Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3029 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Henky
"Latar belakang: Penelitian ini membahas tentang penggunaan alat uji cepat (rapid test device) untuk mendeteksi Prostate-
Specific Antigen (PSA) dalam cairan mani secara spesifik, sebagai upaya pengungkapan kasus kejahatan seksual.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang analitik. Sebanyak 45 sampel cairan mani dan urin
diambil secara consecutive. Cairan mani diencerkan secara bertingkat hingga 1:5.000.000 dan urin laki-laki
hingga 1:200 menggunakan akuades, sedangkan urin perempuan tidak diencerkan. Pemeriksaan dilakukan dengan
menggunakan rapid test PSA.
Hasil: Proporsi hasil pemeriksaan PSA yang positif pada cairan mani, urin laki-laki, dan urin perempuan berturutturut
100%, 6,67%, dan 0%. Secara statistik perbedaan proporsi ini sangat bermakna. Nilai diagnostik rapid test
device PSA untuk mendeteksi cairan mani adalah sensitivitas 100%, spesifisitas 96,67%, NDP 93,75%, NDN 100%,
RKP 33,33, RKN 0, dan AUC 0,983.
Kesimpulan: Rapid test PSA sangat spesifik dan sensitif untuk mendeteksi PSA dalam cairan mani. Oleh karena itu,
praktisi forensik disarankan untuk menggunakan alat ini untuk mengungkap kasus kejahatan seksual.

Abstract
Background: This study was conducted to determine whether the rapid test device can be used to detect PSA in
seminal fluid specifically, for solving sexual assault cases.
Methods: A cross sectional study has been conducted. A total of 45 samples were taken consecutively. Semen was
diluted in serially up to 1:5.000.000 and male urin up to 1:200 using distilled water, whereas female urin was not
diluted. Samples were analyzed using rapid test PSA.
Results: The proportion of positive results of PSA in seminal fluid, male urin and female urin respectively was 100%,
6.67%, and 0%. Statistically, these differences are highly significant. The analysis revealed that the PSA rapid test
device was 100% sensitive and 96.67% specific to detect seminal fluid. The test also have PPV 93.75%, NPV 100%,
LR(+) 33.33, LR(-) 0, and AUC 0.983.
Conclusion: PSA Rapid Test is very specific and sensitive to detect PSA in seminal fluid. Therefore, this device is
suggested for forensic use in sexual assault cases."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Brandon Matthew
"
Kanker prostat merupakan salah satu penyakit kanker yang paling sering terjadi di dunia dan berkontribusi sebagai salah satu penyebab kematian kanker terbesar pada pria. Pendeteksian awal kanker prostat menggunakan prostate specific antigen (PSA) merupakan tahap yang sangat penting agar pasien dapat dirawat dan disembuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan mengembangkan biosensor elektrokimia berbasis MIP untuk pendeteksian PSA menggunakan elektroda pensil grafit (PGE) dengan modifikasi multi-walled carbon nanotube (MWCNT) untuk peningkatan performa sensor. Dilakukan karakterisasi morfologi menggunakan scanning electron microscopy (SEM) dan karakterisasi elektrokimia menggunakan metode cyclic voltammetry (CV) dan differential pulse voltammetry (DPV). Limit deteksi dari sensor yang dikembangkan adalah 0,568 ng/mL, dengan jangkauan linear 0,01–4 ng/mL. Sensitivitas sensor adalah 107,8940025 μA.ng.mL-1.cm-2. Uji selektivitas menunjukkan hasil yang baik dengan analit BSA, glukosa, dan dopamin. Hasil RSD dari reproduksibilitas adalah 13,8897% dan nilai stabilitas turun sebesar 56% pada hari ke-5, menunjukkan adanya peningkatan yang perlu dilakukan dalam dua aspek tersebut. Berdasarkan hasil dari penelitian, biosensor MIP berbasis elektroda PGE dengan modifikasi MWCNT dapat mendeteksi PSA dengan baik, dan memiliki potensi digunakan dalam klinis untuk pendeteksian dini kanker prostat karena sensitvitasnya yang memenuhi kebutuhan.

Prostate cancer is one of the most common cancers worldwide and contributes significantly to cancer-related deaths in men. Early detection of prostate cancer using prostate specific antigen (PSA) is crucial for effective treatment and cure of patients. This research aims to design and develop a molecularly imprinted polymer (MIP)-based electrochemical biosensor for PSA detection using a graphite pencil electrode (PGE) modified with multi-walled carbon nanotubes (MWCNTs) to enhance sensor performance. Morphological characterization was conducted using scanning electron microscopy (SEM), while electrochemical characterization employed cyclic voltammetry (CV) and differential pulse voltammetry (DPV) methods. The developed sensor has a detection limit of 0.568 ng/mL, with a linear range of 0.01–4 ng/mL. The sensor's sensitivity is 107.8940025 μA.ng.mL-1.cm-2. Selectivity tests showed good results with BSA, glucose, and dopamine. The relative standard deviation (RSD) for reproducibility is 13.8897%, and stability decreased by 56% on the 5th day, indicating areas for improvement in these aspects. Based on the study results, the MIP biosensor based on PGE with MWCNT modification demonstrates effective PSA detection capability and holds potential for clinical applications in early prostate cancer detection due to its sufficient sensitivity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Arini Putri
"Latar belakang: Adenokarsinoma prostat adalah keganasan tersering kedua yang dialami pria di Indonesia. Skor Gleason digunakan untuk mengklasifikasi tingkat diferensiasi dari tumor sedangkan menghitung kadar PSA digunakan sebagai salah satu cara untuk mendiagnosis kanker prostat.
Tujuan: Riset ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara skor Gleason dengan kadar PSA pada pasien adenokarsinoma prostat di departemen Patologi Anatomik RSCM.
Metode Penelitian: Data dikumpulkan dari 77 sampel yang didapat dari form pemeriksaan hasil diagnosis pasien adenokarsinoma prostat tahun 2011 sampai 2014 di arsip Department Patologi Anatomik RSCM. Data diolah menggunakan analisis uji korelasi Kendall Tau-b di program SPSS 20.
Hasil: Sebagian besar pasien datang dengan skor Gleason yang sudah tinggi skor Gleason >7. Nilai PSA terkecil yang didapat dari arsip departemen Patologi Anatomik sebesar 2,73 ng/ml, nilai tertinggi mencapai 7100 ng/ml. Nilai rata-rata PSA meningkat dengan meningkatnya skor Gleason. Rata-rata nilai PSA dari skor Gleason 6, 7, 8, 9, dan 10 adalah 46,641 ng/ml, 63,935 ng/ml, 231,762 ng/ml, 542,146 ng/ml, and 1044,348 ng/ml p = 0,003, r = 0,254.
Kesimpulan: Terdapat korelasi yang lemah antara skor Gleason dengan nilai PSA pada pasien adenokarsinoma prostat di Department Patologi Anatomik RSCM. Nilai PSA meningkat seiring meningkatnya skor Gleason.

Background: Prostatic adenocarcinoma is the second most frequent malignancies occur in men in Indonesia. Gleason score is used to classify the grading of the tumor and PSA is used as one of diagnostic tools for prostate cancer.
Aim: To identify the correlation between Gleason score and PSA level in patients with prostate adenocarcinoma at Department of Anatomical Pathology Cipto Mangunkusumo Hospital. Method The data was obtained from 77 samples taken from request forms from patients with prostatic adenocarcinoma from 2011 to 2014 in the archive of Department of Anatomical Pathology and analyzed using Kendall Tau b rsquo s Rank Correlation in SPSS 20.
Result: Most patient came with high Gleason Score Gleason score 7 . The minimum PSA level obtained from the arcieve in Department of Anatomical Pathology is 2.73 ng ml and the highest value reached up to 7100 ng ml. The average PSA level increased with the Gleason score. Gleason score 6, 7, 8, 9, and 10 has the average PSA level of 46.641 ng ml, 63.935 ng ml, 231.762 ng ml, 542.146 ng ml, and 1044.348 ng ml respectively p 0.003, r 0.254.
Conclusion: There is statistically weak significant correlation between Gleason score and PSA level in patients with prostatic adenocarcinoma in Department of Anatomical Pathology Cipto Mangunkusumo Hospital. PSA increased as the Gleason score increase.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Wahyudi
"Tujuan: Mencari nilai ambang (cut-off value) rasio kadar prostate-specific antigen (PSA) terhadap volume zone transisional prostat (PSA-ZT) yang optimal dalam mendeteksi karsinoma prostat serta membandingkan sensitivitas dan spesifisitas PSA-ZT dan prostate-specific antigen density (PSAD) dalam mendeteksi karsinoma prostat. Metode: Studi cross sectional dengan subjek pasien yang dirujuk ke unit USG prostat, subbagian Urologi, RS Hasan Sadikin, Bandung, untuk deteksi karsinoma prostat atau persiapan operasi prostat, dengan nilai PSA> 4 ng/ ml dan menjalani pemeriksaan USG prostat transrektal menggunakan probe biplanar 7,5 MHz. Konfirmasi kelainan patologi prostat berdasarkan hasil biopsi atau operasi (TUR prostat atau prostatektomi terbuka). Hasil: Didapatkan 223 subjek yang memenuhi kriteria, 39 pasien dengan karsinoma prostat dan 184 pasien tanpa karsinoma prostat. Nilai median dan rentang PSA-ZT pada pasien dengan karsinoma prostat dan tanpa karsinoma prostat masing-masing 1,999 (0,150-56,170) dan 0,353 (0,009-6,290) Berdasarkan analisis dengan kurva receiver operating characteristic (ROC), didapatkan nilai ambang yang optimal untuk PSA-ZT adalah 0,40 dengan sensitivitas 88,5% dan spesifisitas 57,8%, lebih baik dibandingkan PSAD (menggunakan nilai ambang 0,25), yaitu 88,5% dan 53,1%. Nilai prediksi positif PZA-ZT juga lebih tinggi dibandingkan PSAD (77,78% dibandingkan 71,31%). Kesimpulan: Rasio kadar PSA terhadap volume zone transisional prostat (PSA ZT) mempunyai nilai spesifisitas dan nilai prediksi positif yang sedikit lebih baik dibandingkan PSAD. PSA-ZT berpotensi digunakan dalam mendeteksi karsinoma prostat."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58450
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christy Magdalena
"Prostate Specific Antigen PSA kerap digunakan untuk skrining adenokarsinoma prostat. Meningkatnya kadar PSA pada serum dapat digunakan sebagai pendeteksi awal terdapatnya penyakit tersebut. Namun, diketahui bahwa terdapat kondisi lain yang dapat turut mempengaruhi peningkatan PSA. Salah satunya adalah hiperplasia prostat. Keadaan ini dapat mengakibatkan rancunya informasi yang didapatkan dari pemeriksaan PSA.
Tujuan: Tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan penelitian ini adalah membandingkan kadar serum PSA pada kasus adenokarsinoma prostat dan hiperplasia prostat yang terdiagnosis di Departemen Patologi Anatomik, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Selain itu, riset ini juga diharapkan dapat menjabarkan peran PSA sebagai marker.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang. Data yang digunakan bersumber dari formulir permohonan yang berasal dari 53 pasien penderita adenokarsinoma prostat dan 53 pasien penderita hiperplasia prostat.
Hasil: Rerata kadar serum PSA adenokarsinoma prostat adalah 309,23 ng/mL, sedangkan untuk hiperplasia prostat sebesar 15,36 ng/mL. Terdapat perbedaan signifikan pada kadar PSA pada kasus adenokarsinoma prostat dan hiperplasia prostat.

Prostate Specific Antigen PSA has been widely used as screening tool for prostatic adenocarcinoma. The increased PSA level suggests this condition. However, it was later known that the level of serum PSA could also be elevated by a number of conditions. One of which is a benign condition called prostatic hyperplasia. Often, the information provided by PSA level becomes misleading.
Aims: This study was conducted to compare the level of PSA in prostatic adenocarcinoma and hyperplasia cases in Department of Anatomical Pathology, Cipto Mangunkusumo Hospital. Furthermore, the purpose of this study was also to elaborate the importance of PSA as diagnostic marker.
Methods: This study was conducted with cross sectional method. The source of data was obtained from request forms belonged to 53 patients diagnosed with prostatic adenocarcinoma and the other 53 patients suffer from hyperplasia.
Results: In the end of the study, there was significant PSA level difference between in cases of prostatic adenocarcinoma and hyperplasia prostate.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Anggraeni
"Penularan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) yang mudah membuat perkembangan penyakit tersebut sangat cepat di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Penelusuran riwayat kontak dan metode deteksi cepat dapat digunakan untuk mencegah dan mengendalikan penularan COVID-19. Rapid Test antibodi merupakan metode deteksi cepat yang banyak digunakan, namun akurasi Rapid Test antibodi tidak 100%. Parameter hematologi berupa Rasio Neutrofil Limfosit (RNL) diketahui dapat memberi gambaran terkit inflamasi sistemik di awal infeksi. Telah dilakukan penelitian mengenai gambaran RNL pada pasien suspek COVID-19 dengan hasil Rapid Test antibodi nonreaktif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi gambaran rasio RNL dalam upaya mengidentifikasi peran RNL pada populasi suspek dengan hasil Rapid Test antibodi nonreaktif. Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan hasil pemeriksaan darah mahasiswa dan karyawan yang tinggal di Asrama UI. Sebanyak 70 sampel darah dikumpulkan, kemudian diberlakukan Rapid Test antibodi dan pemeriksaan hematologi lengkap menggunakan hematology Analyzer untuk mendapatkan nilai RNL. Seluruh hasil Rapid Test antibodi yang dilakukan menunjukkan hasil nonreaktif. Hasil dari pemeriksaan hematologi lengkap menunjukkan 65 subjek penelitian memiliki nilai RNL di dalam kisaran normal (1,88 ± 0,57) dan 5 subjek penelitian memiliki nilai RNL lebih tinggi dari nilai normal (4,2 ± 1,31). Hasil penelitian ini mengindikasi bahwa Rapid Test antibodi yang dilakukan pada pasien suspek menghasilkan persentase true nonreactive sebesar 92,8% dan false nonreactive sebesar 7,14%. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa RNL potensial untuk membantu melengkapi dan menerangkan hasil nonreaktif dari Rapid Test antibodi.

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) is a highly contagious disease which makes it easier to spread around the nation, even the world. Contact tracing and rapid detection methods for COVID-19 is the schemes to prevent and control the spread. Rapid antibody test is one of the rapid detection methods, but the accuracy is under 100%. Hematology parameter such as Neutrophil Lymphocyte Ratio (NLR) is one of the easy and rapid way to fit up the accuracy of rapid antibody test, since NLR is able to picture the systemic inflammation of early infection. The study regarding representation of NLR on COVID-19 suspect patients with nonreactive result of Rapid Antibody Test is conducted. The aim of the study is to evaluate the NLR ratio in order to identificate role of NLR on suspect populations with nonreactive result of Rapid Antibody Test. This study is using medical record data from student and employees who stayed at Asrama UI. As much as 70 blood samples were collected and proceeded to do the Rapid Antibody Test and complete blood count using hematology analyzer to determine NLR. All samples showed nonreactive results to Rapid Antibody Test. The complete blood count showed that 65 objects had NLR value in the normal range (1,88 ± 0,57) and 5 objects had NLR value higher than normal range (4,2 ± 1,31). The results of this study indicate that the Rapid Antibody Test performed resulted in the percentage of true nonreactive of 92.8% and false nonreactive of 7.14%. To be concluded, NLR was potential as a supporting data to complete and describe the nonreactive result of Rapid Antibody Test."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasha Pangestu
"COVID-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 dan terutama bermanifestasi sebagai penyakit saluran napas. COVID-19 telah menjadi pandemi sejak awal tahun 2020 dan menyebabkan morbiditas, mortalitas, dan dampak sosioekonomi. Salah satu metode deteksi SARS-CoV-2 adalah tes cepat swab antigen. Sensitivitas tes cepat swab antigen dilaporkan bervariasi dengan spesifisitas yang umumnya tinggi. Sensitivitas tes antigen dilaporkan meningkat pada viral load yang tinggi yaitu saat muncul gejala sampai lima hari setelahnya. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kinerja diagnostik tes cepat swab antigen SD Biosensor terhadap RT-PCR sebagai baku emas berdasarkan awitan gejala dengan titik potong lima hari. Subjek penelitian direkrut dari bulan Juli 2020 sampai Juni 2021. Sebanyak 174 subjek mengikuti penelitian, 49 subjek dengan RT-PCR positif dan 125 subjek dengan RT-PCR negatif. Sebaran nilai cycle threshold (Ct) pada awitan gejala dini cenderung rendah dan semakin meningkat seiring waktu. Sensitivitas, spesifisitas, NDP, dan NDN tes cepat swab antigen SD Biosensor terhadap RT-PCR pada kelompok awitan gejala ≤5 hari adalah 84.6%, 98.59%, 95.65%, dan 94.59% sementara pada kelompok awitan gejala >5 hari adalah 56.52%, 100%, 100%, dan 84.38%. Berdasarkan penelitian ini, tes cepat swab antigen SD Biosensor dapat digunakan untuk diagnosis pasien COVID-19 simptomatik. Tes ini juga dapat digunakan untuk penapisan COVID-19 pada pasien simptomatik sampai hari kelima setelah munculnya gejala.

COVID-19 is caused by SARS-CoV-2 and mainly manifests as respiratory disease. COVID-19 has become pandemic since early 2020 and caused morbidity, mortality, and socioeconomic impact. Rapid antigen test is one of methods to detect SARS-CoV-2. Sensitivity of rapid antigen test varied between studies. Sensitivity of this test increases as viral load increases which occurs at the time symptoms appears until five days later. This study aimed to evaluate diagnostic performance of rapid antigen test SD Biosensor to RT-PCR as gold standard based on symptom onset using five days as cut-off. Subjects recruited from July 2020 until June 2021. A total of 174 subjects included in this study, 49 subjects with positive RT-PCR and 125 subjects with negative RT-PCR. Distribution of cycle threshold (Ct) value was low in early symptom onset and increased over time. Sensitivity, specificity, PPV, and NPV of rapid antigen test SD Biosensor in group with symptom onset ≤5 days were 84.6%, 98.59%, 95.65%, and 94.59% whereas in group with symptom onset >5 days were 56.52%, 100%, 100%, and 84.38%. Based on this research, rapid antigen test SD Biosensor can be used to diagnose COVID-19 in symptomatic patients. This test can also screen COVID-19 in symptomatic patients until five days after the first symptom appears."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Leonardo
"Latar belakang : Dalam pembuktian kasus persetubuhan, anamnesis dan pemeriksaan fisik memiliki nilai bukti yang rendah. Dokter Forensik hanya dapat membuktikan persetubuhan dengan ditemukannya cairan mani atau sel sperma pada pemeriksaan penunjang. Baru-baru ini dikembangkan rapid test SD Bioline Semen Inspection yang sensitif dan spesifik untuk menemukan prostate-spesific antigen (PSA) yang merupakan salah satu dari kandungan cairan mani. Diharapkan metode ini dapat menjadi alternatif dalam pembuktian kasus persetubuhan.
Tujuan : Untuk mengetahui nilai diagnostik alat SD Bioline Semen Inspection dalam mendeteksi adanya PSA pada usapan vagina, dan gambaran perbandingan nilai diagnostiknya pada subyek yang bersetubuh antara 1-3 hari dan 4-7 hari sebelum dilakukan pemeriksaan.
Metode : Uji diagnostik dengam metode potong lintang, membandingkan antara rapid test SD Bioline Semen Inspection dengan Automatic Immuno Assay (AIA).
Hasil : Nilai diagnostik alat SD Bioline Semen Inspection pada penelitian ini menunjukkan sensitivitas 44,44%, spesifisitas 100%, nilai duga positif 100%, nilai duga negatif 86,11%, prevalensi 22,5% dan akurasi 87,5%. Pada subyek yang bersetubuh antara 1-3 hari sebelum pemeriksaan menunjukkan nilai diagnostik sensitivitas 50%, spesifisitas 100%, nilai duga positif 100%, nilai duga negatif 89,29%, prevalensi 9,35% dan akurasi 90,32%. Pada subyek yang bersetubuh antara 4-7 hari sebelum pemeriksaan menunjukkan nilai diagnostik sensitivitas 33,33%, spesifisitas 100%, nilai duga positif 100%, nilai duga negatif 75%, prevalensi 33,33% dan akurasi 77,78%.
Kesimpulan : SD Bioline Semen Inspection dapat digunakan dalam pelayanan kedokteran Forensik untuk membuktikan adanya PSA, namun perlu dilakukan uji konfirmasi dengan modalitas lain jika didapatkan hasil negatif.

Background : History and physical examination alone could not prove a sexual intercourse. Thus, forensic doctors also need to find evidence of seminal fluid or sperm in determining sexual intercourse. Recently, there is an advancement in diagnostic tool in examining prostate specific antigen (PSA) in seminal fluid, which is a SD Bioline Semen Inspection. As a rapid test, this diagnostic tool is expected to be used in daily practice as an alternative method in determining sexual intercourse.
Objective : To determine diagnostic value of SD Bioline Semen Inspection in detecting Prostate Specific Antigen ( PSA) from vaginal swabs; To have an overview of diagnostic value of SD Bioline Semen Inspection in detecting Prostate Specific Antigen ( PSA) between 1-3 days and 4-7 days of intercourse prior to the examination.
Methods: This study is a cross-sectional research to compare SD Bioline Semen Inspection tool to Automatic Immuno Assay (AIA).
Results: This study showed SD Bioline Semen Inspection tool has 44.44% sensitivity, 100% specificity, 100% positive predictive value, 86,11% negative predictive value, prevalence is 22.5% and 87.5% accuracy. On the subject who have history of intercourse between 1-3 days prior to the examination, it showed 50% sensitivity, 100% specificity, 100 % positive predictive value, 89,29% negative predictive value, prevalence is 9.35% and 90.32% accuracy. On the subject who have history of intercourse between 4-7 days prior to the examination, it showed 33.33% sensitivity, 100% specificity, 100% positive predictive value, 75% negative predictive value , prevalence is 33.33%, and 77.78% accuracy.
Conclusion: The SD Bioline semen Inspection can be used in forensic medical services to prove the existence of PSA, but if the results are negative it still needs confirmation from other diagnostic modalities.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chailan
"Ruang lingkup dan cara penelitian: Filariasis lirnfatik pada manusia merupakan penyakit infeksi kronis sistem limfatik yang disebabkan parasit nematoda W. bancrofti, B. malayi dan B. tumori yang hidup dalam peredaran darah dan limfe. Diagnosis filariasis masih bergantung pada pemeriksaan mikroskopik sediaan darah yang diainbil inalam Bari. Tcknik ini spesifik dan rnerupakan gold standard untuk pemeriksaan filariasis, tetapi kurang sensitif. Pada filariasis bankrofti, kendala tersebut telah dapat diatasi dengan teknik deteksi antigen, namun pada filariasis malayi yang menjadi penyebab utama morbiditas filariasis di Indonesia belum berhasil. Upaya memperbaiki diagnosis filariasis malayi difokuskan pada deteksi isotipe IgG4-antifilaria menggunakan antigen rekombinan. Dalam penelitian ini diukur respons IgG4 serum filariasis malayi terhadap antigen rekombinan Bm-SPN-2 dan antigen kasar BrnA; perubahan repons IgG4-antifilaria setelah pengobatan; Berta sensitivitas dan spesifisitas tes F.1,ISA antigen tersebut. Sebagai pembanding digunakan gold standard diagnosis filariasis yakni, deteksi mikroftlaria secara mikroskopik.
Hasil dan keslmpulan : Hasil memperlihatkan pada B. malayi, antigen rekombinan Bm-SPN-2 dan antigen BmA masing masing mampu mendeteksi 98.0% dan 94% kelompok mikrofilaremik. Tempi pads kelompok normal endemik ads perbeaaan yang nyata (p<0.01) dari respons IgG4 terhadap antigen BmA dibandingkan terhadap antigen rekombinan Bm-SPN-2. Sebanyak 85% memberikan respons positif terhadap antigen BmA dan hanya 45% positif terhadap antigen Bm-SPN-2. Didapat pcrbcdaan yang amat nyata (p <0.001) dad respons IgG4 terhadap kodua antigen pada serum mikrofilaremik filariasis bankrofti. 91% memberi respons positif terhadap antigen BmA dan hanya 9% positif terhadap antigen BmSPN 2. Pengobatan DEC pada penderita mikrofilaremik memperlihatkan penurunan respons IgG4 terhadap antigen rekombinan Bm-SPN-2 dan BmA messing-messing 55% dan 46%. Sensitivitas dan spesifisitas tes-ELISA Bm-SPN-2 juga lebih balk daripada tes-FIJSA BmA. Kesimpulan : antigen rekombinan RmSPN-2 lebih balk daripada antigen DmA. Tea ELISA BmSPN 2 memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik daripada tes ELISA BmA dlam mendeteksi infeksi aktiffilariasis malayi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Sindu Sakti
"ABSTRAK
Kayu secang dan kayu manis yang dilaporkan memiliki efek menguntungkan terhadap diabetes melitus dapat ditemukan dalam bentuk kombinasi pada sejumlah minuman tradisional khas Indonesia seperti wedang uwuh dan bir plethok. Natural deep eutectic solvents (NADES) berbasis kolin klorida-gliserol merupakan pelarut hijau dengan memiliki daya solvatasi tinggi dan sangat prospektif digunakan sebagai pelarut ramah lingkungan pada ekstraksi bahan alam. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh parameter-parameter ekstraksi untuk mengekstraksi senyawa marker yang terkandung dalam kombinasi kayu secang dan kayu manis dengan pelarut NADES berbasis kolin klorida-gliserol secara optimal. Box-Behnken design digunakan untuk optimasi dengan menggunakan response surface methodology. Ekstrak yang diperoleh dilakukan uji aktivitas penghambatan DPP-4 pada λem/eks= 360/450 nm dan molecular docking dilakukan menggunakan aplikasi LigPlot+. Penetapan kadar dilakukan dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) pada panjang gelombang 280 nm. NADES berbasis kolin klorida-gliserol berhasil mengekstraksi senyawa marker yang terkandung dalam kombinasi kayu secang dan kayu manis secara simultan, secara signifikan (p > 0,001) lebih efektif dibandingkan dengan pelarut konvensional. Ekstrak yang dihasilkan memiliki aktivitas penghambatan DPP-4 dengan nilai IC50 sebesar 36,49 dan 360,79 µg/ml, secara berurutan untuk ekstrak yang diperoleh dengan metode ekstraksi kayu secang dan kayu manis. Molecular docking yang dilakukan menunjukkan bahwa mekanisme aktivitas penghambatan diperantarai oleh senyawa brazilin yang berikatan pada subsite S1, S1', S2, dan S2' dari DPP-4. NADES berbasis kolin klorida-gliserol cocok digunakan untuk mengekstrak senyawa marker yang terkandung dalam kombinasi kayu secang dan kayu manis, senyawa brazilin yang merupakan senyawa marker kayu secang terbukti memiliki aktivitas penghambatan DPP-4 secara in vitro dan in silico.

ABSTRACT
Sappan wood and Indonesian cassia was reported have beneficial effects to diabetes mellitus, this ingredient commonly found as combination in various number of traditional Indonesian herb drinks such as wedang uwuh and bir plethok. Choline chloride-glycerol based Natural deep eutectics solvents (NADES) is a green solvent with high solvation power that very prospective as solvent for ecofriendly natural products extraction process. The aim of this study was to optimize extraction parameters process that involved to marker compounds level extracted using choline chloride-glycerol based NADES, all parameters were designed using the Box-Behnken design of response surface methodology. The extract obtained then was determined dipeptitidil peptidase-4 (DDP-4) inhibitory assay fluorometricaly at λem/ex= 360/450 nm and molecular docking was performed using LigPlot+. Determination of marker compounds content performed using High Performance Liquid Chromatography (HPLC) at 280 nm. The results revealed that Choline chloride-glycerol based NADES applicable to extract marker compounds contained in the combination of sappan wood and Indonesian cassia simultaneously. This solvent significantly (p > 0,001) more effective than conventional solvent, resulting extract with DPP-4 IC50 values 36,49 and 360,79 µg/ml, respectively for sappan wood and Indonesian cassia extraction method. Molecular docking revealed that inhibitory activity due to brazilin interaction on subsites S1, S1', S2, and S2 ext from DPP-4. Choline chloride-glycerol based NADES was suitable for extracting marker compounds from Indonesian cassia and sappan wood, moreover Brazilin as sappan wood marker compound was proven in vitro and in silico have inhibitory activity against DPP-4."
2019
T54828
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>