Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27291 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Latar belakang: Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan perbedaan rerata nilai rasio Kolagen I (Kol I)/Nitric Oxide(NO), Kolagen IV (Kol IV)/NO, Tissue Factor (TF)/NO, P-selectin (P-sel)/NO antara pasien dengan trombosis vena dalam (TVD) positif dan TVD negatif, pasca traumatisasi spongiosa meta-epifisis sendi panggul dan lutut pada operasi besar ortopedi.
Metode: Studi observasional kohort prospektif kasus operasi ortopedi tanpa tromboprofilaksis pada 69 pasien berumur > 50 tahun. Pemeriksaan kadar serum biomarker Kol I, Kol IV, TF, P-sel, dan NO dilakukan tiga kali yaitu sebelum operasi, 72 jam sesudah operasi, dan 144 jam sesudah operasi, masing-masing untuk melihat perbedaan rerata kadar biomarker dan rerata nilai rasio protrombogenik/ antitrombogenik (Kol I/NO, Kol IV/NO, TF/NO dan P-sel/NO) pada 72 jam dan 144 jam sesudah operasi antara pasien TVD positif dan TVD negatif. Kejadian TVD dikonfirmasi pada 144 jam sesudah operasi dengan venografi (kecuali pada 8 kasus yang dikonfirmasi dengan USG color Doppler karena kontra indikasi zat warna).
Hasil: Kejadian TVD positif didapatkan pada 18 pasien (26,1%). Perbedaan rerata kadar antara TVD positif dan TVD negatif ditemukan pada Kol IV sebelum operasi (p = 0,022) dan pada NO 72 jam sesudah operasi (p = 0,014). Perbedaan rerata nilai rasio protrombogenik/ antitrombogenik antara TVD positif dan TVD negatif ditemukan pada rasio Kol IV/NO, TF/NO, dan P-sel/NO pada 72 jam sesudah operasi (p = 0,007; p = 0,028; p = 0,049), dengan median yang lebih rendah pada pasien dengan TVD positif. Sedangkan pada 144 jam sesudah operasi, perbedaan rerata nilai rasio hanya ditemukan pada rasio Kol IV/NO (p = 0,014) dengan nilai median yang lebih tinggi dari median pada 72 jam sesudah operasi.
Kesimpulan: Kejadian TVD pada traumatisasi spongiosa meta-epifisis pasca operasi besar ortopedi sendi panggul dan lutut dipengaruhi oleh keseimbangan protrombogenik dan antitrombogenik yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan rasio Kol IV/NO, TF/NO dan Psel/NO pada 72 jam dan rasio Kol IV/NO pada 144 jam sesudah operasi antara TVD positif dan TVD negatif.

Abstract
Background: This study was aimed to show differences in the mean values of Collagen I (Col I)/Nitric Oxide (NO), Collagen IV (Col IV)/NO, Tissue Factor (TF)/NO, and P-selectin (P-sel)/NO ratios between patients with DVT and those without DVT, following hip and knee meta-epiphyseal cancellous bone traumatization in major orthopedic surgeries.
Methods: This is an observational prospective cohort study on 69 patients aged > 50 years, who had orthopedic surgery without thromboprophylaxis. Examination of serum Col I, Col IV, TF, P-sel, and NO biomarker levels were performed three times, i.e. before surgery, 72 hours and 144 hours after surgery. We looked for the differences in mean levels of biomarkers, and mean ratio values of the prothrombogenic/ antithrombogenic (Col I/NO, Col IV/NO, TF/NO, P-sel/NO) at 72 hours and 144 hours post surgery between patients with DVT and those without. DVT events, which were confirmed at 144 hours post surgery by venography (with the exception of 8 cases where color Doppler ultrasound was done due to contrast usage contraindications).
Results: DVTs were identified in 18 patients (26.1%). There were significant differences of mean levels in pre-surgical Col IV (p = 0.022) and 72 hours NO (p = 0.014) between patients with and without DVT. In addition, between the same two patient groups, significant differences were found in the mean values of the prothrombogenic/antithrombogenic ratios, i.e. Col IV/NO, TF/NO, and P-sel/NO at 72 hours post-surgery (p = 0.007, p = 0.028, and p = 0.049 respectively), with lower median values that were found in subjects with DVT. At 144-hours post surgery, the only significant ratio difference between the two groups was the mean values of Col IV/NO ratio (p = 0.014) with the median values that were higher than the median values at 72-hours post surgery .
Conclusion: The incidence of DVT following traumatization of the meta-epiphyseal cancellous bone after major orthopedic surgeries in hip and knee is influenced by the balance of prothrombogenic and antithrombogenic factors as shown by the significant differences in Col IV/NO, TF/NO and P-sel/NO ratios at 72-hours and Col IV/NO ratio at 144 hours after surgery between DVT positive and DVT negative patients."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universitas Pelita Harapan], 2013
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rosyid Mawardi
"Latar belakang: Penuaan paru ditandai dengan perubahan struktur dan fisiologi paru. Secara struktural, terjadi perubahan ketebalan septum interalveolar dan komponen di dalamnya, salah satunya adalah serat kolagen interstisial, sehingga dapat memengaruhi fungsi paru sebagai organ respirasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui korelasi antara jumlah serat kolagen interstitial paru dengan ketebalan septum interalveolar pada penuaan tikus Sprague-Dawley. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional analytic correlative. Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus Sprague-Dawley sebagai subjek penelitian. Subjek penelitian terdiri atas empat kelompok usia, yaitu 2 hari, 16 hari, 3-4 bulan, dan >12 bulan yang ditentukan dengan m ± 0.043 μm, dan 0,512 ± 0.020 μm. Uji korelasi non parametrik Spearman (p = 0,03) antara jumlah serat kolagen interstisial dengan ketebalan septum interalveolar menunjukkan nilai koefisien korelasi (r = 0,213). Kesimpulan: Pada penelitian ini disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang lemah antara jumlah serat kolagen interstisial paru dengan ketebalan septum interalveolar pada penuaan tikus Sprague-Dawley. Dengan demikian, dapat dipikirkan bahwa serat kolagen interstisial dapat mempengaruhi ketebalan septum interalveolar paru tikus yang menua, meskipun bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi.
Background: Lung aging is characterized by structure and physiologic changes of the lung. Structurally, the interalveolar septum thickness and all of its components including collagen fiber are change, so that affect the lung function as a respiratory organ. This study is aimed to determine the correlation between the amount of pulmonary interstitial collagen fiber and interalveolar septum thickness on Sprague-Dawley rat aging. Method: The design of this research is cross sectional analytic correlative. The data was taken from the lung tissue preparations of 24 rats in 4 groups based on age, 2 days, 16 days, 3-4 months, and >12 months using single blind randomization technique. The methods of preparation making are based on the literatures. Data that was assessed were the histology of pulmonary interstitial collagen fiber and interalveolar septum. Then, they were analized using SPSS 20.0. Result: Sequentially, the modes of interstitial collagen fiber are 1, 2, 2, and 3; while the interalveolar septum thickness means are 0,436 ± 0.059 μm, 0,399 ± 0.022 μm, 0,474 ± 0.043 μm, and 0,512 ± 0.020 μm. By using non parametric Spearman correlation test (p = 0.03), it was obtained the correlation coefficient (r = 0.213) between the amount of pulmonary interstitial collagen fiber with the interalveolar septum thickness. Conclusion: There is a weak correlation between the amount of pulmonary interstitial collagen fiber with the interalveolar septum thickness of Sprague- Dawley rat aging. Thus, it can be thought that pulmonary interstitial collagen fiber may affects interalveolar septum thickness of rat aging, although it’s not as the only one factor."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adella Josephin
"Gangguan dan penyakit tulang merupakan hal yang mengkhawatirkan karena prevalensinya yang meningkat. Rekayasa jaringan tulang dengan pengembangan struktur melalui kombinasi perancah, sel, dan/atau faktor biologis merupakan solusi yang menjanjikan untuk regenerasi tulang. Kolagen dan hidroksiapatit termasuk bahan perancah yang paling umum digunakan untuk rekayasa jaringan tulang dan dapat diekstraksi dari sumber alam. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar dan produsen ikan terbesar kedua di dunia, memiliki sumber daya laut yang melimpah. Perikanan tuna yang termasuk paling besar dan paling produktif di dunia menghasilkan produk sampingan dengan jumlah yang besar. Pada penelitian ini, kolagen dan hidroksiapatit diekstraksi dari produk sampingan tuna, yaitu tulang kerangka dan kepala, menggunakan ekstraksi pelarutan asam untuk kolagen dan kalsinasi untuk hidroksiapatit. Kolagen hasil ekstraksi dikarakterisasi menggunakan UV-Vis spectrophotometry, FTIR, dan SEM-EDX, sedangkan hidroksiapatit hasil ekstraksi dikarakterisasi menggunakan FTIR, SEM-EDX, dan XRD. Berdasarkan hasil karakterisasi, kolagen hasil ekstraksi memiliki puncak absorbansi di 225 nm, memiliki struktur heliks rangkap tiga, struktur mikro lembaran berlapis, berpori, dan sedikit berkerut. Sedangkan hidroksiapatit hasil ekstraksi memiliki ukuran dan bentuk partikel bervariasi dengan ukuran kristal 16,64 nm, 15,62 nm, 16,63 nm, 4,39 nm, crystallinity index 0,643, 0,572, 0,613, 0,027, dan nilai Ca/P 1,753±0,052, 1,806±0,074, 1,792±0,021, 1,935±0,091 masing-masing untuk sampel kalsinasi 1, sampel kalsinasi 2, sampel kalsinasi 3, dan sampel ultrasonikasi. Kolagen hasil ekstraksi dapat dikembangkan sebagai bahan perancah tulang karena memliki struktur berpori yang dibutuhkan untuk penetrasi sel, nutrisi dan transfer limbah, serta angiogenesis; sedangkan hidroksiapatit sampel kalsinasi 1 memiliki nilai rasio Ca/P (1,753±0,052) yang paling mendekati rasio Ca/P pada tulang manusia (1,67). Ekstraksi kolagen dan hidroksiapatit ini diharapkan dapat memanfaatkan produk sampingan sumber daya laut dan dapat digunakan sebagai material perancah tulang untuk mengatasi gangguan dan penyakit tulang.

Bone disorders and diseases are a matter of concern because of their increasing prevalence. Bone tissue engineering with structural development through a combination of scaffolds, cells, and/or biological factors is a promising solution for bone regeneration. Collagen and hydroxyapatite are among the most commonly used scaffold materials for bone tissue engineering and can be extracted from natural sources. Indonesia is the largest archipelagic country and the second-largest fish producer in the world, has abundant marine resources. Tuna fisheries, which are among the largest and most productive in the world, produce large amounts of by-products. In this study, collagen and hydroxyapatite were extracted from tuna by-products, including skeleton and head, using acid solubilization extraction for collagen and calcination for hydroxyapatite. The extracted collagen was then characterized using UV-Vis spectrophotometry, FTIR, and SEM-EDX, while the extracted hydroxyapatite was characterized using FTIR, SEM-EDX, and XRD. Based on the characterization results, the extracted collagen has an absorbance peak at 225 nm, has a triple-helix structure, a layered sheet microstructure, is porous, and is slightly wrinkled. While the extracted hydroxyapatite has various particle sizes and shapes with crystal sizes of 16.64 nm, 15.62 nm, 16.63 nm, 4.39 nm, crystallinity index 0.643, 0.572, 0.613, 0.027, and Ca/P values were 1.753±0.052, 1.806±0.074, 1.792±0.021, 1.935±0.091 for the calcined sample 1, calcined sample 2, calcined sample 3, and ultrasonicated sample, respectively. Extracted collagen can be developed as a bone scaffold material because it has a porous structure required for cell penetration, nutrition and waste transfer, and angiogenesis; while the hydroxyapatite of calcined sample 1 has a Ca/P ratio value (1.753±0.052) which is closest to the Ca/P ratio in human bone (1.67). The extraction of collagen and hydroxyapatite is expected to be able to utilize marine by-products and can be used as bone scaffold material to treat bone disorders and diseases."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya Putri
"Dalam penelitian ini dikembangkan kolagen dan hidroksiapatit untuk rekayasa jaringan tulang dari limbah pengolahan ikan. Kolagen diekstraksi dari kulit salmon norway (Salmon salar) meggunakan metode Acid Soluble Collagen (ASC) sementara hidroksiapatit disintesis dari tulang ikan tuna dengan menggunakan metode kalsinasi pada suhu 600°C dan 800°C. Material dievaluasi untuk sifat fisika-kimia, kolagen dievaluasi dengan fourier transform infrared spectroscopy(FTIR), differential scanning calorimetry (DSC), dan scanning electron microscopy with energy dispersive X-ray (SEM-EDX). Kolagen hasil ekstraksi memiliki morfologi dalam bentuk lembaran dengan yield 0,8%. Persentase karbon yang didapatkan dari kolagen yang diekstraksi adalah 47% dan termasuk dalam kelas standar, sementara persentase karbon/nitrogen yaitu 2,63% yang sedikit lebih rendah dari standar. Hidroksiapatit yang telah disintesis dievaluasi dengan fourier transform infrared spectroscopy (FTIR), scanning electron microscopy with energy dispersive X-ray (SEM-EDX), dan X-ray diffraction (XRD). Hidroksiapatit yang diperoleh setelah proses kalsinasi menunjukkan struktur yang serupa yaitu kristal bubuk. HAp yang dikalsinasi pada suhu 600°C dan 800°C tidak memiliki pita sesempit HAp standar, namun lebih sempit daripada HAp yang dikalsinasi pada suhu 600°C. Rasio atom Ca/P HAp 600°C dan 800°C yaitu 2,15 dan 2,01 secara berurutan. Penelitian menunjukkan bahwa kolagen dari kulit salmon dan hidroksiapatit dari tulang tuna memiliki kualitas baik dan aplikasi luas dalam rekayasa jaringan tulang.

In this research, collagen and hydroxyapatite were developed for bone tissue engineering from fish processing waste. Collagen was extracted from the skin of Norwegian salmon (Salmon salar) using the Acid Soluble Collagen (ASC) method, while hydroxyapatite was synthesized from tuna bones using the calcination method at 600°C and 800°C. Materials were evaluated for physico-chemical properties, collagen was evaluated by fourier transform infrared spectroscopy (FTIR), differential scanning calorimetry (DSC), and scanning electron microscopy with energy dispersive X-ray (SEM-EDX). The synthesized hydroxyapatite was evaluated by fourier transform infrared spectroscopy (FTIR), scanning electron microscopy with energy dispersive X-ray (SEM-EDX), and X-ray diffraction (XRD). Extracted collagen have a sheet looking morphology with yield of 0.8%. The percentage of carbon obtained from extracted collagen is 47%, while the percentage of carbon/nitrogen is 2.63% which is slightly lower than the standard. The hydroxyapatite obtained after the calcination process shows a similar structure which is powder crystals. HAp calcined at 600°C and 800°C did not have a band as narrow as standard HAp, although HAp calcined at 800°C had narrower bands than HAp calcined at 600°C. The atomic ratios of Ca/P HAp at 600°C and 800°C are 2.15 and 2.01 respectively. The research findings indicate that collagen from salmon skin and hydroxyapatite from tuna bones are expected to have broad applications in bone tissue engineering."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfah Fauziyah
"Hidroksiapatit (HA) merupakan biomaterial yang memiliki sifat bioaktif dan osteoinduktif. Akan tetapi HA juga memiliki sifat yang rapuh sehingga perlu dicampurkan dengan material polimer untuk meningkatkan sifat mekaniknya. Kolagen merupakan polimer alam yang dapat mendukung proses pertumbuhan sel tulang, dan memperbaiki karakteristik komposit serta dapat membentuk pori yang memungkinkan sel osteoblas untuk migrasi dan berpoliferasi seperti pada siklus darah. Gabungan kedua material ini dapat digunakan dalam proses regenerasi tulang. Dalam penelitian ini dilakukan sintesis HA dengan metode ek-situ berbantukan iradiasi gelombang mikro. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh rasio kolagen terhadap nilai kekerasan komposit HA/Kolagen. Sintesis HA telah berhasil dilakukan menggunakan metode iradiasi gelombang mikro 720 W selama 15 menit. Kolagen yang digunakan merupakan kolagen hasil isolasi dari Chicken Gizzard inner lining (GIL) dengan metode perendaman basa NaOH 0.1 M. Kemudian HA dicampurkan dengan kolagen membentuk komposit HA/Kolagen dengan cara ek-situ menghasilkan material berpori dengan variasi rasio HA/Kolagen yaitu 90/10, 80/20, dan 70/30 (v/v). Hasil uji XRD komposit HA/Kolagen menunjukkan fasa HA terbentuk untuk semua variasi yang ditunjukkan pada sudut 2θ yaitu 26.03, 28.35, 33.05, 33.05 dan pada bidang miller (002), (210), (300), dan (310). Hasil perhitungan XRD didapatkan nilai indeks kristalinitas dan ukuran kristal paling rendah terdapat pada rasio HA/Kolagen 90/10 dengan nilai masing-masing 0.056 dan 29.247 nm. Hasil FTIR komposit HA/Kolagen menunjukkan keberadaan HA dengan gugus fungsi PO43- pada bilangan gelombang 565 cm-1, 604 cm-1, 1040 cm-1, dan O- pada bilangan gelombang 3565 cm-1. Sedangkan kolagen dengan gugus fungsi amida A (N-H stretching), amida B (C-H), amida I (C=O stretching), amida II (N-H bending), dan amida III (C-N stretching) pada bilangan gelombang masing-masing 3248 cm-1, 2922 cm-1, 1663 cm-1, 1404 cm-1, dan 1234 cm-1. Hasil SEM memperlihatkan bahwa ukuran partikel menurun ketika rasio kolagen meningkat. Hasil kekerasan vickers mencapai nilai maksimal pada sampel HA/Kolagen 90/10 dengan nilai 0.068 GPa dan menurun pada sampel HA/Kolagen 80/20 dan 70/30 yaitu 0.037 GPa.

Hydroxyapatite (HA) is a biomaterial that has bioactive and osteoinductive properties. However, HA has the brittle nature so it needs to be mixed with polymer materials to improve its mechanical properties. Collagen is a natural polymer that can support the growth process of bone cells, and improve the characteristics of composites and can form pores that allow osteoblast cells to migrate and proliferate as in the blood cycle. The combination of these two materials can be used in bone regeneration proccess. In this research, the synthesis of HA was carried out using the ex-situ method assisted by microwave irradiation. This research aims to study the effect of the collagen ratio to the hardness value of HA/Collagen composites. The synthesis of HA has been successfully carried out using the microwave irradiation method at a power of 720 Watt for 15 minutes. The collagen used is collagen isolated from Chicken Gizzard inner lining (GIL) with 0.1 M NaOH base immersion method. Then HA is mixed with collagen to form a HA/Collagen composite by ex-situ method to produce a porous material with a variation of the HA/Collagen ratio of 90/10, 80/20, and 70/30 (v/v). XRD test results of HA/Collagen composites showed that the HA phase was formed for all variations shown at 2θ angles, namely 26.03, 28.35, 33.05, 33.05 and in the Miller plane (002), (210), (300), and (310). The results of XRD calculation is the crystallinity index and the lowest crystal size were found at the ratio of HA/Collagen 90/10 with values of 0.056 and 29.247 nm. FTIR results for HA/Collagen composites showed the presence of HA with functional groups PO43- at wave number 565 cm-1, 604 cm-1, 1040 cm-1, and OH- in the wavenumber 3565 cm-1. Meanwhile, collagen with functional groups amide A (N-H stretching), amide B (C-H), amide I (C=O stretching), amide II (N-H bending), and amide III (C-N stretching) at wave numbers of 3248 cm-1, 2922 cm-1, 1663 cm-1, 1404 cm-1, and 1234 c-1. The results of the SEM test showed that the particles size is decrease while the collagen ratio is increase. Vickers hardness reached its maximum value in HA/Collagen 90/10 samples with a value of 0.068 GPa and decreased in HA/Collagen 80/20 and 70/30 samples 0.037 GPa."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Julia
"Penelusuran kolagen dari lapisan dalam rempela ayam kampung dan ayam negri diidentifikasi dengan cara tanpa perendaman dan dengan perendaman basa NaOH. Sifat fisiokimia kolagen dikarakterisasi dengan menggunakan Fourier Transform Infra Red (FTIR), Scanning Electron Microscopy (SEM), Energy Dispersive X-Ray (EDX) dan Sodium Dodecyl Sulphate - Polyacrylamide Gel Electrophoresis (SDS PAGE). Keberadaan kolagen dari sampel tanpa perendaman diketahui dari gugus fungsi molekul khas yang menyerap radiasi infra merah pada bilangan gelombang tertentu. Pada sampel dengan perendaman basa NaOH, memperlihatkan hilangnya gugus amida pada beberapa daerah jangkauan bilangan gelombang. Selain itu, perendaman juga mengurangi semua komponen kolagen dalam sampel. Kolagen yang berasal dari lapisan dalam rempela ayam merupakan kolagen tipe I dari hasil pemeriksaan bobot unit molekul sampel dengan uji SDS PAGE. Bentuk morfologi dari kolagen ini adalah berbentuk serat kecil dengan partikel-partikel kecil yang teramati menutup serat pada perbesaran kecil. Sementara kandungan atom penyusunnya merupakan susunan umum atom yang terdapat pada protein yaitu karbon, oksigen, fosfor dan sulfur dengan sedikit unsur pengotor.

The collagen resulted from inner layer of free-range chicken and broiler chicken gizzard were identified by means of submersion with NaOH base and without submersion. The physiochemical of collagen were characterized with Fourier Transform Infra Red (FTIR), Scanning Electron Microscopy (SEM), Energy Dispersive X-Ray (EDX) andSodium Dodecyl Sulphate – Polyacrylamide Gel Electrophoresis (SDS PAGE). The presence of collagens in sample without submersion were observed from typical molecular functional group absorbing infrared radiation at a particular wave number. Futhermore, in the sample with NaOH base submersion demonstrated that the loss of amide groups in some range areas of wave number. In addition, the submersion bring about decreating all component of collagen in sample as well. The collagens derived from inner layer of gizzard chicken were type I of collagen resulted from examination the sample unit weight with SDS PAGE. The morphology of collagens were a small fibers with small particles covered fibers in small magnification. The content of the contituent atoms were general arrangement of atoms in the protein such as oxygen, phospor and sulphur with slight impurities.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57906
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Ul Latifah
"Tulang adalah jaringan ikat dan merupakan bagian tubuh paling penting. Cacat tulang akibat trauma dan penyakit tulang menjadi salah satu masalah yang signifikan saat ini. Osteoarthritis (OA) adalah salah satu penyakit tulang rawan dengan prevalensi yang terus meningkat setiap tahunnya. Rekayasa jaringan tulang menjadi pengobatan alternatif dengan kombinasi sel, perancah, dan faktor sinyal. Perancah tulang harus memiliki sifat mekanik yang serupa dengan tulang, biokompatibilitas, dan biodegradabilitas yang baik. Pemilihan material yang tepat sangat penting dalam pembuatan perancah tulang karena biomaterial memiliki peranan penting dalam rekayasa jaringan tulang. Biomaterial seperti logam, polimer natural, polimer sintetis, keramik, dan kompositnya telah banyak digunakan dalam aplikasi biomedis. Kolagen tipe I merupakan salah satu biomaterial yang sering digunakan untuk perancah tulang. Pada penelitian ini, kolagen diekstrak dari ikan king kobia menggunakan metode deep eutectic solvent (DES). Kolagen tipe I hasil ekstraksi dengan metode DES memiliki yield sebesar 20.318%. Kolagen dikarakterisasi menggunakan SEM dan FTIR. Kolagen hasil ekstraksi digunakan dapat digunakan sebagai material perancah tulang dengan campuran alginat dan PVA. Perancah Kol/Alg/PVA dikarakterisasi dengan pengujian SEM, FTIR, uji tekan, porositas, laju degradasi, dan swelling. Perancah Kol/Alg/PVA memiliki porositas sebesar 29,98% dan memiliki laju degradasi yang bagus. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa perancah dapat digunakan untuk aplikasi perancah tulang.

Bones are connective tissue and are the most important part of the body. Bone deformities due to trauma and bone disease are a significant problem today. Osteoarthritis (OA) is a cartilage disease with a prevalence that continues to increase every year. Bone tissue engineering is an alternative treatment with a combination of cells, scaffolds and signaling factors. Bone scaffolds must have mechanical properties similar to bone, good biocompatibility and biodegradability. Selection of the right material is very important in the manufacture of bone scaffolds because biomaterials play an important role in bone tissue engineering. Biomaterials such as metals, natural polymers, synthetic polymers, ceramics and their composites have been widely used in biomedical applications. Type I collagen is one of the most frequently used biomaterials for bone scaffolding. In this study, collagen was extracted from king kobia fish using the deep eutectic solvent (DES) method. Type I collagen extracted using the DES method has a yield of 20.318%. Collagen was characterized using SEM and FTIR. Extracted collagen can be used as a bone scaffolding material with a mixture of alginate and PVA. Col/Alg/PVA scaffolds were characterized by SEM, FTIR, compression test, porosity, degradation rate, and swelling. The Col/Alg/PVA scaffold had a porosity of 29.98% and had a good degradation rate. The characterization results show that the scaffold can be used for bone scaffold applications."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Pujiningtyas
"Biji lengkeng (Dimocarpus longan Lour.) memiliki kandungan polifenol yang memiliki aktivitas antioksidan dan efek penghambatan tirosinase. Fitosom adalah nanovesikel lipid yaitu suatu sistem pembawa obat terutama ekstrak tumbuhan yang dapat meningkatkan absorpsi obat. Tujuan penelitian ini untuk memformulasi sediaan serum yang mengandung fitosom ekstrak biji lengkeng menggunakan koproses kasein-kolagen sebagai eksipien. Digunakan koproses kasein dengan kolagen karena kolagen memiliki manfaat dalam menjaga elastisitas kulit. Metode peredaman DPPH (2,2-Difenil-1-pikril hidrazil) digunakan untuk mengetahui nilai efficient concentration (EC50) ekstrak biji lengkeng dan uji penghambatan tirosinase dilakukan berdasarkan pengukuran dopakrom untuk memperoleh nilai inhibition concentaration (IC50). Efisiensi penjerapan fitosom dihitung berdasarkan penetapan kadar fenol total supernatan dengan metode Folin-Ciocalteu. Nilai EC50 dari ekstrak biji lengkeng sebesar 6,58 μg/mL. Uji penghambatan aktivitas tirosinase menunjukkan nilai IC50 sebesar 1795,93 μg/mL. Pembuatan fitosom dengan perbandingan fosfatidilkolin dan ekstrak sebesar 1,5 : 1 menunjukkan nilai efisiensi penjerapan sebesar 65,88%, nilai rata-rata diameter partikel (Z-average) sebesar 382,59 nm dan nilai polidispersitas (PDI) sebesar 2,03. Penggunaan koproses kasein-kolagen sebagai eksipien menghasilkan sediaan serum dengan viskositas rendah.

The longan seed (Dimocarpus longan Lour.) contains polyphenol compounds which have antioxidant activity and tyrosinase inhibitory effect. Phytosomes are lipid nanovesicles which can be used as a drug carrier systems especially drugs from plant extracts that can increase the absorption of the drug. The aim of this study is to formulate a serum containing longan seed extract phytosome using a coprocess of casein-collagen as an excipient. Casein was used in combination with collagen because of its benefit in maintaining skin elasticity. The DPPH (2,2-diphenyl-1-pycril hydrazil) radical scavenging method was used to determine the value of efficient concentration (EC50) of longan seed extract, whereas tyrosinase inhibitory assay of longan seed extract was measured based on dopachrome measurement to obtain the value of inhibition concentaration (IC50). The entrapment efficiency of the phytosome was calculated based on determination of total phenolic compounds in the supernatant by using the Folin-Ciocalteu method. The EC50 values ​​of longan seed extract was 6.58 μg/mL, the Z-average values was 382.59 nm and the polidispersity index (PDI) was 2,03. Tyrosinase inhibitory assay showed the IC50 values was 1795.93 μg/mL. Phytosome formulation with phosphatidylcholine and extract ratio of 1.5:1 showed the entrapment efficiency of 65,88%. The use of casein-collagen coprocess as an excipient resulted in a serum with low viscosity.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S54909
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisabeth Jeanny Oetama
"Penuaan merupakan proses alami dimana kandungan kolagen akan menurun dan menyebabkan menurunnya kekuatan tulang dan kandungan mineral tulang akibat meningkatnya aktivitas resorpsi tulang oleh sel osteoklas. Oleh karena itu, penelitian dilakukan dengan pemberian pakan yang mengandung kolagen dan trikalsium fosfat Ca3 PO4 2 pada Rattus norvegicus yang defisiensi kalsium untuk mengamati kandungan mineral tulangnya. Terdapat pula perlakuan berupa pakan mengandung Ca3 PO4 2. Analisa terhadap mineral tulang dilakukan menggunakan Fourier Transform Infrared FTIR , X-Ray Diffraction XRD , dan Scanning Electron Microscopy SEM . Nilai intensitas rata-rata dan median dari histogram citra SEM antara kelompok tikus yang diberi pakan mengandung kolagen dan Ca3 PO4 2 dengan tikus yang defisiensi kalsium menunjukkan perbedaan jumlah rongga tulang trabekularnya. Hasil XRD menunjukkan terpisahnya bidang 112 dan 300 secara lebih baik dengan penggunaan pakan mengandung kolagen dan Ca3 PO4 2 dibandingkan Ca3 PO4 2 saja. Terpisahnya bidang 112 dan 300 secara lebih baik menunjukkan pertumbuhan kristal apatit karbonat yang lebih cepat. Spektrum FTIR dari grup tersebut menunjukkan perbaikan pada gugus fosfat 590-650 cm-1 dan sekitar 1.100 cm-1 dan gugus karbonat 1.350-1.600 cm-1 . Dengan demikian, hasil penelitian ini menunjukkan pemberian pakan yang mengandung kolagen dan kalsium fosfat pada tikus yang mengalami defisiensi kalsium mampu memperbaiki kondisi mineral tulang dengan lebih baik daripada pakan yang mengandung kalsium fosfat saja.

Aging is a naturally occurring process in which collagen content will decrease and cause decreased of bone strength and bone mineral content due to increased activity of bone resorption by osteoclast cells. Therefore, This research was conducted by using feed containing collagen and tricalcium phosphate Ca3 PO4 2 fed to calcium deficient Rattus norvegicus to observe mineral in rat bones. In addition, there was group of calcium deficient rats fed with Ca3 PO4 2. The analysis of bone mineral was done using Fourier Transform Infrared FTIR , X Ray Diffraction XRD , and Scanning Electron Microscopy SEM . The mean and median intensity values of the SEM images histogram between rat fed with collagen and Ca3 PO4 2 and calcium deficient rat showed differences in the number of trabecular bone cavities. The XRD analysis showed there was better separation of plane 112 and 300 in the rats fed with collagen and Ca3 PO4 2 compared to Ca3 PO4 2 only. The better separation plane showed the faster growth of apatite carbonate. FTIR spectrum of that group showed enhancement of phosphate groups 590 650 cm 1 and about 1,100 cm 1 and carbonate groups 1.350 1.600 cm 1 . Thus, the result of this study showed the feed containing collagen and Ca3 PO4 2 given to calcium deficient rats improved bone mineral condition better than Ca3 PO4 2 only."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T51206
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natashya Vania
"Implantasi tulang merupakan proses penggantian tulang yang rusak untuk membantu proses perbaikan tulang. Material implantasi tulang yang digunakan adalah komposit HA/kolagen. Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi implantasi tulang tibia kelinci selama 28 hari untuk mempelajari pengaruh komposit HA/kolagen pada tulang defek diberi implan dan tulang defek yang tidak diimplan. Pada penelitian ini menggunakan kelinci New Zealand dengan berat 3,0-3,5 kg dan berumur 7 bulan. Tulang kelinci dikelompokkan menjadi 3 yaitu tulang kontrol (defek tulang tanpa diimplan), tulang perlakuan (defek tulang dengan diimplan) dan tulang sehat. Preparasi tulang diamati menggunakan mikroskop digital dengan perbesaran 10x, 20x, 40x, dan 100x. Citra mikroskop tulang diolah dalam Image J untuk mendapatkan nilai profil dan histogram. Berdasarkan analisis olah citra diperoleh pada kelompok tulang perlakuan terdapat regenerasi tulang, dilihat nilai mean dan standar deviasi sampel 1 dengan nilai 158,481 ± 45,856 sampel 2 dengan nilai 136,238 ± 43,613 dan sampel 3 dengan nilai 139,864 ± 44,542. Keadaan tersebut terjadi karena adanya proses jalinan hidroksiapatit pada kolagen didalam komposit sehingga terjadi remodelling mendekati dengan tulang sehat. Pada bagian implan dengan tulang baru terjadi resorpsi dan deposit kalsium fosfat sehingga pada area tersebut menimbulkan bagian yang sedikit buram.

Bone implantation is a process of replacing damaged bone to help the bone repair process. The bone implant material used is a Ha/collagen composite. Evaluation of tibial implantation in rabbits was carried out for 28 days to study the effect of the Ha/collagen composite on implanted defective bones and non-implanted defective bones. In this study used New Zealand rabbits weighing 3.0-3.5 kg and 7 months. Rabbit bones were grouped into 3 groups ; control bones (defects without implants), treatment bones (defects with implants) and healthy bones. Bone preparations were observed using a digital microscope with magnifications of 10x, 20x, 40x, and 100x. Bone microscope images are processed in Image J to obtain profile and histogram. There is the treated bone group bone regeneration, from the mean and standard deviation of sample 1 with a value of 158.481 ± 45.856 sample 2 with a value of 136.238 ± 43.613 and sample 3 with a value of 139.864 ± 44.542. This situation occurs because of the hydroxyapatite bonding process on the collagen in the composite so that remodeling occurs close to healthy bone. In the implant area with new bone, there is resorption and deposition, that the area causes a blurry."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>