Ditemukan 111776 dokumen yang sesuai dengan query
Arif Setiawan
"Inflation Targeting Framework (ITF) dalam dua dekade terakhir semakin popular sebagai sebuah pendekatan baru dalam kebijakan moneter yang menggunakan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan menggantikan besaran lain seperti pertumbuhan jumlah uang beredar. Namun ITF menemui banyak kritik menyangkut orientasi kebijakan yang mengutamakan stabilisasi yang menurut pengkritik akan mengorbankan pertumbuhan dan pengangguran. Atas kritik tersebut pendukung ITF menunjukkan bahwa ITF adalah kerangka kebijakan yang flexible yang dalam jangka pendek dapat merespon permasalahan output seperti di masa krisis. ITF merupakan pendekatan kebijakan yang bersifat diskresi daripada sebuah rule yang kaku. Sementara beberapa penelitian justru menunjukkan bahwa respon terhadap inflasi pada negara yang menerapkan ITF justru menurun setelah penerapan ITF. Sedangkan untuk Indonesia, yang menerapkan ITF sejak Juli 2005, bagaimana perubahan respon kebijakan moneter dengan penerapan ITF menjadi objek utama dalam penelitian ini. Penelitian menggunakan model Taylor Rule sebagai fungsi respon kebijakan moneter. Perubahan respon diukur dari perubahan parameter dalam fungsi respon kebijakan moneter yang akan diestimasi dengan model Time Varying Parameter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan ITF di Indonesia membuat respon kebijakan moneter lebih responsif terhadap Inflasi. ITF bersifat diskresi dengan parameter respon yang berfluktuasi dari waktu ke waktu dalam periode yang diteliti.
Inflation Targeting Framework (ITF) in the last two decades had been popular as the new framework in setting monetary policy which used inflation as nominal anchor, replacing other nominal anchor such as money growth. But its popularity was not without critics. Opponents of ITF criticized ITF to its concern on stabilization only that would sacrifice other objectives of policies: output and employment. Proponents of ITF answered the critics by arguing that ITF was a flexible framework rather than a rigid rule. It could anticipate problem of output in the short run such as during a crisis. While some researches on this field found that in some ITF countries monetary policy response to inflation tended to be lower after implementing ITF. For Indonesia which had implemented ITF since July 2005, how the changes in monetary policy responses due to ITF implementation was an object of this research. Using Taylor Rule as monetary policy responses function, changes of the response measured by changes in parameter of the model which estimated by a time varying parameter method. Evidence showed that ITF in Indonesia had changed the response of monetary policy to be more responsive to inflation than before. ITF implemented as discretion rather than a rule with monetary policy response changed over time during observed periods."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesiapp, 2011
T32764
UI - Tesis Open Universitas Indonesia Library
Jakarta : Directorate of Economic Research and Monetary Policy. Bank Indonesia , 2000
332.46 MON
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Rakhmat
"Beralihnya sistem nilai tukar rupiah dari sistem mengambang terkendali (managed floating exchange rate system) ke sistem nilai tukar mengambang penuh (floating exchange rate system) sejak Agustus 1997 dan pelaksanaan kebijakan inflation targeting sejak tahun 2000, telah menimbulkan berbagai perubahan pada perilaku dan hubungan antar variabel ekonomi moneter di Indonesia. Salah satu yang mendasar adalah perilaku pergerakan nilai tukar dan pengaruhnya terhadap inflasi (exchange rate pass through). Pertanyaan mendasar dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh nilai tukar terhadap inflasi baik yang diukur dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Whole Price Indeks (WPI)? Apakah penerapan floating exchange rate system telah memperbesar exchange rare pass through? Apakah penerapan inflation targeting framework berdampak pada penurunan exchange rate pass through ?
Dengan menggunakan analisis Vector Autoregression (VAR) dari model rantai distribusi harga (price distribution chain) yang dikembangkan oleh McCharthy (2000) dan Belaisch (2003), penelitian ini menganalisis besarnya pass through nilai tukar terhadap tingkat inflasi untuk periode Januari 1993 sampai dengan Desember 2003 dan implikasi dari perubahan rejim nilai tukar dan penerapan inflation targeting framework terhadap exchange rate pass through. Hasil impuls respons function (IRF) dapat digunakan untuk melacak respons saat ini dan masa depan setiap variabel analisis akibat shock nilai tukar. Sedangkan hasil analisis variance decomposition digunakan untuk memprediksi kontribusi prosentase varians setiap variabel terhadap shock pada nilai tukar.
Hasil analisis VAR menunjukkan bahwa : (1) Pengaruh depresiasi nilai tukar terhadap tingkat inflasi selama periode Januari 1993 sampai dengan Desember 2003 yang diukur dengan IHK tidak cukup besar jika dibandingkan dengan WPI. Hal ini membuktikan bahwa pengaruh langsung (direct effect) nilai tukar terhadap tingkat inflasi ditransmisikan melalui harga barang impor atau barang perdagangan, (2) Perubahan rejim nilai tukar dari managed floating rate menjadi free floating rate menunjukkan hasil pass through nilai tukar terhadap tingkat inflasi yang semakin besar, (3) Pada periode penerapan inflation targeting framework, pengaruh depresiasi nilai tukar rupiah terhadap tingkat inflasi mengalami penurunan sangat signifikan, sebagaimana ditunjukkan oleh hasil estimasi pass through yang relatif lebih rendah dari periode kebijakan free floating rate tanpa target inflasi yang jelas."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T17088
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Rulyusa Pratikto
"
ABSTRAKTujuan utama dari disertasi ini adalah untuk mengetahui kebijakan pengendalian harga yang berperan penting dalam penanggulangan kemiskinan. Dari tujuan utama tersebut, maka disertasi ini terdiri dari tiga essai. Essai pertama berusaha untuk mengetahui kelompok komoditas mana yang jika terjadi peningkatan harga lebih merugikan kesejahteraan masyarakat miskin. Penulis menemukan bukti bahwa saat terjadi peningkatan harga makanan, maka kelompok rumah tangga miskin lebih dirugikan karena proporsi pengeluaran mereka yang relatif tinggi. Hasil tersebut kemudian dijadikan dasar oleh penulis untuk mengkaji essai kedua dan ketiga. Essai kedua mengkaji apakah pakem pengendalian inflasi yaitu kebijakan moneter memiliki peran yang penting dalam pengendalian inflasi makanan.
Temuan pada kajian kedua ini menunjukkan bahwa kebijakan moneter tidak memiliki peran yang cukup signifikan dalam pengendalian inflasi makanan. Namun demikian terdapat spill-over effect dari inflasi makanan ke inflasi nonmakanan. Maka saat terjadi shock pada inflasi makanan, kebijakan moneter tetap dibutuhkan sebagai pengendali inflasi non-makanan yang mengalami tekanan karena inflasi makanan. Essai ketiga kemudian mengkaji kebiπjakan dari sisi struktural, yaitu perbaikan konektivitas domestik melalui infrastruktur transportasi darat dan laut terhadap pengendalian harga makanan. Bukti empiris pada kajian ketiga ini menunjukkan bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur transportasi berperan penting dalam pengendalian harga makanan. Secara khusus, pelabuhan dengan skala relatif besar (komersial) memiliki peran yang lebih penting, mengingat kondisi geografis Indonesia yang merupakan Negara kepulauan.
ABSTRACTThis dissertation seeks to find the price stabilization policy that have important role in poverty alleviation. Spesifically, this dissertation consists of three essays. The first essay is to find the commodity basket that when the price increases would have more adverse impact on the poor. The empirical evidence found in this essay is food is the most important commodity for the poor, since food inflation has the most detrimental effect on the poor welfare. Thus, food price stabilitzation is important in poverty alleviation. Based on this result, I investigated the role of monetary policy in stabilizing food inflation on the second essay. The evidence shows that monetary policy has relatively little role on food inflation, but relatively high on non-food inflation.However, monetary policy response is still needed in the event of food inflation shock. This is because there is significant evidence that food inflation propagated into non-food inflation. The second essay result implies that Indonesia needed structural policy to maintain the food price. One of the structural factors that has been contributing to the high cost economy in Indonesia is domestic connectivity problem. Thus, the third essay main purpose is to determine whether increasing the quality and quantity of transportation infrastructure can have important role in food price stabilization. The empirical results show that this is true. In particular, increases in quality and quantity of commercial ports relatively has higher role in this matter. The geographical characteristic of Indonesia that is an archipelago supported the argument."
2015
D2130
UI - Disertasi Membership Universitas Indonesia Library
BEMP 9(1-2) 2006
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Solikin M. Juhro
"We examine the usefulness of large-scale inflation forecasting models in Indonesia within an inflation-targeting framework. Using a dynamic model averaging approach to address three issues the policymaker faces when forecasting inflation, namely, parameter, predictor, and model uncertainties, we show that large-scale models have significant payoffs. Our in-sample forecasts suggest that 60% of 15 exogenous predictors significantly forecast inflation, given a posterior inclusion probability cut-off of approximately 50%. We show that nearly 87% of the predictors can forecast inflation if we lower the cut-off to approximately 40%. Our out-of-sample forecasts suggest that large-scale inflation forecasting models have substantial forecasting power relative to simple models of inflation persistence at longer horizons."
Jakarta: Bank Indonesia Institute, 2019
332 BEMP 22:4 (2019)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
BEMP 2 (1-2) 2009
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Faisal Rachman
"Abstract
In the last two decades many countries have been starting to employ Inflation Targeting Framework (ITF) as their main monetary policy framework. This is done to achieve an objective of anchoring public expectation on inflation which in the end will steer the price level movement towards ITF?s ultimate target of relatively low and stable inflation rate. By conducting Difference-in-Difference method on panel data consisting of five countries implementing ITF since 2001 and twenty-one selected non-ITF countries for period 1990-2010, it is statistically proved that ITF adoption has a significant effect on inflation. In case of Indonesia, through Structural Break approach, the implementation of ITF since 2005 is also proved able to lower and stabilize inflation rate.
Abstrak
Dalam dua dekade terakhir ini banyak negara yang telah mulai menggunakan Inflation Targeting Framework (ITF) sebagai kerangka utama kebijakan moneter mereka. Hal ini dilakukan guna mencapai tujuan pengendalian ekspektasi publik yang pada akhirnya akan mengendalikan pergerakan tingkat harga relatif rendah and stabil. Dengan menggunakan metode Difference-in-Difference pada data panel, yang terdiri dari lima negara yang telah mengimplementasikan ITF sejak tahun 2001 dan dua puluh satu negara bukan pengguna ITF, untuk periode 1990-2010, disimpulkan bahwa ITF memiliki dampak signifikan pada tingkat inflasi. Untuk kasus Indonesia yang telah mengimplementasikan ITF sejak tahun 2005, melalui metode Structural Break disimpulkan hasil yang sama, yaitu tingkatan harga yang rendah dan stabil."
2015
PDF
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
M. Banyu Adiputra K. U.
"Penelitian ini membahas tentang kemampuan Inflation Targeting Framework dalam menurunkan derajat Exchange Rate Pass-Through di Indonesia dari tahun 1998 hingga tahun 2008. Penulis ingin mengetahui apakah penerapan Inflation Targeting Framework yang dilakukan oleh Bank Indonesia dapat menurunkan derajat pass-through baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Metode penelitian yang digunakan adalah Ordinary Least Squares. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan Inflation Targeting Framework terbukti dapat menurunkan pass-through dalam jangka pendek, tetapi tidak terbukti dapat menurunkan pass-through dalam jangka panjang.
This study discusses about the ability of the Inflation Targeting Framework in lowering degree of Exchange Rate Pass-Through in Brazil from 1998 until 2008. The author would like to know whether the application of the Inflation Targeting Framework conducted by Bank Indonesia could reduce the degree of pass-through in both the short term and the long term. Research method used was Ordinary Least squares. The results indicate that the application of the Inflation Targeting Framework can lower pass-through in the short term, but cannot lower the pass-through in the long term."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
S6700
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library