Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176909 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tanya Herdita
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan di DKI Jakarta antara lain di kelurahan Paseban. Untuk merencanakan pemberantasan DBD, pengetahuan tentang kepadatan dan tempat berkembang biak vektor DBD diperlukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepadatan larva Ae.aegypti berdasarkan ada tidaknya penutup container sebagai upaya mempersiapkan pemberantasan vektor DBD. Survei keberadaan larva Ae.aegypti dilakukan pada tanggal 2-3 Mei 2009 di Paseban Timur, Jakarta Pusat. Pengambilan data dilakukan di 100 rumah dengan metode single-larvae, yaitu mengambil satu larva di setiap container lalu diidentifikasi menggunakan mikroskop. Container kemudian dikategorikan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok container berpenutup dan container yang tidak berpenutup. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji chi-square untuk mengetahui hubungan penutup container dengan keberadaan larva. Dari 100 rumah yang diteliti didapatkan house index sebesar 19 %, container index 14,80 %, dan breteau index 41. Sebagian besar larva (84,47%) ditemukan pada container tanpa penutup. Namun pada uji chi-square tidak didapatkan perbedaan bermakna antara container yang memakai penutup dan tanpa penutup (p=0,218). Dapat disimpulkan bahwa kepadatan dan penyebaran DBD di Paseban Timur termasuk tinggi dan keberadaan larva Ae.aegypti tidak berhubungan dengan ada tidaknya penutup pada container.

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is a major public health problem in Jakarta, including Paseban village. To control DHF, data of vector density and its breeding site is needed. The purpose of this research is to determine the density of DHF vector according to the cover of container and Ae.aegypti larvae existence as DHF vector eradication program preparation. The survey of Ae.aegypti larvae existence was conducted in 2-3 May 2009 at East Paseban, Central Jakarta. Data collection was conducted in 100 houses using single larvae method, by taking one larvae from each container in a house then identified them with microscope. The container is categorized into 2 (two) main category, ones container with the cover and container without cover. Collected data is analyzed using chi-square test to know the correlation between the cover of container and the existence of Aedes sp. From the surveyed house, the house index was 19 %, container index was 14,80 %, and Breteau index was 41. Most of the larvaes (84,47%) were found in container without cover. There is no association between Ae.aegypti density and container cover (p=0,218) from chi-square test, thus it was concluded that the DHF spread in Paseban district is considered high and the existence of Aedes sp. larvae was not associated by the container cover usage."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggara Mahardika
"Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Jakarta antara lain di Kelurahan Paseban. Pada tahun 2008 terdapat 105 penderita DBD di Kelurahan Paseban dan pada tiga bulan pertama pada tahun 2009 terdapat 44 penderita. Untuk memberantas DBD diperlukan survei entomologi untuk mendapatkan data dasar. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan larva Ae.aegypti dan hubungannya dengan ada tidaknya pencahayaan container. Desain penelitian ini adalah cross sectional dan data diambil pada tanggal 2-3 Mei 2009 di RW 03 Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat. Survei dilakukan di 100 rumah dengan metode single-larvae. Container yang terbilang mendapat pencahayaan terang adalah container yang mendapatkan pencahayaan langsung sinar matahari atau lampu sedangkan yang terbilang mendapat pencahayaan gelap adalah container yang tidak mendapat pencahayaan secara langsung. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan chi-square test untuk mengetahui hubungan keberadaan larva dengan pencahayaan container. Dari 100 rumah yang diteliti didapatkan house index sebesar 19 %, container index sebesar 14,8 %, dan Breateu index sebesar 41. Kontainer dengan pencahayaan gelap yang positif larva (7.58%) lebih banyak dari container pencahayaan terang (7.22%), namun pada chi square test didapatkan p=0,316 yang berarti tidak terdapat perbedaan bermakna. Disimpulkan kepadatan dan penyebaran vektor DBD di Paseban Timur termasuk tinggi dan keberadaan larva Ae.aegypti tidak berhubungan dengan pencahayaan container.

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is a disease that becomes a public health problem in Jakarta, particularly in Paseban District. In the year 2008 there were 105 cases of DHF and in the first three months of the year 2009 there were 44 cases. In order to control the vector of DHF, it is necessary to conduct an entomology survey to collect the baseline data. Therefore this research is conducted to determine the density of DHF vector according to the illumination of the containers. The design of the study is cross sectional and the survey was conducted on May 2nd and 3rd 2009 in East Paseban, Central Jakarta. The data was collected from 100 houses with the single-larvae method. The containers that is claimed as the containers with bright illumination is the containers illuminated directly by the sun light or lamp and the one that is claimed as the containers with dark illumination is the containers not-illuminated directly. The collected data is analyzed by using chi-square test. From 100 houses that were analyzed, it was discovered that the value of house index is 19 %, container index is 14.8 %, and Breateu index is 41. From that data, the spreading of DHF disease in East Paseban district is considered high. The containers with dark illumination, which have positive larvae is higher (7.58%) than the one with bright illumination (7.22%), However it is found that the value of p=0.316 (p>0.05) from the chi-square test which shows that there is no significant difference. It is concluded that the density and the distribution of the DHF vector in East Paseban is high and the existence of the Ae.aegypti larvae is not correlated with the illumination of the containers."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Steven Jonathan
"Penyakit demam berdarah dengue (DBD) telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di Jakarta, termasuk di Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat. Pemberantasan penyakit ini terutama dilakukan melalui pemberantasan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektornya. Dalam upaya pemberantasan vektornya tersebut dilakukan juga penyuluhan pada masyarakat tentang bagaimana menjaga kebersihan lingkungan rumah demi mencegah berkembangnya vektor DBD.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keberadaan vektor DBD di dalam rumah sebelum dan sesudah penyuluhan sehingga dapat diketahui pengaruh penyuluhan dalam memberantas vektor DBD. Survei vektor DBD dilakukan dua kali, yakni pada tanggal 3 Mei 2009 (sebelum penyuluhan) dan tanggal 4 Juni 2009 (setelah penyuluhan) di Paseban Timur yang merupakan daerah dengan kasus DBD yang tinggi di Jakarta Pusat. Pengambilan data dilakukan di 100 rumah menggunakan metode larva tunggal (mengambil satu larva di tiap container yang ada di dalam rumah dan diidentifikasi menggunakan mikroskop). Data yang terkumpul lalu dianalisis menggunakan uji McNemar untuk memperoleh hubungan penyuluhan terhadap keberadaan vektor.
Dari 100 rumah yang diteliti sebelum penyuluhan, didapatkan angka keberadaan larva dalam rumah sebesar 11,40 %. Setelah dilakukan penyuluhan, didapatkan angka keberadaan larva dalam rumah sebesar 5,70 %. Dari analisis menggukan uji McNemar, terdapat hubungan antara penyuluhan dengan keberadaan larva, dengan nilai p sebesar 0,041. Disimpulkan bahwa keberadaan vektor DBD di dalam rumah sesudah penyuluhan lebih rendah daripada sebelum penyuluhan.

Dengue haemorrhagic fever (DHF) has become a problem in public health especially in Paseban District, Central Jakarta. Controling the disease is mainly done by controling Aedes aegypti as the vector of the disease. In order to control the vector, informations are given to people about keeping their house environment clean to prevent the development of the DHF vector.
The objective of this study is to determine the presence of DHF vector, inside the house, before and after the briefing given, so it could be known whether the briefing is helpful or not. The surveys of DHF vector presence were conducted in twice, first was at 3rd of May 2009 (before the briefing given), and second was at 4th of June 2009 (after the briefing given) in East Paseban, which is considered as an area with high cases of DHF in Central Jakarta. Data collecting was conducted in 100 houses with single-larvae method (taking one larvae from each container in a house then identified them by using microscope). The data collected will be analyzed by McNemar test to know the correlation between the briefing and the vector presence.
From 100 houses surveyed before the briefing, the percentage of vector presence was 11,40 %. After the briefing, the percentage was reduced to 5,70 %. From McNemar test analysis, it was found that there is a correlation between the briefing and the vector presence, p = 0.041. Concluded then, that the vector presence inside the house after the briefing was reduced, compared with the vector presence before the briefing.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pohan, Muhammad Alvin Shiddieqie
"Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang memiliki angka kejadian yang sangat serius di Kabupaten Lebak, Jawa Barat, dengan kepadatan nyamuk Aedes sp yang cukup tinggi. Survei akan masalah ini dilakukan pada tanggal 1 ? 3 Desember 2008 di Desa Cikumpay. Dimana Desa Cikumpay ini menurut data dinas kesehatan setempat merupakan salah satu dari sekian banyak desa di Kabupaten Lebak yang angka penderita DBD cukup tinggi. Penelitian ini dilakukan terhadap 100 rumah warga setempat, yang diteliti adalah hubungan warna container dengan keberadaan larva Aedes sp. dengan cara mengambil larva yang ditemukan pada container tersebut, dengan sekali cidukan, metode ini dinamakan single larvae method. Lalu container dikatagorikan menjadi dua kelompok besar, yaitu container dengan warna gelap dan container yang berwarna terang, lalu diberi labelm sehingga membuang kerancuan,setelah itu larvae yang ditemukan tersebut diindentifikasi dengan alat bernama stereomikroskop, dan kita melakukan pemasukan data ke SPSS for windows 13 version dan dilakukan uji untuk mencari hubungan keduanya, uji yang dimaksud adalah uji analisis chi-square. Dari 100 rumah yang telah diteliti didapatkan hasil berupa house index sebesar 26%, container index sebesar 11,8%, dan breateu index sebesar 38. Hal ini menunjukan bahwasannya tingkat penyebaran akan DBD di Desa Cikumpay dapat digolongkan tinggi, hal yang mendasarinya adalaha house index lebih dari 10%. Dari segi penemuan larva, hampir sebagian besar larva yang ditemukan didapatkan pada container berwarna terang, yaitu 21 container (6,55%), hal ini berbanding terbalik dengan container yang berwarna gelap, dimana hanya diperoleh hasil 17 container (5,29%) yang mengandung larva. Dari hasil uji analisis menggukan chi-square, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara warna container dengan keberadaan larva Aedes sp, dengan nilai p sebesar 0,529 (p>0,05).

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an endemic disease in Lebak district, West Java, with the main vector is Aedes sp.. According to local health center?s data, Cikumpay subdistrict is considered as an area with high number of DHF cases in Lebak district. This study was conducted in 1-3 December 2008, which involved 100 houses, and focused on the association between Aedes sp. larva?s existence and the color of containers. The containers are divided into two distinct groups; dark-colored containers and bright-colored containers. Existing larvas were taken by single-larval method and identified with stereomicroscope. The collected data was processed by SPSS For Windows 13th version with chi-square analysis. This analytic-observational study of 100 houses shows that Cikumpay subdistrict has 26% house index; 11,8% container index; and 38 breateu index. More Aedes sp. larvas were found in bright-colored containers (6,55%), while in dark-colored containers showed only 5,29%. Chi-square test analysis confirmed the p count is 0,529 (p >0,05). Therefore, there is no association between container colors and larva?s existence."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maruli Wisnu Wardhana Butarbutar
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat merupakan salah satu zona merah DBD pada bulan Maret 2009 sehingga perlu dilakukan pemberantasan vektor DBD, Aedes aegypti. Untuk dapat memberantas vektor DBD dengan tepat, perlu diketahui tempat berkembang biak, angka kepadatan dan penyebarannya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keberadaan larva di container luar rumah di Paseban Barat dan Paseban Timur. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2-3 Mei 2009. Penelitian berupa survei larva di 100 rumah di Paseban Barat dan Paseban Timur. Container luar rumah yang ditemukan dibagi berdasarkan wilayah Paseban. Data dianalisis menggunakan chi square’s test untuk mengetahui hubungan wilayah dengan keberadaan larva Ae.aegypti di container luar rumah. Dari 100 rumah yang disurvei di Paseban Barat didapatkan house index 12%, container index 5,98% dan breteau index sebesar 18 sedangkan dari 100 rumah di Paseban Timur didapatkan house index 27%, container index 15,04%, dan breteau index sebesar 40. Dari seluruh container luar rumah di Paseban Barat, hanya satu container yang positif larva sedangkan di Paseban Timur container yang positif larva sebanyak 14 buah. Pada chi square’s test didapatkan nilai p=0,000 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara keberadaan larva Ae.aegypti di container luar rumah di Paseban Barat dan Paseban Timur. Disimpulkan bahwa kepadatan dan penyebaran vektor DBD di Paseban Timur lebih tinggi daripada Paseban Barat; dan keberadaan larva Ae.aegypti di container luar rumah di Paseban Timur lebih tinggi daripada Paseban Barat.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a public health problem in Indonesia. Paseban District, Central Jakarta became a DHF red zone at March 2009 so that the DHF vector, Aedes aegypti, must be eradicated. In order to control the vector well; the breeding places, larval density and larval spreading must be known. The purpose of this study was to determine the existence of Ae.aegypti larvae in outdoor containers in West Paseban and East Paseban. This study did at 2-3 May 2009. It was a larvae survey in 100 houses in each West Paseban and East Paseban. The outdoor containers were divided into two categories based on Paseban area, West Paseban outdoor containers and East Paseban outdoor containers. The data were analyzed by chi square’s test to know the correlation between Paseban area and the existence of Ae.aegypti larvae in outdoor containers. From 100 houses surveyed in West Paseban, the house index was 12%, the container index was 5,98% and the breteau index was 18. From 100 houses surveyed in East Paseban, the house index was 27%, the container index was 15,04% and the breteau index was 40. From all outdoor containers found, there was one larval positive container in West Paseban and there were fourteen larval positive containers in East Paseban. From chi square’s test, the p = 0,000 which means there is correlation between Paseban area and the existence of Ae.aegypti larvae in outdoor containers. The conclusions were the larval density and larval spreading in East Paseban was higher than West Paseban; and the the existence of Ae.aegypti larvae in outdoor containers in East Paseban was higher than West Paseban."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alexandra Gabriella
"Di Indonesia Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat karena jumlah penderitanya banyak dan penyebarannya luas. Kelurahan Paseban merupakan salah satu kelurahan di daerah Jakarta Pusat yang termasuk zona merah oleh karena itu perlu dilakukan pemberantasan vektor DBD di wilayah tersebut. Pemberantasan perlu dilakukan oleh seluruh warga dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Aedes aegypti. Agar PSN tepat sasaran maka masyarakat harus dibekali pengetahuan melalui penyuluhan. Penelitian ini bersifat eksperimental yaitu dengan intervensi berupa penyuluhan mengenai cara memberantas vektor DBD. Survei entomologi dilakukan sebelum dan sesudah penyuluhan, kemudian kepadatan dan penyebaran vektor DBD dibandingkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran Ae. Aegypti di daerah Paseban Barat sebelum dan sesudah warga mendapat penyuluhan. Penelitian menggunakan data primer yang diambil pada bulan Mei 2009 (pretest) dan Juni 2009 (posttest). Survei entomologi dilakukan dengan single larval method di 100 rumah di Paseban Barat, Jakarta Pusat. Data dikelompokan dan diolah hingga didapatkan indeks indikator berupa house index (HI), container index (CI) dan breteau index (BI). Hasilnya menunjukkan bahwa HI turun dari 14% menjadi 8%, CI dari 6,3% menjadi 3,1% dan BI dari 16 menjadi 8. Hal ini menunjukkan bahwa Paseban Barat tidak lagi menjadi daerah risiko tinggi penularan DBD karena indeks indikator memenuhi standar minimal WHO. Selanjutnya dilakukan uji Mc Nemar untuk menguji variabel kategorik secara komparatif yang berpasangan.
Hasil menunjukkan penurunan tidak bermakna jumlah rumah yang positif ditemukan larva antara sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan (p>0,05). Disimpulkan bahwa penurunan angka penyebaran vektor di Paseban Barat tidak berhubungan dengan penyuluhan.

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is one of pulblic health problem in Indonesia despite its high insidence and wide spread of the disease. Paseban village is one of the red zone in Centre of Jakarta, therefore controlling of the dengue vector is needed to be done. Controlling dengue vector should be done not only by goverment intent, but also people in the neighborhood held an important role in this musquito vector control. This is an experimental study with health promotion as the intervention. People in Paseban village was given knowledge about DHF through health promotion short lecture. Entomology surveylance was held, the density and distribution of Aedes aegypti being compared between before and after the health promotion.
This research is targeted to get a figure of Ae. Aegypti distributuion in West Paseban before and after the health promotion. This study used a primary database taken in May 2009 and June 2009. Entomology surveylance using single larval method to 100 houses in west Paseban, Centre of Jakarta. Data was being categorized and counted to get indicator value such as house index (HI), container index (CI) and breteau index (BI). The result shows decreasing value of HI from 14% to 8%, CI from 6,3% to 3,1% and BI from 16 to 8. This condition shows that West Paseban was no longer a high risk area according to WHO's minimal standard.
Mc Nemar test was used to examine comparative paired categorical variable, the result shows there wasn't a significance decrease in larval-positive houses after the health promotion (p>0,05). It is concluded that the decreasing value of larval-positive houses has no relevance to health promotion.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsya Maryami N
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan di DKI Jakarta, salah satunya di kelurahan Paseban. Pemberantasan DBD hanya dapat dilakukan dengan memberantas vektornya. Oleh karena itu, untuk merencanakan pemberantasan vektor DBD, maka diadakan penyuluhan kepada masyarakat. Setelah diadakan penyuluhan, dilakukan lagi survei untuk mengetahui keberadaan larva Aedes aegypti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan larva Aedes aegypti berdasarkan volume air container setelah penyuluhan demam berdarah dengue. Survei dilakukan pada tanggal 21 Juni 2009 di Paseban Barat. Pengambilan data dilakukan di 100 rumah dengan single-larval method, yaitu mengambil satu larva di setiap container lalu diidentifikasi menggunakan mikroskop. Container kemudian dikategorikan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok container dengan volume air < 1 liter dan container dengan volume air > 1 liter. Data container yang terkumpul dianalisis menggunakan uji chi-square untuk mengetahui hubungan volume air container dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Dari 100 rumah yang diteliti didapatkan house index sebesar 11%, container index 4,3%, dan breteau index 14. Tingkat penyebaran DBD di Kelurahan Paseban termasuk tinggi, dilihat dari angka house index yang lebih tinggi dari 10%. Sebagian besar larva ditemukan pada container dengan volume air < 1 liter yaitu 9 container, sedangkan container dengan volume air > 1 liter 5 container. Dari uji chi-square, didapat nilai p sebesar 0,046, yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara keberadaan larva dengan volume air container. Disimpulkan bahwa keberadaan larva Aedes aegypti berhubungan dengan volume air container.

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is considered as one of major public health problem in DKI Jakarta, including Paseban village. The control of dengue can only be done by eradicating the vector, Aedes aegypti. Therefore, to plan the eradication of dengue vector, the health education is required. After the health education, the survey should be conducted to determine the presence or larvae Aedes aegypti. The purpose of this study was to determine the presence of Aedes larvae aegypti according to the water volume of the container based on a survey conducted on 21 June 2009 in West Paseban which is one of the areas with high dengue cases in Central Jakarta. The data carried in 100 homes with a single-larval method, which took a larva in each container and then identified them using a microscope. Container then categorized into 2 groups, container with water volume ≤ 1 litre and container with water volume > 1 litre. Data were collected and analyzed using chi-square test to determine the association between the existence of Aedes aegypti larvae and the water volume of container. From the surveyed house, the house index was 11%, container index was 4,3%, and breateu index was 14. The DHF spread in Paseban village is considered high because the house index exceed 10%. Most of the larvaes were found in container with water volume < 1 litre 9 container, compared to container with water volume > 1 litre only 5 container. From the chi-square test analysis, we found that p count is 0,046, which means there is meaningful association. We conclude that there is association between the existence of Aedes aegypti larvae with the water volume of container."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Indonesia, seperti banyak negara di wilayah tropis dan subtropis lainnya, merupakan wilayah endemik penyakit Demam Berdarah Dengue (DHF). Di Kodya Denpasar, kasus DHF terus meningkat dari tahun ke tahun selama kurun 2002 -2008. Penelitian cross sectional ini dilakukan di di Banjar Graha Kerti dan Banjar Kerta Petasikan, Kelurahan Sidakarya, Denpasar, dengan tujuan untuk mengetahui adanya larva nyamuk Aedes dan tingkat kepadatannya di rumah penduduk di kedua lokasi tsb. Semua rumah di kedua Banjar tsb diikutkan sebagai sampel penelitian. Semua tempat air yang ditemukan di dalam rumah diperiksa untuk kemungkinan adanya larva nyamuk dan ditetapkan speciesnya (Aedes, Culex dan Anopheles). Dari 262 rumah, didapatkan sebanyak 869 tempat air tergenang dan 68 di antaranya mengandung larva Aedes, terdiri dari 37 Aedes aegypti, 14 A. albopictus, dan campuran A. aegypti dan A. albopictus. House Index untuk Aedes adalah 17.2% dan Bruteau Index untuk Aedes adalah 20.6%, yang menunjukkan bahwa Aedes di Br Graha Kerti dan Banjar Kerta Petasikan mempunyai potensi
untuk menularkan kasus-kasus DHF. Disarankan agar pelaksana program pengendalian kasus DHF di Kota Denpasar mengenali sifat-sifat biologis dari Aedes, termasuk lokasinya dalam tempat-tempat air di rumah tangga."
610 JKY 20:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Winoyoko Sidimontro
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang endemis di Kabupaten Lebak, Jawa Barat, dengan vektor utama adalah nyamuk Aedes sp. Survei keberadaan larva Aedes sp. dilakukan pada tanggal 1 - 3 desember 2008 di Desa Cikumpay yang merupakan daerah dengan kasus DBD yang tinggi di Kabupaten Lebak. Temperatur saat pengambilan data berkisar antara 24 oC pada malam hari hingga 35 oC pada siang hari dengan tingkat kelembapan mencapai 90%. Pengambilan data dilakukan di 100 rumah dengan metode single-larvae, yaitu mengambil satu larva di setiap container pada satu rumah lalu diidentifikasi menggunakan stereoskop. Container tersebut nantinya akan dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu air hujan, air tanah, dan air PAM. Data yang terkumpul lalu dianalisis menggunakan uji chi-square untuk mengetahui hubungan sumber air container terhadap keberadaan larva. Dari 100 rumah yang diteliti didapatkan house index sebesar 26%, container index sebesar 11,8%, dan breateu index sebesar 38. Tingkat penyebaran DBD di Desa Cikumpay tergolong tinggi karena memiliki house index lebih dari 10%. Sebagian besar larva ditemukan pada container berisi air hujan, yaitu 16 container (5%). Dari hasil analisis menggunakan uji chi-square, terdapat hubungan antara sumber air container dengan keberadaan larva, dengan nilai p sebesar 0,001 (p<0,05).

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is an endemic disease in Lebak district, West Java, with the main vector is Aedes sp.. The survey of Aedes sp. Larvae existence was conducted in 1-3 December 2008 in Cikumpay subdistrict, which is considered as an area with high case of DHF in Lebak district. The temperature during data collection ranged from 24 oC in the night to 35 oC in the midday with humidity up to 90%. The survey was conducted in 100 house using the single-larval method, which is taking a larva from each container the identifying them with stereoscope. The container will be divided into 3 distinct categories, rain water, ground water, and pipe water. The data collected were analyzed using chi-square test to find the association between the container water and the larvae existence. From the 100 houses surveyed, the house index was 26%; container index was 11,8%; and breateu index was 38. The spread of DHF in Cikumpay sub-district is considered as high because the house index is more than 10%. More larvae were found on containers with ground water, that is 16 containers (5%). The chi-square test analysis, showed that there is association between container water supply and larvae existence, with the p count is 0.001 (p<0.05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S44161
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Varalisa Rahmawati
"

Pendahuluan: Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang ditularkan melalui vektor dan masih menjadi perhatian di Indonesia. Sampai saat ini, pengendalian vektor menjadi upaya pencegahan utama karena belum adanya vaksin DBD di Indonesia. Akan tetapi, tidak ada penelitian terkait aktivitas insektisida deltametrin dan malation terhadap morfologi dan histologi midgut Ae.aegypti. Objektif: Studi ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas larvisidal deltametrin dan malation terhadap morfologi dan histopatologi midgut larva Ae.aegypti. Metode: Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental. Sampel penelitian ini berupa larva instar III-IV Ae. aegypti. Aktivitas larvasidal deltametrin dan malation diketahui dengan bioassay sesuai protocol WHO selama 24 jam pada lima konsentrasi berbeda dari tiap insektisida dan lima kali ulangan. Larva yang mati akan diamati dengan mikroskop diseksi untuk mengetahui morfologinya. Selain itu, larva yang mati akan dibuat potongan sediaan patologi anatomi dengan pewarnaan hematoksilin-eosin. Data mortalitas larva selanjutnya akan diolah dengan SPSS untuk menganalisis korelasi konsentrasi dengan mortalitas larva serta menentukan konsentrasi letal insektisida (LC50 dan LC99). Hasil: Larva pada kontrol tidak ada yang mati dan tidak ditemukan adanya perubahan morfologi maupun histologi. Persentase mortalitas larva Ae.aegypti setelah paparan deltametrin dan malation selama 24 jam, secara berurutan, 15,2-100% dan 4,8-100%. LC50 dan LC99 deltametrin dan malation selama 24 jam, secara berurutan adalah 0,007 ppm (95% Cl=0,006-0,009) dan 0,312 ppm (95% Cl=0,203-0,529); serta 0,053 ppm (95% Cl=0,045-0,062) dan 0,915 ppm (95% Cl=0,652-1,398). Deltametrin menyebabkan terjadinya kerusakan di toraks, abdomen, sifon, dan insang anal, serta terlepasnya setae, dan penipisan kutikula.   Sedangkan, malation menyebabkan terjadinya kerusakan di kepala, toraks, abdomen, sifon, insang anal, dan kutikula serta terlepasnya setae. Nekrosis sel epitel gastrointestinal adalah perubahan histopatologis midgut utama yang ditemukan pada larva Ae.aegypti baik setelah paparan deltametrin maupun malation. Kesimpulan: Deltametrin dan malation efektif membunuh larva Ae.aegypti dengan efektivitas deltametrin yang lebih tinggi dibandingkan malation. Aktivitas larvisidal deltametrin dan malation menyebabkan perubahan morfologi dan histopatologi midgut larva melalui mekanisme yang berbeda. Sasaran kerja deltametrin dan malation untuk kerusakan morfologis meliputi kutikula, setae, segmen anal, saluran pencernaan dan pernapasan. Malation juga menyebabkan kerusakan di kepala larva. Sedangkan sasaran kerusakan histopatologisnya pada struktur midgut oleh deltametrin dan malation adalah lapisan epitel gastrointestinalnya, sel epitel, dan mikrovili.

 


Introduction: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a vector-borne disease that is still a concern in Indonesia. Until now, vector control has become the main prevention effort because there is no dengue vaccine in Indonesia. However, there are no studies that discuss the insecticidal activity of deltamethrin and malathion on the morphology and histology of Ae.aegypti midgut. Objective: This study aims to determine the larvicidal activity of deltamethrin and malathion on the morphology and histopathology of midgut larvae of Ae.aegypti. Method: The design used in this study is experimental. The sample of this research is larvae instar III-IV Ae. aegypti. The larvicidal activity of deltamethrin and malathion was determined by the bioassay technique according to WHO protocol for 24 hours at five different concentrations of each insecticide and five replications. The dead larvae was observed under a dissecting microscope to find out their morphology. Also, the dead larvae was made into pieces of anatomical pathology with hematoxylin-eosin staining. The larval mortality data was processed with SPSS to analyze the correlation between concentration and larval mortality and to determine the lethal concentration of insecticides (LC50 and LC99). Results: None of the larvae in the control died and no morphological or histological changes were found. The mortality percentage of Ae.aegypti larvae after 24 hours of deltamethrin and malathion exposure was 15.2-100% and 4.8-100%. LC50 and LC99 deltamethrin and malathion for 24 hours, respectively 0.007 ppm (95% Cl = 0.006-0.009) and 0.312 ppm (95% Cl = 0.203-0.529); and 0.053 ppm (95% Cl = 0.045-0.062) and 0.915 ppm (95% Cl = 0.652-1.398). Deltamethrin causes damage to the thorax, abdomen, siphons, and anal gills, as well as detachment of setae, and thinning of the cuticles. Meanwhile, malathion causes damage to the head, thorax, abdomen, siphons, anal gills, and cuticles as well as detachment of the setae. Gastrointestinal epithelial cell necrosis is the main midgut histopathological change found in Ae.aegypti larvae either after exposure to deltamethrin or malathion. Conclusion: Deltamethrin and malathion were effective in killing Ae.aegypti larvae with higher effectiveness of deltamethrin than malathion. The larvicidal activities of deltamethrin and malathion cause morphological and histopathological effects in the midgut larvae through different mechanisms. The targets of action of deltamethrin and malathion for morphological damage include cuticles, setae, anal segment, gastrointestinal and respiratory tract. Malathion also causes damage to the head of the larva. Meanwhile, the targets of histopathological damage to the midgut structure by deltamethrin and malathion are the gastrointestinal epithelial layer, epithelial cells, and microvilli.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>