Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60493 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Pengalaman belajar lapangan (PBL) merupakan salah satu dari program pembelajaran berbasis masyarakat yang dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati (FK UNIMAL). Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi beberapa faktor yang paling mempengaruhi nilai akhir mata ajaran PBL. Kuesioner dibagikan kepada seluruh mahasiswa FK UNIMAL yang mengambil FES pada semester genap tahun 2007. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 3 September 2007. Data dianalisis dengan STATA versi 9.0 menggunakan metode regresi Cox. Penelitian ini diikuti oleh semua mahasiswa FK UNIMAL sebanyak 108 orang. Gender, nilai kumulatif, dan ketepatan mahsiswa mengikuti PBL mempengaruji nilai akhir PBL. Mahasiswa yang mempunyai nilai kumulatif sebelumnya yang tinggi dibandingkan dengan yang rendah berpeluang 72% untuk mendapat nilai akhir PBL yang tinggi [risiko relatif suaian (RRa) = 1,72; 95% intrval kepercayaan (CI) = 1,22-2,43). Sedangkan mahasiswa perempuan dibandingkan mahsiswa laki-laki mempunyai kemungkinan 39% mendapat nilai yang lebih besar (RRa = 1,39; 95% CI = 0,93-2,09; P = 0,111). Mahasiswa yang mengambil PBL tepat waktu dibandingkan dengan tidak tepat waktu mempunyai peluang 29% nilai FES lebih baik (RR = 1,29; CI = 0,96-1,73; P = 0,088). Pada PBL, perhatian khusus perlu diberikan kepada mashasiswa dengan nilai kumulatif sebelumnya yang kurang untuk meningkatkan nilai performa mereka.

Abstract
Field experience study (FES) is one of the Community Based Medicine Education Programs that has done in Faculty of Medicine University of Malahayati. The aims of this study were to identify several factors related to final FES score. The questionnaires were given for all field study participants. It consisted of students? characteristics and perception on field study. This FES was conducted on 3 September 2007. Cox regression was used to analyze data using STATA version 9.0. Gender, previous GPA, time of taking FES was dominant risk factors related to risk of FES score. The students who had higher cumulative Grade Point Average (GPA) had 72% higher on final FES score [adjusted relative risk (RRa) = 1.72; 95% Confidence interval (CI) = 1.22-2.43). Female than male students had 39% higher final FES score (RRa = 1.39; 95% CI = 0.93-2.09; P = 0.111), and the students who took than who did not take FES on recommended year of study had 29% higher final FES score (RR = 1.29; 95% CI = 0.96-1.73; P = 0.088). While conducting FES, special attention should be given to students who had previous GPA in order to increase their final FES score."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universitas Malahayati, Bandar Lampung. Fakultas Kedokteran], 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Proporsi penderita penyakit kronik meningkat mengikut usia. Pengendalian yang sering dilakukan adalah dengan preskriptif terapeutik dan nasehat klinikal. Namun dengan upaya ini biasanya terjadi komplians yang rendah. Oleh karena itu, upaya preskriptif komunitas dirasakan lebih cocok dan diperkirakan lebih tahan lama. Oleh karena itu, satu paket intervensi komunitas telah dilakukan di suatu sub-urban di Malaysia untuk melihat sejauh mana upaya ini diterima masyarakat dan seterusnya dapat dikembangkan sebagai instrumentasi sosial yang mampu memberikan manfaat biologi dan sosial kepada penderita penyakit kronik. Penelitian menggunakan metode quasi-experimental terhadap kohort orang berusia 45 tahun atau lebih. Subjek dipajankan terhadap pelbagai aktivitas kebugaran yang terjadwal dan bersifat pendekataan partisipatori. Proses pelaksanaan program diamati secara kuantitatif dan kualitatif. Komunitas berpartisipasi positif, 78% di natarnya berusia 45 tahun ke atas. Pada awal penelitian terdapat 47,6% subjek menderita hipertensi, dan 38.4% mengidap hiperkolesterol, 16,8% obesitas, dan 7,1% diabetes mellitus. Sementara kadar aktivitas fisikal 31.0%. Dari sudut proses, pendekatan partisipatori ternyata amat baik dalam usaha memobilisasi komuniti ke arah kesehatan dan kebugaran. Program kecergasan komunitas yang terjadwal adalah satu instrumentasi sosial yang mampu memberikan kebaikan biologi dan sosial kepada penderita penyakit kronik. Di samping itu, juga mampu meningkatkan gaya hidup sehat dan kualitas kehidupan.

Abstract
Proportion of chronic diseases sufferers are increased by age. The usual control measures are therapeutic prescription and clinical counseling. However, its low compliance rate has interfered this effort. Therefore, community intervention can be a suitable prescriptive option to provide a long lasting effect. For that, a package of community intervention has been established in one sub-urban area in Malaysia to observe its acceptability, thus it can be acted as a social instrumentation to bring both biological and social benefits to this group of community. This study used quasi-experimental design on a cohort of elderly citizen aged 45 and above. Respondents are exposed to a mixed and planned prescribed fitness activity using participatory approach. Process involved in program implementation is closely observed both quantitatively and qualitatively. Community participation occurred in a positive and fast mode, with 78% being the elderly people aged above 45 years old. Initial observation revealed that about 47.6% suffering hypertension, while 38.4% hypercholesterolemia, 16.8% obese and 7.1% diabetes mellitus. Physically active members were moderate - about 31.0%. In term of process, participatory approach seems to be very effective to mobilize community towards health and fitness. A planned community fitness program is a form of social instrumentation to bring biological and social benefits to chronic diseases sufferers. It has also useful to promote favorable lifestyle and quality of life of this group of people. "
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universiti Kebangsaan Malaysia. Department of Community Health], 2007
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sihaloho, Rona Monika
"Program Badan POM Goes to Community merupakan program inovasi untuk mengkampanyekan/mempromosikan Cek KLIK kepada masyarakat, agar selalu menerapkan Cek KLIK saat membeli/memilih, mengonsumsi/menggunakan produk obat tradisional, suplemen kesehatan dan kosmetik yang aman, bermanfaat dan bermutu sehingga terhindar dari produk yang mengandung BKO/bahan berbahaya dan TIE yang merugikan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran kader pada kegiatan KIE beserta determinannya, dengan menggunakan pendekatan kuantitatif desain cross-sectional pada 90 kader program Badan POM Goes to Community yang dipilih dengan cara simple random sampling. Data variabel dependen dikumpulkan dengan metode wawancara, sedangkan data variabel independen dikumpulkan melalui pengisian kuesioner secara mandiri melalui link google form. Seluruh data dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat dengan uji regresi logistik ganda. Hasil analisis menunjukkan jumlah kader yang berperan aktif lebih banyak daripada kader yang berperan kurang aktif. Motivasi sebagai faktor yang berhubungan dengan peran kader (p-value = 0,037; OR = 2,762) dimana kader yang memiliki motivasi tinggi berpeluang 2,8 kali untuk berperan aktif pada kegiatan KIE dibandingkan kader yang memiliki motivasi rendah setelah dikontrol oleh pelatihan dan insentif yang merupakan confounding pada hubungan tersebut. Motivasi kader dapat ditingkatkan melalui perlombaan kreativitas dalam rangka mempromosikan Cek KLIK dan pendampingan berkesinambungan dari mentor Badan POM kepada kader.lic

The NA-DFC Goes to Community program is an innovative program to campaign/promote Check KLIK to the pub, so that they always apply Check KLIK when buying/choosing, consuming/using traditional medicine products, health supplements and cosmetics that are safe, useful and of high quality so as to avoid products containing BKO/hazardous ingredients and TIE that are harmful to health. This study aims to analyze the role of cadres in IEC activities and its determinants, using a quantitative approach with a cross-sectional design on 90 cadres of the NA-DFC Goes to Community program selected by simple random sampling. Data on the dependent variable were collected by interview method, while data on the independent variable were collected by filling out the questionnaire independently through the google form link. All data were analyzed univariately, bivariately and multivariately. The results of analysis showed that the number of cadres who played an active role was more than cadres who played a less active role. Motivation as a factor associated with the role of cadres (p-value = 0,037; OR = 2,762), where cadres who have high motivation are 2,8 times more likely to play an active role in IEC activities than cadres who have low motivation after controlling for training and incentivies, which are confounding the relationship. The motivation of cadres can be increased by holding creativity contests to promote Check KLIK and by providing mentoring from NA-DFC mentors of cadres."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London Rouhede 1995 ,
WA590 Pro N95p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wina Rachmania
"Permasalahan mengenai kesehatan reproduksi banyak dialami oleh hampir semua negara di dunia seperti Angka Kemarian Ibu (AKI), Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), aborsi, perilaku seks bebas, Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome), dan lain-lain.
Permasalahan rnengenai kesehatan reproduksi tersebut tidak terlepas dari Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR). Saat ini remaja membutuhkan sumber informasi yang benar mengenai kesehatan reproduksi remaja. Dan di sekolah yang akan berperan dalam memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja adalah guru. Di Indonesia terdapat beberapa program yang mendukung program-program kesehatan reproduksi remaja yang akan melibatkan para guru dalam hal ini Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang dikembangkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Dcpkes RI) pada tahun 2002 dan Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja (PKRR) yang dibuat oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) RI pada tahun 1998. Di SMA Bina Bangsa Sejahtera Kota Bogor, program PKPR dan PKRR belum berjalan. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi SMA Bina Bangsa Sejahtera Kota Bogor terhadap pendidikan kesehatan reproduksi remaja.
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain penelitian kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Bina Bangsa Sejahtera Kota Bogor. lnforman pada penelitian ini adalah guru biologi, guru agama, guru Bimbingan Konseling (BK), kepala sekolah dan siswa-siswi. Pengumpulan data diambil dengan menggunakan pedoman wawancara mendalam dan djskusi kelompok terarah yang dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh asisten peneliti. Selanjulnya data dianalisis dengan menggunakan analisis isi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua informan guru, kepala sekolah dan siswa-siswi menyatakan bahwa PKRR itu merupakan pendidikan atau pengenalan mengenai alat-alat reproduksi. Dan hampir semua informan guru, kepala sekolah dan siswa-siswi menyatakan bahwa sekolah merupakan tempat di mana PKRR dapat diberikan, mereka juga menyatakan bahwa PKRR bisa diberikan di Iuar sekolah seperti di rumah dan di masyarakat. Mengenai tujuan PKRR, hampir semua informan guru, kepala sekolah dan siswa-siswi menyatakan bahwa tujuan PKRR adalah agar remaja mengetahui alat dan fungsi reproduksi. Menurut informan guru dan kepala sekolah, siswa-siswi atau remaja merupakan sasaran yang paling utama.
Informan guru dan kepala sekolah berpendapat bahwa guru biologi merupakan guru yang dapat berperan dalam PKRR, selain guru biologi mereka juga menyebutkan guru lain seperti guru BK/BP, agama, Bahasa Indonesia, PPKN, dan sosiologi. Mengenai bentuk dan cara penyampaian, diskusi merupakan jawaban yang banyak disebutkan oleh informan guru dan siswa-siswi dalam pelaksanaan PKRR di sekolah. Menurut informan guru dan siswa-siswi, pembahasan mengenai kesehatan reproduksi remaja bisa berupa alat-alat dan sistem reproduksi, perubahan fisik, gangguan-gangguan pada alat reproduksi, cara menjaga reproduksi, penyakit-penyakit reproduksi, menstruasi, perubahan hormon, onani, asupan gizi, pergaulan remaja, pacaran, seks bebas, kehamilan, dan aborsi.
Penelitian ini menghasilkan bahwa sebagian besar informan guru, kepala sekolah dan siswa-siswi mendukung apabila di sekolahnya dilaksanakan PKRR. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat maka diharapkan menjadi bahan masukan bagi pihak sekolah di SMA Bina Bangsa Sejahtera Kota Bogor dan bahan masukan bagi pihak Dinas Pendidikan Kota Bogor. Bagi kepala sekolah SMA Bina Bangsa Sejahtera Kota Bogor hasil penelitian ini dapat menyiapkan guru dan siswa-siswi dalam menerima program PKRR. Bagi pihak Dinas Pendidikan Kota Bogor dapat memberikan pelatihan kepada guru-guru yang berperan dalam program Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja di lingkup Dinas Pendidikan Kota Bogor dan sekolah menengah di wilayah Kota Bogor dan menyiapkan perangkat yang dapat mendukung pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja di Sekolah khususnya SMA di kota Bogor."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T21115
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dicky Budiman
"Di Jakarta askariasis merupakan masalah yang sangat sering terjadi terutama pada anak yang duduk di tingkat sekolah dasar Pengetahuan mengenai pencegahan askariasis hendaknya dimiliki oleh guru SD yang merupakan panutan dari murid SD Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat pengetahuan guru SD di Jakarta mengenai gejala askariasis dan hubungannya dengan karakteristik demografi tahun 2011 Desain yang digunakan adalah cross sectional Penelitian dilakukan pada tanggal 12 bulan oktober 2011 dengan jumlah 90 guru yang menjadi subjek penelitian Kuesioner digunakan dengan jumlah lima pertanyaan Data diolah dengan program SPSS versi 11 5 lalu dianalisis dengan uji chi square dan kolmogorof smirnov Pada hasil diperoleh 8 1 guru mempunyai tingkat pengetahuan kurang dan 76 7 guru mempunyai tingkat pengetahuan baik Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan responden mengenai gejala askariasis dengan kelompok umur jenis kelamin sumber informasi pengalaman cacingan serta tingkat pendidikan

In Jakarta ascariasis is a problem in elementary school student Knowledge about prevention ascariasis should be owned by elementary school teachers who are a model of the student The aim of this research was to know the level of elementary school teachers rsquo knowledge about ascariasis in Jakarta and the association with demographic characteristics The design used is cross sectional Research was conducted in 12rd october 2011 with the 90 total sampling Questionnaire was used with a 5 item questions The data was processed by SPSS program veersion 11 5 and then analyzed by chi square and kolmogorov smirnov test The result is 8 1 teachers had poor knowledge and 76 7 teachers had good knowledge There was no association between the knowledge with age gender information source experience and education "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Eriska
"Mahasiswa sering memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat sebagai wujud pengabdian. Namun beberapa fakta dan hasil penelitian lain menunjukkan bahwa kegiatan tersebut tidak didukung dengan upaya mahasiswa untuk menjaga kesehatan diri sendiri. Responden penelitian adalah 149 mahasiswa yang aktif sebagai pengurus departemen pengabdian masyarakat BEM se-UI (total sampling). Penelitian menggunakan desain deskriptif sederhana. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi gambaran upaya menjaga kesehatan pada responden. Instrumen penelitian berupa kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 29,5% responden yang memiliki perilaku baik dalam menjaga kesehatan. Hasil ini tidak sesuai dengan aktivitas yang sering dilakukan oleh responden, sehingga peneliti menyarankan kepada pengurus departemen pengabdian masyarakat perlu lebih memperhatikan kesehatan pada diri sendiri agar dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan optimal.

Students often give health education to the community as a matter of social caring. However, some facts and results of other studies have shown that the activity is not supported by the efforts of students in maintaining their own health. The respondents were 149 students who actively joined the community services department at BEM UI (total sampling). The research used a simple descriptive design. The purpose of this study is to identify the health care effort of the respondents. The instrument of this study was questionnaire.
The results showed that only 29,5% of respondents had good behavior in maintaining health. These results does not correspond to activities that are performed by the respondents, so researcher suggested the respondent to increase their health care effort in order to give the community service optimaly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43261
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurusysyarifah Aliyyah
"Demam berdarah dengue masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius di Kabupaten Bandung. Insiden kejadian penyakit demam berdarah dengue di Kabupaten Bandung pada tahun 2010 yaitu sebesar 37,82 per 1.000 penduduk. Angka Bebas Jentik (ABJ) di beberapa wilayah pun masih dibawah 95 %.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti (di 12 wilayah puskesmas percontohan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta di Kabupaten Bandung). Disain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner tentang pengetahuan (vektor penular, tempat perkembangbiakan nyamuk, dan upaya pencegahan penyakit), sikap tentang PSN DBD, dan perilaku (pemeriksaan tempat penampungan air dan PSN DBD). Data keberadaan jentik dikumpulkan melalui observasi pada tempat- tempat perkembangbiakan nyamuk. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang upaya pencegahan penyakit DBD dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti dengan nilai p=0,016 (OR: 2,674 95% CI: 1,263-5,658).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah variabel yang memiliki hubungan dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti hanyalah pengetahuan tentang upaya pencegahan penyakit.

Dengue haemorraghic fever is still a serious public health problem in Bandung Regency. Incidence of dengue haemorraghic fever in Bandung Regency in the year 2010 is 37,82 at 1.000 inhabitants. Number of free larvae in some region is still under 95%.
The aims of this study is to know the relationship between knowledge, attitude, and behavior of the community with the presence of Aedes aegypti mosquito larvae (in 12 regions of pilot public health center Large Office of Environmental Health Engineering and Disease Control Jakarta in Bandung Regency). This study using a cross sectional design. Data collected by live interview using a questionnaire. The questionnaire consisted of questions about knowledge (vector transmitter, mosquito breeding site, and disease prevention efforts), attitude about mosquito nest eradication of dengue haemorraghic fever, and behavior (container inspection and mosquito nest eradication of dengue haemorraghic fever). Data about the presence of mosquito larvae collected by a direct observation of mosquito breeding site. Bivariat analysis shows there is a meaningful relationship between knowledge about disease prevention efforts with the presence of Aedes aegypti mosquito larvae with a value of p=0,016 (OR: 2,674 95% CI: 1,263-5,658).
The conclusions of this research is, variable that has a relationship with the presence of Aedes aegypti mosquito larvae in only knowledge about disease prevention efforts.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natalia Rania S.
"Salah satu persyaratan yang harus dimiliki mahasiswa kedokteran adalah kebugaran fisik agar dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik. Power merupakan salah satu aspek dari kebugaran yang berperan penting dalam kehidupan manusia, misalnya untuk menggerakan tubuh, memindahkan benda, dan lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekuatan power pada mahasiswa kedokteran laki-laki dan perempuan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi FKUI dengan menggunakan 167 mahasiswa angkatan 2011 sebagai subjek penelitian.
Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dan data diolah menggunakan uji deskriptif crosstabulation serta chi-square. Dari 56 mahasiswa laki-laki yang mengikuti percobaan, sebagian besar subjek memiliki power pada kategori average, yaitu sebanyak 28 orang (50%).
Rerata tinggi lompatan pada subjek laki-laki adalah 50.76 cm. Dari 111 mahasiswa perempuan yang mengikuti penelitian, subjek paling banyak memiliki power pada kategori average, yaitu sebanyak 45 orang (40.54%). Rerata tinggi lompatan pada subjek perempuan adalah 34.92 cm. Dari analisis data didapatkan hasil signifikansi sebesar 0,582. Dapat disimpulkan bahwa power tidak memiliki hubungan dengan jenis kelamin mahasiswa.

One of the requirements faced by medical student is to have a strong physique so that they can perform their daily activity optimally. Power is one of the aspects in fitness that plays an important role in human life, for example for body movement, to transfer an object, and others. The aim of this study is to find out the difference of power in male and female medical students. The study was conducted in the Physiology Laboratory FKUI, the subject consisted of 167 students sample from batch 2011.
This study is using a cross-sectional methodology, and the data will be processed using descriptive cross-tabulation and chi-square test. From 56 male students taking the test, most of them can be categorized in average category with 28 students (50%).
The average vertical jump result for the male students is 50.76 cm. From 111 female students participating in the test, most of them also resulted in average category with 45 students (40.54%). The average vertical jump result for the female students is 34.92 cm. This data analysis produced a significance result of 0.582, which means that power does not have any relationship between gender (male and female) in medical student.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krista Putri Asih
"ABSTRAK
Infeksi soil-transmitted helminth (STH) sering ditemukan di area perkebunan Indonesia dan oleh karena itu, komunitas di daerah tersebut sebaiknya diberikan penyuluhan kesehatan di mana materi penyuluhan bergantung kepada tingkat pengetahuan di komunitas tersebut. Tujuan dari riset ini adalah mempelajari asosiasi antara tingkat pengetahuan tentang gejala infeksi STH dan tingkat pendidikan murid madrasah di Desa Pacet, Cianjur. Riset ini dilaksanakan di Desa Pacet dengan menggunakan cross sectional study. Data primer diambil melalui kuesioner mengenai gejala infeksi STH pada tanggal 10-11 September 2011.Sampel diperoleh dengan menggunakan total sampling method. Setelah data tersebut dianalisa dengan menggunakan SPSS 11.5 dan diuji dengan tes chi square, hasil analisis menunjukkan bahwa murid tsanawiyah yang memiliki tingkat pendidikan buruk, sedang, dan baik secara berturut-turut adalah 67,8%, 22,6%, dan 9,6%, sedangkan pada murid aliyah secara berturut-turut adalah 62%, 16%, dan 22%. Tes chi square menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna (p=0,065) antara tingkat pengetahuan dan pendidikan. Kesimpulannya, tingkat pengetahuan dari murid madrasah mengenai gejala infeksi STH adalah rendah dan tidak memiliki asosiasi dengan tingkat pendidikan. Pengetahuan mereka harus ditingkatkan dengan memberikan penyuluhan kepada seluruh murid.

ABSTRACT
Soil-transmitted helminth infection is commonly found in Indonesia?s plantation area because of its tropical climate, and therefore, the community should be given health education which depends on level of knowledge in the community. The purpose of this research is to study the level of knowledge on STH infection symptoms and education level in madrasah. The research was conducted in Pacet Village by using the cross sectional study. The primary data was taken through questionnaires about STH infection symptoms on September 10th-11th, 2011. The samples were taken by using total sampling method. After the data was analyzed using SPSS 11.5 and tested with chi-square, the results showed that tsanawiyah having poor, fair and good level of knowledge were 67,8%, 22,6% and 9,6%, respectively, while aliyah, were 62%, 16% and 22%. Chi square test showed no significant difference (p=0,065) between the level of knowledge and education. In conclusion, the knowledge level of madrasah students about STH symptoms was poor and had no association with education level. The knowledge should be increased by giving health education to all the students."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>