Tuberkulosis masih menjadi masalah penting kesehatan dunia, merupakan penyebab kematian terbesar ke-13 dan menempati posisi kedua setelah COVID-19 sebagai penyakit menular penyebab kematian terbesar. Tuberkulosis merupakan penyakit yang diakibatkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis (Mtb), yang dapat ditularkan melalui udara ketika penderita berbicara, batuk, atau bersin. Penelitian terhadap obat dan vaksin TB telah lama dilakukan, pada penelitian ini telah dilakukan pembuatan vaksin berbasis conserved region epitop secara in silico. Desain vaksin pada penelitian ini didasarkan pada prediksi epitop yang terdiri dari epitop dari sekuens protein Mce2E untuk bakteri Mtb yang terdiri dari epitop sel B dan sel T. Prediksi epitop sel B telah dilakukan menggunakan ABCpred, sedangkan prediksi epitop sel T menggunakan IEDB. Proses penambatan molekul (molecular docking) dilakukan menggunakan MOE2014.09. Kandidat epitop terbaik yang didapat berdasakan nilai ?Gbinding dan juga interaksi antara ikatan epitop dengan molekul HLA. Teridentifikasi dua kandidat epitop terbaik yaitu GTGISGMLR dengan HLA-C*12:03 untuk MHC kelas I dan GTGISGMLRALEQAW dengan HLA-DRB1*11:01 untuk MHC kelas II, dengan nilai ?Gbinding untuk masing-masing epitope secara berurutan yaitu -9,4737 kkal//mol dan -8,2259 kkal/mol. Cakupan populasi yang dimiliki oleh vaksin yang telah didesain pada penelitian ini sebesar 75,68% dari populasi global.

Tuberculosis is still a critical world health problem, is the 13th most significant cause of death, and ranks second after COVID-19 as an infectious disease that causes the most death. Tuberculosis is a disease caused by infection with the bacterium Mycobacterium tuberculosis (Mtb), which can be transmitted through the air when the patient speaks, coughs, or sneezes. Research on TB drugs and vaccines has been carried out for a long time. This research develops a novel vaccine utilizing in silico method based on conserved region epitopes. The vaccine design in this study was based on epitope prediction from the Mce2E protein sequence for Mtb bacteria consisting of B-cell and T-cell epitopes. B-cell epitope prediction was carried out using ABCpred, while T cell epitope prediction used IEDB. The process of molecular docking was carried out using MOE2014.09. The best epitope candidate was obtained based on the value of ?Gbinding and the interaction between the epitope bond and the HLA molecule. The two best epitope candidates identified were GTGISGMLR with HLA-C*12:03 for class I MHC and GTGISGMLRALEQAW with HLA-DRB1*11:01 for class II MHC, with ?Gbinding values for each epitope respectively -9.4737 kcal/mol and -8.2259 kcal/mol. The population coverage prediction from the obtained epitopes could cover 75.68% of the global population"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Dwi Fitri
"WHO menetapkan Covid-19 sebagai pandemi dengan jutaan orang yang terinfeksi dan ratusan ribu orang meninggal dunia.. Hampir 2 tahun sejak pandemi Covid-19 menyebar di seluruh dunia, namun proses pengembangan vaksin Covid-19 dikembangkan dengan cepat. Dengan adanya kebijakan wajib vaksin di semua negara, masyarakat dunia telah dihadapkan dengan berbagai dilema dalam menerima kebijakan ini dan menimbulkan seruan dalam menolak vaksin Covid 19. Hal ini menimbulkan keraguan di tengah populasi untuk menerima vaksin Covid 19. Timbulnya keraguan pastinya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berbeda di setiap negaranya. Hal ini membuat penulis ingin mengetahui bagaimana tingkat penerimaan vaksinasi Covid 19 di beberapa negara dunia. Determinan apa saja yang membuat penduduk beberapa negara di dunia menunjukan sikap penolakan terhadap vaksinasi Covid 19. Oleh karena itu, pencarian studi dilakukan pada database online Pubmed, ScienceDirect dan Springerlink dengan kata kunci "Vaccine acceptance" OR ("vaccine hesitancy") AND ("COVID 19" OR "coronavirus disease" OR "SARS-CoV-2"). Dari pencarian tersebut, 24 studi terinklusi dalam penelitian. Determinan yang mempengaruhi penerimaan vaksin Covid-19 di beberapa negara terdiri dari keamanan dan efektivitas vaksin, pendidikan, rekomendasi tenaga kesehatan, pendapatan, penyakit kronis, usia, info vaksin, harga vaksin, riwayat Covid-19, agama, dan pekerjaan. Adanya vaksinasi Covid 19 menjadi harapan untuk memulai kehidupan normal, dengan diketahuinya determinan yang mempengaruhi penerimaan masyarakat dalam menerima vaksin Covid-19, diharapkan dapat dijadikan pertimbangan untuk menjalankan program vaksinasi Covid-19 di masa yang akan datang.

WHO has designated Covid-19 as a pandemic with millions of people being infected and hundreds of thousands of people dying.. It has been almost 2 years since the Covid-19 pandemic spread across the world, but the process of developing a Covid-19 vaccine is progressing rapidly. With the mandatory vaccine policy in all countries, the world community has been faced with various dilemmas in accepting this policy and has raised calls to reject the Covid 19 vaccine. This raises doubts among the population to receive the Covid 19 vaccine. The emergence of doubts is certainly influenced by several factors that different in each country. This makes the author want to know how the level of acceptance of the Covid 19 vaccination is in several countries in the world. What are the determinants that make the population of several countries in the world show an attitude of rejection towards Covid 19 vaccination. Therefore, a study search was conducted on the online databases of Pubmed, ScienceDirect and Springer Link with the keywords "Vaccine acceptance" OR ("vaccine hesitancy") AND ( "COVID 19" OR "coronavirus disease" OR "SARS-CoV-2"). From these searches, 24 studies were included in the study. The determinants that affect the acceptance of the Covid-19 vaccine in several countries consist of vaccine safety and effectiveness, education, recommendations for health workers, income, chronic diseases, age, vaccine information, vaccine prices, Covid-19 history, religion, and occupation. The existence of the Covid 19 vaccination is a hope to start a normal life, with knowing the determinants that affect public acceptance of receiving the Covid-19 vaccine, it is hoped that this can be taken into consideration for carrying out the Covid-19 vaccination program in the future."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annas Azzahra
"Vaksin HPV merupakan pencegahan primer terhadap kanker servik. Biaya vaksinasi HPV yang mahal menjadi tantangan tersendiri untuk perempuan dewasa awal yang belum bekerja. Selain itu, kurangnya kesadaran dapat menjadi faktor penghambat perempuan dalam memutuskan vaksinasi HPV. Penelitian cross sectional ini bertujuan untuk menguji hubungan antara tingkat kesadaran dengan keputusan vaksinasi HPV. Responden berjumlah 126 perempuan pekerja usia 18-25 tahun, belum aktif secara seksual, dan berdomisili di Kota Depok. Intrumen yang digunakan adalah Knowledge and awareness about human papillomavirus vaccination questionnaire dan Willingness to Receive Human Papillomavirus Vaccination Questionnaire yang diterjemahkan, analisis data menggunakan uji Chi square. Hasil temuan analisi ditemukan pvalue 0,001 atau <0,05, OR 2.396, 95%CI 1.26-1.43. Melalui hasil temuan ini dapat disimpulkan semakin tinggi tingkat kesadaran maka semakin tinggi keterlibatan diri dalam pengambilan keputusan vaksinasi HPV pada perempuan pekerja. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keputusan vaksinasi HPV.

The HPV vaccine is the primary prevention against cervical cancer. The high cost of HPV vaccination is a challenge for young, unemployed women. In addition, lack of awareness can be a limiting factor for women in deciding to vaccinate against HPV. This cross sectional study aims to examine the relationship between level of awareness and the decision to vaccinate HPV. Respondents were 126 female workers aged 18-25 years, not yet sexually active, and domiciled in Depok City. The instruments used were Knowledge and awareness about human papillomavirus vaccination questionnaire and Willingness to Receive Human Papillomavirus Vaccination Questionnaire which were translated, data analysis using Chi square test. The results of the analysis found p-value 0.001 or <0.05, OR 2.396, 95%CI 1.26-1.43. Through these findings, it can be concluded that the higher the level of awareness, the higher the involvement in decision-making for HPV vaccination in female workers. Future research is expected to be able to analyze the factors that can influence the decision of the HPV vaccine."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bungarani Pramadefitra
"Perilaku vaksinasi seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya dapat berupa faktor psikologis yang beruhubungan dengan sikap dan pandangan seseorang terkait vaksin maupun penyakit yang dicegah oleh vaksin tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, korelasional yang bertujuan untuk melihat pengaruh sikap terhadap vaksin dan persepsi risiko Covid-19 terhadap intensi untuk divaksin. Sebanyak 214 partisipan berusia 18-25 tahun berdomisili di Jabodetabek mengisi kuesioner penelitian. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebanyak 18,6% dari varians intensi untuk divaksin dapat dijelaskan oleh sikap terhadap vaksin dan persepsi risiko Covid-19. Sikap terhadap vaksin ditemukan memberikan pengaruh negatif yang signifikan dan persepsi risiko Covid-19 khususnya dimensi perceived likelihood of infection ditemukan memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap intensi untuk mendapatkan vaksin.

A person's vaccination behavior can be influenced by various factors, including psychological factors related to a person's attitudes and perceptions related to vaccines and the diseases that prevented by the vaccine. This research is a quantitative, correlational study that aims to see the influence of attitudes towards vaccines and perceived risk of Covid-19 on vaccination intention. A total of 214 participants aged 18-25 years domiciled in Jabodetabek filled out the research questionnaire. Results showed that 18.6% of the vaccination intention variance can be explained by attitudes towards vaccines and perceived risk of Covid-19. Attitudes towards vaccines and perceived risk of Covid-19, especially the perceived likelihood of infection dimension, were found to be a significant predctors of vaccination intention."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maghfirah Syafitri Tiham
"Imunisasi merupakan suatu upaya pembentukan imunitas pada masyarakat terhadap suatu penyakit tertentu. Puskemas Kecamatan Duren Sawit memiliki peran penting dalam mewujudkan keberhasilan program imunisasi, khususnya dalam penyaluran vaksin ke puskesmas-puskemas kelurahan di bawah supervise puskemaskas Kecamatan Duren Sawit. Laporan ini bertujuan untuk mengevaluasi pemakian vaksin selama  periode Januari-Maret 2023 yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah vaksin yang diberikan oleh pemerintah telah tepat sasaran dan juga dapat digunakan untuk menentukan pola perencanaan pengadaan vaksin untuk dua tahun berikutnya. Metode yang digunakan adalah studiliteratur dengan penelusuran data retrospektif. Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa vaksin dengan pemakaian paling banyak pada periode Januari-Maret 2023, adalah vaksin HBO, diikuti dengan DPT-HIB, Polio Oral, PCV, BCG, MR, IPV dan TD dengan presentase berturut-turut, yaitu 32%, 20%, 16%, 9%,  8%, 7%, 6%, dan 2%. Sementara selama 3 bulan tidak ada pemakaian vaksin DT, Influenze, HPV dan meningitis.

Immunization is an effort to form immunity in the community against a certain disease. The Duren Sawit Subdistrict Health Center has important roles in realizing the success of the immunization program, especially in distributing vaccines to village health centers under the supervision of the Duren Sawit District Health Center. This report aimed to evaluate vaccine use during the January-March 2023 period which could be used to find out whether the vaccines given by the government had been right on target and could also be used to determine the planning pattern for vaccine procurement for the next two years. The method used was a literature study with a retrospective data search. Based on the results of data analysis, it could be concluded that the vaccine with the most use in the January-March 2023 period was the HBO vaccine, followed by DPT-HIB, Oral Polio, PCV, BCG, MR, IPV and TD with successive percentages, namely 32%, 20%, 16%, 9%, 8%, 7%, 6% and 2%. Meanwhile, for 3 months there was no use of the DT, Influenze, HPV and meningitis vaccines."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mustamar
"Rabies merupakan zoonosis penting yang dapat menular dari hewan kepada manusia, disamping case fatality rate-nya 100% juga mengurangi pemasukan devisa negara di bidang pariwisata sebab rabies merupakan penyakit yang ditakuti oleh wisatawan mancanegara setelah malaria. Sampai akhir tahun 1999, kasus rabies pada manusia tertinggi di Indonesia adalah di Pulau Sulawesi kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera dengan kasus rabies yang tertinggi terjadi di Propinsi Sumatera Barat. Di Sumatera Barat kasus rabies pada manusia sampai akhir tahun 1999,yang tertinggi terdapat di Kabupaten Tanah Datar dimana terdapat 7 kematian akibat rabies di kabupaten ini atau 39 % dari seluruh kematian akibat rabies di Propinsi Sumatera Barat.
Program pemberantasan rabies bertujuan untuk menurunkan kasus rabies baik pada manusia maupun pada hewan sehingga seluruh Indonesia pada tahun 2005 terbebas rabies, dimana salah satu kegiatan utama program pemberantasan rabies adalah memberikan vaksin anti rabies kepada anjing. Di Kabupaten Tanah Datar pencapaian vaksinasi rabies bagi anjing tersebut masih rendah yang sampai pada akhir tahun 1999 rata-rata hanya 26,8% dari target 70% populasi anjing di kabupaten ini.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi penyebab rendahnya perilaku pemberian vaksin anti rabies bagi anjing oleh masyarakat pemiliknya di Kabupaten Tanah Datar yang dihubungkan dengan pengetahuan, persepsi dari sikap masyarakat terhadap cara-cara memelihara anjing, rabies serta terhadap manfaat vaksin anti rabies bagi anjing. Juga untuk memperoleh informasi tentang nilai-nilai yang terkandung dalam memelihara anjing pemburu oleh masyarakat pemburu di daerah ini,serta mendapatkan informasi baik tentang faktor pemungkin maupun faktor penguat yang dapat mempengaruhi untuk tetap berlangsungnya pemberian vaksinasi anti rabies bagi anjing oleh pemiliknya di daerah ini.
Penelitian dilakukan di Kecamatan Tanjung Emas, Lintau Buo dan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, Propinsi Sumatera Barat. Pengumpulan data dimulai bulan November 2000 sampai Pebruari 2001. Desain penelitian adalah metode kualitatif dengan teknik diskusi kelompok terarah dan wawancara mendalam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih rendahnya perilaku masyarakat dalam pemberian vaksin anti rabies bagi anjing terutama oleh masyarakat pemburu pemilik anjing, hal ini disebabkan karena rendahnya pengetahuan masyarakat tentang cara-cara memelihara anjing dan pengetahuan tentang penyebab rabies serta kegunaan vaksin anti rabies bagi anjing, yang menyebabkan timbulnya persepsi yang salah baik terhadap penyebab rabies maupun terhadap manfaat vaksin anti rabies untuk anjing, Persepsi yang salah ini ternyata menimbulkan sikap negatif terhadap pemberian vaksin anti rabies untuk anjing oleh masyarakat pemiliknya di daerah ini.
Dalam penelitian ini juga terungkap anjing pemburu mempunyai nilai tinggi bagi pemburu di daerah ini, namun tidak ditemui hubungan antara nilai tersebut dengan rendahnya pemberian vaksin anti rabies untuk anjing oleh masyarakat pemilik anjing pemburu di daerah ini. Selanjutnya dalam penelitian ini juga terungkap bahwa target pemberian vaksin anti rabies untuk anjing ditentukan berdasarkan ketersediaan vaksin, bukan berdasarkan jumlah anjing yang harus di vaksinasi per tahun, serta waktu pelaksanaan pemberian vaksinasi tersebut hanya sekali setahun dan ketua kelompok pemburu belum memberi dorongan kepada pemburu untuk selalu memberikan vaksin anti rabies bagi anjingnya. Semuanya itu berkemungkinan juga menjadi penyebab rendahnya perilaku masyarakat untuk memberi vaksin anti rabies kepada anjing.
Daftar Bacaan : 33 (1974-2000)

Analysis to the Respond of People Having Dogs to Anti Rabies Vaccination in Tanah Datar District Year 2000
Rabies is an important zoonotic disease transmissible from animal to human, with case fatality rate of 100% and has a potency to reduce the Country Foreign Exchange from tourism. Rabies is the most frightening disease to tourist after malaria. By the end of 1999, the highest member of rabies to human in Indonesia is in Sulawesi followed by Sumatera. West Sumatera has the highest record where Tanah Datar District has the most significant with 7 deaths over 39% of Rabies Deaths within West Sumatera.
Rabies Elimination program is aimed to reduce rabies case on human as well as animals until Indonesia is deemed free from rabies by the year 2005. The main activity of the program is to vaccinatie pet dogs. In Tanah Datar by the year 1999, the vaccination coverage is very low with oney 26.8% from 70% of target dogs in the community.
This research is to collect information of why people are reluctant to give anti rabies vaccination to their dogs in Tanah Datar in relation to their knowledge, perception and their good care of dogs, of rabies and anti rabies vaccination as well as its worth. It is furthermore aimed to know the norms of how hunters take care of their hunting dogs and to analyze enabling and reinforcing factors which could possibly encourage people within the district to vaccinate their dogs with anti rabies vaccination.
The research took place in Tanjung Mas Sub District, Lintau Buo and X.Koto Tang' Datar District, West Sumatera Province. Data collection started in November 2000 up to February 2001. The research is done using a qualitative method with focus group discussion techniques and in depth interview.
Result indicates that the reluctance in giving anti rabies vaccination were due to insufficient knowledge about good care of dogs and rabies and about the anti rabies vaccination is worth to dogs. The insufficient knowledge lead to misunderstanding on rabies and the effect of vaccination that causes negative respond to the vaccination program.
The research also revealed that hunters esteem their dogs highly, but there is no correlation between the value and the low respond to vaccination. The research result indicates that the target of vaccination depends on the vaccination availability and not on the number of dogs to be vaccinated per year. The vaccination only conducted once a year. The Chief Hunter did not encourage the hunting members to vaccinate their dogs. Currently there is District Regulation to control dogs entering form other regions. All these cause the low respond of the community to vaccinate their dogs.
Reference: 33 (1974-2000)."
2001
T4627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Rahmat
"Latar Belakang : Sebuah virus influenza baru berasal dari babi, muncul di Amerika Utara pada tahun 2009, dengan cepat menyebar ke seluruh dunia dan mengakibatkan pandemi influenza A 2009. Virus ini diklasifikasikan sebagai subtipe H1N1 menurut antigenisitas dari hemaglutinin (HA) dan protein neuraminidase (NA). Pandemi influenza tahun 2009 yang disebabkan virus H1N1 telah berakhir. Namun, kemungkinan terjadinya gelombang pandemi (H1N1) 2009 kedua sulit diprediksi. Vaksin DNA merupakan pendekatan baru yang sangat menjanjikan untuk vaksinasi. Vaksin ini dapat merangsang respons imun dengan batas yang sangat luas termasuk respons antibodi, respon sel T sitotoksik dan sel T helper. Dalam penelitian ini, plasmid DNA yang mengekspresikan antigen HA dan NA dari virus H1N1 diinjeksikan pada mencit Balb/C dengan berbagai komposisi dan lokasi injeksi. Imunisasi dilakukan pada mencit Balb/C untuk mengobservasi respon antibodi yang dihasilkan.
Metode : Plasmid DNA yang mengekspresikan HA dan NA dan digunakan untuk imunisasi mencit Balb/C pCDNA 3.1 diperbanyak dalam E.Coli Top 10 dan dipurifikasi atau dimurnikan dengan menggunakan Qiagen Plasmid Purification. Mencit dibagi ke dalam 5 kelompok imunisasi, yaitu : kelompok pertama diimunisasi dengan vaksin pcDNA3.1-HA/pcDNA3.1, kelompok kedua diimunisasi dengan vaksin pcDNA 3.1-HA/pcDNA 3.1-NA yang dicampurkan, kelompok ketiga diimunisasi dengan vaksin pcDNA 3.1-NA/pcDNA3.1, kelompok keempat diimunisasi dengan vaksin tunggal pcDNA 3.1-HA yang disuntikan pada paha kiri dan pcDNA 3.1-NA pada paha kanan, kelompok kelima diimunisasi dengan kontrol pCDNA3.1. Respons antibodi spesifik terhadap HA diukur dengan metode ELISA.
Hasil : Kelompok mencit Balb/C yang diimunisasi dengan vaksin pcDNA 3.1 HA/pcDNA 3.1 dan pcDNA 3.1-HA/ pcDNA 3.1-NA menunjukkan kenaikan titer abtibodi yang signifikan setelah diimunisasi primer dan booster ke-3.

Background : A new influenza virus originated in pigs, appeared in North America in 2009, quickly spread throughout the world and cause pandemic influenza A 2009. The virus is classified as H1N1 subtype according to the antigenicity of the hemagglutinin (HA) and neuraminidase protein (NA). The 2009 influenza pandemic caused by the H1N1 virus has ended. However, the possibility of a wave of H1N1 pdm 2009 is difficult to predict. DNA vaccines are a very promising new approach to vaccination. This vaccine can stimulate an immune response with a very broad limits, including antibody responses, cytotoxic T cell responses and T helper cells. In this study, Plasmid DNAs espressing HA and NA antigen of influenza A H1N1 virus were injected into Balb/C mice with various compositions and site of injection. Immunization performed on Balb / C mice was performed to observe specific antibody response towards.
Methods : Plasmid DNAs expressing hemagglutinin and neuraminidase were used for Balb/C mice immunization transformed into a plasmid pCDNA3.1. Plasmid pCDNA 3.1 that express hemagglutinin and neuraminidase propagated in E. coli Top 10 and purified using Qiagen Plasmid Purification. Mice were divided into 5 groups of immunization, namely: the first group was immunized with pcDNA 3.1-HA/pcDNA 3.1 vaccine, the second group was immunized with pcDNA 3.1-HA/pcDNA 3.1-NA vaccine, The third group was immunized by pcDNA 3.1-NA/pcDNA 3.1 vaccine, fourth group were injected by pcDNA 3.1-HA vaccine in the left thigh by and pcDNA 3.1-NA vaccine in the right thigh and the fifth group immunized with the control pCDNA3.1.vaccine. HA-specific antibody responses measured by ELISA method.
Results : The group of Balb / C mice which were immunized with pcDNA 3.1- HA/pcDNA3.1 and pcDNA 3.1-HA/pcDNA3.1-NA vaccines show an significantly increase antibody titer after primary immunization and third booster.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>