Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6095 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pardede, Ingrid M.
"Kami melakukan studi untuk menganalisis parameter hemodinamik pada pacu jantung jenis satu kamar ventrikel dibandingkan dengan jenis dua kamar secara non-invasif dengan thoracic electrical bioimpedance (Physio Flow?). Dilakukan analisis terhadap 48 pasien rawat jalan dengan pacu jantung permanen secara konsekutif, 27 diantaranya dengan pacu jantung jenis satu kamar ventrikel. Diukur parameter jantung: denyut jantung, indeks volume sekuncup, indeks curah jantung, perkiraan fraksi ejeksi, volume akhir diastolik, rasio fungsi awal diastolik, indeks cairan toraks, dan parameter sistemik: indeks kerja jantung kiri, indeks resistensi vaskuler sistemik. Karakteristik dasar dan indikasi pemasangan pacu jantung pada kedua kelompok sama. Penilaian parameter jantung menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna pada denyut nadi, indeks volume sekuncup, indeks curah jantung, perkiraan fraksi ejeksi, volume akhir diastolik, indeks cairan thoraks antara kelompok pacu jantung jenis satu kamar ventrikel dengan kelompok pacu jantung jenis dua kamar. Rasio fungsi awal diastolik lebih tinggi bermakna pada pacu jantung jenis satu kamar ventrikel dibandingkan jenis dua kamar: 92% (10,2?187,7%) vs. 100,6% (48,7?403,2%); p=0,006. Parameter sistemik menunjukkan indeks kerja jantung kiri pada pacu jantung jenis satu kamar ventrikel lebih tinggi bermakna dibandingkan jenis dua kamar: 4,9 kg.m/m² (2,8?7,6 kg.m/m²) vs. 4,3 kg.m/m² (2,9-7,2 kg.m/m²); p=0,004. Indeks resistensi vaskular sistemik pada kedua kelompok tidak berbeda bermakna. Pacu jantung jenis satu kamar memberikan manfaat hemodinamik yang setara dengan pacu jantung jenis dua kamar. Pengukuran parameter hemodinamik dengan thoracic electrical bioimpedance mudah diterapkan pada pasien dengan pacu jantung permanen.

We carried out a cross sectional study to analyze hemodynamic parameters of single-chamber ventricular pacemaker compared with dual-chamber pacemaker by using thoracic electrical bioimpedance monitoring method (Physio Flow?) - a novel simple non-invasive measurement. A total of 48 consecutive outpatients comprised of 27 single chamber pacemaker and 21 dual chamber were analyzed. We measured cardiac parameters: heart rate, stroke volume index, cardiac output index, estimated ejection fraction, end diastolic volume, early diastolic function ratio, thoracic fluid index, and systemic parameters: left cardiac work index and systemic vascular resistance index. Baseline characteristic and pacemaker indication were similar in both groups. Cardiac parameters assessment revealed no significant difference between single-chamber pacemaker and dual-chamber pacemaker in heart rate, stroke volume index, cardiac index, estimated ejection fraction, end-diastolic volume, thoracic fluid index. There was significantly higher early diastolic function ratio in single-chamber pacemaker compared to dual-chamber pacemaker: 92% (10.2-187.7%) vs. 100.6% (48.7-403.2%); p=0.006. Systemic parameters assessment revealed significantly higher left cardiac work index in single-chamber group than dual-chamber group 4.9 kg.m/m² (2.8-7.6 kg.m/m²) vs. 4.3 kg.m/m² (2.9-7.2 kg.m/m²); p=0.004. There was no significant difference on systemic vascular resistance in single-chamber compared to dual-chamber pacemaker. Single-chamber ventricular pacemaker provides similar stroke volume, cardiac output and left cardiac work, compared to dual-chamber pacemaker. A non-invasive hemodynamic measurement using thoracic electrical bioimpedance is feasible for permanent pacemaker outpatients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Munawar
"Sindrom "twiddler" telah lama diketahui sebagai komplikasi pemasangan pacu-jantung. Sindrom tersebut ditandai dengan berputarnya lead atau kabel pada sumbu panjang generator pacu-jantung sehingga menimbulkan lilitan lead. Lead akan rusak, sehingga kawat putus atau terjadi bocor insulasi lead. Keadaan ini dapat menyebabkan lead terlepas dari tempatnya, stimulasi diafragma, gerakan tertentu lengan atas yang disebabkan oleh stimulasi pleksus saraf brakialis dan hilangnya fungsi pacuan ke jantung. Mengetahui faktor risiko terjadinya sindroma ini dan melakukan tindakan pencegahan merupakan hal yang sangat penting. Kami melaporkan seorang laki-laki berumur 84 tahun yang memutar generator pacujantung kamar tunggal secara tidak sengaja sehingga timbul sindrom ?twiddler? dalam waktu 2 bulan yang menyebabkan bocor insulasi lead sehingga baterei habis. Sepanjang pengetahuan penulis, ini merupakan laporan kasus pertama di Indonesia.

Twiddler's syndrome is a well-known complication of pacemaker treatment. This syndrome is characterized by coiling of the pacemaker lead due to the rotation of pacemaker generator on its long axis. Lead damage could cause lead facture or insulation leakage. The syndrome is also responsible for lead dislodgment, diaphragmatic stimulation, twitching upper arm due to plexus brachial nerve stimulation and loss of capture. Understanding risk factors and preventive measurement is very important. In this case report we present an 84 year-old patient who managed to rotate his single chamber pacemaker generator unintentionally following implantation in which the syndrome occurred within 2 months causing insulation leakage and battery depletion. For the best of our knowledge, this is the first report of twiddler's syndrome in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dony Yugo Hermanto
"[Latar belakang. Durasi AV delay (DAVD) pada pasien dengan pacu jantung dual chamber menentukan derajat sinkroni atrioventrikular (AV). Pengaturan DAVD yang optimal pada pasien dapat meningkatkan kualitas hidup dan memperbaiki parameter hemodinamik jika dibandingkan dengan pasien yang tidak dilakukan optimalisasi . Namun optimalisasi DAVD merupakan prosedur yang memakan waktu dan biaya. Perlu dicari faktor-faktor yang mempengaruhi nilai DAVD yang optimal.
Metode. Penelitian ini merupakan studi potong lintang. Evaluasi dilakukan pada 35 pasien blok AV total dengan pacu jantung permanen dual chamber yang datang ke poliklinik RS Jantung Nasional Harapan Kita periode bulan Oktober sampai dengan pertengahan November 2014. Dilakukan pemeriksaan ekokardiografi terhadap parameter fungsi diastolik pada saat DAVD awal (DAVD pabrikan), lalu dicari DAVD optimal menggunakan VTI-LVOT terbesar.
Hasil. Terdapat korelasi lemah antara paramater fungsi diastolik rasio E/A dan nilai DAVD optimal (r - 0,356 dengan p 0,036). Analisa regresi linear antara rasio E/A dengan nilai DAVD optimal (adjusted analysis sesuai usia, fraksi ejeksi, dan DAVD pabrikan) menunjukan nilai koefisien -0.477 dengan nilai p 0,007 (IK 95% - 84.4 s.d. -14.1). Analisa regresi linear antara nilai e' medial dengan DAVD optimal menunjukkan tingkat kemaknaan dengan nilai koefisien -0.390 dan nilai p 0.026 (IK 95% -16.3 s.d. -1.1). Terdapat perbedaan rerata DAVD optimal, 173.46 ±42.23 ms untuk pasien dengan rasio E/A ≥ 1, dan 128.89 ± 42.5 ms untuk rasio E/A <1 (p:0.01).
Kesimpulan. Terdapat korelasi negatif yang bermakna antara parameter fungsi diastolik (E/A dan e' medial) dengan DAVD optimal pada pasien dengan pacu jantung permanen dual chamber.;Background. AV Delay Duration (AVD) in patient with dual chamber pacemaker defines atrioventricular synchrony. Optimazation of AVD could improve quality of life and hemodynamic parameters compared to factory setting. Despite that, AVD optimization is a time consuming procedure and not cost effective. factors that influence the optimal AVD should be sought.
Methods. This is a cross sectional study on 35 total AV block patients that came to National Cardiovascular Center Harapan Kita from October to November 2014. Echocardiography on left ventricle diastolic indices was performed in factory setting AVD. The AVD that gives to the biggest LVOT VTI was set as the optimal AVD. Statistical analysis was done to correlate between diastolic indices and optial AVD.
Results. Weak correlation was noted between diastolic indices (E/A ratio) and optimal AVD (r: - 0,356; p: 0,036). Linear regression analysis showed a negative correlation between E/A ratio {coefficient -0.477; p: 0,007 (CI 95% - 84.4 to -14.1)} and medial e' {coefficient -0.390; p: 0.026 (CI 95% -16.3 to -1.1)} with optimal AVD (adjusted with age, ejection fraction, and factory setting AVD). Different E/A ratio showed a different optimal AVD mean, 173.46 ±42.23 ms for E/A ≥ 1 vs. 128.89 ± 42.5 ms for E/A <1 (p:0.01).
Conclusion. This paper shows a negative correlation between echocardiographic diastolic function indices (E/A ratio and medial e') with optimal AVD., Background. AV Delay Duration (AVD) in patient with dual chamber pacemaker defines atrioventricular synchrony. Optimazation of AVD could improve quality of life and hemodynamic parameters compared to factory setting. Despite that, AVD optimization is a time consuming procedure and not cost effective. factors that influence the optimal AVD should be sought.
Methods. This is a cross sectional study on 35 total AV block patients that came to National Cardiovascular Center Harapan Kita from October to November 2014. Echocardiography on left ventricle diastolic indices was performed in factory setting AVD. The AVD that gives to the biggest LVOT VTI was set as the optimal AVD. Statistical analysis was done to correlate between diastolic indices and optial AVD.
Results. Weak correlation was noted between diastolic indices (E/A ratio) and optimal AVD (r: - 0,356; p: 0,036). Linear regression analysis showed a negative correlation between E/A ratio {coefficient -0.477; p: 0,007 (CI 95% - 84.4 to -14.1)} and medial e' {coefficient -0.390; p: 0.026 (CI 95% -16.3 to -1.1)} with optimal AVD (adjusted with age, ejection fraction, and factory setting AVD). Different E/A ratio showed a different optimal AVD mean, 173.46 ±42.23 ms for E/A ≥ 1 vs. 128.89 ± 42.5 ms for E/A <1 (p:0.01).
Conclusion. This paper shows a negative correlation between echocardiographic diastolic function indices (E/A ratio and medial e') with optimal AVD.]"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T58768
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darovic, Gloria Oblouk
Philadelphia : Saunders , 2002
616.1 DAR h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ester Vinia
"Pemeriksaan hemoglobin umum dilakukan secara invasif menggunakan berbagai metode, seperti automated hematology analyzer dan hemoglobinometer. Akan tetapi metode tersebut memakan waktu, biaya, dan menyakitkan bagi pasien. Pemeriksaan hemoglonin secara invasif juga tidak memungkinkan untuk dilakukan secara real-time dalam situasi mendesak. Akurasi dan ketepatan pembacaan menjadi tantangan dalam pengembangan sistem pengukur konsentrasi hemoglobin non-invasif. Pada penelitian ini dilakukan pengembangan dua desain sistem pengukur hemoglobin non-invasif (desain prototipe A dan desain prototipe B) menggunakan prinsip photoplethysmography (PPG) menggunakan sensor MAX30102 dan Arduino Uno sebagai mikrokontroler. Pengembangan prototipe dibuat berbasis machine learning dengan menggunakan model Dense Neural Network (DNN) dan menunjukkan akurasi paling maksimal menggunakan MSE loss function sebesar 92,31% untuk desain prototipe A dan 94,70% untuk desain prototipe B. Didapatkan juga hasil pengukuran reliabilitas alat ukur untuk desain prototipe A dan B masing-masing sebesar 84,9% dan 97,3%. Meski sudah memiliki tingkat akurasi yang cukup baik, penelitian ini masih perlu dikembangkan dari segi pemilihan alat referensi pemeriksaan Hb invasif, pengambilan dan pengolahan data yang lebih bervariasi mencakup usia, warna kulit, dan penyakit yang sedang dialami.

Hemoglobin examination is commonly conducted invasively using various methods such as automated hematology analyzers and hemoglobinometers. However, these methods are time-consuming, costly, and painful for patients. Invasive hemoglobin examinations also do not allow real-time measurements in urgent situations. Accuracy and precision of readings pose challenges in the development of non-invasive hemoglobin concentration measurement systems. In this study, the development of two designs of non-invasive hemoglobin measurement systems (prototype design A and prototype design B) using photoplethysmography (PPG) principle with MAX30102 sensor and Arduino Uno as the microcontroller was conducted. Prototype development was based on machine learning using a Dense Neural Network (DNN) model and achieved maximum accuracy using MSE loss function of 92,31% for prototype design A and 94,7% for prototype design B. The measurement reliability of the measurement device was also obtained, with 84,9% for prototype design A and 97,3% for prototype design B, respectively. Although the study already achieved a relatively good level of accuracy, further development is still needed in terms of selecting invasive Hb examination reference devices, obtaining and processing more diverse data including age, skin color, and existing diseases."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Vinia
"Pemeriksaan hemoglobin umum dilakukan secara invasif menggunakan berbagai metode, seperti automated hematology analyzer dan hemoglobinometer. Akan tetapi metode tersebut memakan waktu, biaya, dan menyakitkan bagi pasien. Pemeriksaan hemoglonin secara invasif juga tidak memungkinkan untuk dilakukan secara real-time dalam situasi mendesak. Akurasi dan ketepatan pembacaan menjadi tantangan dalam pengembangan sistem pengukur konsentrasi hemoglobin non-invasif. Pada penelitian ini dilakukan pengembangan dua desain sistem pengukur hemoglobin non-invasif (desain prototipe A dan desain prototipe B) menggunakan prinsip photoplethysmography (PPG) menggunakan sensor MAX30102 dan Arduino Uno sebagai mikrokontroler. Pengembangan prototipe dibuat berbasis machine learning dengan menggunakan model Dense Neural Network (DNN) dan menunjukkan akurasi paling maksimal menggunakan MSE loss function sebesar 92,31% untuk desain prototipe A dan 94,70% untuk desain prototipe B. Didapatkan juga hasil pengukuran reliabilitas alat ukur untuk desain prototipe A dan B masing-masing sebesar 84,90% dan 97,30%. Meski sudah memiliki tingkat akurasi yang cukup baik, penelitian ini masih perlu dikembangkan dari segi pemilihan alat referensi pemeriksaan Hb invasif, pengambilan dan pengolahan data yang lebih bervariasi mencakup usia, warna kulit, dan penyakit yang sedang dialami.

Hemoglobin examination is commonly conducted invasively using various methods such as automated hematology analyzers and hemoglobinometers. However, these methods are time-consuming, costly, and painful for patients. Invasive hemoglobin examinations also do not allow real-time measurements in urgent situations. Accuracy and precision of readings pose challenges in the development of non-invasive hemoglobin concentration measurement systems. In this study, the development of two designs of non-invasive hemoglobin measurement systems (prototype design A and prototype design B) using photoplethysmography (PPG) principle with MAX30102 sensor and Arduino Uno as the microcontroller was conducted. Prototype development was based on machine learning using a Dense Neural Network (DNN) model and achieved maximum accuracy using MSE loss function of 92,31% for prototype design A and 94,70% for prototype design B. The measurement reliability of the measurement device was also obtained, with 84,90% for prototype design A and 97,30% for prototype design B, respectively. Although the study already achieved a relatively good level of accuracy, further development is still needed in terms of selecting invasive Hb examination reference devices, obtaining and processing more diverse data including age, skin color, and existing diseases."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhonan Lutfi Divanto
"Pengukuran kadar gula darah merupakan salah satu kebutuhan utama dalam penanganan diabetes. Namun, moda pengukuran kadar gula darah yang umum saat ini, dilakukan secara invasive atau perlu melukai bagian tubuh manusia untuk mendapat nilai kadar gula darahnya. Terdapat metode pengukuran non invasive tanpa melukai manusia, namun metode ini masih belum dapat diandalkan karena banyaknya factor yang mempengaruhi glukosa tersebut. Penelitian ini mencoba untuk menganalisis akurasi dan performa dari pengukuran gula darah secara non invasive menggunakan sensor infrared pada panjang gelombang 940 nm dengan dibantu oleh Artificial Neural Network dan juga untuk mengevaluasi hubungan komponen dasar dari sinyal analog dari sensor yang bersangkutan terhadap kadar gula darah menggunakan Multiple Regression. Akurasi prediksi gula darah dievaluasi menggunakan Clark Grid Error analysis Dalam analisis ini, 81% dari 97 sampel data berada pada zona yang dapat diterima secara klinis, sedangkan sisanya berada pada zona yang tidak. Hal ini belum mencukupi kebutuhan akurasi 95% yang dapat diterima berdasarkan dari standar ISO 15197, maka hasil daripada penelitian ini masih belum memberikan hasil yang baik. Evaluasi menggunakan multiple regression sendiri menghasilkan hubungan yang tidak signifikan antara komponen dari sinyal analog dengan kadar gula darah dengan nilai R-squared sebesar 0.0174, RMSE 66.9, dan P-value keseluruhan sebesar 0.801.

Measuring blood sugar levels is one of the main needs in managing diabetes. However, the current common method of measuring blood sugar levels is carried out invasively or requires injuring parts of the human body to obtain blood sugar levels. There are non-invasive measurement methods without injuring humans, but this method is still not reliable because of the many factors that influence glucose. This research attempts to analyze the accuracy and performance of non-invasive blood sugar measurements using an infrared sensor at a wavelength of 940 nm assisted by an Artificial Neural Network and also to evaluate the relationship of the basic components of the analog signal from the sensor in question to blood sugar levels using Multiple Regression. The accuracy of blood sugar predictions was evaluated using Clark Grid Error analysis. In this analysis, 81% of the 97 data samples were in the clinically acceptable zone, while the rest were in the zone that was not. This does not meet the acceptable 95% accuracy requirement based on the ISO 15197 standard, thus the results of this research still do not provide relatively good results. Evaluation using multiple regression itself produced an insignificant relationship between the components of the analog signal and blood sugar levels with an R-squared value of 0.0174, RMSE 66.9, and an overall P-value of 0.801."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutapea, Esther Iriani
"Latar Belakang: Morbiditas dan mortalitas akibat renjatan pada anak di seluruh dunia dilaporkan masih tinggi. Pengenalan dini dan tatalaksana yang tepat penting untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat renjatan. Indikator penting untuk mendeteksi hipoksia jaringan global adalah pengukuran saturasi oksigen mixed vein (SmvO2) dari kateter arteri pulmonal atau vena sentral namun kedua pemeriksaan ini sulit dan invasif sehingga tidak rutin dilakukan. Near infrared spectroscopy (NIRS) merupakan alternatif pemeriksaan non invasif, real time, kontinu dan praktis untuk mengukur saturasi oksigen regional sekaligus menggambarkan saturasi oksigen vena global.
Tujuan: Mengetahui kenaikan nilai NIRS serebral pascarenjatan teratasi serta korelasinya dengan perubahan parameter hemodinamik non invasif.

Metoda: Penelitian potong lintang pada anak usia 1 bulan-18 tahun yang mengalami renjatan di RSUPN Cipto Mangunkusumo, RSUD Pasar Rebo dan RSUD Tarakan pada bulan Maret-Juni 2019. Terhadap subjek yang mengalami renjatan dilakukan pengukuran NIRS serebral, MAP, serta pengukuran non invasif Cardiac Index (CI), Systemic Vascular Resistance Index (SVRI), Delivery Oxygen (DO2), Inotrophy Index (INO), Stroke Volume Index (SVI) menggunakan Ultrasonic Cardiac Output Monitoring (USCOM) pada saat renjatan dan diulang ketika renjatan teratasi. Uji korelasi dilakukan untuk menilai hubungan antara perubahan nilai NIRS serebral dan parameter hemodinamik non invasif.

Hasil: Dari 32 subjek yang diteliti ditemukan peningkatan nilai NIRS serebral sebesar 27,7% pascarenjatan teratasi. Parameter hemodinamik, kecuali untuk SVRI, juga mengalami peningkatan pasca renjatan namun tidak berkorelasi dengan peningkatan nilai NIRS.

Simpulan: Hasil pengukuran NIRS serebral menggambarkan perfusi dan oksigenasi ke jaringan perifer namun tidak berkorelasi dengan parameter hemodinamik non invasif pada penelitian ini.

Kata kunci: Near infrared spectroscopy; parameter hemodinamik non invasif; renjatan; USCOM

Background: Pediatric shock accounts for significant morbidity and mortality worldwide. Early recognition and timely intervention are critical for successful treatment of pediatric shock. A strong indicator of global tissue hypoxia by measuring mixed venous oxygen saturation from pulmonary artery catheter (PAC) or central vein catheter (CVC) is rarely used due to its highly invasive character. Near infrared spectroscopy (NIRS) is a noninvasive, real time, continuous and practical modality is a safe alternative for regional and global oxygen saturation measurement.
Objective: To evaluate the increment of cerebral NIRS post-resuscitation in pediatric shock and its correlation with noninvasive hemodynamic measurements.
Methods: This cross sectional study was conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital, Pasar Rebo Hospital and Tarakan Hospital between March and June 2019. Children whose age ranged from1 month to 18 years admitted to Emergency Department (ED) or Pediatric Intensive Care Unit (PICU) due to shock were included. Measurement of cerebral NIRS, MAP, as well as Cardiac Index (CI), Systemic Vascular Resistance Index (SVRI), Delivery Oxygen (DO2), Inotrophy Index (INO), Stroke Volume Index (SVI) using Ultrasonic Cardiac Output Monitoring (USCOM) were performed on admission and after resuscitation when the shock has resolved and the patients were stable. Correlation between cerebral NIRS and other noninvasive hemodynamic parameters were then analysed.
Results: There were 32 subjects participated in this research. Following resuscitation, cerebral NIRS measurements showed an increment of 27,7% compared to cerebral NIRS in shock state. All non invasive hemodynamic parameters, except for SVRI, were also increased after resuscitation but no correlation observed between these parameters to cerebral NIRS (p>0,005).
Conclusion: Cerebral NIRS is a sensitive parameter of peripheral perfusion but showed not correlation with hemodynamic parameters in this research.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58830
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle Annice Tjitra
"Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko dari kardiovaskular yang mematikan yang dikenal sebagai “the silent killer” dikarenakan hipertensi tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak memiliki keluhan namun hipertensi mampu menyebabkan penyakitpenyakit lain atau komplikasi seperti kerusakan pada organ. Pengukuran parameterparameter fisiologis seperti tekanan darah adalah hal yang vital dalam menunjang pendeteksian dan analisis dari penyakit kardiovaskular. Namun, hingga saat ini beberapa metode-metode pengukuran yang tersedia saat ini membutuhkan instrumen yang canggih dan dibutuhkannya tenaga kesehatan dengan keahlian khusus untuk mengoperasikan instrumen tersebut. Selain itu, penggunaan cuff pada alat sphygmomanometer sangat tidak nyaman untuk digunakan apabila diperlukannya pengukuran tekanan darah secara kontinu serta pengoperasian instrumen membutuhkan kontak fisik sehingga meningkatkan kemungkinan terpaparnya COVID-19. Oleh karena itu, dibutuhkannya metode pengukuran darah tanpa cuff, mampu mengukur tekanan darah secara kontinu, dan mampu mengukur tekanan darah dengan akurat yang mampu dioperasikan dengan mudah. Penelitian ini bertujuan untuk membuat desain rancangan prototipe alat pengukur tekanan darah dengan menggunakan sensor MAX30102 dan ESP32 secara wireless melalui sinyal photoplethysmograph dengan pengolahan sinyal PPG berbasis pada ekstraksi fitur dan machine learning. Sistem pengukuran menggunakan sensor PPG dan microcontroller untuk mendapatkan sinyal PPG dari subjek yang kemudian sinyal melalui tahap preprocessing untuk menghilangkan noise kemudian sinyal diproses dengan peak detection dan ekstraksi fitur. Data tersebut kemudian akan dikumpulkan untuk dilatih pada machine learning untuk mendapatkan model yang mampu memprediksi nilai parameter fisiologis, yaitu tekanan darah. Model terbaik yang didapatkan, yaitu model dengan dataset 6 subjek dengan jumlah baris hasil ekstraksi 4 fitur sinyal PPG berjumlah 20 baris dengan perbandingan data training dan data validation sebesar 90:10 tanpa regularization dengan algoritma XGBoost dengan evaluasi performa sebesar 0,49/0,59 untuk koefisien determinasi dan nilai error sebesar 4,53/4,57 digunakan pada Graphical User Interface (GUI) yang berbasis web sehingga model dapat terintegrasi dengan sistem yang kemudian mampu diimplementasikan secara langsung oleh user.

Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko dari kardiovaskular yang mematikan yang dikenal sebagai “the silent killer” dikarenakan hipertensi tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak memiliki keluhan namun hipertensi mampu menyebabkan penyakitpenyakit lain atau komplikasi seperti kerusakan pada organ. Pengukuran parameterparameter fisiologis seperti tekanan darah adalah hal yang vital dalam menunjang pendeteksian dan analisis dari penyakit kardiovaskular. Namun, hingga saat ini beberapa metode-metode pengukuran yang tersedia saat ini membutuhkan instrumen yang canggih dan dibutuhkannya tenaga kesehatan dengan keahlian khusus untuk mengoperasikan instrumen tersebut. Selain itu, penggunaan cuff pada alat sphygmomanometer sangat tidak nyaman untuk digunakan apabila diperlukannya pengukuran tekanan darah secara kontinu serta pengoperasian instrumen membutuhkan kontak fisik sehingga meningkatkan kemungkinan terpaparnya COVID-19. Oleh karena itu, dibutuhkannya metode pengukuran darah tanpa cuff, mampu mengukur tekanan darah secara kontinu, dan mampu mengukur tekanan darah dengan akurat yang mampu dioperasikan dengan mudah. Penelitian ini bertujuan untuk membuat desain rancangan prototipe alat pengukur tekanan darah dengan menggunakan sensor MAX30102 dan ESP32 secara wireless melalui sinyal photoplethysmograph dengan pengolahan sinyal PPG berbasis pada ekstraksi fitur dan machine learning. Sistem pengukuran menggunakan sensor PPG dan microcontroller untuk mendapatkan sinyal PPG dari subjek yang kemudian sinyal melalui tahap preprocessing untuk menghilangkan noise kemudian sinyal diproses dengan peak detection dan ekstraksi fitur. Data tersebut kemudian akan dikumpulkan untuk dilatih pada machine learning untuk mendapatkan model yang mampu memprediksi nilai parameter fisiologis, yaitu tekanan darah. Model terbaik yang didapatkan, yaitu model dengan dataset 6 subjek dengan jumlah baris hasil ekstraksi 4 fitur sinyal PPG berjumlah 20 baris dengan perbandingan data training dan data validation sebesar 90:10 tanpa regularization dengan algoritma XGBoost dengan evaluasi performa sebesar 0,49/0,59 untuk koefisien determinasi dan nilai error sebesar 4,53/4,57 digunakan pada Graphical User Interface (GUI) yang berbasis web sehingga model dapat terintegrasi dengan sistem yang kemudian mampu diimplementasikan secara langsung oleh user."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>