Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2807 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Githa Rahmayunita
"Pemberian kortikosteroid jangka panjang dapat menyebabkan sindrom Cushing. Namun timbulnya sindrom Cushing akibat penggunaan kortikosteroid topikal jarang ditemukan. Seorang anak laki-laki berusia 7½ tahun menderita psoriasis vulgaris sejak usia 2 tahun. Ia diobati oleh dokter spesialis kulit dengan racikan asam salisilat 3%, liquor carbonis detergens 5%, 10 gram salap mometason furoat 0,1%, serta 5 gram krim campuran yang terdiri atas gentamisin sulfat 0,1% dan fluosinolon asetonid 0,025%. Orang tua pasien melanjutkan terapi ini tanpa seizin dokter. Mereka mengoleskannya ke seluruh tubuh pasien tiga kali sehari selama 3½ tahun. Pada pemeriksaan didapatkan hipertensi derajat ringan, wajah bulan, buffalo hump, obesitas, strie multipel, dan penekanan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal. Hasil pemeriksaan bone mineral density dan bone age dalam batas normal. Anak lebih rentan terhadap efek samping sistemik akibat penggunaan obat topikal. Hal ini disebabkan rasio luas permukaan tubuh total terhadap berat badan yang lebih tinggi. Kortikosteroid harus digunakan secara hati-hati, khususnya pada anak. Memberitahu orang tua mengenai efek samping kortikosteroid yang mungkin terjadi sangatlah penting.

Prolonged exogenous corticosteroid administration may cause Cushing?s syndrome. However, the development of Cushing?s syndrome from topical corticosteroid therapy is rare. A 7½-year-old boy has suffered from psoriasis vulgaris since the age of two. He was treated by a dermatologist with a mixture of 3% salicylic acid, 5% liquor carbonis detergens, 10 grams of 0.1% mometasone furoate ointment, and 5 grams combination cream consisting of 0.1% gentamycin sulphate and 0.025% fluocinolone acetonide. The parents continued the treatment without the doctor?s supervision. They applied it to all over the patient?s body three times daily for 3½ years. The patient showed mild hypertension, moon face, buffalo hump, obesity, multiple striae, and suppression of hypothalamus-pituitary-adrenal axis. The bone mineral density and bone age examinations revealed normal results. Children are more prone to develop systemic side effects of topical medication because of their higher ratio of total body surface area to body weight. Corticosteroid must be used with great care, especially in children. It is very important to inform the parents about potential side effects of corticosteroid."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Haris Setyawan
"Carpal Tunnel Syndrome occurs when the median nerve, which runs from the forearm into the hand, suffers pressure or is squeezed in the wrist. The results
may be pain, weakness, or numbness in the hand and wrist, radiating up to the arm. This study aimed to examine the risk factors i.e age, sex, work period
and repetitive movements toward Carpal Tunnel Syndrome complaints among food-packing workers in Karanganyar. The study was conducted in October to
December 2014 that used analytic observational design with cross sectional study. Samples were 50 of 67 food-packing workers in Jaten Karanganyar industrial
area as taken by using simple random sampling technique. Data were analyzed using chi square and multivariate logistic regression. Results showed
that age and sex had significant relation with Carpal Tunnel Syndrome and age was the most influential factor 24 times to increased risk of Carpal Tunnel
Syndrome (p value = 0.057, Exp.  = 24.965).
Carpal Tunnel Syndrome terjadi ketika saraf median, yang membentang dari lengan bawah ke tangan, mengalami tekanan atau terpuntir di pergelangan
tangan. Hasilnya mungkin sakit, kelemahan atau mati rasa di tangan dan pergelangan tangan, yang memancar ke lengan tangan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji faktor risiko usia, jenis kelamin, masa kerja dan gerakan repetitif terhadap keluhan Carpal Tunnel Syndrome pada pekerja pengepakan makanan
di Karanganyar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober – Desember 2014 menggunakan desain observasional analitik dengan penelitian potong lintang.
Sampel terdiri dari 50 orang dari total 67 pekerja pengepak makanan di kawasan industri Jaten Karanganyar yang diambil dengan menggunakan teknik
simple random sampling. Data penelitian diolah menggunakan uji kai kuadrat dan regresi logistik multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia dan
jenis kelamin signifikan berhubungan dengan keluhan Carpal Tunnel Syndrome, dan usia merupakan faktor yang paling berpengaruh 24 kali lipat untuk
meningkatkan risiko terjadinya Carpal Tunnel Syndrome (nilai p = 0.057, Exp.  = 24.965)."
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia, Faculty of Medicine, Occupational Safety and Health Department, 2017
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mala Kurniati
"LATAR BELAKANG: Anti Mullerian Hormon (AMH) adalah anggota dari golongan Transforming Growth Factor-β yang berperan dalam pengaturan folikuligenesis pada reproduksi wanita. Peningkatan kadar AMH 2 sampai 3 kali dijumpai pada pasien SOPK (Sindrom Ovarium Polikistik) daripada wanita dengan ovulasi normal. Pada penelitian ini dideteksi varian sekuen disepanjang daerah promoter gen AMH. Adanya variasi promoter gen AMH diduga mempengaruhi proses transkripsi gen AMH yang selanjutnya berimplikasi pada pembentukan protein AMH. Apabila terjadi gangguan pada pembentukan protein AMH maka akan berpengaruh terhadap kadar protein tersebut di dalam darah.
BAHAN DAN CARA KERJA: Sampel penelitian ini berjumlah 114 pasien yang terdiri dari 60 pasien SOPK dan 54 pasien non SOPK (Kontrol). Kadar AMH dan Jumlah folikel antral didapatkan dari data rekam medik pasien Klinik IVF Yasmin, RSCM Kencana Jakarta. Analisis molekuler dan genotyping dilakukan dengan teknik PCR dan sekuensing kemudian dilanjutkan dengan analisis bioinformatika.
HASIL : Dari penelitian ini ditemukan 60 titik varian mutasi promoter gen AMH. Jenis varian mutasi terbesar yang ditemukan adalah -674 G/A (100 %), -245 C/CT (88,2 %), dan -444 A/G (17,9 %) dari seluruh sampel. Berdasarkan hasil uji Wilcoxon Signed Ranks, pada kelompok SOPK ditemukan jumlah mutasi yang terjadi berpengaruh secara bermakna terhadap kadar AMH dan jumlah folikel antral (p<0,05). Pada kelompok kontrol ditemukan bahwa jumlah mutasi tidak berpengaruh secara bermakna terhadap kadar AMH (p>0,05), tetapi berpengaruh secara bermakna terhadap jumlah folikel antral (p<0.05). Ditemukan 60 titik varian pada promoter gen AMH. Jumlah mutasi pada promoter gen AMH berpengaruh terhadap kadar AMH dan jumlah folikel antral pada SOPK. Mutasi pada titik -674 G/A merupakan titik mutasi baru yang belum pernah dilaporkan oleh NCBI, ditemukan pada seluruh subyek penelitian baik kelompok SOPK maupun non SOPK.

INTRODUCTION : Anti-Mullerian Hormone (AMH) is a member of the Transforming Growth Factor-β group which plays an important role in the regulation of the female reproductive folliculogenesis. A 2-3 fold increase in AMH levels was found in patients with PCOS (Polycystic Ovary Syndrome) compared to women with normal ovulation. This study detected sequence variants in the AMH gene promoter region. The AMH gene promoter variation is thought to affect AMH gene transcription process implicated in the formation of proteins. In the event of disruption in the formation of these AMH proteins, the levels of these proteins in the blood will be affected. The purpose of this study was to detect variants of AMH gene promoter sequences.
MATERIALS AND METHODS: The sample size was 114 patients consisting of 60 PCOS patients and 54 non-PCOS patients as control. The AMH levels and anthral follicle number obtained from the patients? medical records of the Yasmin IVF Clinic, RSCM Kencana Hospital, Jakarta. Molecular analysis and genotyping were performed by PCR and sequencing was followed by bioinformatics analysis.
RESULTS: There were 60 point mutations in the AMH gene promoter variants. The highest variant types of mutations found was -674 G/A (100%), followed by -245 C/CT (88.2%), and -444 A/G (17.9%) in the entire sample. Based on the results of the Wilcoxon Signed Rank test, the number of mutations in the PCOS group were significant to effect the serum AMH level and the anthral follicle number (p<0.05). In the control group, the number of mutations had no significant effect on the levels of AMH (p>0.05), but significantly affected the number of anthral follicles (P<0.05). There were 60 point variances in the AMH gene promoter. The number of mutations in the gene promoter affected serum AMH levels and the number of anthral follicles in PCOS. A new point mutation was found in all subjects at position -674 G/A, which have not been reported by the NCBI.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Evyana
"Lesi psoriasis pada kulit kepala, wajah, lipatan, kelamin, telapak tangan/kaki, dan kuku sering terlambat terdiagnosis, sulit diterapi, dan menyebabkan disabilitas. Predileksi ini disebut sebagai area yang sulit diobati (hard-to-treat /HTT). Meski lesi pada area HTT umumnya kecil, namun berisiko komorbiditas. Sindrom metabolik (SM) merupakan komorbiditas utama psoriasis. Keparahan psoriasis dinilai dengan Psoriasis Area Severity Index(PASI). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara derajat keparahan psoriasis yang memiliki lesi HTT dengan kejadian SM. Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan disain potong lintang secara multicenter. Dari 84 SP, sebanyak 42 orang memiliki skor PASI<10 (derajat ringan-sedang) dan 42 orang dengan skor PASI >10 (derajat berat). Prevalensi SM ditemukan sebesar 64,3%. Pasien psoriasis HTT derajat berat berisiko 3,6 kali lebih besar untuk mengalami SM dibandingkan dengan derajat ringan-sedang (78,6% vs 50%, OR 3,667; IK 95% 1,413-9,514; p=0,006). Terdapat perbedaan kejadian hipertensi (p=0,028), penurunan kadar high density lipoprotein/HDL (p=0,01), rerata kadar gula darah puasa (p=0,018), dan trigliserida (p=0,044) antara kedua kelompok. Prevalensi SM pada psoriasis HTT derajat berat lebih besar dan secara statistik bermakna dibandingkan dengan derajat ringan-sedang. Proporsi kriteria SM dari yang terbesar secara berturutan adalah obesitas sentral, penurunan kadar HDL, hipertensi, hiperglikemia, dan hipertrigliseridemia. 

Psoriatic lesions on the scalp, face, intertriginous, genitals, palms, soles, and nails (hard-to-treat/HTT areas) are often delay diagnosed, hard to treat, and cause disability. Despite the small surface of HTT areas, it has risks of comorbidities. Metabolic syndrome (MS) is one of the main comorbidities of psoriasis. The severity of psoriasis was measured by Psoriasis Area Severity Index (PASI). This study aims to assess the association of psoriasis severity that has HTT lesions with the prevalence of SM. It is an analytic observational, multicenter study with a cross-sectional design. From 84 patients, 42 had a PASI score <10 (mild-moderate) and 42 had a PASI score >10 (severe). The prevalence of SM is 64.3%. Patients with severe HTT psoriasis were 3,6 times more likely to have SM compare to mild-moderate group (78.6% vs 50%, OR 3.667; 95% CI 1.413-9.514; p=0.006). The incidence of hypertension (p=0.028), decreased in high density lipoprotein/HDL (p=0.01), mean fasting blood sugar (p=0.018), and triglycerides levels (p=0.044) between two groups were significantly different. Severe HTT psoriasis has higher prevalence of MS and statistically significant compared to mild-moderate group. The highest proportion of SM criteria respectively are central obesity, low levels of HDL, hypertension, hyperglycemia, and hypertriglyceridemia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Frascilly Grasia
"Down syndrome merupakan suatu kondisi yang berkaitan dengan keterbatasan perkembangan. Adanya keterbatasan ini membuat anak down syndrome membutuhkan caregiver untuk membantu mereka melaksanakan aktivitas seharihari. Caregiver dapat mengalami dampak negatif akibat merawat anggota keluarga yang memiliki kebutuhan khusus. Salah satu dampak negatifnya adalah caregiver strain. Caregiver strain dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah dukungan sosial. Caregiver strain dapat berkurang jika caregiver mendapatkan dukungan sosial, khususnya perceived social support.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara caregiver strain dan perceived social support. Metode pengambilan data yang dilakukan adalah pengisian kuesioner dan melakukan probing terhadap item dalam kuesioner caregiver strain (Modification of Caregiver Strain Index). Kemudian partisipan diminta untuk mengisi kuesioner perceived social support (Multidimensional Scale of Perceived Social Support).
Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang negatif antara caregiver strain dan perceived social support dengan r=-.174, namun tidak signifikan dengan p>0,05. Pada penelitian ini, partisipan ditemukan memiliki caregiver strain yang relatif rendah dan perceived social support yang relatif tinggi.

Down syndrome is condition related with developmental impairment. These impairments make the child with Down syndrome needs caregiver to help them carry out their daily activities. Caregiver may be negatively impacted due to caring for family members with special needs. One of the negative impacts is caregiver strain. Caregiver strain is influenced by several factors. One factor that influence caregiver strain is social support. Caregiver strain can be reduced if the caregiver get social support, especially perceived social support.
This study aimed to examine the correlation between caregiver strain and perceived social support. Method of data collection was questionnaires and do some probing to the items in the questionnaire caregiver strain (Modification of Caregiver Strain Index). Then participants were asked to complete a questionnaire perceived social support (Multidimensional Scale of Perceived Social Support).
The results showed a negative relationship between caregiver strain and perceived social support with r = - .174, but not significant with p> 0.05. In this study, participants were found to have relatively low caregiver strain and perceived social support were relatively high.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45758
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harsha Aulia
"Latar belakang: Pemfigus merupakan penyakit autoimun yang ditandai lepuh pada kulit dan/atau mukosa akibat adanya imunoglobulin terhadap permukaan sel keratinosit. Kortikosteroid KS merupakan pilihan terapi utama. Dipikirkan pemfigus berhubungan dengan sindrom metabolik SM secara langsung maupun tidak langsung.
Tujuan: Mengetahui proporsi SM pada pasien pemfigus dan faktor-faktor yang berhubungan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo RSCM.
Metode: Studi potong lintang pada bulan September November 2016 di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSCM. Subjek dianamnesis, dilakukan pengukuran tekanan darah dan lingkar abdomen, lalu dilanjutkan pengambilan darah untuk pemeriksaan kadar trigliserida, high density lipoprotein HDL, serta gula darah puasa.
Hasil: Didapatkan 30 subjek dengan rerata usia 41,6 10,3 tahun dan sebagian besar perempuan. Sebanyak 23 subjek 76,7 terdiagnosis pemfigus vulgaris dan 7 subjek 23,3 pemfigus foliaseus. Median durasi penyakit adalah 31 bulan. Median lama penggunaan steroid adalah 16,5 bulan. Ditemukan SM pada 40 dari total SP. Didapatkan proporsi obesitas sentral adalah 63,3 , hipertensi 50, hipertrigliseridemia 50, hiperglikemia 23,3, dan hipo-HDL 43,3.
Simpulan: Ditemukan proporsi yang sama antara laki-laki dan perempuan di kelompok SM. Tidak ditemukan perbedaan bermakna jenis kelamin, tipe pemfigus, usia, lama sakit, dan lama penggunaan steroid antara kelompok SM dan tidak SM.

Background: Pemphigus is an autoimmune bullous disease characterized by blistering skin and or mucosa caused by presence of immunoglobulin against keratinocyte cell surface. Corticosteroid is the main therapy. Pemphigus has been related to metabolic syndrome MS lately.
Objective: Determine MS proportion in pemphigus patients and its associated factors.
Methods: This cross sectional study was conducted in September November 2016 in Dermatovenereology Outpatient Clinic in Cipto Mangunkusumo Hospital. Subjects history was taken then blood pressure, and abdominal circumference were measured. Patients trigliceryde, high density lipoprotein HDL, and fasting blood glucose level were also measured.
Results: There are 30 subjects with age mean 41,6 10,3 years and mostly women, 23 patients 76,7 are diagnosed as pemphigus vulgaris while 7 patients 23,3 are pemphigus foliaceus. Disease duration mean in all patients is 31 months and steroid duration mean is 16.5 months. MS was found in 40 subjects. Proportion of central obesity is 63,3, hypertension 50, hypertriglyceridemia 50, hyperglycemia 23,3, and hipo HDL 43,3.
Conclusion The same proportion of men and women are found in MS group. There is no statistically significant difference found in gender, pemphigus subtype, age, disease duration, and steroid usage duration between two groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pariury, Dea Shanta
"Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk-bentuk tanggapan anak penyandang down syndrome terhadap pertanyaan, Berita faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya tanggapan-tanggapan tersebut. Tujuan penelitian ini bertolak dari anggapan bahwa anak down syndrome memiliki berbagai keterbatasan, khususnya dalam bidang Bahasa, walau demikian mereka tetap dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Penelitian ini merupakan studi kasus seorang anak perempuan berusia 6 tahun penyandang kelainan down .syndrome berbahasa Indonesia yang tergolong ringan. Berdasarkan data, ditemukan bahwa ada senibilan bentuk tanggapan ketika informan menanggapi berbagai pertanyaan, yaitu tanggapan yang sesuai dan berhubungan dengan pertanyaan, tanggapan berupa perintah, tanggapan berupa dramatisasi, tanggapan berupa tindakan nonverbal, tanggapan tidak sesuai, tanggapan tidak berbubungan, tanggapan berupa pengaIihan perhatian, tanggapan berupa ketidakacuhan, dan tanggapan berbentuk sikap diam. Tanggapan-tanggapan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu perkembangan kognitif, pengetahuan dan kosakata, perhatian terhadap objek pembicaraan, dan partisipan yang diajak bicara. Aspek-aspek lain kemudian muncul dalam penelitian ini dan memerlukan penelitian lanjutan. Penelitian yang perlu dilakukan lebih lanjut adalah penelitian mengenai: 1) Pengaruh jenis pertanyaan terhadap bentuk tanggapan yang diujarkan oleh penyandang kelainan keterbelakangan mental; 2) Perbandingan kemampuan percakapan anak penyandang DS dengan anak normal yang memiliki urnur mental yang lama; dan 3) Pemahaman konsep yang berhubungan dengan asosiasi semantis pada anak penyandang DS"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S10816
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Sjögren’s syndrome : diagnosis and therapeutics provides a thorough, multisystemic overview of the clinical manifestations of Sjögren’s Syndrome. It contains chapters pertinent across the range of medical specialties that may encounter Sjögren’s Syndrome cases. Chapters are specialty-specific, for easy reference by the relevant medical specialist. In addition to being a diagnostic guide, Sjögren’s Syndrome: Diagnosis and Therapeutics includes a section on prognosis and outcomes of Sjögren’s Syndrome patients and provides an exhaustive therapeutic update, focused on new agents and experimental techniques.
The inclusion of diagnostic/therapeutic algorithms illustrates the text with clinical photographs of the main organs involved and helps the reader to make guided diagnostic and therapeutic decisions through decision-based algorithms."
London: Springer, 2012
e20426734
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Dinar Pratiwi
"Premenstrual Syndrome (PMS) merupakan kumpulan gejala fisik dan psikologis yang dapat terjadi antara 2 - 14 hari sebelum menstruasi, dan akan hilang segera setelah munculnya menstruasi (Thomas, 2000). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh heberapa penelilian terdahulu yang menyatakan bahwa dalam masa PMS, wanita khususnya remaja putri sering mengalami prilaku kriminal, minum alkohol, kecelakaan (Dalton, 1961) keinginan bunuh diri dan gangguan psikiatrik (Glass, 1971). Thomas (2000) pun menyatakan bahwa dalam masa PMS ini angka ketidakmampuan bekerja, kegagalan dalam ujian di sekolah/kuliah. ketidakharmonisan keluarga, dan keinginan bunuh diri meningkat pada remaja putri. Padahal pendidikan tentang seks saat ini diperoleh remaja putri sejak dini walaupun sumber (teman sebaya, media massa) tidak memberikan informasi yang Iengkap dan akurat. Pemahaman tentang PMS dapat membanru remaja untuk mengenali tanda dan gejala PMS serta mengatasinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang tingkat pengetahuan remaja putri kelas II SMU 35 Jakarta Pusat tentang PMS meliputi pengertian, tanda gejala serta cara mengatasi gejala PMS untuk kemudian dikategorikan menjadi tingkat pengetahuan PMS tinggi, sedang dan rendah. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif eksploratif dengan jurnlah respbnden 98 orang. Instrumen penelitian adalah kuisioner yang telah diuji coba. Tidak ada pengurangan atau penambahan materi kuisioner, peneliti hanya menyempurnakan beberapa kalimar pertanyaan agar Iebih dapat dimengerti oleh responden. Hasil penelitian disajikan dalam distribusi Frekuensi dan presemase. Hasil penelitian memperlihalkan bahwa tingkar pengetahuan remaja pulri kelas II SMU 35 Jakarta Pusat tentang PMS: 59.2% responden mempunyai tingkal pengetahuan lerhadap pengertian PMS yang rendah, 75.5% responden mempunyai tingkal pengetahuan tentang tanda dan gejala PMS yang rendah, dan 68.4% responden memiliki tingkat pengetahuan terhadap cara mengatasi PMS sedang. Dapat disimpulkan secara umum bahwa tingkat pengetahuan remaja putri kelas II SMU 35 Jakarta Pusat tentang PMS rendah. Untuk itu kami menyarankan diadakannya penelitian lebih Ianjut untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan remaja putri tentang PMS dan juga memherikan penyuluhan pada responden tentang PMS."
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5379
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Anisa Putri
"Skripsi ini mengkaji tentang pengasuhan anak down syndrome dalam keluarga Jawa dalam upaya dadi wong di masa depan. Dadi wong merupakan konsep kesuksesan yang bersifat totalitas tetapi lentur dan dapat disesuaikan dengan kemampuan maksimal setiap individu. Keterlambatan fisik dan mental yang dimiliki oleh anak down syndrome tidak mematahkan semangat orangtua untuk menjadikan anaknya dadi wong dengan melakukan pelbagai strategi penyesuaian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data melalui pengamatan dan wawancara mendalam untuk mendapatkan data life history dari keluarga yang memiliki anak down syndrome. Data ini diharapkan dapat menjelaskan cara pengasuhan anak down syndrome dalam keluarga Jawa di Jakarta yang tetap mengupayakan dadi wong di masa depan.

This thesis examines the down syndrome child rearing in the Javanese family who strive to be dadi wong in the future. Dadi wong is a concept of success that is totality but flexible and adjustable according to the maximum ability of each individual. The physical and mental retardation of down syndrome children does not discourage parents to make their children to be dadi wong by performing various adjustment. This thesis used a qualitative approach. Data collected by observation and in depth interview method from families who have down syndrome children. This data is expected to explain how to rear down syndrome children from Javanese family who live in Jakarta and seeking dadi wong in the future."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>