Ditemukan 19264 dokumen yang sesuai dengan query
James Danandjaja
Jakarta: Balai Pustaka, 1985
306.059 JAM p
Buku Teks Universitas Indonesia Library
James Danandjaja
Jakarta : Balai Pustaka, 1985
959.86 JAM u
Buku Teks Universitas Indonesia Library
James Danandjaja
Jakarta: Pustaka Jaya, 1980
306 JAM k
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Andi Eka Asdiana Warti
"Latar Belakang : Indonesia merupakan negara yang sering dilanda bencana alam, kecelakaan dan kejahatan menyebabkan korban jiwa sehingga tidak jarang ditemukan jenazah yang hanya menyisakan tulang belulangnya. Observasi sifat anatomis dan morfologis adalah metode paling popular untuk menghubungkan ras terhadap tulang belulang. Tengkorak adalah bagian tubuh yang dipelajari secara luas dan bagian tengkorak hidung serta mulut adalah bagian terbaik untuk identifikasi ras. Tujuan: Mengetahui parameter morfologi dan morfometri pada orokraniofasial untuk menentukan ras. Metode: Sampel terdiri dari 20 tengkorak yang berasal dari pemakaman Sema Wayah di Desa Trunyan, Bali dan 7 tengkorak yang berasal dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Penelitian ini dilakukan pengukuran pada setiap tengkorak berdasarkan parameter morfologi dan morfometri. Analisis data untuk membandingkan antara kelompok Trunyan dan Bukan Trunyan menggunakan uji univariat, bivariat dan multivariat. Hasil: Kemampuan parameter morfologi yakni Inferior Nasal Aperture, Nasal Bone Contour, Inter Orbital Breadth dalam menjelaskan ras sebesar 56,8%. Nilai rata-rata morfometri untuk total probability sebesar 2,0778 dan pada kategori sebesar 8,6296 sebagai ambang batas penentuan identifikasi ras. Apabila hasil perhitungan tersebut bernilai <0,5 artinya Trunyan >0,5 artinya Bukan Trunyan. Secara keseluruhan, model ini mampu mengidentifikasi ras Trunyan dan Bukan Trunyan sebesar 81,48%.
Background: Indonesia is a country that is often hit by natural disasters, accidents and crimes that cause fatalities, so it is not uncommon to find bodies that only leave their bones. Observation of anatomical and morphological properties is the most popular method for relating race to bones. The skull is the most widely studied body part and the nose and mouth parts of the skull are the best parts for racial identification. Objective: To know the morphological and morphometric parameters on orocraniofacial to determine race. Methods: The sample consisted of 20 skulls from the Sema Wayah cemetery in Trunyan Village, Bali and 7 skulls from the Faculty of Dentistry, University of Indonesia. In this study, measurements were made on each skull based on morphological and morphometric parameters. Data analysis to compare between the Trunyan and Non Trunyan groups used univariate, bivariate and multivariate tests. Results: The ability of morphological parameters namely Inferior Nasal Aperture, Nasal Bone Contour, Inter Orbital Breadth in explaining race is 56.8%. The morphometric average value for the total probability is 2.0778 and in the category is 8.6296 as the threshold for determining racial identification. If the result of the calculation is <0.5, it means Trunyan > 0.5, it means Not Trunyan. Overall, this model is able to identify the Trunyan and Non-Trunyan races by 81.48%."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Allysa Miranda
"
ABSTRACTSkripsi ini membahas tentang desakralisasi atau perubahan fungsi tari-tarian di Bali serta dampaknya terhadap aspek sosial dan budaya masyarakat setempat. Munculnya sejumlah garapan tarian baru di tengah masyarakat didorong oleh majunya kegiatan pariwisata Bali yang digencarkan sejak dicanangkannya program PELITA tahun 1969. Desakralisasi tari Bali pada tahun 1969-1988 merupakan bentuk dukungan para seniman dalam memajukan kegiatan pariwisata berbasis kebudayaan Bali. Hal tersebut dapat terlihat dari munculnya berbagai tarian garpan yang merupakan turunan dari tari sakral wali. Dalam skripsi ini, peneliti menggunakan metode sejarah berupa heuristik; yakni pencarian sumber baik itu arsip, buku, ataupun wawancara pelaku, kritik sumber; yakni memverifikasi sumber yang telah didapat, interpretasi, dan terkahir ialah historiografi.
ABSTRACTThis paper thoroughly discuss about desacralization or the changes of Balinese Dances form and its cause to social and cultures aspect in society. The emergence of a new form of Balinese dances in the middle of society is driven by the advent of Bali tourism activities which became intense since the launch of the PELITA program in 1969. Desacralization of Balinese dance in 1969-1988 is a form of Balinese artists support to promote tourism activity based on Balinese culture which can be seen from the emergence of a new form of Balinese dance based on the Sacred Dances. In this paper, the researcher used historical method heuristic the search for sources be it archives, books, or interviews, source critic verifying the sources that have been obtained, interpretation, and historiography."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
I Made Sumerta
Bali: Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, 2013
306.4 FUN
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Violina Zuhelsa
"Pura Besakih merupakan tempat suci terbesar bagi umat Hindu di Bali. Selain itu, pura Besakih juga menjadi objek wisata budaya. Sebagai pura terbesar dan Pura Sad Kahyangan, Pura Besakih memiliki radius suci, sebesar 5 km dimana pada radius tersebut, daerah sekitar pura harus dijaga kesuciannya. Sebagai objek wisata, pura Besakih mengalami pembangunan dan pertambahan fungsi pura yang dipengaruhi oleh aksesibiltas dan wisatawan yang datang mengunjungi Pura Besakih. Hal ini menyebabkan semakin dekat dengan pusat pura Besakih fungsi tempat suci lebih bervariasi.
Pura Besakih is the largest holy place for Hindus in Bali. In addition, the Besakih temple is also a cultural attraction. As the largest temple and heaven Sad Pura, Pura Besakih has a radius sacred, which is 5 km in radius, the area around the temple should be maintained her purity. As a tourist attraction, the temple Besakih experienced construction and expansion of the function of the temple which is influenced by the accessibility and tourists who come to visit Pura Besakih. This led to increasingly close to the center of Besakih temple shrine is more varied functions."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42620
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Nursi, Bediuzzaman Said
Jakarta: Prenada Media, 2003
297.5 NUR d
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Reuter, Thomas A.
Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2005
305.8 REU c
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Pangkerego, Yohannes Mauritz O.
"Skripsi ini mengaji proses inkulturasi pada arsitektur Gereja Katolik Hati Kudus Yesus Ganjuran, Yogyakarta. Umat Katolik Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran kehilangan bangunan gerejanya yang runtuh akibat Gempa Yogya tahun 2006. Dalam upaya mendirikan kembali gerejanya, umat merancang sebuah bangunan yang memadukan gereja Katolik dengan bangunan Jawa. Proses inkulturasi yang terjadi membantu umat menemukan wajah Tuhan yang dikenalnya melalui citra bangunan gereja. Citra ini terbentuk dari pemaknaan umat akan Tuhan yang diterjemahkan ke dalam suatu desain bangunan suci, yaitu gereja.
Dalam pemaknaannya, umat mengenal Tuhan dalam rupa Yesus Jawa. Pemaknaan ini dibentuk melalui proses historis yang merujuk pada kisah awal mula kelahiran umat Katolik Ganjuran. Sejak awal umat dikenalkan dengan sosok Tuhan yang mengakar pada kebudayaan lokal, untuk membentuk jati diri Katolik Jawa. Guna mereproduksi wajah Tuhan yang dikenal umat, proses inkulturasi yang terjadi dalam arsitektur gereja Ganjuran merepetisi peristiwa awal mula kelahiran Gereja Katolik Ganjuran.
This thesis assesses the process of inculturation in the architecture of the Sacred Heart of Jesus Catholic Church Ganjuran, Yogyakarta. Catholic Parish of the Sacred Heart of Jesus Ganjuran losing church buildings that collapsed Yogyakarta earthquake in 2006. In an effort to re-establish his church, the people designing a building that blends the Catholic church with the Javanese building. The process of inculturation is happening to help people find a familiar face of God through the image of the church building. This image is formed of the meaning of God's people will be translated into a design of sacred buildings, the church. In interpretations, the people know the Lord Jesus in the likeness of Java. This concept is formed through a historical process that refers to the beginning of the story of the birth of Catholics Ganjuran people. Since the beginning people were introduced to the person of God was rooted in the local culture, to form the Catholic identity of Java. In order to reproduce the known face of God's, the process of inculturation happens in church architecture Ganjuran repetition the birth events of Catholic Church Ganjuran."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S46067
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library