Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177627 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Achmad Rizki
"Pada penelitian terdahulu Candida hawaiiana CR015, yang ditumbuhkan pada medium Yeast Malt-extract Broth (YMB), telah dimanfaatkan sebagai komponen penyusun pollen substitute lokal untuk lebah madu Apis cerana. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan sumber karbon berupa sukrosa (gula pasir) dan sumber nitrogen berupa urea pada medium air kelapa terhadap jumlah biomassa khamir C. hawaiiana CR015. Hasil produksi biomassa terbaik yang diperoleh dibandingkan dengan hasil produksi biomassa pada medium YMB. Variasi konsentrasi sukrosa yang digunakan adalah 2,5% (b/v) dan 5% (b/v) dan variasi konsentrasi urea yang digunakan adalah 0,1% (v/v); 0,2% (v/v); dan 0,3% (v/v). Medium air kelapa dengan penambahan sukrosa dan urea diinokulasikan dengan inokulum sebanyak 108 cfu/ml berumur 20 jam dan fermentasi dilakukan dengan pengocokan 80 rpm selama 28 jam pada suhu 30oC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan sumber karbon berupa sukrosa dan sumber nitrogen berupa urea memengaruhi jumlah biomassa Khamir C. hawaiiana CR015 yang dihasilkan (p<0,05). Medium air kelapa dengan penambahan sukrosa 5% (b/v) dan urea 0,3% (v/v) menghasilkan biomassa terbesar rata-rata, yaitu 0,646 g/100 ml, dan lebih tinggi dibandingkan biomassa rata-rata yang dihasilkan medium YMB, yaitu 0,52 g/100 ml (p<0,05).

In the previous study, Candida hawaiiana CR015, from Yeast Malt-extract Broth (YMB) medium, has been used as a component of local pollen substitute for honey bee Apis cerana. The aims of this study were to know the effect of the addition of sucrose as carbon source and urea as nitrogen source in coconut water medium to biomass production of C. hawaiiana CR015. Best biomass yield obtained was compared to the result of biomass production of C. hawaiiana CR015 in YMB medium. Variation in the concentrations of sucrose used were 2.5% (w/v) and 5% (w/v) and concentrations of urea were 0.1% (v/v), 0.2% (v/v), and 0.3% (v/v). Coconut water medium in addition of sucrose and urea were inoculated with 20th-hour inoculum of 108 cfu/ml and incubated at 30oC with shaking of 80 rpm for 28 hours. The results showed that addition of sucrose and urea influenced biomass production of C. hawaiiana CR015 (p<0.05). Coconut water medium with addition of sucrose 5% (w/v) and urea 0.3% (v/v) showed higest biomass production (0.646 g/100 ml), and it was higher than biomass production in YMB medium (0.52 g/100 ml) (p<0.05)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44431
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sentot Tri Prabowo
"Pada penelitian terdahulu biomassa kering C. hawaiiana CR015, yang ditumbuhkan pada medium YMB, telah digunakan sebagai salah satu komponen pollen substitute untuk lebah madu Apis cerana Fabricius. Pada penelitian ini khamir ditumbuhkan pada medium air kelapa sebagai alternatif medium YMB. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh penambahan sumber karbon berupa sukrosa (gula pasir) dan sumber nitrogen berupa diamonium hidrogen fosfat [(NH4)2HPO4] pada medium air kelapa terhadap produksi biomassa C. hawaiiana CR015 dan membandingkan produksi biomassa pada medium perlakuan terbaik dengan medium YMB. Variasi konsentrasi sukrosa yang digunakan adalah 0% (b/v); 2,5% (b/v); dan 5% (b/v), sedangkan variasi konsentrasi [(NH4)2HPO4] yang digunakan adalah 0,1% (v/v); 0,2% (v/v); dan 0,3% (v/v). Produksi biomassa dilakukan dengan inkubasi selama 28 jam dengan kecepatan pengocokan 80 rpm dan menggunakan inokulum berumur 20 jam sebanyak 10% (v/v).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa medium Air Kelapa (AK)- Sukrosa (Suk) 5%-[(NH4)2HPO4] 0,3% merupakan medium perlakuan yang terbaik. Medium AK-Suk 5%-[(NH4)2HPO4] 0,3% menghasilkan biomassa rata- rata sebesar 0,49 g/100ml. Hasil tersebut lebih kecil dibandingkan hasil yang diperoleh pada medium komersial YMB, yaitu 0,55 g/100ml. Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa variasi konsentrasi sukrosa dan [(NH4)2HPO4] memberikan pengaruh terhadap produksi biomassa C. hawaiiana CR015.

In the previous studies, dry biomass of C. hawaiiana CR015 from YMB medium, has been used as one component of pollen substitute for honey bee Apis cerana Fabricius. In this study, the yeast was grown on coconut water as an alternative medium. The study aimed to determine the effect of carbon source (sucrose (sugar cane)) and source of nitrogen (diammonium hydrogen phosphate [(NH4)2HPO4]) in coconut water medium on the production of biomass C.hawaiiana CR015 and compare dry biomass production in the best coconut water medium with YMB medium. Variations in the concentration of sucrose used was 0% (w/v), 2.5% (w/v), and 5% (w/v), while the variations of the concentration of [(NH4)2HPO4] used was 0.1% (v/v), 0.2% (v/v), and 0.3% (v/v). Candida hawaiiana CR015 was incubated for 28 hours with shaking speed of 80 rpm. The age of inoculum used was 20 hours and the volume of inoculum used was 10% (v/v).
The results showed that the medium Coconut Water (CW)-Sucrose (Suc) 5%-[(NH4)2HPO4] 0.3% is the best medium that produce highest dry biomass. Medium AK-Suk 5%- [(NH4)2HPO4] 0.3% produce 0.49 g/100ml dry biomass in average. These results are lower than the results obtained in commercial YMB medium, 0.55 g/100ml. ANOVA test results showed that variations in the concentration of sucrose and [(NH4)2HPO4] influence the biomass production C. hawaiiana CR015.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44286
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathia Nova
"Pada penelitian terdahulu, Candida hawaiiana CR015 telah dimanfaatkan sebagai komponen pollen substitute untuk lebah madu Apis cerana. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi limbah nanas dengan penambahan urea terhadap produksi biomassa C. hawaiiana CR015 dan membandingkan berat kering biomassa yang diperoleh dari medium limbah nanas terbaik dan YMB. Penelitian dilakukan dengan menggunakan medium limbah nanas dengan rasio limbah nanas:air 1:1 (b/v) dan 2:1 (b/v) dengan penambahan urea 0% (b/v), 0,1% (b/v), 0,2% (b/v), dan 0,3% (b/v). Jumlah inokulum C. hawaiiana CR015 yang digunakan sebanyak 10% (v/v) dengan lama waktu fermentasi 28 jam. Penambahan berbagai konsentrasi urea pada medium limbah nanas memberikan pengaruh terhadap produksi biomassa C. hawaiiana CR015. Medium limbah nanas 2:1 (b/v) dengan penambahan urea sebesar 0,2% (b/v) menghasilkan berat biomassa kering rata-rata terbesar, yaitu 0,92 g/100 ml, lebih berat dibandingkan berat kering biomassa rata-rata yang dihasilkan medium YMB, yaitu 0,65 g/100 ml. Hasil uji Anova menunjukkan adanya pengaruh konsentrasi limbah nanas yang signifikan (p<0,05) dan tidak adanya pengaruh urea yang signifikan (p>0,05) terhadap produksi biomassa C. hawaiiana CR015. Hasil uji T menunjukkan adanya perbedaan nyata (p>0,05) antara berat kering biomassa C. hawaiiana CR015 yang dihasilkan dari medium limbah nanas dengan penambahan urea dan YMB.

In the previous studies, Candida hawaiiana CR015 has been used as a component of pollen substitute for honey bee Apis cerana. Aims of this study were to determine the effect of variations of pineapple waste concentration with the addition of urea to production of biomass C. hawaiiana CR015 and comparing the best dry weight biomass derived from pineapple waste medium and YMB. The study was conducted by using pineapple waste medium with a concentration of pineapple waste : water 1:1 (w/v) and 2:1 (w/v) with the addition of urea 0% (w/v), 0.1% (w/v), 0.2% (w/v), and 0.3% (w/v). The amount of C. hawaiiana CR015 inoculum used is 10% (v/v) with 28 hours fermentation time. The addition of different concentrations of urea in the medium pineapple waste gives effect on biomass production of C. hawaiiana CR015. Pineapple waste medium 2:1 (w/v) with the addition of urea at 0.2% (w/v) yielded a largest average weight of dry biomass, 0.92 g/100 ml, more severe than the average dry weight biomass C. hawaiiana CR015 producing in YMB medium, 0.65 g/100 ml. Anova test results showed that there is a significant effect of pineapple waste concentrations (p<0.05) and no significant effect of urea (p>0.05) for the production of biomass C. hawaiiana CR015. T test results showed that there is a significant difference (p> 0.05) between dry weight biomass C. hawaiiana CR015 resulting from pineapple waste medium with the addition of urea and YMB."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44395
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rusli Munzir
"Pada penelitian terdahulu, Candida hawaiiana CR015 yang ditumbuhkan pada medium Yeast Malt-extract broth (YMB) digunakan sebagai komponen penyusun pollen substitute bagi lebah madu Apis cerana. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh konsentrasi limbah nanas dan diamonium hidrogen fosfat [(NH4)2HPO4] terhadap produksi biomassa C. hawaiiana CR015. Biomassa diproduksi menggunakan medium dengan variasi konsentrasi limbah nanas 1:1 dan 2:1 (limbah nanas:air) (b:v) serta sumber nitrogen berupa (NH4)2HPO4 dengan variasi konsentrasi 0,1% (b/v), 0,2% (b/v), dan 0,3% (b/v). Produksi biomassa pada medium limbah nanas terbaik dibandingkan dengan produksi pada medium YMB. Produksi biomassa dilakukan dengan inkubasi selama 28 jam pada kecepatan pengocokan 80 rpm dan menggunakan inokulum berumur 20 jam sebanyak 10%. Hasil uji ANOVA memperlihatkan bahwa konsentrasi limbah nanas dan (NH4)2HPO4 memengaruhi produksi biomassa C. hawaiiana CR015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biomassa kering C. hawaiiana CR015 paling banyak dihasilkan pada medium limbah nanas dengan konsentrasi limbah:air sebesar (2:1) yang ditambahkan (NH4)2HPO4 sebesar 0,2% (b/v). Medium perlakuan terbaik menghasilkan biomassa dengan berat rata-rata 0,990 g/100 ml, lebih besar dibandingkan dengan medium YMB, yaitu 0,755 g/100 ml.

Candida hawaiiana CR015 that had been grown on Yeast Malt-extract Broth (YMB) medium has been used as a component of the pollen substitute for honey bee Apis cerana. The study aims to determine the effect of carbon source (pineapple waste) and nitrogen source (diammonium hydrogen phosphate [(NH4)2HPO4]) in pineapple waste medium on the production of C. hawaiiana CR015 biomass. Medium with various concentrations of pineapple waste 1:1 and 2:1 (pineapple waste:water) (w:v), (NH4)2HPO4 0.1% (w/v), 0.2% (w/v), and 0.3% (w/v) were used in this study. Biomass production in the best pineapple waste medium compared to YMB medium. Candida hawaiiana CR015 was incubated for 28 hours with shaking speed of 80 rpm and using 10% (v/v) inoculum (age 20 hours). ANOVA test showed that the concentration of pineapple waste and (NH4)2HPO4 influence the C. hawaiiana CR015 biomass production. The results showed that the highest yield of dry biomass was produced from 2:1 pineapple waste medium + (NH4)2HPO4 0.2% (w/v). Pineapple waste medium (2:1) + (NH4)2HPO4 0.2% (w/v) produce 0.990 g/100 ml dry biomass. The results are higher than the results obtained in YMB medium, 0.755 g/100 ml medium."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44729
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fajar Rahadian
"Masalah lingkungan, terutama pencemaran oleh limbah semakin parah seiring berkembangnya peradaban dan teknologi. Salah satu cara untuk menangani masalah tersebut adalah dengan menjadikan limbah sebagai medium kultivasi mikroalga. Selain untuk mengolah limbah, mikroalga juga dapat dimanfaatkan biomassanya untuk dijadikan sebagai bahan baku biofuel dengan transesterifikasi kandungan lipidnya menjadi biodiesel. Dari mikroalga potensial yang ada, yang memiliki dwifungsi sebagai agen bioremediasi sekaligus sebagai bahan baku biodiesel adalah Nannochloropsis sp. Hal ini dikarenakan ketahanan serta kandungan lipidnya yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan mikroalga lainnya.
Pada penelitian ini, dilakukan kultivasi mikroalga Nannochloropsis sp. dengan menggunakan limbah cair tahu dan ekstrak kompos dengan medium Walne sebagai kontrol untuk dilihat hasil lipid yang didapat. Medium limbah cair tahu yang digunakan memiliki kadar sebesar 20% (v/v) dan ekstrak kompos sebesar 10 ppm. Kultivasi dilakukan selama 204 jam dengan metode pencahayaan kontinyu dan aerasi sebesar 12 m/s. Ekstraksi lipid dilakukan dengan menggunakan metode Bligh-Dyer. Kultivasi dengan menggunakan limbah cair tahu dan ekstrak kompos masing-masing menghasilkan lipid sebesar 41,21 dan 38,25%, sedangkan kultivasi dengan medium kontrol Walne menghasilkan lipid sebesar 24,10%.

Environmental problems, especially pollution by waste is getting worse as civilization and technology continue to develop. One way to address this problem is to make waste as a medium of microalgae cultivation. In addition to treating wastewater, the biomass can also be used for biofuels by using its lipid content as raw material for biodiesel transesterification. From all of the discovered microalgae, one which have a dual function as a bioremediation agent as well as a raw material of biodiesel is Nannochloropsis sp. This is because of its resistance lipid content which is higher when compared with other microalgae.
In this study, the cultivation of microalgae Nannochloropsis sp. is performed using tofu waste water and compost extract with Walne medium as control medium to see the lipids obtained from said cultivation. The cultivation time is 204 hours with continuous illumination for 3000 lux and aeration velocity amounted to 12 m/s. The lipid is extracted from biomass by using Bligh-Dyer method. Tofu waste water medium which is used in the cultivation is composed of 20% (v / v) waste, and the compost extract is composed of 10 ppm. As the results, cultivation of Nannochloropsis sp. using tofu waste water produce lipid 41.21% of its dry weight, whereas by using compost extract the lipid produced is 38.25%, while by using Walne medium we get 24.10%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47730
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Santoso
"Indonesia di masa yang akan datang diprediksi akan mengalami krisis energi nasional sehingga diperlukan upaya untuk mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil. Salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan sumber energi fosil adalah dengan mencari sumber energi terbarukan. Mikroalga mempunyai potensi besar sebagai sumber energi terbarukan karena mikroalga mempunyai keuntungan akibat produktivitas yang tinggi dan ramah lingkungan. Walaupun demikian biaya produksi biomassa mikroalga masih tinggi dan nilai NER (net energy ratio) relatif rendah apabila dibandingkan biaya produksi dan NER biomassa yang lain seperti minyak kelapa sawit, biji jarak dan jenis umbi-umbian.
Berdasarkan hasil studi literatur terungkap bahwa metode perhitungan LCA (life cycle assessment) pada proses produksi biodiesel belum memperhitungkan variabel komoditas lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk memodifikasi metode perhitungan LCA dengan menambahkan variabel komoditas lingkungan yaitu biaya sosial, nilai lahan dan biaya lingkungan. Penentuan biaya sosial dihitung berdasarkan nilai potensi konflik sosial yang mungkin terjadi. Nilai potensi konflik sosial diperkirakan dari prosentase nilai investasi total berdasarkan studi dari beberapa sumber. Nilai lahan dihitung dari nilai hasil produksi lahan dan nilai fungsi ekologis lahan. Nilai lingkungan dihitung berdasarkan biaya (nilai kerugian) akibat pencemaran udara. Nilai pencemaran udara ini dihitung dengan menggunakan perangkat lunak Environmental Priority Strategy (EPS) versi 2000 yang sudah disetarakan dengan elastisitas lingkungan Indonesia.
Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel komoditas lingkungan yang ditambahkan pada perhitungan LCA metode modifikasi menyebabkan harga produksi biodiesel untuk mikroalga dan kelapa sawit masing-masing naik 3% dan 18% sehingga harganya menjadi Rp. 9.292/liter dan Rp. 9.546,-/liter. Hasil perhitungan NER pada metode LCA existing, dan LCA modifikasi pada produksi biodiesel mikroalga adalah 0,62 ± 0,078 dan 0,60 ± 0,075, sedangkan pada produksi biodiesel kelapa sawit adalah 4,17 ± 0,79 dan 3,22 ± 0,61. Dengan demikian selisih nilai NER antara metode existing dan metode modifikasi pada biodiesel mikroalga adalah 0,021 ± 0,002 dan pada kelapa sawit adalah 0,952 ± 0,181. Rendahnya nilai selisih NER pada biomassa mikroalga menunjukkan bahwa proses produksi biodiesel dari biomassa ini cenderung lebih ramah lingkungan. Hasil perhitungan t-test untuk masing-masing nilai NER mikroalga dan kelapa sawit pada metode LCA existing dan metode modifikasi menunjukkan nilai yang berbeda nyata (signifikan). Demikian juga berdasarkan perhitungan t-test untuk selisih nilai NER LCA existing lebih kecil pada biomassa mikroalga daripada kelapa sawit. Hasil ini membuktikan bahwa perhitungan LCA modifikasi yang memasukkan variabel lingkungan menunjukkan bahwa metode modifikasi memberikan hasil yang signifikan pada proses produksi yang ramah lingkungan (non-eksploitatif) dibandingkan yang tidak ramah lingkungan (eksploitatif).
Hasil analisis keberlanjutan proses produksi biodiesel mikroalga yang dinyatakan dalam nilai total indeks keberlanjutan biomassa adalah sekitar 51,56%, sehingga dapat disimpulkan bahwa proses produksi biodiesel mikroalga mempunyai prospek besar sebagai sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan di Indonesia."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Kristin
"Kebutuhan energi listrik di Indonesia yang terus meningkat telah memicu dilakukannya berbagai riset ke arah teknologi inovatif yang lebih efektif, efisien dan ramah lingkungan untuk memproduksi energi listrik. Salah satu teknologi alternatif yang bisa dikembangkan adalah Microbial Fuel Cell (MFC) yang berbasis prinsip bioelektrokimia dengan memanfaatkan mikroorganisme untuk memecah substrat sehingga menghasilkan energi listrik.
Pada penelitian kali ini dikaji pengaruh variasi volume limbah yang digunakan dan variasi luas permukaan. Reaktor MFC yang memiliki volume limbah 2000 mL menghasilkan listrik yang lebih tinggi dibandingkan MFC dengan volume limbah 500 mL yaitu sebesar 3,03 mW/m2, namun dengan efisiensi Columbic yang lebih rendah, yaitu 0,14%. Reaktor MFC dengan nilai luas permukaan elektroda tertinggi, yaitu sebesar 92 cm2 menghasilkan densitas daya yang paling tinggi yaitu 0,02 mW/m2, namun dengan efisiensi Columbic yang paling rendah, yaitu 0,07 %, dan pada perhitungan efisiensi Coulombic, konfigurasi paralel pada reaktor MFC mendapatkan nilai yang paling tinggi, yaitu 0,06%.
Penggunaan limbah cair industri tempe dapat menghasilkan listrik dalam sistem MFC sekaligus dapat mengurangi kadar COD dalam limbah. Riset lebih lanjut dalam sistem MFC dan pemanfaatan limbah cair industri tempe sebagai substrat dalam sistem MFC dapat mereduksi biaya operasi sistem MFC, sekaligus menjadikan MFC sebagai teknologi penghasil listrik yang ekonomis, ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Electrical energy demand in Indonesia has sparked a growing range of research done in the direction of innovative technologies that are more effective, efficient and environmentally friendly to produce electrical energy. One of the alternative technologies that could be developed is a Microbial Fuel Cell (MFC) based on the principle of bioelectrochemical by utilizing microorganisms to break down the substrate to produce electrical energy.
In the present study examined the influence of variations in the volume of waste that is used and variation of the surface area of the electrode. MFC reactor with a volume of 2000 mL has generated higher electricity than the MFC with 500 mL volume, which is 3.03 mW/m2, but with a lower efficiency Columbic, 0.14%. MFC reactors with the highest value of the electrode surface area, which is equal to 92 cm2 produces the highest power density is 0.020 mW/m2, but with the lowest efficiency Coulumbic, namely 0.07%, and in the Coulombic efficiency calculations, a parallel configuration in MFC reactors get the highest value, which is 0.06%.
The use of tempe industrial wastewater can produce electricity in the MFC system can simultaneously reduce COD levels in the effluent. Further research in the MFC system and utilization of tempe industrial wastewater as a substrate in MFC system can reduce operating costs of MFC system, as well as making electricity-producing technology that is economical, environmentally friendly and sustainable.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35180
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizali Nurcahya Nararya
"Kebutuhan energi di dunia semakin meningkat. Hal ini mendorong terbentuknya penelitian berbasisi Energi Baru dan Terbarukan (EBT) salah seperti biomassa dan salah satunya adalah biohidrogen. Unit penting dalam proses pembuatan biohidrogen adalah gasifier dan char combustor. Gasifier adalah unit reaksi pembentukan biohidrogen. Untuk mengoptimasi kinerja unit proses awal pabrik bioidrogen dari biomassa ini maka akan dipasangkan sistem pengendalian dengan metode MPC. Pengendali MPC bergantung pada model empirik FOPDT yang diperoleh dengan melakukan identifikasi sistem.
Pemodelan empirik melalui PRC menghasilkan pengendali MPC yang tidak lebih baik dari pengendali PI. Setelah dilakukan MPC tuning dan reidentifikasi, kinerja MPC menjadi lebih baik dibandingkan PI. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai IAE yang kecil. Untuk IAE pada pengendalia suhu gasifier nilaie IAE nya 184,47 dengan kenaikan performa pengendalia 100% disbanding PI, untuk char combustor IAEnya sebesar 61,12 dengan kenaikan performa pengendali sebesar 78,9% dan pada unit cooler IAEnya menjadi 12,76 dengan kenaikan kinerja pengendali 81,11%. Hal tersebut menjadikan kinerja pengendali meningkat 70% hingga 80% dan ketigaya dapat bekerja dengan baik pada proses menyeluruh.

Need of energy source increasing each year. It lead researcher to find another source of newable and renewabale energy such biomass energy based as an example biohydrogen. The important proses unit in biohydrogen plant is gasifier and char combustor. Gasifer is reactor that produce biohydrogen from biomethane. To optimize plant performance, plant will utilize with proses control equipment with MPC method. MPC controller depend on empirical model from system identification.
Result of empirical modeling with PRC method is MPC model that has not better performance than PI method controller. But, after MPC tuning and reidentification of empirical model, the MPC controller have better performance than PI method. It proven by smaller IAE number. In gasifier IAe humber is 184.47%, it has 100% increases of performances char combustor temperature control the IAE number is 61,12%, it performance is increase in 78%. IAE number in cooler is 12,67 it performance is increase 81,18% . It make proses control performance increase for 70% up to 80%. Proses Control work very well in overall process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59246
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azmi Muntaqo
"Potensi energi biomassa cukup besar di Indonesia karena sebagian besar wilayahnya terdiri dari hutan dan pesisir pantai. Salah satu pemanfaatan energi biomassa saat ini yang cukup popular yaitu Fluidized Bed Combustor, Alat pengkonversi energi biomassa menjadi energi panas yang dapat dimanfaatkan lagi. Biomassa yang digunakan berupa tempurung kelapa dengan ukuran 1x1 cm dan 1.5 x1.5 cm. Fluidized Bed Combustor bekerja memanfaatkan hamparan pasir yang difluidisasikan menggunakan udara bertekanan. Temperatur kerja rata- rata. Fluidized Bed Combustor berada pada 600-900°C. Hamparan pasir yang digunakan ialah pasir silika dengan ukuran mesh 20-40 􀟤m. Pasir memiliki peranan penting dalam pengoperasian Fluidized Bed Combustor. Maka dilakukan pengujian terhadap hamparan pasir mesh 20-40 􀟤m. Dengan pembanding menggunakan hamparan pasir mesh 20-30 􀟤m, hasilnya hamparan pasir mesh 20-40 􀟤m lebih baik dari mesh 20-30 􀟤m karena, hasil fluidaisasinya lebih stabil dengan rata-rata temperatur T2 738 ℃ - 863 ℃ . dan temperature pada free board area T4 mencapai 823.3709℃"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43621
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Resiana Winata
"Kompor biomassa konvensional yang ada saat ini masih memiliki permasalahan dengan emisi gas CO yang tinggi dibandingkan kompor LPG. Pada penelitian ini, dirancang suatu kompor gas-biomassa menggunakan prinsip Top- Lit Up Draft Gasifier yang diharapkan menghasilkan emisi gas CO yang rendah dengan membakar gas pirolisis dari pelet biomassa. Kompor memiliki diameter dalam sebesar 15 cm, diameter luar 20 cm, tinggi reaktor gasifikasi 51 cm, dan tinggi keseluruhan 95 cm. Kompor menggunakan pelet biomassa dari limbah bagas yang mengandung volatile matter tinggi. Dengan memvariasikan rasio antara laju alir udara sekunder dan udara primer, didapatkan emisi gas CO ratarata terendah, 16,4 ppm (dengan emisi gas CO maksimum yang diperbolehkan adalah 25 ppm), yang terjadi pada rasio 11:1. Perbandingan antara nilai rasio tersebut menunjukkan suhu api maksimum tertinggi yang dicapai adalah 544,44°C pada rasio 6:1. Menggunakan Water Boiling Test, efisiensi termal tertinggi yang dicapai adalah 55%, dimana waktu tersingkat untuk mendidihkan 1 L air adalah 6 menit. Api kompor berwarna kuning menunjukkan pembentukan jelaga.

Nowadays conventional biomass stoves still have a problem of having high CO gas emission compared to LPG stoves. In this research, a biomass-gas stove has been designed using Top-Lit Up Draft Gasifier principle, which had been expected to have low CO gas emission by burning pyrolysis gas from biopellets. The stove has 15 cm inner diameter, 20 cm outer diameter, 51 cm gasification reactor height, and 95 cm overall height. The stove uses biopellet made of bagasse waste, which have high volatile matters content. By varying the ratio of secondary air flow to primary air flow, it was found that the lowest CO gas emission, 16,4 ppm (with maximum CO gas emission allowable is 25 ppm), occurred at the ratio of 11:1. Comparison of different values of the ratio shows that the highest maximum flame temperature achieved was 544,44oC occurring at the ratio of 6:1. Using Water Boiling Test, the highest thermal efficiency achieved was 55%, which corresponds to the shortest time to boil 1 L of water (6 minutes). The stove has yellow flame that indicates the formation of soot."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43082
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>