Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31479 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Gunung Galunggung terletak pada 2 Kabupaten, yaitu Tasikmalaya dan
Garut, Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan catatan Direktorat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Alam Geologi, telah terjadi letusan sebanyak 4 kali pada
tahun 1982. letusan tersebut menyebabkan perubahan morfologi bentang
alam di sekitarnya yang ditunjukkan oleh perubahan jarak, dan luasan
material endapan. Perubahan material endapan tersebut juga menyebabkan
perubahan terhadap wilayah rawan bencana, ditinjau dari posisi tata letak
dan jarak dari titik-titik awal endapan material.
Adapun wilayah rawan bencana akibat letusan gunung Galunggung selama
periode 1983-2001, menunjukkan perubahan-perubahan sebagai berikut :
(a) Wilayah rawan bencana Galunggung selama jangka waktu 1983-2001
berubah mengikuti jalur aliran lahar dan lava ke arah elevasi yang lebih
rendah, yaitu ke arah tenggara Galunggung, (b) Wilayah Rawan Bencana I
menunjukkan perubahan paling luas dibandingkan dengan Wilayah Rawan
Bencana II dan III, dimana perubahan ketiga wilayah rawan bencana tersebut
berpengaruh terhadap permukiman dan usaha tani penduduk."
Universitas Indonesia, 2007
S33954
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gregorius Andika Ariwibowo
"Letusan Gunung galunggung merupakan salah satu bencana besar di Indonesia. letusan yang berlangsung selama sekitar delapan bulan ini telah mempengaruhi kehidupan sehari-hari penduduk ditiga kabupaten di Jawa Barat. Kajian ini mencoba menjabarkan mengenai upaya pemerintah, terutama pemerintahan orde baru dalam penanganan bencana oeh pemerintah Indoneisa, khususnya pada masa orde baru yang dikenal dengan sistem pemerintahan yang berpusat. Penanganan bencana merupakan upaya penanganan langsung terhadap para korban sesaat setelah bencana terjadi. Kajian ini menggunakanmetodologi sejarah dengan menggali pada sumber-sumber yang merekam dan mendokumentasikan peristiwa ini. Kesimpulan dari kajian ini adalah bahwa pemerintah Orde Baru menggunakan perangkat sipil dan militer dalam upaya penangan bencana. Pengaruh dari kondolidasi pennganan yang dilakukan secara sistematik ini berjalan dengan sangat baik antara aparat pemerintah, peneliti,militer, dan tim SAR dalam mengangani para pengungsi dan dampak bencara yang lain."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2017
PATRA 18:2 (2017)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Gregorius Andika Ariwibowo
"ABSTRACT
Letusan Gunung Galunggung merupakan salah satu bencana besar di Indonesia. Letusan yang berlangsung selama sekitar delapan bulan ini telah mempengaruhi kehidupan sehari-hari penduduk di tiga kabupaten di Jawa Barat. Kajian ini mencoba menjabarkan mengenai upaya pemerintah, terutama pemerintahan Orde Baru dalam penanganan bencana letusan Gunung Galunggung. Kajian ini memiliki peran penting dalam melihat alur perkembangan penanganan bencana oleh Pemerintah Indonesia, khususnya pada masa pemerintahan Orde Baru yang dikenal dengan sistem pemerintahan terpusat. Penanganan bencana merupakan upaya penanganan langsung terhadap pada korban sesaat setelah bencana terjadi. Kajian ini menggunakan metodologi sejarah dengan menggali pada sumber-sumber yang merekam dan mendokumentasikan peristiwa ini. Kesimpulan dari kajian ini adalah bahwa pemerintahan Orde Baru menggunakan perangkat sipil dan meliter dalam upaya penanganan bencana. Pengaruh dari konsolidasi penanganan yang dilakukan secara sistematik ini berjalan dengan sangat baik antara aparat pemerintah, peneliti, militer, dan tim SAR dalam menangani para pengungsi dan dampak bencana yang lain."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2017
959 PATRA 18:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Rissalwan Habdy
"Penelitian ini berfokus pada fenomena sistem keyakinan yang mempengaruhi pengetahuan lokal pada komunitas masyarakat yang bertempat tinggal di dekat ancaman bencana alam. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan kasus dua desa di sisi barat Gunung Galunggung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada empat dimensi spiritualitas yang terdapat dalam daur kehidupan masyarakat rawan bencana, yakni dimensi transendensi agama, dimensi adat istiadat, dimensi lingkungan alam dan dimensi akses informasi. Keempat dimensi spiritualitas ini dapat diketahui mana yang lebih dominan dengan menganalisisnya di dalam 6 kombinasi yang terdiri dari 2 dimensi. Dari keenam kombinasi tersebut yang juga didukung oleh data lapangan, dapat diketahui bahwa dimensi lingkungan alam adalah yang paling dominan. Kemudian diikuti dengan dimensi transedensi agama dan dimensi adat-istiadat. Selain itu, keempat dimensi spiritualitas tersebut membentuk apa yang dinamakan pengetahuan-semu yang merupakan bahan baku bagi pengetahuan lokal pada masyarakat rawan bencana. Secara umum, pengetahuan lokal warga masyarakat rawan bencana terwujud dalam arketipe ketidaksadaran kolektif yang bernama Ibu yang Agung.

This research focuses on the phenomenon of belief systems that affect local knowledge in the communities living in close proximity to the threat of natural disasters. The research approach used is qualitative research with case study of two villages on the west side of Galunggung Mountain. The results of this study indicate that there are four dimensions of spirituality contained in the life cycle of disaster-prone communities, namely the dimension of religious transcendence, the dimensions of customs, the dimensions of the natural environment and the dimensions of information access. Which one is more dominant of the four dimensions of this spirituality can be known by analyzing it in 6 combinations consisting of 2 dimensions. From the six combinations that are also supported by field data, it can be seen that the dimension of the natural environment is the most dominant. Then followed by the dimension of religious transcendence and the dimension of custom. In addition, these four dimensions of spirituality form what is called pseudo-knowledge which is a raw material for local knowledge in disaster-prone communities. In general, local knowledge of disaster-prone communities manifests in the collective unconscious archetype named Great Mother."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisha Miadinar
"Bencana kebakaran dapat menyebabkan kerugian materi dan korban jiwa,
dan perumahan menempati urutan tertinggi dalam kejadian kebakaran di
Indonesia. Kota Yogyakarta telah memasuki tahap awal sebagai kota metropolitan
dan akan semakin rawan terhadap bencana kebakaran seiring dengan pertumbuhan
kotanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi wilayah rawan kebakaran
di Kota Yogyakarta dengan menggunakan analisis keruangan dan hubungannya
dengan kejadian kebakaran pada tahun 2009. Analisis spasial yang digunakan
adalah overlay peta dan didukung oleh analisis statistik. Hasil penelitian
menyatakan bahwa wilayah rawan kebakaran tinggi terletak pada bagian tengah
Kota Yogyakarta. Hasil uji Person?s Product Momenttidak menunjukkan adanya
hubungan antara kejadian kebakaran dengan karakteristik permukiman dan
fasilitas mitigasi. Berdasarkan hasil overlay, waktu tempuh pemadam kebakaran
mempengaruhi besarnya kerugian akibat kebakaran. Wilayah dengan waktu
tempuh pemadam kebakaran kurang dari empat menit memiliki kerugian yang
lebih sedikit dibandingkan dengan wilayah dengan waktu tempuh lebih dari empat
menit. Meskipun demikian, hasil overlay tidak menunjukkan adanya hubungan
antara wilayah rawan kebakaran dengan kejadian kebakaran."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S34192
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Bencana longsor merupakan salah satu variabel dalam membentuk karakter,sifat dan perilaku masyarakat dalam mengembangkan sikap tanggap terhadap lingkungannya
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Tim Teknis Nasional, 2007
307.1 MEM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
D. Lestari
"Perkembangan kota Jakarta sebagai ibukota negara yang pesat da!arn
waktu yang relatif singkat, menyebabkan perubahan penggunaan tanah
kota dari tanah-tanah yang kosong menjadi permukirnan.
Dernikian pula ha!nya dengan Kotamadya Jakarta Utara dan Jakarta Barat
yang sebagian besar merupakan daerah permukirnan penduduk. Dengan
padatnya permukiman tersebut dimungkinkan tingkat kerawanan
kebakaran permukirnan besar. Kebakaran permukirnan dis ini, karena ada
faktor pendorongnya seperti kualitas bangunan permukiman, kerapatan
bangunan permukirnan, dan jarak permukirnan ke sumber air seperti
hidrant, situ, dan sungai yang cukup jauh.
Masa!ah yang dibahas da!arn pene!itian mi adalah bagairnana persebaran
wilayah rawan kebakaran di Kotarnadya Jakarta Utara dan Jakarta Barat
tahun 1992 - 1997?
Metode penetitian ada!ah den gan rnengk!asifikasikan vaniabet-variabe!dan
data yang kemudian dianalisis dengan overlay pete.
Berdasarkan ove!iay peta tuas kebakaran pernukimén, peta kualitas
bangunan, peta kerapatan bangunan, dan peta jarak pemukiman ke
sum ber air diperoleh:
1. Tahun 1992.
Rawan 1: tidak terdapat di wi!ayah penetitian.
• Rawan 2 : terdapat di kecamatan Penjaringan, Padernangan,
Tanjungpriok, Koja, Cilincing, dan Pa!merah, meliputi 42,86 % dan
se!uruh wilayah penelitian.
• Rawan 3 : terdapat di kecarnatan Ke!apagading, Kebonjeruk,
Kern bangan Cengkareng Kalideres Grogol[petamburan, Tambora,
dan Tamansari, rne!iputi 57,14 % dan se!uruh wilayah pene!itian.
2. Tahun 1993.
Rawan 1 tidak terdapat pada wilayah pene!itian. Rawan 2 terdapat di kecamatan Penjaringan Pademangan,
Tanjungprtok, Koja, Cilincing, Cengkareng, Kalideres, dan Palmerah,
me!iputi 57,14 % dari se!uruh wilayah penelitian.
• Rawan 3 terdapat di kecamatan Kelapagading, Kebonjeruk,
Kembangan, Grogolpetamburan, Tambora, dan Tarnansari, meliputi
42,86 % dari se!uruh wilayah penelitian.
3. Tahun 1994
• Rawan 1 terdapat di kecamatan Kalideres, meliputi 7,14 % dari se!uruh
wi!ayah penelitian.
• Rawan 2 terdapat di kecarnatan Penjaringan, Pademangan,
Tanjungpriok, Koja, Cengkareng, dan Palmerah, meliputi 42,86 % dan
seluruh wi!ayah penelitian.
• Rawan 3 terdapat di kecamatan Kelapagading, Kebonjeruk,
Kembangan, Grogo! Petamburan, Tambora, dan Taman Sari, Cilincing
50 % dari seluruh wi!ayah peneiltian.
4. Tahun 1995
• Rawan 1 tidak terdapat pada wilayah penelitian.
• Rawan 2 terdapat di kecamatan Penjaningan, Tanjungpniok, Ka!ideres,
dan Palrnerah, meliputi 28,57 % dari setuwh wilayah pene!itian.
• Rawan 3 terdapat di kecamatan Pademangan, Koja, Kelapagading,
Cilincing, Kembangan, Kebonjeruk, Cengkareng, Grogolpetamburan,
Tambora, dan Tamansani, meliputi 71,43 % dari seluruh wilayah
penelitian.
5. Tahun 1996
• Rawan 1 tidak terdapat pada wilayah penelitian.
• Rawan 2 terdapat di kecamatan Penjaringan, Kalideres. dan Patmerah,
rne!iputi 21,43 % dari se!uruh wflayah penelitian.
• Rawan 3 terdapat di kecamatan Pademangan, Tanjungpriok, Koja,
Kelapagading, Ci!incing, Cengkareng, Kembangan, Kebonjeruk,
Grogo!petamburan, Tambora, dan Tamansani, rne!iputi 78,57 % dan
seluruh wi!ayah penelitian.
6 Tahun 1997
• Rawan I terdapat di kecamatan Penjaningan, meliputi 7,14 % dan
selunuh wi!ayah penelitian.
• Rawan 2 terdapat di kecamatan Pademangan, Kalideres, dan
Palnierah, meliputi 21,43% dari se!uruh wilayah penelitian.
• Rawan 3 tendapat di kecamatan Tanjungpniok, Koja, Kelapagading,
Cilincing, Cengkareng, Kembangan, Kebonjeruk, Grogo!petambunan,
Tambora, dan Tamansani, meliputi 71,43 % dad se!unuh wi!ayah
penelitian."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Billy A.
"Pengembangan sub-sektor peternakan terutama peternakan sapi di Kota Dumai menjadi
salah satu hal yang sangat diperhatikan oleh pemerintah sebagai contoh dapat terlihat dari
program-programnya yang dibuat untuk membantu rakyat kecil dengan memberi bantuan ternak
sapi bantuan dan juga pengecekan kesehatan sapi dari penyakit menular. Salah satu penyakit
yang cukup merebak dan menjadi prioritas pemerintah Kota Dumai pada tahun 2008 yaitu
penyakit menular parasit darah. Penyakit menular parasit darah ditularkan oleh vektor seperti
nyamuk, lalat penghisap darah, dan caplak. Habitat vektor menjadi unsur variabel penting
sebagai pedoman untuk mengetahui dimana wilayah rawan penyakit. Hal ini diketahui melalui
situs habitat vektor penular seperti pemukiman, tutupan vegetasi, dan genangan air. Tujuan dari
penelitian ini adalah ingin mengetahui persebaran jumlah sapi terinfeksi maupun yang tidak
terinfeksi penyakit parasit darah dengan basis kandang dihubungkan dengan wilayah rawan
habitat vektor penyakit parasit darah di Kota Dumai. Menggunakan metode pendekatan
keruangan dan deskriptif dengan mengelompokan penyebaran wilayah rawan penyakit parasit
darah ke dalam 3 kelas, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Hasil yang didapat dari penelitian ini
yaitu persebaran jumlah sapi terinfeksi penyakit parasit darah per titik kandang dihubungkan
dengan wilayah rawan habitat vektor dan iklim sebagai variabel."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S34202
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rifai Kurniawan
"Kota Depok memiliki tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat. Meningkatnya jumlah penduduk yang sejalan dengan meningkatnya kepadatan penduduk, turut menyebabkan timbulnya wilayah permukiman yang padat. Permukiman padat merupakan salah satu ruang yang paling rawan terhadap bahaya kebakaran. Pembentukan wilayah rawan kebakaran diperlukan sehingga diketahuinya wilayah mana saja yang rawan terhadap bencana kebakaran Kota Depok. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pola wilayah kejadian kebakaran dan pola wilayah rawan kebakaran. Data yang digunakan diantaranya kejadian kebakaran, kepadatan penduduk, respon time, kerapatan jaringan jalan, sumber air, lokasi UPT, dan kepadatan bangunan. Penelitian wilayah rawan kebakaran yang terjadi pada tahun 2018 menggunakan metode overlay, network analisis dan menggunakan analisis spasial serta deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukan wilayah kejadian kebakaran tinggi berada di utara Kota Depok, dan disebabkan oleh konsleting listrik. Sedangkan wilayah rawan kebakaran tinggi pada umumnya memiliki karakteristik kepadatan penduduk tinggi, kerapatan jaringan tinggi, kepadatan bangunan tinggi, respon time lambat dan sumber air rendah

Depok City has a fairly rapid growth and development rate. The increase in population in line with increasing population density also contributes to the emergence of dense residential areas. Dense settlements are one of the spaces most vulnerable to fire hazards. The formation of fire-prone areas is needed so that it knows which areas are prone to the Depok City fire disaster. The purpose of this study was to analyze the patterns of the area of fire and the pattern of areas prone to fire. Data used include fire incidents, population density, response time, road network density, water source, UPT location, and building density. Research on fire-prone areas that occurred in 2018 using the overlay method, network analysis and using spatial and descriptive analysis. The results of this study showed that the area of high fire was in the north of Depok City, and was caused by electrical short circuit. While high fire-prone areas generally have characteristics of high population density, high tissue density, high building density, slow response time and low water sources"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>