Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7228 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Latar belakang: Mengetahui efek pemberian bubuk ?pomegranate? selama 14 hari terhadap peroksidasi lipid berdasarkan pengukuran kadar malondialdehida (MDA) pada tikus yang dipaparkan asap rokok.
Metode: Rancangan acak lengkap diterapkan pada penelitian ini. Tigapuluh tikus Sprague-Dawley dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: kelompok tanpa penambahan bubuk pomegranate (kontrol), kelompok R1 dengan penambahan 5% (kandungan fl avonoid 0,351%/100g) dan kelompok R2 dengan penambahan 10% (kandungan fl avonoid 0,566%/100g) bubuk pomegranat ke dalam ransum. Ransum diberikan ?ad libitum? selama 14 hari. Tikus dipaparkan pada asap rokok selama tiga kali sehari. Kadar MDA diukur sebelum pemaparan, hari ke-8 dan -15 pemaparan. Data dianalisis menggunakan uji ANOVA setelah pengujian normalitas data.
Hasil: Kadar MDA sebelum pemaparan adalah 0.35±0.06 nmol/mL, 0.38±0.06 nmol/mL dan 0.38±0.06 nmol/mL berturut-turut untuk kelompok kontrol, R1 dan R2 (P= 0.65). Pada hari ke-8, kadar MDA adalah 0.70±0.06 nmol/mL, 0.57±0.06 nmol/mL dan 0.56±0.06 nmol/mL berturut-turut untuk kelompok control, R1 dan R2. Kadar MDA pada hari ke-15 berturut-turut untuk kelompok kontrol, R1 dan R2 adalah 1.02 ±0.06 nmol/mL, 0.89±0.06 nmol/mL dan 0.80±0.06 nmol/mL. Terdapat perbedaan bermakna (P= 0,001) rerata kadar MDA hari ke-8 dan hari ke-15 antar kelompok. Rerata kadar MDA pada kelompok kontrol paling tinggi dibandingkan kelompok R1 dan R2 baik pada hari ke-8 maupun hari ke-15. Rerata kadar MDA pada kelompok R2 paling rendah dibandingkan kelompok R0 dan R1 pada hari ke 8 maupun hari ke 15. Peningkatan kadar MDA pada hari ke delapan dibandingkan sebelum pemaparan pada kelompok R0, R1 dan R2 berturut-turut adalah 97%, 52% dan 48%, sedangkan peningkatan MDA pada hari ke 15 dibandingkan sebelum pemaparan pada kelompok R0, R1 dan R2 berturut-turut adalah 187%, 137% dan 113%. Peningkatan kadar MDA terbesar adalah pada kelompok R0.
Kesimpulan: Pemberian bubuk pomegranat pada kadar 5% dan 10% dapat menekan terjadinya peroksidasi lipid yang ditunjukkan dengan kadar MDA dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Abstract
Background: To analyze the effect of pomegranate (P. granatum) powder consumption for 14 days on lipid peroxidation as shown by malondialdehyde (MDA) level in cigarette smoke exposed rats.
Methods: Thirty Sprague-Dawley male rats were randomly divided into three groups, i.e.: a control group and two treatment groups. The treatment groups either received 5% (R1: 0.351% fl avonoids/100g) or 10% (R2: 0.566% fl avonoids/100g) pomegranate extract powder, respectively. The diets in the form of pellets were freely consumed (ad libitum) and were given for 14 days. Rats were exposed to cigarette smoke three times per day. Blood samples were taken on day 0, day 8th and 15th for MDA analyses. Comparison of MDA levels was done by ANOVA?s test on normal data.
Results: On day 0, the MDA levels were 0.35±0.06 nmol/mL, 0.38±0.06 nmol/mL and 0.38±0.06 nmol/mL for control, 5% and 10% pomegranate powder group, respectively (P=0.65). On day 8th, the MDA levels were 0.70±0.06 nmol/mL, 0.57±0.06 nmol/mL and 0.56±0.06 nmol/mL, and on day 15th, the MDA levels were 1.02 ±0.06 nmol/mL, 0.89±0.06 nmol/mL and 0.80±0.06 nmol/mL in control, 5% and 10% pomegranate powder group, respectively. There was a signifi cant difference (P< 0.001) in MDA levels on day 8th and 15th between groups. The average MDA level for rats consuming control diet was the highest on day 8th and 15th. On the other hand, the lowest average MDA level on day 8th and 15th was observed in rats given 10% pomegranate extract powder. In comparison to MDA level before cigarette smoke exposure, the increases in MDA levels for rats consuming control diet, 5% and 10% pomegranate extract powder were 97%, 52% and 48% on day 8th, and 187%, 137% and 113% on day 15th, respectively. The highest increase in MDA level was observed in control group.
Conclusion: The use of pomegranate powder at 5% and 10% concentration was able to prevent the occurrence of lipid peroxidation as shown by the MDA levels and the effect was dose dependent."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan], 2011
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Oktrian
"Perkembangan teknologi dan industri menyebabkan meningkatnya jumlah radikal bebas di lingkungan. Selain itu, Indonesia adalah negara tropis yang selalu terpapar oleh sinar UV sepanjang tahun yang menyumbang pembentukkan radikal bebas dalam tubuh. Jengkol (Archidendron pauciflorum) merupakan salah satu tanaman berbau khas didaerah tropis dan banyak terdapat di Indonesia. Jengkol telah digunakan sejak dahulu oleh masyarakat sebagai bahan pangan. Telah diketahui di dalam jengkol terdapat zat antioksidan seperti vitamin C, flavonoid dan asam jengkolat. Asam jengkolat mengandung sistein yang merupakan antioksidan. Namun aktivitas asam jengkolat sebagai antioksidan masih belum diketahui efektifitasnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan jengkol terhadap radikal bebas yang diinduksi CCl4 0,55 mg/KgBB. Penelitian ini menggunakan 32 tikus Sprague dawley jantan yang dibagi menjadi 4 kelompok secara acak yaitu kelompok kontrol, kelompok jengkol, kelompok CCl4 dan kelompok yang diberikan jengkol ditambah CCl4. MDA hati sebagai indikator kerusakan sel hati diukur setelah 8 hari dengan menggunakan metode Wills.
Dari analisis statistik didapatkan hasil bahwa jengkol dapat menurunkan kadar MDA hati pada tikus yang diberi CCl4 (p=0.026). Hal ini diperkirakan karena adanya aktivitas antioksidan dari sistein yang dihasilkan dari pemecahan asam jengkolat sehingga terjadi penurunanan kadar peroksida lipid yang diukur menggunakan indikator MDA hati.

The development of technology and Industry have caused increasing of free radicals in environment. Indonesia, a country that is located in tropical area, is exposed to the UV light during the years so that increasing the rate of free radical formation in the cells. Jengkol (Archidendron pauciflorum) is one of plants that grow on the tropical land. People have use it as food source since many years ago in Indonesia. As known, there are antioxidants contained in jengkol such as vitamin C, flavonoid and jengkolic acid. The jengkolic acid consist of cysteine that has antioxidant effect on free radical. However, the ability of jengkolic acid as the antioxidant is still unknown.
This study was conducted to know the abiliy of jengkol seed extract against free radical induced by 0.55 mg/KgBB CCl4.This experimental study used 32 samples of Sprague Dawley rats. There were 4 random groups of experiments, the control group, jengkol group, CCL4 group and jengkol added with CCL4 group. The indicator of tissue damage was liver MDA which calculated after 8 days by using the Wills method.
Form statistical analysis, we got the result that jengkol seed extract could decrease the level of liver MDA in the rats given CCl4 (p=0.026). This result was estimated because of the antioxidant activity of cysteine that cames from the jengkolic acid so that the level of lipid peroxidation decrease as indicated by the decreased in the liver MDA.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasser Jayawinata
"Penggunaan senyawa antioksidan akhir-akhir ini semakin berkembang dengan bertambahnya paparan terhadap radikal bebas. Bahan alami yang banyak ditemukan di Indonesia dan diduga memiliki manfaat antioksidan adalah jengkol (Archidendron pauciflorum). Jengkol mengandung asam jengkolat (djenkolic acid, C7H14N2O4S2) yang memiliki struktur hampir serupa dengan asam amino sistin yang dapat berperan sebagai antioksidan. Kandungan lain yang dapat berperan sebagai antioksidan adalah vitamin C dan flavonoid. Namun, sampai saat ini masih belum ada penelitian yang membuktikan efektivitas biji jengkol sebagai antioksidan.
Desain penelitian yang digunakan adalah studi eksperimental dengan sampel berjumlah 32 tikus Sprague Dawley yang dibagi menjadi 4 perlakuan, yaitu tikus kontrol, tikus yang diberikan ekstrak biji jengkol, tikus yang diberikan CCl4, dan tikus yang diberikan ekstrak biji jengkol dan CCl4. Parameter yang digunakan untuk melihat keadaan stres oksidatif adalah MDA plasma.
Uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antar kelompok percobaan (p=0,902). Namun, terjadi penurunan kadar MDA plasma pada tikus yang diberikan jengkol dan CCl4 (1,0328 nm/mL) terhadap tikus yang hanya diberikan CCl4 saja (1,1722 nm/mL). Oleh sebab itu, belum dapat disimpulkan bahwa ekstrak biji jengkol memiliki sifat antioksidan.

Antioxidants have mainly used nowadays due to the increase exposure of free radicals. One of Indonesian traditional food that estimated has antioxidants effect is jengkol (Archidendron pauciflorum). Jengkol consists of djenkolic acid (C7H14N2O4S2), which has the similarity structure with cystine, that can act as antioxidants. The other compounds that can act as antioxidants are vitamin C and flavonoid. However, there is still no researches that prove effectivity of jengkol as antioxidants.
The design of this research was experimental with 32 samples of Sprague Dawley rats. There were 4 treatment groups, the control group, jengkol group, CCl4 group and jengkol along with CCl4 group. The parameter measured to see the oxidative stress condition in this research was MDA level of plasma.
The statistical test showed that there was no significantly difference between groups (p=0,902). However, the plasma level of MDA decreased in rats given jengkol and CCL4 (1,0328 nm/mL) than the rats only given CCl4 (1,1722 nm/mL). Therefore, we still cannot conclude that the extract of jengkol bean can act as antioxidants.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Faisal Adam
"Berbagai penyakit yang disebabkan radikal bebas semakin meningkat khususnya di Indonesia mengingat paparan sinar ultraviolet yang cukup banyak di daerah tropis, pembangunan yang pesat, serta adanya perubahan gaya hidup. Oleh karena itu peran antioksidan eksogen diperlukan untukomembantu antioksidan endogen, seperti enzim katalase, agar terhindar dari stres oksidatif yang ditimbulkan radikal bebas. Jengkol (Archidendron pauciflorum), salah satu tanaman tropis Indonesia, memiliki potensi antikosidan kuat karena memiliki asam jengkolat,oyang tersusun dari dua molekul sisteinlyangodikenal sebagai antioksidan. Selain itu jengkol juga memiliki kandungan antioksidan lain seperti vitamin C dan flavonoid, terutama pada bijinya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji jengkol pada aktivitas spesifik katalase jaringan hati tikus. Sebanyak 32 ekor tikuslSprague Dawley dibagi dalam empat kelompok secara acak, yaitu kelompok perlakuan standar, kelompok dengan pemberian ekstrak biji jengkol, kelompok dengan pemberian CCl4 sebagai indikator kerusakan hati, serta kelompok dengan pemberian ekstrak biji jengkol disertailCCl4. Homogenatkhati tikus masing-masing kelompok diukur aktivitas spesifik katalasenyaldengan metode Mates. Analisis statistik menunjukkan bahwa ekstrak biji jengkol dapat menurunkan aktivitaslspesifik katalase, baik pada hati tikus normal (p=0.000) maupun pada hati yang dirusak CCl4, walaupun tidak bermakna (p=0.832).lHal tersebut diperkirakan karena gugus sulfhidiril (SH) dari sistein yang dibebaskan dari asam jengkolat, yang dapat menginaktivasi kerja enzim katalase.

Free radical-related disease are more increasing especially in Indonesia because of tropical situation there such as ultraviolet and life style changes. Exogen antioxidants are increasingly needed to help endogen antioxidants activity, such as catalase, to avoid oxidative stress induced by free radical exposure. One of indonesian tropical plant, Jengkol (Archidendron pauciflorum) is believed have strong potential antioxidant source, jengkolic acid, a compund consisting of two cysteine molecules which has been known as antioxidants, besides, their other known sources of antioxidant: vitamin C, and flavonoid. Research is conducted to find the effect of Jengkol seeds extract towards specific catalase activity of rat?s liver. Thirty two Spraguedawley strain rats are divided into four groups: control group, a group given jengkol seeds extract, a negative control group given CCl4 to show hepatocytes toxicity, and a group given both CCl4 and jengkol seeds extract. Homogenate of rat liver from each groups are measured for their spesific catalase activity using Mates methods. The result shows jengkol seeds extract reduced specific catalase activity in normal rat liver significantly (p=0,000), also in injuried liver by CCl4, although no significant correlation found (p=0,832). This finding shows a possible inactivation of catalase enzyme due to sulfhydril (SH) groups from cysteine after being released by jengkolic acid. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wartono
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39915
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdur Rahman
"Lemak dan minyak mudah mengalami kerusakan akibat proses oksidasi. Untuk memperlambat proses oksidasi tersebut, diperlukan penambahan anti-oksidan. Namun, penggunaan anti-oksidan sintetik dewasa ini mulai mendapat perhatian serius karena ada yang bersifat merugikan. Oleh karena itu pengembangan anti-oksidan yang berasal dari alam, yang relatif lebih mudah didapat dan aman, tengah digalakkan saat ini.
Ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L) yang telah dipekatkan dari hasil maserasi dalam metanol, kemudian difraksionasi menghasilkan fraksi etil asetat dan butanol. Sebanyak 20 mg dari masing-masing sampel diuji aktivitasnya dengan menggunakan minyak kedelai. sebagai (500 mg) sebagai substrat dan FeC13.6H20 (0,02 mg) sebagai katalis. Metodenya yaitu dengan proses inkubasi pada suhu konstan 60 °C selama 30 hari. Ukuran aktivitasnya dinyatakan sebagai waktu inkubasi yang diperlukan sampel untuk mencapai penambahan berat 2% (10 mg). Uji aktivitas awal ini menunjukkan bahwa hanya fraksi butanol yang tidak mempunyai kemampuan aktivitas anti-oksidan.
Pemisahan lebih lanjut terhadap fraksi etil asetat, diperoleh fraksi asam kuat, fraksi asam lemah, dan fraksi netral. Urutan aktivitas dari ketiga fraksi tersebut, pada penambahan 20 mg, yaitu : Fraksi asam kuat > fraksi asam lemah jika dibandingkan terhadap BHA, BHT, dan Tokoferol. Sedangkan fraksi netral tidak menunjukkan aktivitas anti-oksidasi. Pemurnian fraksi asam lemah dengan kolom kromatografi, dihasilkan Zat A (7,6% ), Zat B (3,8% ), dan Zat C (3% ). Aktivitas Zat B lebih baik dibandingkan dengan Zat A dan Zat C, jika dibandingkan terhadap BHA dan Tokoferol.
Uji kualitatif awal terhadap zat A, zat B, dan zat C dengan metode Spray menunjukkan adanya senyawa fenol, sedangkan untuk uji golongan alkaloid dan flavanoid memberikan hasil yang negatif, ini berarti bahwa anti-oksidan yang terdapat dalam ekstrak kulit buah manggis adalah golongan fenolik."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Meilisa Fitriani Ibrani
"ABSTRAK
Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) diketahui mengandung antosianin yang memiliki aktivitas antioksidan kuat yang dapat menghambat pembentukan radikal bebas yang menyebabkan penuaan dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah formulasi gel anti-aging yang rnengandung ekstrak etanol Ubi jalar ungu dalam konsentrasi yang bervariasi, yaitu 0,015%, 0,062%, dan 0,123% (b/b) memiliki aktivitas antioksidan dan stabilitas fisik. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol ubi jalar ungu diuji dengan menggunakan metode peredaman radikal DPPH. Uji stabilitas fisik dipercepat dilakukan dengan pengamatan gel yang disimpan pada tiga suhu yang berbeda yaitu suhu rendah (4±2ºC), suhu kamar, dan suhu tinggi (40±2ºC) serta uji cycling test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan gel ubi jalar ungu 0,015%, 0,062%, dan 0,123% memiliki kestabilan setelah dilakukan pengujian pada suhu rendah (4±2ºC), suhu kamar, dan suhu tinggi (40±2ºC) dan uji cycling test. Nilai IC50 dari ketiga gel ubi jalar ungu, yaitu: 0,015% sebesar 148,5155 ppm; 0,062% sebesar 139,6256 ppm; 0,123% sebesar 132,518 ppm dan blanko positif sebesar 134,6348 ppm. Berdasarkan Nilai IC50, disimpulkan bahwa gel ubi jalar ungu 0,123% (132,518 ppm) memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi dibandingkan dengan gel ubi jalar ungu 0,015%, 0,062% dan kontrol positif (kuersetin).

ABSTRACT
The Purple sweet Potatoes (Ipomoea batatas L.) containing anthocyanin which have strong antioxidant activity to prevent of free radicals generated from ROS (Reactive Oxygen Species) that causes premature aging. This research is aimed to know whether the anti-aging gel formulation containing extracts of purple sweet potatoe in various concentrations of 0,015%, 0,062%, and 0,123% (w/w) have antioxidant activity and physical stability. The antioxidant activity of purple sweet potatoe ethanol extract were tested using DPPH radical reduction method. Accelerated physical stability test was done at three different temperatures including low temperature (4±2ºC), room temperature, and high temperature (40±2ºC) and also cycling test. IC50 value of three Purple sweet Potatoe gel of 0,015%, 0,062%, 0,123% and positive control are 148,5155 ppm, 139,6256 ppm, 132,518 ppm and 134,6348 ppm respectively. Based on IC50 values, it was concluded that purple sweet potatoe gel of 0,123% have the highest antioxidant activity compared to sweet potatoe purple gel of 0,015%, 0,062% and the positive control (quercetin)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1551
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurina Fatmawati
"Antioksidan adalah substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas. Kekhawatiran akan efek akibat antioksidan sintetik karena bersifat karsinogenik, membuat antioksidan alami menjadi pilihan alternatif. Garcinia merupakan salah satu genus tanaman di Indonesia yang mempunyai aktifitas antioksidan yang baik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak kulit batang Garcinia celebica dengan metode perendaman 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH). Kulit batang Garcinia celebica diekstraksi dengan pelarut n-heksan, etil asetat, dan methanol secara maserasi bertingkat. Masing-masing ekstrak dilakukan uji aktivitas antioksidan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak yang paling aktif adalah ekstrak metanol dengan nilai IC50 sebesar 11,351 µg/mL. Selanjutnya ekstrak teraktif difraksinasi dengan kromotografi kolom dipercepat, dan didapatkan 8 fraksi. Masing-masing fraksi diuji aktifitas antioksidannya, dan diperoleh fraksi D sebagai fraksi teraktif dengan nilai IC50 sebesar 2,10 µg/mL. Golongan senyawa pada fraksi teraktif adalah flavonoid, terpenoid, glikosida, dan tanin.

Antioxidants are substances needed for body to neutralize free radicals and prevent them from damage caused by free radicals. The concerns about the effects caused by synthetic antioxidants because of carcinogenic nature make natural antioxidants as the chosen alternative for antioxidant sources. Garcinia is one of a genus plant in Indonesia which has good antioxidant activity. The purpose of this study is to determine the antioxidant activity of the stem bark extract of Garcinia celebica by 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) assay. Garcinia celebica stem bark is extracted using n-hexane, ethyl acetate, and methanol solvent then do the test antioxidant activity. The IC50 value of methanol extract as the most active fraction is 9,15µg/mL. The extract which has the highest antioxidant activity is fractinated by accelerated column chromatography and earned 8 fractions. The antioxidant activity of each fraction is tested by DPPH assay and the result is D fraction which has the lowest IC50 value of 2,10 µg/mL. The compounds of the active fractions are flavonoid, glikon, terpenoid and tannin."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45305
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathanael Sandhy Padmanaba
"Daun sambung nyawa (Gynura procumbens L.) merupakan tanaman obat yang memiliki sifat antioksidan. Daun sambung nyawa segar mudah dibudidayakan di Indonesia namun tidak praktis untuk dikonsumsi secara langsung. Produk fresh juice dari daun sambung nyawa segar menjadi alternatif sediaan yang bisa ditawarkan kepada masyarakat supaya lebih praktis untuk dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan antioksidan fresh juice daun sambung nyawa dengan metode scavenging radikal hidroksil menggunakan reagen 2-deoksiribosa sebagai model inti sel. Aktivitas antioksidan fresh juice daun sambung nyawa diukur melalui pembentukan kromogen merah muda MDA-TBA hasil degradasi 2-deoksiribosa menggunakan spektrofotometer visible pada panjang gelombang 520 nm. Kemampuan scavenging fresh juice tertinggi yang didapat pada penelitian ini adalah 50,37% pada konsentrasi 90 mg/ml. Konsentrasi efektif fresh juice daun sambung nyawa untuk mengangkut radikal hidroksil sebesar 50% ditunjukkan oleh nilai EC50 yang tercapai pada konsentrasi 87,03 mg/ml. Hingga waktu penyimpanan 8 jam, penurunan rata-rata kemampuan scavenging fresh juice daun sambung nyawa yang disimpan pada suhu refrigerator sebesar 10,63%, tidak sebanyak jika fresh juice disimpan pada suhu kamar mencapai penurunan kemampuan scavenging rata-rata 20,82%. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa fresh juice daun sambung nyawa baik yang disimpan pada suhu refrigerator maupun suhu kamar kurang memiliki daya tahan terhadap pertumbuhan bakteri, namun memiliki potensi sebagai antibakteri alami. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55027
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Bunga Anggraini
"Saat ini penelitian potensi bahan herbal sebagai agen kosmetik meningkat secara signifikan. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa ekstrak Rhus javanica dapat menghambat aktivitas enzim elastase dan sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan aktivitas pengambatan elastase, aktivitas antioksidan dan membuat sediaan gel yang stabil secara fisik dan bermanfaat terhadap elastisitas kulit. Ekstrak etanol daun, batang, buah hijau, buah hitam dilakukan uji aktivitas anti elastase, uji antioksidan, dan uji kadar fenolik. Ekstrak yang menghambat elastase terbaik digunakan sebagai bahan aktif dalam formulasi, dan dilakukan uji stabilitas fisik selama 12 minggu. Pengamatan adanya potensi iritasi dilakukan selama 24 jam. Uji manfaat dilakukan pada 28 wanita dengan parameter elastisitas yang diukur perubahannya selama 28 hari pada lengan atas bagian volar. Ekstrak batang memberikan penghambatan elastase yang terbaik (IC50 = 245,68 bpj), tetapi memiliki nilai kadar fenolik dan aktivitas antioksidan yang paling lemah (IC50 DPPH = 561,05 bpj; FRAP= 49,46 ± 41,10 mol/gram; TPC= 28,05 ± 2,12 mg GAE/g). Aktivitas antielastase dengan kadar fenolik memiliki hubungan korelasi yang lemah (r = 0,352). Gel ekstrak batang 10 % diketahui memiliki stabilitas terbaik. Pada penyimpanan suhu rendah minggu ke-8, kadar fenolik dalam gel ekstrak 10 % hanya mengalami penurunan 4,65 %, dibandingkan gel ekstrak 5 % (17,28 %). Sediaan gel ekstrak batang tidak mengiritasi kulit dan memberikan peningkatan signifikan terhadap derajat elastisitas (p < 0,05). Nilai IC50 antielastase ekstrak batang memiliki korelasi yang sempurna dengan elastisitas kulit (r = 0,891). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak batang Rhus javanica memiliki potensi penghambat aktivitas elastase, serta sediaan gel ekstrak batang Rhus javanica aman dan efektif dalam meningkatkan elastisitas kulit.

Nowadays, kind of research related with the potential of herbal ingredients as cosmetic agent has increased significantly. Previous research reported that the extract of of Rhus javanica was able to inhibit elastase activity and as an antioxidant agent. This research aimed to show the activity of antioxidant and anti-elastase as well as providing the topical gel supply that stable physically and its efficacy for skin elasticity. The extract of leave, stem, green fruit, black fruit were tested for anti-elastase activity, antioxidant, and determination of phenolic level. The extract that gives the best elastase inhibition was used as the active ingredient for the gel supply and its physical stability were tested out for 12 weeks. Skin irritation test was observed for 24 hours. The efficacy test was performed on 28 women with skin elasticity measured for 28 days in the volar upper arm. The stem extract provided the best elastase inhibition (IC50= 245,68 ppm), but its polyphenol and the antioxidant activity were the weakest (IC50 DPPH = 561,05 ppm; FRAP = 49,46 ± 41,10 mol/gram; TPC= 28,05 ± 2,12 mg GAE/g). The anti-elastase activity and the value of phenolic having a weak correlation value (r = 0,352). The gel containing 10 % extract had the best stability because at week-8 low-temperature storage, phenolic levels in its gel had only decreased 4,65 %, compared to 5 % extract gel (17,28  %). The irritation and efficacy test result indicated that the extract gel did not cause any skin irritation and significantly improved skin elasticity (p < 0.05). The IC50 antielastase had a perfect correlation with skin elasticity (r = 0,891). The conclusion of the study are that the stem extract of Rhus javanica had potential anti-elastase activity, as well as the gel containing stem extract were safe and effective in enhancing skin elasticity."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>