Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135476 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khairunnisa Yodia Ditakusuma
"Jakarta Utara merupakan salah satu dari enam daerah di Provinsi DKI Jakarta dengan insidens demam berdarah dengue (DBD) yang tinggi. Pengetahuan mengenai gejala klinis DBD kepada guru swasta di Jakarta Utara dibutuhkan agar dapat mendeteksi dini DBD. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan pengetahuan guru sekolah swasta mengenai gejala klinis DBD di Jakarta Utara. Penelitian ini menggunakan desain penelitian pre-post study. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 22 September 2011 dan seluruh guru swasta yang hadir saat penyuluhan menjadi subyek penelitian dengan mengisi kuesioner yang berisi lima pertanyaan mengenai gejala klinis DBD sebelum dan sesudah penyuluhan. Data diproses dengan SPSS versi 18 dan diuji dengan marginal homogeneity.
Hasilnya menunjukkan dari 82 responden, terdapat 34 (41,5%) guru perempuan dan 48 (58,5%) guru laki-laki. Hasil pre-test, guru yang memiliki tingkat pengetahuan baik adalah 25 (30,5%) orang, cukup 22 (26,8%), dan kurang 35 (42,7%) orang. Pada post-test jumlah guru dengan pengetahuan baik menjadi 55 (67%) orang, cukup 20 (24,4%), dan kurang 7 (8,6%). Uji marginal homogeneity menunjukkan perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0,01). Disimpulkan penyuluhan berperan dalam meningkatkan pengetahuan guru swasta mengenai gejala klinis DBD.

Jakarta Utara is one of six districts in DKI Jakarta with the high incidence of dengue hemorrhagic fever (DHF). It is necessary to giving the knowledge about clinical symptoms of DHF in private teachers in Jakarta Utara in order tomake the early diagnosis of DHF. This study used pre-post study design. The data was taken in 22 September 2011 in Jakarta Utara Walikota office by filling the questionnaire that contain five questions about the clinical symptoms of DHF before and after the health education. All private teachers who attended the health education are becoming the subject of the research. Data processed with SPSS version 18 and used marginal homogeneity test.
The results show of 82 respondents, there were 34 (41.5%) female teachers and 48 (58.5%) male teachers. Pre-test results, teachers who have good knowledge level is 25 (30.5%) people, moderate knowledge is 22 (26.8%), and poor knowledge is 35 (42.7%) people. In post-test, the number of teachers who have good knowledge is 55 (67%) people, moderate knowledge is 20 (24.4%), and poor knowledge is 7 (8.6%) people. By using the marginal homogeneity test it is showed significant differences in the level of knowledge before and after extension (p <0.01). It was concluded that health education have the role in improving teachers' knowledge about the clinical symptoms of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) in Jakarta Utara.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inda Tasha Bastaman
"Jakarta Utara merupakan salah satu kota administrasi di Provinsi DKI Jakarta yang memiliki insidens demam berdarah dengue (DBD) yang tinggi. Pengetahuan rakyat Jakarta Utara mengenai vektor DBD harus dikembangkan guna meningkatkan kewaspadaan akan DBD. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak penyuluhan kesehatan mengenai vektor DHF dalam meningkatkan pengetahuan guru swasta di Jakarta Utara.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian pre-post study. Data diambil pada tanggal 22 September 2011 dan seluruh guru yang hadir saat penyuluhan menjadi subjek penelitian dengan mengisi kuesioner sebelum dan sesudah penyuluhan yang berisi lima pertanyaan mengenai vektor DBD. Data diproses dengan SPSS versi 11.5 dan diuji dengan marginal homogeneity. Hasilnya menunjukkan dari 82 responden, terdapat 34 orang guru perempuan (41,5%) dan 48 orang guru laki-laki (58,5%).
Hasil pretest, guru yang memiliki pengetahuan baik sebesar 56 orang (59,5%), cukup 19 orang (23,2%), dan buruk 6 orang (7,3%). Setelah posttest, guru dengan pengetahuan baik berubah menjadi 73 orang (89,0%), cukup 8 orang (9,8%), dan buruk 1 orang (1,2%). Uji marginal homogeneity menunjukkan perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0,01).
Disimpulkan penyuluhan memiliki dampak dalam meningkatkan pengetahuan guru swasta mengenai vektor DBD dan penelitian kembali diperlukan untuk mengetahui pengetahuan guru setelah intervensi diberikan.

North Jakarta is one of the administration areas in DKI Jakarta province that has high incidence of dengue hemorrhagic fever (DHF). The knowledge of people living in North Jakarta about DHF vector should be improved to increase the awareness of DHF. The purpose of this research is to know the impact of health education about DHF vector in improving the knowledge of private teachers in North Jakarta.
The design of this research was pre-post study. The data was collected in September 22nd 2011 and all teachers who attended the education became the subject of research by filling questionnaire before and after the education, which consisted of five questions regarding DHF vector. The data was processed by using SPSS version 11.5 and tested with marginal homogeneity. The result showed from 82 respondents, female teachers were 34 people (41.5%) and male teachers were 48 people (58.5%).
Pretest results showed that teachers with good knowledge were 56 people (59.5%), average 19 people (23,2%), and poor 6 people (7.3%). Posttest result showed that teachers with good knowledge changed into 73 people (89.0%), average 8 people (9.8%), and poor 1 people (1.2%). Marginal homogeneity showed significant difference on knowledge before and after the education (p<0.01).
In conclusion, health education has an impact in increasing the knowledge about DHF vector and further research is needed to know the teacher's knowledge after the infervention.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gladys
"Jakarta Utara merupakan daerah dengan insidens demam berdarah dengue (DBD) tinggi di Provinsi DKI Jakarta.Untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas akibat DBD masyarakat khususnya guru sekolah perlu diberikan pengetahuan mengenai pertolongan pertama pada DBD. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas penyuluhan mengenai pertolongan pertama DBD pada guru swasta di Jakarta Utara.
Desain penelitian ini adalah pre-post study dan data diambil pada tanggal 22 September 2011. Semua guru yang hadir saat penyuluhan dijadikan subyek penelitian. Data diambil dengan kuesioner yang berisi lima pertanyaan mengenai pertolongan pertama sebelum dan sesudah penyuluhan. Data diproses dengan SPSS versi 11,5 dan diuji dengan marginal homogeneity. Hasilnya menunjukkan dari 82 responden, guru perempuan 34 orang (41,5%) dan laki-laki 48 orang (58,5%).
Hasil pre-test, guru yang memiliki tingkat pengetahuan baik adalah 3 orang (3,7%), cukup 13 orang (15,9%), dan kurang 66 orang (80,5%). Pada post-testjumlah guru dengan pengetahuan baik menjadi 5 orang (6,1% ), cukup 26 orang (31,7%), dan kurang 51 orang (62,2%). Uji marginal homogeneity menunjukkan perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0,01). Disimpulkan penyuluhan efektif meningkatkan pengetahuan guru mengenai pertolongan pertama DBD.

North Jakarta has high incidence of dengue haemorrhagic fever (DHF) in DKI Jakarta. To reduce mortality and morbidity of DHF, people especially teachers need to be educated on first aid of DHF. Purpose of this research is to know the effectiveness of health education on first aid of DHF on private teachers in North Jakarta.
The design of the research is pre-post study and data was taken on September 22nd, 2011. Teachers who came were all subjects. Data was taken by questionnaires of 5 questions about first aid of DHF before and after the education. Data was processed with SPSS version 11.5 and tested with marginal homogeneity. The result shows that from 82 respondents, female teachers were 34 people (41.5%) and 48 people (58.5%) male teachers.
Pretest results show that teachers who had good, moderate, and poor knowledge were 3 people (3.7%), 13 people (15.9%), and 66 people (80.5%). In the post-test, it was found that teachers with good, moderate, and poor knowledge were 5 people (6,1%), 26 people (31.7%), 51 people (62.2%). Marginal homogeneity showed significant difference on knowledge before and after the education (p<0.01). To conclude, health education is effective to increase the knowledge first aid of DHF.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catherine Josephine
"Demam berdarah dengue (DBD) di Jakarta Utara memiliki nilai insidens tertinggi di Provinsi DKI Jakarta. Untuk mengurangi ini, masyarakat perlu dibekali dengan pengetahuan mengenai mengontrol vektor dari DBD dengan bantuan para guru. Tujuan dari riset ini adalah untuk mengerti manfaat dari penyuluhan kontrol vektor DBD kepada guru-guru. Riset ini menggunakan perbandingan pre-post sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan. Data diambil pada tanggal 22 September 2011. Seluruh guru yang hadir di penyuluhan merupakan sampel dari riset ini. Kuesioner berisi 5 pertanyaan digunakan untuk menguji tingkat pengetahuan dari guru-guru baik sebelum dan sesudah penyuluhan.
Ditemukan dari 82 orang guru yang hadir, yang memiliki tingkat pengetahuan kurang, sedang, dan baik adalah sebanyak 29 orang (35.4%), 35 orang (42.7%), and 18 orang (22%) dalam mengerjakan pre-test. Ditemukan bahwa tidak ada hubugan antara karakteristik demografik dengan tingkat pengetahuan para guru. Setelah diberikan intervensi penyuluhan yang memiliki tingkat pengetahuan kurang, sedang, dan baik adalah sebanyak 4 orang (4.9%), 16 orang (19.5%), and 62 orang (75.6%).
Uji statistik menggunakan Marginal Homogeneity menunjukkan bahwa ada perubahan yang signifikan antara tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan. Dapat disimpulkan bahwa penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai kontrol vektor DBD dari guru-guru yang diharapkan dapat disalurkan kepada murid-muridnya dan lingkungan sekitar.

Dengue haemorrhagic fever (DHF) in North Jakarta has the highest number of incidences in DKI Jakarta. To reduce this, the society has to have proper education about DHF vector control.The purpose of this research is to understand the benefit of a health education of DHF vector control. This research uses pre-post study and the data collection was done on September 22nd, 2011. All the private teachers who attend the health education are all subjects. They were given questionnaires of 5 questions about DHF vector control prior and after intervention. The data was processed by using SPSS 11.5.
The result of the test from 82 respondents shows that people with poor, moderate, and good knowledge levels are 29 people (35.4%), 35 people (42.7%), and 18 people (22%) during the pre-test. The knowledge level doesn?t correlate with the demographic characteristics. After the intervention was given, people with poor, moderate, and good knowledge levels are 4 people (4.9%), 16 people (19.5%), and 62 people (75.6%).
Analysis with marginal homogeneity proves that there are significant difference between the knowledge level before and after the intervention (p<0.01). In summary, health education improves the knowledge level of DHF vector control of the private teachers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erdi Komara
"Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah DKI dalam pemberantasan penyakit DBD adalah dengan adanya Juru Pemantau Jentik (Jumantik) yang bertugas melakukan pemeriksaan jentik secara berkala, sehingga diharapkan dapat mengurangi kejadian kasus DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Jumantik di Kecamatan Tebet Kodya Jakarta Selatan dengan metode pendekatan cross sectional dan melibatkan 81 Jumantik sebagai sampel. Metode analis data menggunakan analisis univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor usia berhubungan dengan kinerja Jumantik (p=0,043), dan kesesuaian honor (p = 0,03). Faktor lain yang tidak berhubungan dengan kinerja Jumantik adalah tingkat pendidikan (p = 0,47), status pekerjaan (p = 0,08), masa kerja (p = 0,59), tingkat pengetahuan (p = 0,39), pelatihan PSN (p = 0,59), frekuensi pelatihan (p = 0,49), perlengkapan PSN (p = 0,13), kartu berobat gratis (p = 0,56), pemberian bubuk larvasida (p = 0,22) dan lingkungan (p = 0,49).
Kesimpulan dari penelitian ini terdapat dua variabel yang mempengaruhi kinerja Jumantik di Kecamatan Tebet yaitu usia dan kesesuaian honor, meskipun perlu adanya penelitian lebih lanjut.

The once of Jakarta government policies were to eradication dengue haemorrhagic fever (DHF) case with the Jumantik (mosquito larvae monitor) who task of inspection larvae periodically, so the expected to decrease the DHF cases. This study aims to determine the factors that can influence Jumantik work performance in the district Tebet South of Jakarta with cross-sectional approach method and involved 81 Jumantik as the sample. The data was analyzed by univariate and bivariate.
Reseach result, there was correlation of age with Jumantik work performance (p=0,043), and correlation of the suitability of honor with Jumantik work performance (p = 0,03). Other factors there were no correlation with Jumantik work performance is level of education (p = 0,47), employment status (p = 0,08), longer work as Jumantik (p = 0,59), level of knowledge (p = 0,39), training of PSN (mosquito larvae eradication) (p = 0,59), frequency of training (p = 0,49), PSN tools (p =0,13), free medical treatment card (p = 0,56), larvasida of provision (p = 0,22) and work environment (p = 0,49).
Conclutions of the study there are two variables that affect Jumantik work performance that level of age and suitability of honor, although need for further reseach.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Demam berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di Jakarta sehingga penting untuk merencanakan tindakan pencegahan sebelum terjadinya wabah. DBD dikaitkan dengan perubahan iklim karena puncak kejadian biasanya terjadi pada awal dan akhir musim hujan. Namun, karena perubahan iklim global, iklim di Jakarta tidak dapat diprediksi. Subjek dengan diagnosa DBD di Jakarta Pusat dari tahun 2008 sampai 2010 dicatat oleh Sudinkes Jakarta Pusat. Data sekunder dianalisis untuk menyelidiki tren DBD berdasarkan usia, jenis kelamin dan case fatality rate (CFR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian puncak diamati pada bulan Mei (tahun 2008) dan Maret (tahun 2009 dan 2010). Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan (p <0,19), sedangkan orang dewasa lebih rentan terhadap DBD dibandingkan dengan anak-anak (p <0,001). CFR pada ketiga tahun tersebut berada di bawah standar (<1%). Intinya, semua masyarakat harus waspada terhadap DBD. Kewaspadaan terhadap DBD harus ditingkatkan terutama pada bulan Maret sampai Mei. Namun, orang dewasa harus lebih waspada terhadap DBD dibandingkan dengan anak-anak. Akhirnya, CFR di Jakarta harus dipertahankan <1% dengan pengurangan kasus DBD.

Dengue Hemorrhagic fever (DHF) constitutes a significant public health problem in Jakarta thus becomes crucial to plan preventive measure before an outbreak occurs. There is a strong association between DHF and climate changes because the highest cases of DHF often occurs at the beginning of rainy season and also when rainy season is near the end. Because the climate changes from time to time, as the consequence, climate in Jakarta is unpredictable. Subjects diagnosed for DHF in Central Jakarta from the year of 2008 to the year of 2010 were documented by Sudinkes of Jakarta Pusat. Investigation was performed on the trend of DHF cases using the secondary data with the adjustment of several criteria such as age, gender and case fatality rate (CFR). Results revealed that the peak incidence of DHF infections was detected in May 2008 and in March 2009 and 2010. There was no difference observed between male and female (p<0.19), whereas adult personnels were more susceptible to suffer from DHF compared to children (p<0.001). CFR apperead to be under the standard (<1%). To conclude, all societies living in the area of Central Jakarta should be aware of DHF. The awareness towards dengue infection have to be raised particularly from March until May. However, adults should increase their awareness towards DHF more than children. Lastly, CFR of DHF in Jakarta has to be maintained < 1%. This can be done with the efforts on decreasing of DHF cases."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Refniwita
"Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di wilayah Jakarta, khususnya di wilayah Kecamatan Duren Sawit. Kejadian DBD dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu karakteristik individu, tingkat pengetahuan, perilaku dan kondisi lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko kejadian DBD di wilayah Kelurahan Pondok Kelapa, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Desain penelitian yang digunakan adalah kasus kontrol. Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei hingga Juni 2014 dengan memilih 50 kasus dan 50 kontrol secara acak. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung menggunakan kuesioner dan kegiatan observasi di rumah responden.
Hasil analisis bivariat menemukan bahwa terdapat hubungan antara umur (p value=0,000; OR=6,66), jenis kelamin (p value=0,007; OR=0,29) dan jenis pekerjaan (p value=0,000; OR=6,64) dengan kejadian DBD di wilayah Kelurahan Pondok Kelapa. Dari penelitian ini dapat terlihat bahwa kerjasama lintas sektor dibutuhkan untuk melakukan pemberantasan penyakit DBD. Selain itu, penyuluhan perlu dilaksanakan untuk meningkat pengetahuan masyarakat sehingga mereka mampu mengubah perilakunya ke arah yang lebih baik.

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) has become a public health problem in Jakarta, especially in Duren Sawit Subdistrict. Incidence of DHF is influenced by several factors such as individual characteristics, knowledge levels, behaviours and environmental conditions. The purpose of this research is to find out the DHF risk factors in the Pondok Kelapa Urban Village, Duren Sawit Subdistrict, East Jakarta 2014. This research used a case control design. It was held in May to June 2014 by selecting 50 cases and 50 controls randomly. The data collection was conducted through a direct interview with respondents by using a questionnaires and observation activities in their residence.
The result of bivariate analysis found that there are a meaningful relationship between age (p value=0,000; OR=6,66), sex (p value=0,007; OR=0,29) and type of work (p value=0,000; OR=6,64) with incidence of DHF in Pondok Kelapa Urban Village, Duren Sawit Subdistrict. From this research, it can be seen that the cross sector cooperation is needed to make an eradication of DHF. Beside that, counseling should be implemented in order to increase public knowledge about DHF so they are able to change their behaviour towards better.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55824
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heri Purwanto
"Penelitian ini menyelidiki kejadian penyakit DBD tahun 2012 di Kecamatan Karawang Barat, Kecamatan Telukjambe Timur dan Kecamatan Karawang Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik individu, lingkungan biologik rumah, lingkungan fisik rumah dan perilaku terhadap kejadian penyakit DBD. Penelitian dengan disain kasus kontrol, dan perbandingan jumlah kasus kontrol 156:156.
Hasil analisis penelitian, variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian penyakit DBD adalah kebiasaan gantung pakaian di luar lemari, kebiasaan menutup tempat penampungan air (TPA) dan kebiasaan mengubur barang-barang bekas/membuangnya jauh dari area rumah. Analisis risiko menunjukkan kelompok yang berisiko berpeluang terkena penyakit DBD 4,049 kali dibanding pada kelompok yang tidak berisiko.
Kesimpulan analisis multivariat, ada 4 variabel independen yang diduga mempunyai hubungan signifikan dengan kejadian penyakit DBD, yaitu kebiasaan gantung pakaian di luar lemari, kebiasaan pakai obat nyamuk/repellent, kebiasaan menutup TPA, dan kebiasaan mengubur barang-barang bekas / membuangnya jauh dari area rumah. Dari empat variabel tersebut yang terbesar pengaruhnya terhadap kejadian penyakit DBD adalah variabel kebiasaan gantung pakaian di luar lemari dengan OR = 2,908.

This study investigates the incidence of dengue fever in 2012 in West Karawang District, East Telukjambe District and East Karawang District. This study aimed to determine the relationship of individual characteristics, the biological environment, the physical environment and behavior on the incidence of DHF. Study with case-control design, and a number of case-control comparison of 156:156.
Results of analysis, variables significantly associated with the incidence of DHF is custom of hanging clothes outside cabinets, custom cover water reservoirs and the custom of burying the secondhand goods / throw away from the home area. Risk analysis showed that the group exposed to potential risk of DHF 4.049 times than in those not at risk.
Conclusion multivariate analysis, there are 4 independent variables thought to have a significant relationship with the incidence of DHF, which is in the custom hanging clothes outside cabinets, custom-made mosquito coil / repellent, custom cover water reservoirs, and customs burying the secondhand goods / throw away from the home area. Of the four variables are the largest influence on the incidence of DHF is variable in habit of hanging clothes outside the closet with OR = 2.908.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35980
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Derita Asri Donal
"Penyakit Demam Berdarah Dengue masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Pemodelan spasial kerentanan wilayah terhadap DBD dilakukan dengan berbagai variabel antara lain: kepadatan bangunan, tutupan vegetasi, kepadatan penduduk, curah hujan dan house index. Metode yang digunakan untuk menentukan kerentanan wilayah terhadap DBD adalah Fuzzy Logic dengan melakukan analisis keanggotaan fuzzy dan fuzzy overlay,untuk menilai kerentanan wilyah terhadap DBD dengan menggunakan beberapa operator fuzzy yaitu AND, OR, SUM, PRODUCT. Tingkat kerentanan wilayah terhadap DBD yang dihasilkan oleh masing-masing operator fuzzy kemudian diuji akurasinya terhadap kerentanan aktual yang diturunkan dari informasi sebaran kasus DBD di Kota Padang tahun 2012.
Dari hasil perbandingan analisis Fuzzy Overlay dengan kerentanan wilayah DBD aktual di Kota Padang tahun 2012 melalui proses uji akurasi. Dari hasil analisis Fuzzy Overlay Product tingkat kerentanan DBD dapat diklasifikasi menjadi, tidak rentan, kerentanan rendah, kerentanan sedang dan kerentanan tinggi. Secara spasial kerentanan wilayah terhadap demam berdarah tertinggi terdapat di Kota Padang yaitu dibagian barat yang dicirikan oleh kepadatan bangunan dan kepadatan penduduk serta curah hujan berdasarkan pemodelan akurasi paling baik yaitu Fuzzy Product sebesar 67.4%.

Dengue Haemorrhagic Fever is still one of the major public health problem in Indonesia. Number of patients and more widely spread area increases with increasing mobility and population density. Modeling spatial vulnerability to dengue areas is done by a variety of variables such as: building density , vegetation cover, population density, rainfall and house index. The method used to determine susceptibility to dengue areas are Fuzzy Logic by analyzing the fuzzy membership and fuzzy overlay, to assess susceptibility to DHF wilyah using some fuzzy operators are AND, OR, SUM, PRODUCT. The level of vulnerability of the region to the DBD generated by each operator fuzzy then tested its accuracy against actual vulnerability information derived from the distribution of dengue cases in the city of Padang in 2012.
From the results of comparative analysis of susceptibility regions Fuzzy Overlay with actual dengue in the city of Padang in 2012 through a process of testing accuracy. From the analysis of the vulnerability of Fuzzy Overlay Product DHF can be classified into, not vulnerable, the vulnerability of low, medium and high vulnerability vulnerability. Spatial vulnerability to dengue areas was highest in the western part of Padang is characterized by the density of buildings and population density and rainfall by modeling best accuracy is at 67.4 % Product Fuzzy.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T38686
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elrista Layamidesi
"Kebijakan pengendalian demam berdarah dengue (DBD) yang telah berjalan sejak tahun 1992 tidak membuat Indonesia bebas DBD bahkan wilayah endemis DBD semakin meluas. Hingga tahun 2012 Kota Bengkulu merupakan penyumbang DBD yang besar di Provinsi Bengkulu. Dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian DBD, Kota Bengkulu berpedoman langsung pada kebijakan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. Dalam pelaksanaannya, beberapa kegiatan tidak dilakukan oleh Kota Bengkulu.
Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan pengendalian DBD mulai tingkat pusat hingga Kota Bengkulu. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan arah evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan pengendalian DBD di Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu dan Kementerian Kesehatan. Metode analisa yang digunakan adalah content analysis dengan melakukan proses triangulasi.
Hasil analisa yang didapat menunjukkan bahwa Kementerian Kesehatan sudah melakukan pengendalian DBD sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan. Provinsi Bengkulu juga sudah melaksanakan hanya saja tidak ada peran pemerintah provinsi melalui APBD terutama tahun 2013 dan 2014. Pelaksanaan kebijakan pengendalian DBD di Kota Bengkulu tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan disebabkan penyampaian informasi mengenai kebijakan yang kurang baik, kurangnya dukungan sumber daya manusia dan anggaran serta sarana dan prasarana.

Dengue haemorrhagic fever (DHF) control policy that has been going on since the year 1992 did not make Indonesia free dengue haemorrhagic fever and even the endemic area of dengue haemorrhagic fever more widespread. Up to 2012 Bengkulu City was a major contributor dengue haemorrhagic fever in Bengkulu Province. In implementation of DHF control policy, Bengkulu City tries to policy that was nominated by the Ministry of Health. In its implementation, some activities are not done by Bengkulu City.
This research aims to evaluate implementation of the policy DHF control ranging from the center to Bengkulu City. This research is qualitative research with the direction evaluation on implementation of the DHF policy control in Bengkulu City, Bengkulu Province. Analysis method is content analysis with triangulation process.
The results obtained show that's Health Ministry has already been controlling DHF in accordance with the policy. Bengkulu Province has also been carrying out but is there is not the role of government province from the district budget mainly in 2013 and 2014. Implementation of the DHF policy control in Bengkulu City does not run in line with what is expected because the transfer of information about that policy was not so well, a lack of human resources support, the budget, facilities and infrastructure.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T43375
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>