Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165241 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sembiring, Teta Amenda
"ABSTRAK
Strategic development merupakan hal yang sangat penting bagi dunia bisnis, termasuk bagi perusahaan yang memiliki usaha kecil dan menengah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengusulkan strategi-strategi yang dapat digunakan dalam pengembangan usaha kecil dan menengah yang berada di PIK, Cakung. Data yang diambil berasal dari data primer dan sekunder. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan TOWS dan IE Matriks melalui hasil olah data dari survei menggunakan AHP, IFE dan EFE. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan didapatkan bahwa strategi yang cocok untuk diusulkan pada industri kecil di PIK adalah defensive strategy dan harvest strategy. Defensive strategy mengusulkan strategi untuk perusahaan mengatasi permasalahan internal perusahaan dan juga mengatasi ancaman di masa depan. Dalam harvest strategy mengusulkan strategi yang mengedapankan penghematan, perbaikan kelemahan dan tidak melakukan perluasan.

ABSTRACT
Strategic development is a great importance in the business world, including for the small and medium enterprises. The purpose of this study is to propose strategies that can be used for the development of small and medium enterprises in PIK, Cakung. The data that being used are from primary and secondary data. The method of analysis that used in this research are using TOWS and IE matrix and the primary data are obtained from the survey using AHP, IFE and EFE. The results showed that the outcome from the internal and external factors proposed a defensive and harvest strategy that being most likely suitable for small industry in PIK. Defensive strategy propose a strategy that the firm should handle or manage the internal problems and also manage the future threats. For the harvest strategy, strategy that being propose are strategy that prioritize savings, improve the weakness and not performing expansion."
2013
S44192
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sukardi
"Tesis ini tentang Pengamanan di Perkampungan Industri Kecil (PIK), Kelurahan Penggilingan, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur. Perhatian utama dari tesis ini adalah kegiatan Satpam dalam melakukan pengamanan aktifitas di Perkampungan Industri Kecil (PIK).
Tujuan tesis ini adalah untuk menunjukkan kegiatan pengamanan yang dilakukan oleh Satpam dalam mengamankan Perkampungan industri Kecil (PIK). Kegiatan pengamanan tersebut dapat dijadikan contoh dan pedoman oleh Satpam dalam melakukan pengamanan tempat-tempat industri di wilayah lain.
Masalah penelitian dalam tesis ini adalah pengamanan di Perkampungan Industri Kecil (PIK), Kelurahan Penggilingan, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur. Dalam mengkaji pengamanan yang dilakukan oleh Satpam di Perkampungan Industri Kecil (PIK) digunakan pendekatan kualitatif dengan metodologi etnografi yang dilakukan dengan cara pengamatan, pengamatan terlibat, wawancara dengan pedoman dan dokumentasi untuk mengungkapkan kegiatan Satpam dalam melakukan pengamanan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Perkampungan Industri Kecil dibangun berdasarkan Surat keputusan Gubernur DKI Jakarta nomer 532 tahun 1981, merupakan upaya pemerintah DKI Jakarta dalam rangka pembinaan dan pengembangan pengusaha kecil. Untuk mengelola Perkampungan Industri Kecil dibentuk badan yang dinamakan Badan Pengelolaan Lingkungan Industri dan Pemukiman (BPLIP) yang bertanggung jawab kepada Gubernur DKI Jakarta. Didalam mengelola Perkampungan industri Kecil Kepala BPLIP mengeluarkan Surat Keputusan nomer : 078.I/III/2000. tanggal 27 Maret 2000. tentang Penyempurnaan Seksi-seksi dan Petunjuk Pelaksanaan Tugas dan Tanggung jawab pada Struktur Organisasi dan tata kerja BPLIP dan didalam Surat keputusan tersebut mengatur tugas, kedudukan maupun kewenangan Satpam.
Didalam menjalankan tugas pengamanan, Satpam PIK melakukan hubungan, koordinasi dan kerjasama yang dilakukan baik secara vertikal, horizontal dan diagonal dengan Satpam perusahaan, Satpam SLTPN 236, Hansip RW X, Satgas Linmas, pihak Kepolisian dan Koramil Cakung. Kegiatan pengamanan dapat bejalan dengan baik, didukung adanya imbalan dari para pengusaha di wilayah Perkampungan Industri Kecil. Untuk menjaga kekompakan, memudahkan koordinasi dan kerjasama di bentuk suatu wadah dengan nama Persatuan Sosial Satuan Pengamanan (PSSP).
Didalam melakukan pembinaan terhadap Satpam PIK, Kepala BPLIP mengeluarkan Surat Keputusan nomer 120.1/111/2002, tanggal 14 maret 2002, untuk menunjuk anggota Polri dari Polsek Cakung sebagai Tim Asistensi Permasalahan keamanan dan ketertiban masyarakat di areal Perkampungan industri Kecil. Didalam melaksanakan tugas Tim Asistensi tersebut mengadakan koordinasi, pengawasan dan pembinaan terhadap Satpam di Perkampungan Industri Kecil.
Implikasi dari tesis ini adalah pemberdayaan potensi masyarakat didalam melakukan kegiatan Kamtibmas Swakarsa, melalui pembinaan Satuan pengamanan. Keberhasilan melakukan pembinaan terhadap Satuan Pengamanan, dapat membantu tugas Polri dalam memberikan rasa aman kepada masyarakat, khususnya di lingkungan dimana Satuan Pengamanan tersebut bertugas.
Tindakan yang dilakukan dalam pemberdayaan potensi masyarakat adalah dikembangkan kegiatan Pemolisian Masyarakat (Community Policing) dalam program pembinaan Kamtibmas, sehingga masyarakat dapat memahami dan merencanakan kebutuhannya dalam mengamankan diri sendiri, barang-barang maupun usahanya. Perlu disempurnakan dan dikembangkan suatu wadah yang dibentuk oleh pihak-pihak terkait dalam pengamanan Perkampungan Indutri kecil, berupa Persatuan Sosial Satuan Pengamanan (PSSP), untuk menjaga kekompakan, koordinasi dan kerjasama sehingga tugas pengamanan dapat berhasil. PSSP dapat dijadikan contoh dan pedoman bagi Satpam dalam melakukan pengamanan tempat-tempat industri diwilayah lain."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T11031
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Jhon Bernando
"Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembinaan dan pengembangan usaha kecil yang terarah dan terpadu serta berkesinambungan dan guna mewujudkan usaha kecil yang tangguh dan mandiri, serta dapat berkembang menjadi usaha menengah salah satunya dilakukan dengan menggalakkan program "kemitraan". Diharapkan melalui kemitraan dapat secara cepat tercipta simbiosis mutualistik, sehingga kekurangan dan keterbatasan pengusaha kecil dapat teratasi, serta usaha kecil akan memperoleh berbagai manfaat dengan prinsip win-win solution.
Dalam konteks ini akan dikaji mcngenai dampak pelaksanaan program kemitraan tersebut, di DKI Jakarta, dengan mengambil studi kasus di PIK Pulogadung - Jakarta Timur. Kajian dipusatkan pada dampak berbagai pola kemitraan yang dilaksanakan pada usaha kecil tersebut, khususnya usaha kecil furniture, garment dan kulit. Teridentifikasi ada 3 (tiga) pola kemitraan pada usaha kecil furniture, garment dan kulit tersebut, yaitu sub-contracting up-stream, sub-contracting partial dan keterkaitan operasional. Khusus pada usaha kecil garment juga dapat diidentifikasikan pola kemitraan keterkaitan dagang.
Berdasarkan argumentasi tersebut sebelumnya, baik pada furniture, garment maupun kulit di DKI Jakarta, implementasi pola kemitraan SC-upstream memiliki tingkat fleksibilitas (kecocokan) yang relatif lebih tinggi dalam memberikan dampak terhadap perkembangan UK tersebut, dibandingkan dengan pola SC-partial maupun PKO. Akan tetapi dalam hal perlu lebih dicermati bahwa, memang implementasi pola kemitraan SC-partial pada UK furniture, garment maupun kulit di DKI Jakarta relatif kurang fleksibel (cocok) dibandingkan dengan pola SC-up stream, akan tetapi pola SC-partial ini masih relatif membawa dampak yang bagus terhadap perkembangan UK tersebut. Karena pada dasarnya tingkat perbedaan yang ada hanya pada akses permodalan, dimana pada UK yang mengikuti pola kemitraan SC-partial lebih suka menggunakan penyertaan modal sendiri. Hal ini terjadi karena memang struktur permodalan mereka berada pada tingkat yang kuat.
Sementara itu pada implementasi kemitraan PKO pada UK furniture, kulit maupun garment di DKI Jakarta, teridentifikasi memiliki tingkat fleksibilitas (kecocokan) yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan pola SC-up stream dan SC-partial. Hal tersebut terjadi karena UK yang mengikuti kemitraan PKO ini tidak memiliki posisi tawar (bargaining position) di hadapan pengusaha UM atau UB mitranya. Karena pada dasarnya UK yang mengikuti kemitraan PKO ini hanya berfungsi sebagai "tukang jahit". Karena hanya sebagai tukang jahit, maka pada kenyataannya yang terjadi UK yang bersangkutan hanya menjual "jasa tenaga kerja".
Berdasarkan pada hasil penelitian, dan beberapa kesimpulan tersebut sebelumnya, mancatat bahwa pola kemitraan sub-contracting up-stream (SC-up steam) relatif paling cocok (fleksibel) diimplementasikan pada usaha kecil furniture, kulit maupun garment di DKI Jakarta pada khususnya, dan pada usaha kecil furniture, kulit maupun garment pada umumnya. Karena usaha kecil yang mengikuti pola kemitraan SC-up stream ini memiliki keunggulan; (a) Memiliki bargaining position yang tinggi, (b) Tidak memiliki karakteristik sebagai sekedar tukang jahit (maklon), dan (c) Pola hubungan kemitraan pada SC-up stream tersebut mencerminkan pola hubungan kerjasama dagang murni (kerjasama pemasaran). Karena keunggulan tersebut maka usaha kecil relatif menjadi pemegang kebijakan tingkat harga, kapasitas, jenis, mode, hingga ke kualitas produk.
Oleh karena itu hendaknya kebijakan pembinaan terhadap pengembangan usaha kecil di DKI Jakarta pada khususnya, dan usaha kecil pada umumnya, khususnya yang terkait dengan implementasi program kemitraan, hendaknya diarahkan pada pemilihan pola kemitraan SC-up stream tersebut. Akan tetapi syarat utama yang harus dipenuhi adalah, pihak pemegang kebijakan harus memberikan dukungan bantuan permodalan usaha yang cukup, misalnya dengan melepaskan kredit lunak dan membantu membukakan akses permodalan bagi usaha kecil furniture. Karena syarat utama usaha kecil dapat melakukan pola kemitraan SC-up stream ini harus memiliki dukungan kemampuan permodalan sendiri/mandiri yang kuat."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T7524
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jan Felarius Tata
"ABSTRAK
Studi ini terfokus pada stuktur sosial dalam kelompok etnik (suku) pelaku dan komoditi di kawasan PIK Pulogadung Jakarta Timur dimana didalamnya tertambat kapital sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif berupa studi kasus,
dengan teknik wawancara, observasi visual, serta studi dokumen.
Penelitian ini menggunakan konsep dan teori dari pemahaman Dimensi Kapital Sosial pada kesamaan kelompok etnik(suku) dan komoditi dengan melihat struktur sosial baik dalam cakupan mikro, mezzo, dan makro. Dengan melihat fungsi fasilitas kapital sosial dalam kasus ini ditemukan bahwa kapital sosial yang menonjol dalam pengembangan industri kecil adalah dimensi bonding, bridging, dan linking.
Ditemukan bahwa jenis kapital berhubungan dengan periode perkembangan PIK. Pada jaman Orde Baru, kapital yang lebih menonjol adalah dimensi kapital sosial adalah dimensi bonding, bridging, dan linking. Selanjutnya, pada jaman Reformasi dimensi yang lebih menonjol adalah bonding.

ABSTRAK
This study focuses on the social structure in which social capital embedded inside the ethnic groups (tribes) and commodities produced in PIK Pulogadung, East Jakarta. This study is a qualitative study using a case study approach with interview, visual observation, and study documents.
This research uses the concepts and theories of Social Capital Dimensions on shared ethnic groups (tribes) and commodities to see both the social structure within the scope of the micro, mezzo, and macro. By looking at the function of social capital facility, it is found that prominent social capital in the development of small industries is the dimension of bonding, bridging, and linking.
It is also found that the type of capital was related to the political era. In the New Order era, the more prominent social capital dimensions was bonding, bridging, and linking. Furthermore, at the time of the Reformation of the more prominent dimension is bonding."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
D1494
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Meirthon Togar
"Berbagai bentuk pembinaan diberikan oleh Pemerintah DKI dalam membina usaha kecil menengah seperti pembinaan dalam bantuan peralatan, bantuan modal, pelatihan-pelatihan maupun penyediaan tempat usaha. Salah satu bentuk pembinaan yang diberikan adalah membangun sentra industri kecil PIK Pulogadung. Sentra yang dibangun untuk menampung usaha kecil yang berasal dari lokasi yang sudah tidak layak lagi atau menimbulkan kemacetan namun usahanya memiliki potensi untuk berkembang, bertujuan untuk memudahkan pembinaan-pembinaan lanjutan agar usaha mereka semakin maju. Berbagai sarana dan prasarana disiapkan di PIK Pulogadung, dari rumah produksi dan hunian, barak kerja, show room bahkan pondok untuk buruh atau karyawan pun disediakan dengan harga sewa yang relatif murah.
Keberadaan pengusaha Red di PIK Pulogadung merupakan suatu komunitas. Mereka sama-sama berada di suatu lokasi dan sama-sama mempunyai satu tujuan yaitu bagaimana supaya usahanya dapat maju. Sebagai suatu komunitas tentunya mereka diharapkan dapat bekerjasama dengan baik, dapat saling bantu dan bertukar informasi sehingga kebersamaan yang ada dapat menunjang kemajuan usaha. Namun hasil temuan lapangan menunjukkan bahwa yang terjadi tidak sebagaimana yang diharapkan, kebersamaan yang ada masih minim dan sifatnya sementara. Mereka bersama-sama hanya pada hari-hari raya tertentu saja seperti perayaan 17 Agustus maupun hari-hari besar lainnya itupun tidak semua mengikutinya. Himbauan kerja bakti tidak diikuti oleh seluruh warga, banyak dantara mereka yang mengupah atau membayar orang untuk menggantikannya kerja bakti. Demikian pula sebagai suatu komunitas, seyogyanya mereka dapat bersama-sama memanfaatkan sumber daya yang ada di PIK Pulogadung, sehingga kemajuan usaha yang diperoleh benar-benar merupakan hasil binaan Pemerintah yang telah menyediakan berbagai fasilitas dan kemudahan-kemudahan.
Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan secara terperinci fenomena sosial yang terjadi di PIK Pulogadung. Subjek penelitian adalah masing-masing satu orang pengusaha yang berkatagori sangat maju, maju, berkatagori sedang dan berkatagori tidak produksi. Disamping itu dilakukan juga wawancara dengan ketua RW dan Pejabat BPLIP. Metode pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dan observasi non - partisipan.
Hasil temuan lapangan menunjukkan bahwa para pengusaha kecil yang ada di PIK Pulogadung memiliki modal sosial yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari minimnya komunikasi antar warga, maupun warga dengan organisasi atau warga dengan pengelola. Demikian pula partisipasi warga terhadap kegiatan-kegiatan organisasi seperti di Koperasi maupun FPU sangat minim. Koperasi industri kecil PIK Pulogadung misalnya, tidak disukai oleh warga dengan alasan Koperasi tersebut hanya dimiliki sekelompok orang tertentu saja. Berbagai fasilitas dan kemudahan-kemudahan yang diberikan kepada Koperasi hanya dinikmati oleh segelintir orang dan Koperasi dinilai tidak transparan. Sedangkan satu-satunya organisasi yang dibentuk oleh warga dan memiliki kebersamaan adalah paguyuban Ikatan Keluarga Minang (IKM). Namun organisasi ini bersifat primordial karena hanya suku Minang saja yang menjadi anggotanya. Kegiatan IKM cukup aktif seperti arisan dan pengajian-pengajian.
Badan Pengelola Lingkungan Industri dan Pemukiman (BPLIP) Pulogadung berupaya agar komunikasi antar warga dapat barjalan dengan baik. BPLIP mendirikan Forum Pengembangan Usaha (FPU) dengan tujuan sebagai media komunikasi antar warga maupun warga dengan pengelola dengan harapan dapat terwujudnya kebersamaan. Disamping itu BPLIP berupaya mengikutsertakan warga PIK dalam proses pembangunan fisik, seperti pembangunan barak kerja diserahkan kepada FPU untuk melaksanakannya yang ternyata diduga disalahgunakan oleh pengurus lama. Namun demikian warga masih menaruh harapan besar terhadap FPU ini. Warga melihat FPU dengan pengurus yang baru diharapkan dapat berperan membantu usaha warga yang kurang maju. FPU diharapkan pula selain sebagai jembatan komunikasi juga dapat berperan sebagai jaringan usaha dan jaringan sosial yang dapat mewujudkan kebersamaan di PIK Pulogadung.
Rencana pembangunan Business Center di PIK Pulogadung yang akan berfungsi sebagai pusat perbelanjaan dan showroom bagi produk-produk PIK merupakan event yang tepat bagi BPLIP untuk mengoptimalkan peran KOPIK dan FPU. Peran lebih besar sepertinya harus diberikan kepada FPU jika BPLIP benar-benar ingin membangkitkan partisipasi warga dalam proses pembangunan Business Center ini. Melalui FPU, BPLIP harus mampu membangkitkan partisipasi warga, baik dalam perencanaan pembangunan termasuk dalam pengambilan keputusan, partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan, partisipasi dalam menerima dan memelihara serta mengembangkan hasil-hasil pembangunan, maupun partisipasi dalam menilai hasil pembangunan. Jika parlisipasi ini sudah terwujud, maka event pembangunan Business Center dapat lebih dikembangkan lagi dengan menjadikan PIK Pulogadung sebagai tujuan wisata belanja."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14401
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nenny Anggraini
"ABSTRAK
Penelitian ini berawal dari pemikiran diperlukannya suatu kajian tentang perbedaan di dalam perilaku pengusaha industri kecil dalam hal sikap kewirausahaannya.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan di antara tiga kelompok pengusaha industri kecil, yaitu kelompok pengusaha industri kecil berhasil, statis dan tidak berhasil serta kelompok pengusaha industri kecil pria dan wanita. Selanjumya, penelitian ini bertujuan untuk menemukan kombinasi terbaik dari sembilan aspek sikap kewirausahaan yang memaksimalkan perbedaan antar kelompok dan kemudian memprediksi pengelompokan pengusaha industri kecil atas dasar aspek-aspek tersebut. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sikap kewirausahaan, usia, lama berusaha, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan latar belakang keluarga terhadap keberhasilan pengusaha industri kecil. Keberhasilan pengusaha industri kecil ditinjau dari aspek administrasi dan keuangan, aspek pemasaran, aspek produksi, aspek manajemen dan aspek personalia yang ditentukan oleh BPLIP, selaku pihak pengelola Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung.
Banyak ahli mengaaakan, bahwa peranan sikap kewirausahaan sangat menentukan kesuksesan seorang pengusaha dalam menjalankan usahanya. Menurut beberapa ahli, diantaranya Swasono (1984) dan Sukardi (1989) mengatakan bahwa dunia usaha dapat berkembang dengan baik serta mampu mengantisipasi perkembangan dimasa depan, apabila para pelakunya mempunyai semangat dan motivasi berprestasi serta berjiwa kewirausahaan yang tinggi. Tetapi selanjutnya dikatakan pula oleh Swasono (1984) dan Muhammad (1992), perkembangan tingkat kewirausahaan masyarakat Indonesia masih kurang bila dibandingkan dengan negara lain. Untuk itu perlu diadakan penelitian empiris terhadap sikap kewirausahaan yang dimiliki para pengusaha di Indonesia, khususnya pengusaha industri kecil di wilayah DKI Jakarta.
Pertanyaannya adalah apakah ada perbedaan di antara pengusaha industri kecil berhasil, statis dan tidak berhasil serta di antara pengusaha pria dan wanita dan apakah ada aspek sikap kewirausahaan tertentu dari sembilan aspek yang ada yang dimiliki oleh kelompok pengusaha industri kecil yang berhasil yang membedakan dengan kelompok lain serta apakah ada hubungan antara sikap kewirausahaan, usia, lama berusaha, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan latar belakang keluarga dengan keberhasilan pengusaha industri kecil.
Untuk mendapatkan jawaban dilakukan studi lapangan "non eksperimental" dan melakukan pengujian hipotesis. Alat pengumpul data dengan kuesioner dan data dokumentasi dari BPLIP Pulogadung. Pengumpulan data dilakukan dengan cara tatap muka dibantu wawancara. Metode pengolahan dan analisa data. untuk alat penelitian dengan uji keterandalan skala dan uji validitas butir dengan korelasi butir skor total: untuk pengujian hipotesis digunakan uji T, uji F, metode analisa regresi berganda dan metode analisa diskriminan tiga kelompok pada taraf signifikansi 0.05 dengan bantuan program komputer SPSSIPC + ver 4.0.
Sampel penelitian 115 orang pengusaba konveksilgarment di lingkungan PIK Pulogadung, Jakarta Timur. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik "non probability sampling" yang tergolong "purposive".
Hipotesis-hipotesis penelitian : ada perbedaan sikap kewirausahaan di antara pengusaha industri kecil berhasil, statis dan tidak berhasil dan ada perbedaan sikap kewirausahaan di antara pengusaha pria dan wanita; ada aspek sikap. kewirausahaan tertentu dari Sembilan aspek sikap kewirausahaan yang dimiliki oleh kelompok pengusaha industri kecil yang berhasil yang membedakan dengan kelompok pengusaha industri kecil stasis dan tidak berhasil; dan ada hubungan antara sikap kewirausahaan, usia, lama berusaha, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan latar belakang keluarga secara bersama-sama dengan keberhasilan pengusaha industri kecil.
Hasil penelitian : ada perbedaan yang signifikan dalam hal sikap kewirausahaan di antara kelompok pengusaha industri kecil berhasil, statis dan tidak berhasil ; dan yang membe-dakan secara maksimal antara kelompok pengusaha industri kecil berhasil, statis dan tidak berhasil adalah aspek swa kendali dan prestatif; ada perbedaan yang signifikan dalam hal sikap kewirausahaan di antara pengusaha industri kecil pria dan wanita; ada hubungan yang signifikan antara sikap kewirausahaan, usia, lama berusaha, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan latar belakang keluarga secara bersama-sama dengan keberhasilan pengusaha industri kecil dan yang memberikan sumbangan yang terbesar adalah variabel sikap kewirausahaan dan variabel tingkat pendidikan.
Saran yang disampaikan : potensi sikap kewirausahaan yang dimiliki oleh pengusaha industri kecil dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan kualitas SDM; BPLIP sebagai pengelola PIK Pulogadung hendaknya mempertimbangkan sikap kewirausahaan yang dimiliki oleh calon pengusaha yang akan memasuki lokasi PIK; bagi pengusaha industri kecil yang tidak berhasil hendaknya diberi pelatihan dalam hal "need for achievement" dan perencanaan keija serta mengadakan penelitian lebih lanjut tentang hal-hal yang bersifat psikologik, menambah variabel-variabel penelitian yang diduga ikut mempengaruhi sikap kewirausahaan dan memperluas jumlah serta jenis sampel penelitian."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mardi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebutuhan modal kerja terhadap efektivitas modal kerja di pengusaha kecil. Permasalahan pokok penelitian ini adalah : Berapa modal kerja yang diperlukan oleh pengusaha kecil agar operasi usahanya dapat berjalan dengan lancar, apakah modal kerja yang digunakan sudah efektif dan faktor-faktor apa yang dominan mempengaruhi kebutuhan modal kerja di pengusaha kecil. Untuk itu telah dilakukan penelitian terhadap pengusaha kecil di Perkampungan Industri Kecil Pulo Gadung Jakarta. Untuk keperluan penelitian ini digunakan metode explanatory (non-experimen), guna melihat hubungan antara variabel-variabel yang diteliti melalui uji hipotesis penelitian. Dari 421 pengusaha kecil (tampa membedakan jenis usaha). Diambil 25 % (105 orang responden pengusaha kecil) dengan menggunakan pengambilan sampel Simple Random Sampling telah dijadikan sampel penelitian dan dari jumlah tersebut yang dapat dinalisis dan diolah datanya secara deskriptif dan infrensial adalah sebanyak 75 orang pengusaha kecil. Dari penelitian ini ditemukan hal-hal sebagai berikut: 1. Kebutuhan modal kerja pada pengusaha kecil tertinggi selama satu periode adalah Rp. 3.104.700.000 dengan kebutuhan kas per-hari sebesar Rp. 39.300.000 dan lama keterikatan dana selama 79 hari. Sedangkan kebutuhan modal kerja terendah selama satu periode adalah sebesar Rp. 2.234.000 dengan kebutuhan kas per-hari Rp. 279.000 dan lama keterikatan dana selama 8 hari. 2. Efektivitas modal kerja pada pengusaha kecil menunjukkan bahwa ada 21 orang responden dengan modal kerja yang sehat, dan 54 orang responden dengan modal kerja yang tidak sehat. Hal ini menunjukkan bahwa secara ratarata efektivitas modal kerja di pengusaha kecil adalah tidak sehat. 3. Lama barang jadi disimpan, lama piutang dapat ditagih dan kebutuhan kas perhari secara bersama-sama sebesar 93 % mempengaruhi kebutuhan modal kerja, sedangkan tingkat keeratan hubungan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat adalah kuat, hal ini ditunjukkan oleh hubungan yang signifikan/bermakna antara masing-masing variabel. Guna lebih meningkatkan efektivitas modal keija bagi pengusaha kecil disarankan agar lebih mengoptimalkan penggunaan sumber-sumber intemal pembiayaan modal kerja, seperti manajemen kas, piutang dan persediaan barang jadi. Di samping itu peran pemerintah untuk membina dan pemberian fasilitas pinjaman bank lebih serius membantu pengusaha kecil, karena saat ini mereka sangat membutuhkan.

This research aims to determine the influence of working capital requirements on the effectiveness of working capital in small entrepreneurs. The main problems of this research are: How much working capital is needed by small entrepreneurs so that their business operations can run smoothly, is the working capital used effective and what factors dominantly influence the working capital needs of small entrepreneurs. For this reason, research has been carried out on small entrepreneurs in the Pulo Gadung Small Industrial Village, Jakarta. For the purposes of this research, an explanatory (non-experimental) method was used to see the relationship between the variables studied through research hypothesis testing. From 421 small entrepreneurs (without distinguishing between types of business). 25% (105 small business respondents) were taken using Simple Random Sampling as the research sample and of that number, the data that could be analyzed and processed descriptively and inferentially were 75 small business people. From this research, the following were found: 1. The highest working capital requirement for small entrepreneurs during one period was Rp. 3,104,700,000 with daily cash requirements of Rp. 39,300,000 and the duration of funds attachment is 79 days. Meanwhile, the lowest working capital requirement during one period is IDR. 2,234,000 with daily cash requirements of Rp. 279,000 and the funds attachment period is 8 days. 2. The effectiveness of working capital for small entrepreneurs shows that there are 21 respondents with healthy working capital, and 54 respondents with unhealthy working capital. This shows that on average the effectiveness of working capital in small entrepreneurs is unhealthy. 3. The length of time finished goods are stored, the length of time receivables can be collected and daily cash requirements together by 93% influence working capital requirements, while the level of closeness of the relationship between each independent variable and the dependent variable is strong, this is indicated by a significant/meaningful relationship between each variable. In order to further increase the effectiveness of working capital for small entrepreneurs, it is recommended to further optimize the use of internal sources of working capital financing, such as cash management, accounts receivable and finished goods inventory. Apart from that, the government's role in developing and providing bank loan facilities is more serious in helping small entrepreneurs, because currently they really need it."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Puspa Indah Wibiyanti
"Pencahayaan merupakan salah satu faktor lingkungan yang penting untuk menciptakan kondisi kerja terbaik. Menurut Suma?mur (1981), pencahayaan yang baik merupakan salah satu upaya preventif untuk mengurangi kejadian kelelahanmata yang pada akhirnya akan menyebabkan kecelakaan kerja. Beberapa engalaman menunjukkan bahwa pencahayaan yang tidak baik (kurang memadai) disertai dengan tingkat kecelakaan yang tinggi. Menjahit merupakan salah satu pekerjaan yang sangat membutuhkan ketelitian tinggi, karena pekerjaan tersebut sangat mengandalkan ketajaman penglihatan yang terfokus pada mata penjahit. Oleh karena itu keberadaan tingkat pencahayaan yang memadai di tempat kerja menjadi syarat utama untuk menunjang kegiatan menjahit tersebut.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif dan bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui kondisi pencahayaan pada industri kecil pakaian jadi dan pembuatan tas khususnya pada APRAS Industri Kecil Pakaian Olahraga dan Boria Hand Bags (industri kecil pembuatan tas) di Kompleks Perkampungan Industri Kecil (PIK) tanpa melakukan uji statistik. Unit yang diteliti adalah lingkungan kerja yang berkaitan dengan tingkat pencahayaan serta proses kerja yang membutuhkan ketelitian tinggi dan pencahayaan yang cukup di APRAS Industri Kecil Pakaian Olahraga dan Boria Hand Bags di Kompleks Perkampungan Industri Kecil (PIK).
Data-data dikumpulkan dengan cara melakukan observasi lingkungan kerja, pengukuran intensitas pencahayaan (iluminasi) dan wawancara kepada pemilik dan pekerja di industri kecil tersebut.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kondisi pencahayaan yang terdapat di APRAS Industri Kecil Pakaian Olahraga dan Boria Hand Bags tidak layak (sangat gelap), karena tidak memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1405 Tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Masing-masing hasil pengukuran yang diperoleh adalah sebesar 14,48%, 9,442%, 9,74%, 7,84%, 13,98% dan 8,29% dari standar untuk area kerja APRAS Industri Kecil Pakaian Olahraga serta sebesar 20,01%, 16,48%, 10,49%, 16,97%, 10,1% dan 22,81% dari standar untuk area kerja Boria Hand Bags. Di balik rendahnya tingkat pencahayaan pada kedua area pengukuran tersebut terdapat faktor-faktor yang memberikan kontribusi, di antaranya intensitas pencahayaan (iluminasi), sumber pencahayaan, warna dinding, langitlangit, bidang kerja dan lantai serta ketinggian langit-langit dan lampu."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Idham
"

Kawasan perkampungan industri kecil yang berada di Pulogadung Jakarta Timur merupkan asset dari pemerintah yang harus selalu di jaga. Ada sekitar 691 wirausaha yang masih bertahan untuk menjalankan usahanya. Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh antara modal sosial dengan penjualan serta keberlangsungan usaha di kawasan perkampungan industri kecil. Dari penelitian yang dilakukan didapat modal sosial para wirausaha dikawasan PIK Pulogadung tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penjualannya, tetapi berpengaruh secara positif dengan persamaan regresi Y = 20.231 + 0.026 X dan modal sosial para wirausaha dikawasan PIK Pulogadung tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keberlangsungan usahanya, tetapi berpengaruh secara positif dengan persamaan regresi Y = 8.882 + 0.051 X. Untuk mendapatkan modal sosial yang ideal para wirausaha di kawasan PIK Pulogadung harus sering melakukan pelatihan kewirausahaan, serta berkerjasama dengan lembaga-lembaga yang bisa membangun sebuah usaha kearah yang lebih maju, umembangun etika atau norma yang baik, maka para wirausaha di kawasan PIK Pulogadung diharapkan mampu menarapkan prinsip budaya 5S dan untuk membangun kepercayaan yang baik, maka para wirausaha dikawasan PIK Pulogadung diharapkan mampu menjaga kualitasnya.


The small industrial village area in Pulogadung East Jakarta is an asset of the government that must always be maintained. There are around 691 entrepreneurs who still survive to run their businesses. This study aims to find the influence between social capital and sales and business continuity in small industrial villages. From the research conducted, it was found that the entrepreneurial social capital in the PIK Pulogadung area did not significantly influence its sales, but it positively affects with the regression equation Y = 20.231 + 0.026 X and the social capital entrepreneurial in the PIK Pulogadung area does not significantly influence the sustainability of its business, but it positively affects with the regression equation Y = 8.882 + 0.051 X. To get the ideal social capital, entrepreneurs in the PIK Pulogadung area must often conduct entrepreneurship training, and collaborating with institutions that can build a business towards the more advanced, to build good ethics or norms then entrepreneurs in the Pulogadung PIK area are expected to be able to apply 5S principles and to build good trust, then entrepreneurs in the Pulogadung PIK area are expected to be able to maintain their quality.

"
2019
T52684
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>