Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 197318 dokumen yang sesuai dengan query
cover
William Riswanto
"Semua material berbahan dasar logam dapat mengalami degradasi material dan degradasi material memiliki banyak jenis, salah satunya korosi yang berbentuk sumuran. Studi pengaruh posisi penempatan coupon test terhadap pembentukkan korosi sumuran pada UNS 30400, UNS 20100, dan AISI 1015 dilakukan dengan menggunakan reaktor mekanik dalam media NaCl 3,5% teraerasi dengan posisi kupon arah jam 12, jam 9 dan jam 6 jika direpresentasikan pada jaringan pipa. Pengaruh laju aliran terhadap pembentukkan korosi sumuran telah banyak diteliti, dimana didapat bahwa korosi sumuran dapat tumbuh pada jenis aliran laminar maupun aliran turbulen. Serta memiliki kecepatan alir kritis untuk pertumbuhan korosi sumuran dengan kecepatan 1,5 m/s. Bentuk-bentuk korosi yang terjadi dianalisa dengan menggunakan mikroskop optik dan menggunakan metode pengurangan berat. Dari karakterisasi ini diperoleh bahwa posisi penempatan kupon dan laju alir mempengaruhi bentuk korosi sumuran yang terjadi, sehingga hasil dapat merepresentasikan bagian dalam pipa yang paling berbahaya jika terjadi korosi sumuran.

Degradation occur in every metal based material, one of the degradation is pitting corrosion. Influence of coupon test position with formation of pitting corrosion at UNS 30400, UNS 20100, and AISI 1015 done by mechanics reactor in aerated 3,5% sodium chloride represented an internal pipeline position with 6 o’clock, 9 o’clock, and 12 o’clock position. There are many researchs about influence of fluid flow to pitting corrosion formation, it shows that pitting corrosion happened in every flow regime either in laminar flow or turbulent and has a critical velocity for stable pit growth is 1,5 m/s. In this research, form of pitting corosion examine by optical microscope and weight loss method. From this characterization informed that position of coupon test and fluid flow influence the pit form, so this result can represent the most severe position for pitting corrosion inside the pipe."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44262
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Rahmah
"Baja tahan karat merupakan material yang rentan terhadap sumuran karena ion agresif Cl-. Telah diketahui bahwa terdapat kecepatan kritikal bagi baja tahan karat untuk menginisiasi sumuran, dalam lingkungan Cl-. yaitu 1,5 m/s. Investigasi terhadap pengaruh aliran kritikal tersebut pada kerentanan sumuran baja tahan karat UNS S30400 dan UNS S15500 dilakukan dengan merendam sampel dengan posisi horizontal dan vertical pada masing-masing jenis sampel pada larutan NaCl 3,5% dengan reactor mekanik yang memutar air dengan kcepatan 1 m/s dan 2 m/s yang dikonversi menjadi 84 rpm dan 169 rpm.
Hasilnya dianalisis dengan weight loss dan foto mikro, serta uji polarisasi untuk mengetahui laju korosinya. Dari pengujian dengan foto mikro didapatkan pada aliran lebih rendah yaitu 1 m/s terdapat lebih banyak sumuran yang terbentuk, dan pada sampel UNS S15500 diamati bahwa morfologi sumuran yang terbentuk lebih lebar setengah hingga empat kalinya daripada sampel UNS S30400. Kemudian, dari hasil foto mikro pada sampel dengan penempatan posisi yang berbeda tidak ditemukan perbedaan berarti. Dari hasil weight loss didapati di dua kecepatan kehilangan berat sampel UNS S30400 lebih besar daripada sampel UNS S15500, yang mana berkebalikan dengan hasil uji polarisasi.

Stainless steel is a material that is susceptible to pitting because of aggressive ions Cl-. It is known that there is a critical flow rate for stainless steel to initiate pitting, in aggressive ions Cl- environment, which is 1.5 m/s. Investigations of the influence of these on the susceptibility of pitting on stainless steel type UNS S30400 and UNS S15500 is done by soaking the samples with horizontal and vertical position of each sample in 3.5% NaCl solution with mechanical reactor which rotating the solution in 1 m / s and 2 m/s that were converted to 84 rpm and 169 rpm.
The results were analyzed with weight loss and micro photos, as well as polarization testing to determine the corrosion rate. From testing with micro photos, it was obtained that at lower flow rate, which is 1 m / s there is more pitting formed, and it was observed from UNS S15500 samples, the morphology formed pitting up to a half to four wider than the sample UNS S30400. But, from the micro photos, samples which were placed on different positions, there were not found significant differences. From the results of weight loss was found in two samples that corrosion rate of UNS S30400 samples are larger than UNS S15500 samples, which is contradiction to the polarization test result.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44249
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Cahyono
"Penelitian efek perlakuan panas pada ketahanan korosi pitting dan struktur mikro pada lasan berulang material super duplex stainless steel UNS S32760 dievaluasi melalui uji korosi pitting, karakterisasi struktur mikro, dan analisis SEM-EDS. Spesimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lasan asli (OW) dan spesimen pengelasan berulang yang diberikan perlakukuan panas, yaitu lasan yang diulang sekali (HR1), lasan yang diulang dua kali (HR2), dan lasan yang diulang tiga kali (HR3).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa OW menunjukan ketidakseimbangan fraksi ferit-austenit yang signifikan yang mengurangi ketahanan korosi pitting. Perlakuan panas pada temperatur 1100 ºC secara bertahap dapat mengembalikan keseimbangan fraksi ferit-austenit dan melarutkan fasa intermetalik sehingga meningkatkan sifat ketahanan korosi pitting pada spesimen lasan berulang, HR1, HR2, dan HR3.

The effect of heat treatment on the pitting corrosion resistance and microstructure of UNS S32760 super duplex stainless steel`s repeated welds was investigated through a pitting corrosion test and microstructure characterization. The specimens include an original weld (OW) and three heat-treated specimens, namely a once-repeated weld (HR1), a twice-repeated weld (HR2), and a three-time-repeated weld (HR3).
The results show that the OW represents a significant imbalance of ferrite-austenite fractions reducing the pitting corrosion resistance. Conversely, 1100 ºC heat treatment on HR1, HR2, and HR3 gradually returns the equilibrium of ferrite-austenite fractions and dissolve intermetallic phase which improves the pitting corrosion resistance.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhli
"Korosi merupakan kegagalan yang sering terjadi pada industri minyak dan gas bumi Menghambat terjadinya korosi dengan mengisolir logam dari lingkungan terkorosi pada industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu cara efektif untuk menghindari terjadi kegagalan korosi. Penggunaan inhibitor alami menjadi pihan utama belakang ini karena aman murah dan yang terpenting bahan tersebut biodegradable dan tidak berbahaya bagi lingkungan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat efek dari penambahan teh rosella merah terhadap inhibitor ubi ungu yang memang dapat digunakan menjadi inhibitor pada baja API 5L pada lingkungan NaCl 3 5.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode kehilangan berat dan polarisasi untuk melihat laju korosi yang terjadi pada logam lalu dilengkapi dengan data tambahan yaitu pengujian Electrochemical Impedance Spectroscopy untuk melihat tahan permukaan yang berbubah pada penelitian tersebut.
Pengujian Fourier Transform Infra Red juga dilakukan untuk melihat kandungan yang menginhibisi dari ubi ungu ataupun campuran ubi ungu dan teh rosella merah Pemilihan teh rosella merah dan ubi ungu berdasarkan kandungan antocyanin dan asam askorbat yang dimiliki kedua bahan tersebut Kandungan tersebut bersifat anti oksidan yang berarti dapat menghambat terjadi proses oksidasi yang berarti juga dapat mencegah korosi. Kandungan anti oksidan tersebut bekerja dengan cara adsoprsi pada permukaan logam membentuk lapisan tipis untuk mencegah kontak antara permukaan logam dengan lingkungan korosif. Salah satu faktor pembentukan lapisan tipis pada permukaan adalah konsentrasi kandungan tersebut sehingga pengaruh konsentrasi dijadikan acuan pada penelitian ini. Penelitian ini akan dibandingkan dengan inhibitor ubi ungu yang hanya dicampur dengan kandungan asam askorbat saja.

Corrosion is major cause failure in oil ad gas industry Isolate the metal from corrosion of materials is the most effective way to prevent corrosion for this industry. Nowadays the use of green corrosion inhibitor become a new alternative to achieve that goal it happen because the green inhibitor is safe cheap biodegradable and especially environmental friendly.
This study was conducted to study the effect of addition rosella red tea in purple sweet potato inhibitor which is can be use as inhibitor at API 5L in NaCl 3 5 solution. This study use weight loss and polarization method to see that effect and Electrochemical Impedance Spectroscopy test to prove alteration surface resistance when we add the inhibitor.
Fourier Transform Infra Red test also perform in this study to see which one the chemical substance in purple sweet potato and mixture rosella red tea and purple sweet potato can inhibit corrosion. Purple sweet potato and rosella red tea are selected as corrosion inhibitor in this study because they contain antocyanin and ascorbid acid. They are antioxidant compound which is can inhibit oxidation process it means they can prevent corrosion process. That substance inhibit metal by forming layer and isolate metal surface On the important factor to forming thin layer is concentration of the substance so the concentration substance become variable in this study. In the end this study will compared with the addition ascorbid acid in purple sweet potato
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53371
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alif Zharfan Athallah Mz
"Umumnya kabel tembaga yang biasa dijumpai pada kehidupan sehari-hari, namun ada jenis kabel yang lain biasa digunakan yaitu berbahan dasar Al 6061. Pada kali ini digunakannya penambahan logam tanah jarang berupa Lanthanum dan Samarium. Kemudian akan dibandingkan keefektifannya menggunakan pengujian LPR, Konduktivitas Listrik, dan SEM berikut EDX. Ditujukan dengan hasil uji yang memiliki sifat korosi yang lebih baik dan konduktivitas yang tinggi Pada penelitian ini menggunakan logam tanah jarang sebagai grain refinement yaitu berupa Lanthanum dan Samarium. Menggunakan sebanyak 5 sampel yaitu, 0.5% La; 0,5% Sm ; 0,25% La + 0,25% Sm, Paduan Al 6061 tanpa tambahan La & Sm tanpa dicor ulang, dan paduan Al 6061 yang dilakukan cor ulang. Didapat hasil dari penelitian kali ini, pada paduan Al-0,5 La paling tinggi konduktivitasnya sebesar 2.084.866,323 S/m dibandingkan dengan paduan lain termasuk pada paduan Al 6061 murni yang tidak ditambahkan logam tanah jarang. Pada laju korosi yang terendah pada paduan Al- 0,5 Sm, dimana diperoleh nilai laju korosinya adalah sebesar 0,0013 mm/tahun dibandingkan dengan paduan lain termasuk pada paduan Al 6061 murni yang tidak ditambahkan logam tanah jarang.

Generally, copper cables are commonly found in everyday life, but there is another type of cable that is commonly used, namely made from Al 6061. At this time, the addition of rare earth metals in the form of Lanthanum and Samarium was used. Then it will be compared its effectiveness using LPR, Electrical Conductivity, and SEM tests following EDX. Aimed at the test results that have better corrosion properties and high concentration In this study using rare earth metals as grain refiners, namely in the form of Lanthanum and Samarium. Using as many as 5 samples, namely 0.5% La; 0.5% Sm ; 0.25% La + 0.25% Sm, Al 6061 alloy without additional La & Sm without being recorched, and Al 6061 alloy re-cast. The results obtained from this research, in Al-0.5 La alloys, the highest conductivity was 2.084.866,323 S/m compared to other alloys including pure Al 6061 alloys which were not added rare earth element. At the lowest corrosion rate in Al-0.5 Sm alloy, where the corrosion rate value is obtained is 0.0013mm/year compared to other alloys including pure Al 6061 alloys which were not added rare earth metals.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febi Dwi Antony
"Dalam pengelasan dan tahapan fabrikasi, proses perbaikan pengelasan (repair welding) diperlukan untuk menghilangkan cacat pengelasan. Penelitian ini berfokus pada pengaruh pengelasan perbaikan berulang terhadap struktur mikro, sifat mekanik, dan ketahanan korosi pada lingkungan klorida dari Duplex Stainless Steel (DSS) UNS S31803. Pengelasan perbaikan menggunakan kombinasi pengelasan manual GTAW dan SMAW dilakukan sebanyak tiga kali dengan rata-rata masukan panas sebesar 1,5 – 1,8 KJ/mm. Adapun pengujian yang dilakukan antara lain uji kekerasan mikro Vickers, impak Charpy pada temperatur -40 °C, uji celup pada larutan FeCl3.6H2O serta uji polarisasi linier. Selanjutnya, pengamatan area hasil lasan dan terkorosi dilakukan menggunakan SEM serta karakterisasi komposisi kimia lokal menggunakan EDS.
Hasil pengujian mekanik menunjukkan bahwa pengelasan perbaikan berulang tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sifat mekanik. Sedangkan dari pengujian korosi didapatkan bahwa pengelasan perbaikan berulang menurunkan ketahanan korosi dari hasil lasan DSS ditandai dengan laju korosi tertinggi dan penurunan nilai potensial pitting (Epit) terbesar pada perbaikan ketiga. Lebih lanjut, pengamatan struktur mikro dilakukan pada hasil lasan dan area terkorosi untuk mengetahui pengaruh pengelasan perbaikan berulang pada DSS UNS S31803, mengingat sampai saat ini pengelasan perbaikan pada DSS dibatasi hanya diperbolehkan satu kali.

During welding and also in the stages of fabrication, welding repair required to eliminate the welding defects present. This paper focuses on the effect of multiple repair welding on microstructure and mechanical properties of Duplex Stainless Steel UNS S31803. Three times welding repair were performed using combination of GTAW and SMAW with average of heat input around 1.5-1.8 kJ/mm. After welding, the test samples were prepared for microhardness test, Charpy impact test, weight loss test in FeCl3.6H2O linier polarization test, and SEM/EDS examinations.
The results showed that multiple repair welding has no significant effect to the mechanical properties, which indicated by no noticeable increment or reduction of Charpy impact value neither Vickers microhardness between each welding repair. For corrosion point of view, the third repair experienced the significant weight loss and highest reduction of Epit. Furthermore, the morphology of microstructure and corroded area in weld metal and heat affected zone were also investigated to achieve more understanding regarding the effect of multiple repairs to the properties of Duplex weldment. Bearing in mind that at the moment, carrying out just one repair per welded joint for Duplex Stainless Steel is advised as the limiting condition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T51850
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suherman
"Boom merupakan komponen utama excavator yang dominan mengalami pembebanan, fungsi boom pada excavator merupakan arm atau tangan yang berfungsi untuk mengangkat atau menekan beban, karena fungsi tersebut sering terjadi kegagalan berupa crack pada boom. Kualitas material yang digunakan merupakan faktor penting dari kegagalan boom. Laju korosi yang disebabkan oleh buruknya kualitas permukaan merupakan faktor yang dapat menurunkan ketangguhan material boom. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisa laju korosi yang disebabkan oleh kualitas permukaan material. Laju korosi dari sampel dengan permukaan yang bagus dan sampel yang memiliki cacat permukaan berupa goresan/scratch dan berlubang/pitted dianalisa dengan metode elektrokimia. Produk korosi yang terdapat pada masing ? masing sampel dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan XRD, struktur mikro dianalisa dan dibandingkan dengan menggunakan SEM untuk mengkonfirmasi secara visual laju dan produk korosi pada sampel. Uji sifat mekanis sampel dengan kualitas yang baik dibandingkan dengan uji sifat mekanis material yang telah terkorosi, uji kekerasan pada masing ? masing sampel dianalisa dengan menggunakan metode kekerasan Vickers. Hasil penelitian memperlihatkan perbedaan laju korosi pada masing ? masing sampel, terdapat produk korosi pada masing ? masing sampel dengan peresentasi fraksi massa yang berbeda. Tampilan butir pada mikro struktur yang berbeda juga terlihat pada masing ? masing sampel disebabkan oleh adanya produk korosi dan tingkat dominasi dari produk korosi. Dari hasil penelitian juga ditemukan penurunan nilai yield strength dari sampel yang mengalami korosi.

Boom is a major component of the dominant experience of loading excavator, boom on the excavator function is an arm or hand that serves to elevate or depress the load, since these functions often occur in the form of crack failure on the boom. The quality of materials used is an important factor of the failure of the boom. The rate of corrosion caused by poor surface quality is a factor that can lower the boom material toughness. This research was conducted by analyzing the corrosion rate caused by the quality of the material surface. Corrosion rate of the sample with a good surface and samples have surface defects such as scratches / scratch and perforated / pitted analyzed by electrochemical methods. Corrosion products contained on each sample is analyzed qualitatively and quantitatively by using XRD, microstructure was analyzed and compared using SEM to visually confirm the rate and corrosion products on the sample. Test mechanical properties of samples with good quality compared to test the mechanical properties of the material that has been corroded, hardness test on each sample was analyzed by using the method of Vickers hardness. The results showed differences in the rate of corrosion on each - each sample, there is a corrosion product on each presented a sample with different mass fractions. Display items on different micro-structures are also visible on each sample is caused by the presence of corrosion products and the degree of dominance of the corrosion products. From the results of the study also found a decrease in the value of the yield strength of the samples were subject to corrosion."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T44315
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Matra Rizki Pratama
"Pengamatan terhadap perubahan perilaku korosi sumuran material Duplex SAF 2205 yang telah diberikan perlakuan panas dengan tujuan untuk meningkatkan nilai ketangguhan material tersebut telah dilakukan. Pengujian korosi sumuran dilakukan melalui metode Electrochemical Impedance Spectroscopy dan Polarisasi Potentiodynamic pada material yang telah mengalami perlakuan panas pada rentang temperatur 350-550°C dan waktu tahan 10-40 menit dimana sebagian sampel mengalami perlakuan serangan hidrogen.
Berdasarkan pengamatan mikrostruktur, tidak ditemukan terbentuknya fasa sekunder pada sampel sehingga mikrostruktur sampel tidak berubah. Hasil pengujian mekanik menunjukkan proses perlakuan panas pada sampel awal akan meningkatkan kekuatan tarik hingga 10% dan kemampuan elongasi hingga 70%.
Hasil pengujian korosi sumuran terlihat dengan meningkatkan temperatur perlakuan panas dan waktu tahan akan meningkatkan laju korosi, namun tidak terlalu signifikan, dimana juga terjadi perbedaan perilaku korosi sumuran pada sampel yang mengalami serangan hidrogen.

Observation of pitting corosion behaviors in heat-treated Duplex SAF 2205, in order to improve material?s toughness has been investigated. Pitting Corrosion Investigation has been done by using Electrochemical Impedance Spectroscopy and Potentiodynamic Polarization to heat-treated samples with temperature range between 350-550°C and holding time 10-40 minutes, which half of samples underwent hydrogen charging.
Based on microstructure observation, there is no microstructural change because secondary phases were not formed. Mechanical behavior examination shows that tensile strength will increase up to 10% and elongation will increase up to 70% by heat-treating samples. Corrosion pitting examination showed that increasing temperature and holding time of heat treatment will increase corrosion rate insignificantly, where the differences of corrosion rate behaviors were found in hydrogen-charged samples.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42523
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Refai Muslih
"Studi tentang laju korosi pada baja tahan karat SUS304 dalam lingkungan air laut buatan yang dipengaruhi oleh tegangan sisa yang diukur menggunakan difraksi sinar-X metode cos- α. Korosi dalam banyak hal tidak dikehendaki. Kualitas dan penampilan benda akan berubah menurun karenanya. Salah satu pemicu korosi adalah tegangan sisa yang ada di permukaan bahan. Penelitian ini menampilkan hubungan antara tegangan sisa permukaan dengan laju korosinya. Pada penelitian ini digunakan baja tahan karat SUS 304 sebagai sampel dan air laut buatan yaitu larutan NaCl 3,5% sebagai elektrolitnya. Komposisi unsur dan fasa dari sampel didapat dengan uji Energy Dispersive Spectroscopy (EDS) dan X-ray Diffraction (XRD). Topografi permukaan sampel diamati dengan mikroskop optik dan Atomic Force Microscope (AFM). Pengukuran tegangan sisa dilakukan pada setiap proses yang dilalui oleh sampel. Sampel uji tarik sebanyak 9 buah dipersiapkan dari pelat setebal 6 mm yang dipotong dengan wirecut. Perlakuan panas untuk menghilangkan tegangan sisa diberikan kepada sampel dengan suhu 600 ℃ selama 1 jam dan didinginkan secara alami. Permukaan sampel dihaluskan dengan amplas sampai grit 2000. Sampel-sampel dikelompokkan menjadi 3 group dan kemudian dilakukan penarikan dengan regangan (strain, ε) sebesar 1%, 2% dan 3% secara berurutan. Tegangan sisa rata-rata pada sampel setelah perlakuan panas adalah -47 MPa. Tegangan total pada sampel yang telah dideformasi 1, 2 dan 3% berturut turut adalah 295, 315 dan 328 MPa. Perendaman sampel di dalam air laut buatan selama 48 jam tidak banyak mengubah karakter permukaanya. Hal ini diperoleh dari data EIS dimana tidak dijumpai adanya semicircle yang utuh dari seluruh sampel yang digunakan. Sirkuit ekivalen yang terdeteksi adalah hambatan elektrolit (R1), constant phase element (CPE) double layer (CPE1) dan lapisan pasif permukaan sampel (CPE2) beserta dengan hambatannya berturut-turut R2 dan R3. Pengukuran potensiodinamik menunjukkan penurunan potensial korosi dari -151 mV menjadi -290mV untuk sampel tanpa deformasi dan terdeformasi 3% secara berurutan. Arus korosi meningkat seiring dengan peningkatan derajat deformasi. Dari data-data hasil eksperimen telah didapat hubungan yang jelas antara laju korosi dengan tegangan sisa permukaan yang diukur dengan metode cos-⍺.

Study of the corrosion rate of SUS304 stainless steel in an artificial seawater environment affected by residual stresses measured using X-ray diffraction cos-α method. Corrosion is in most cases undesirable. The quality and appearance of objects will change and decrease because of it. One of the triggers of corrosion is the residual stress on the surface of the material. This research shows the relationship between surface residual stress and corrosion rate. In this study, stainless steel SUS 304 was used as the test object and artificial seawater as electrolyte, namely 3.5% NaCl solution. The elemental composition and phase of the sample were obtained from Energy Dispersive Spectroscopy (EDS) and X-ray Diffraction (XRD) tests. The surface topography of the sample was observed with an optical microscope and Atomic Force Microscope (AFM). Residual stress measurements are carried out at each process that the sample goes through. Nine pieces of tensile test samples were prepared from a 6 mm thick plate which was cut with a wirecut. Heat treatment to remove residual stress was given to the samples at 600 ℃ for 1 hour and naturally cooled. The surface of the sample was ground with sandpaper to 2000 grit. The samples were grouped into 3 groups and then drawn with strains of 1%, 2% and 3% respectively. The average residual stress in the sample after heat treatment is -47 MPa. The total stress in the 1, 2 and 3% deformed samples were 295, 315 and 328 MPa, respectively. The immersion of the sample in artificial seawater for 48 hours did not change the surface character much. It was obtained from the EIS data where there was no intact semicircle of all the samples used. The equivalent circuits detected were the electrolytic resistance (R1), constant phase element (CPE) double layer (CPE1) and the sample surface passive layer (CPE2) along with their respective resistances R2 and R3. Potentiodynamic measurements showed a decrease in corrosion potential from -151 mV to - 290mV for 3% deformed and undeformed samples, respectively. The corrosion current increases as the degree of deformation increases. From the experimental data, a clear relationship has been obtained between the corrosion rate and the surface residual stress as measured by the cos-⍺ method."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Bintang H.
"Korosi merupakan salah satu permasalahan penting yang harus dihadapi oleh berbagai macam sektor industri di Indonesia. Korosi memberikan efek dari segi ekonomi maupun dari segi keselamatan kerja. Salah satu cara pencegahan dan pengendalian korosi adalah dengan penambahan inhibitor.
Umumnya inhibitor korosi berasal dari senyawa-senyawa organik dan anorganik yang mengandung gugus-gugus yang memiliki pasangan elektron bebas. Namun demikian, pada kenyataannya bahwa bahan kimia sintesis ini merupakan bahan kimia yang berbahaya, harganya lumayan mahal, dan tidak ramah lingkungan. Untuk itu penggunaan inhibitor yang aman, mudah didapatkan, bersifat biodegradable, biaya murah, dan ramah lingkungan sangatlah diperlukan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beras ketan hitam sebagai inhibitor organik pada lingkungan NaCl 3,5% dan mengetahui efisiensi beras ketan hitam terhadap waktu pengujian. Pengujian laju korosi menggunakan metode kehilangan berat dimana sampel baja SPCC direndam dalam air tanah selama 3, 5, dan 7 hari.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan beras ketan hitam bekerja baik dilingkungan air tanah karena terjadi penurunan laju korosi antara perendaman dengan inhibitor dan perendaman tanpa inhibitor terhadap lamanya waktu pengujian. Penurunan laju korosi terbesar pada hari ke-7, yaitu sebesar 34,4587%.

Corrosion is one important problem that must be faced by a variety of industrial sectors in Indonesia. Corrosion effect from the economic and safety terms. One way of prevention and control is by adding corrosion inhibitors. Corrosion inhibitors are generally derived from compounds containing organic and inorganic cluster-cluster which has a lone pair of electrons. However, the fact that these synthetic chemicals are hazardous chemicals, the price is quite expensive and not environmentally friendly. Therefore the use of inhibitors that are safe, easily available, biodegradable, low cost, and environmentally friendly is essential.
This study aimed to investigate the influence of black glutinous rice as the organic inhibitors in 3.5% NaCl environment and knowing the efficiency of black glutinous rice with respect to time of testing. Tests for the corrosion rate using weight loss method in which SPCC steel samples immersed in ground water for 3, 5, and 7 days.
In this study we can conclude the black sticky rice works well within the ground water due to the decrease in corrosion rate between immersion with inhibitor and without inhibitor to the duration of immersion test of time. Largest decrease in corrosion rate on day 7th, that is equal to 34.4587%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S42692
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>