Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136727 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Husna Hadianti
"Remaja merupakan kelompok yang berpotensi berisiko tinggi atas perilaku seksual mereka seperti Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), Infeksi Menular Seksual (IMS), dan HIV/AIDS, sehingga perlu mendapat perhatian serius. Keadaan emosi yang cenderung meninggi selama masa remaja diperoleh dari kondisi sosial yang mengelilingi remaja masa kini. Studi ini berjenis kuantitatif dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional) yang dilakukan di 3 SMAN Kabupaten Biltar. Sampel berjumlah 217 dari siswa- siswi yang diambil dengan metode simple random sampling.
Hasil dari penelitian ini adalah sebagian besar (59%) remaja SMA di Kabupaten Blitar telah melakukan perilaku seksual pranikah berisiko berat. Dari 90,8% remaja yang pernah atau sedang memiliki teman kencan (pacar) sebanyak 7,1% diantaranya telah melakukan hubungan seksual pranikah. Berdasarkan analisis bivariat, jenis kelamin, sikap terhadap seksualitas, pengaruh dari teman sebaya, dan paparan media pornografi memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku tersebut.
Dari penelitian ini diharapkan agar pihak orang tua, sekolah, dan dinas terkait memberikan perhatian serta informasi yang intensif terhadap remaja tentang kesehatan reproduksi supaya dapat meningkatkan pemahaman remaja, sehingga mereka akan berpikir dengan cermat sebelum melakukan perilaku seksual pranikah.

Adolescents are important groups that reported have potentially high risk from unwanted pregnancy, STIs and HIV/AIDS infections, so that needs serious attention. Social conditions that surround today’s youth make emotional condition increase during adolescence. This type of quantitative study with cross-sectional approach were performed in 3 SMAN Biltar Regency. The sample totaled 217 of the students were taken by simple random sampling method.
The results of this study are mostly (59%) high school teens in Blitar have premarital sexual behavior risk weight. 90.8% of teens who have or are having a date (exfriend) as much as 7.1% of them have had sexual intercourse before marriage. Based on bivariate analysis, gender, attitudes toward sexuality, peer pressure, and media exposure to pornography have a significant relationship to such behavior.
From this study, it is expected that parents, school, and related agencies provide intensive care, attention and information to adolescents about reproductive health in order to improve understanding of youth, so that they will think carefully before doing premarital sexual behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44908
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kustri Widaningsih
"Permasalahan remaja semakin Jama dirasakan semakin kompleks dan memprihatinkan Khususnya yang berkenaan dengan kesehatan reproduksi remaja. Selain berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan remaja itu sendiri, faktor lingkungan sosial dan budaya yang negatif juga merupakan faktor risiko bagi remaja untuk terjebak dalam perilaku yang bertsiko terhadap kesehatan dan keselamatan remaja.
Dewasa ini telah terjadi perubahan sejumlah nilai dari tradisional ke nilai yang oleh sebagian masyarakat disebut modern. Hubungan antar bangsa yang menjadi lebih mudah menyebabkan terbawanya budaya dan kebiasaan asing kedalam masyarakat kita. Pengaruh komunikasi-informasi yang begitu cepat dan tanpa hambatan juga mempercepat perubahan ini.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pandangan perilaku seksual pada remaja antara lain adalah pengawasan dan perhatian orang tua dan keluarga yang semukin longgar, orang tua yang mengizinkan pola pergaulan yang bebas lepas, lingkungan yang semakin permisif, semakin banyaknya hal-hal yang memberikan rangsangan seksual yang sangat mudah dijumpai dan fasilitas yang mendukung untuk itu yang sering kali diberikan oleh Keluarea itu sendirt tanpa disadari.
Tujuan dart penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja siswa SMAN di Kabupaten Tangerang dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual tersebut.
Manfaaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikun informasi kepada instansi terkait dalam merencanakan program promosi kesehatan, konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja.
Jenis penclitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional , populasinya adalah siswa SMAN di Kabupaten Tangerang dengan jumlah sampel 480 orang. Pengolahan data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat dengan uji chi square dan multivariat dengan uji regrest logistik dan uji interaksi.
Hasil analisis multivariat yang mempunyai hubungan bermakna adalah jenis kelamin, umur pubertas, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan sikap terhadap kesehatan reproduksi. Sedangkan hasil uji interaksi menunjukan variabel sikap terhadap kesehatan reproduksi sebagai variabel yang dominan berhubungan dengan perilaku seksual remaja setelah dikontrol dengan variabel pengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan program pendidikan seks dan reproduksi sebat perlu diberikan dikalangan remaja baik disekolah maupun diluar sekolah sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya. Selain itu perlu lebih memperketat sensor tayangan media elektronik yang bersifat pornografi melalui undang-undang penyiaran, memperketat akses terhadap situs porno di internet dan memperketat aturan tentang jual beli media cetak yang bersifat pornografi.

Teenagers problem is felt getting more complex and concerd especially which related to teenager repreduction health. Beside related to growth and development of the teenagers themseives, the factor of social and cultural environmenthat are negative which also is the riskful factor for teenagers to be trapped in some riskful behaviour to the teenagers health and savety.
Nowadays, there has been changes a number of traditional value to a value that by some people is called modern. The relation among nation become easier caused of communication — information which is so rapid and no delayed are also accelerated this changes.
The factor that caused of changing of sexual behaviour aspects on teenagers, one of the reasons is surveillance and attention from parents or family that is getting loose, parents who permit community pattern totally free, the environment which is getting permissive, the increasing of some things which give sexual attemtion that is so easy to be found and facility that support for that is many times given by the family itself without it’s being realized.
The purpose of this study is to gain the information about factors which related to teenagers sexual behaviour of State High School Students in Tangerang Regency and factors which related to the sexual behaviour itself.
The benefit of this study is excpected to be able to give information to the related institution/Departement in Planning of Health Promotion Program, Counselling and Teenagers reproduction health service.
The type of quantitative study with sectional cross approach, its population is state highschool students in Tangerang Regency in number of sample of 480 people. The data management is done by univariat analysis, bivariat wih chi square test and multivariat with logistic regressive test.
The result of multivariant analysis which has meaningful relation is gender, puberity ages, the knowledge of health reproduction and manners of healh reproduction which has ever had. The clarity of any printed medias and with media cf information, meanwhile the result of interaction test showed variable manners of healh reproduction of which have ever had as vartable that was dominant related to teenager sexual behaviour after the knowledge of health reproduction control.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34294
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Ayu Nurhidayah Oktaria
"Latar Belakang: Remaja memiliki risiko terhadap perilaku kesehatan reproduksinya termasuk perilaku seksual.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja.
Metode: penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. populasi yang diteliti adalah remaja di SMA Negeri "X" Kota Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2012. Analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi square.
Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa 34% melakukan perilaku seksual berisiko. Berdasarkan uji bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, pengetahuan, sikap, pola asuh, dan paparan media pornografi dengan perilaku seksual remaja.

Background: Adolescent have an increasing risk of reproductive health behavior including sexual behavior.
Objective: This study aims to determine the factors associated with adolescent sexual behavior.
Methods: This study uses analytical research method with cross sectional approach. Population studied was in high school adolescent state "X" Sekayu City Distric of Musi Banyuasin 2012. Bivariate analysis was using Chi square test.
Result: The study showed that 34% to risky sexual behavior. Bivariate test showed a significant relationship between gender, knowledge, attitude, parenting, and exposure to pornographic media with adolescent sexual behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Rimawati
"Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya berbagai kesempatan dan seringkali menghadapi risiko kesehatan reproduksi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran perilaku seksual berisiko remaja dan faktorfaktor apa saja yang mempengaruhinya di Tiga Sekolah Menengah Atas Negeri Kelas X dan XI di Kota Bengkulu Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan besar sampel sebanyak 693 orang siswa dari Tiga Sekolah Menengah Atas Negeri yang terpilih sebagai sampel penelitian ini. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner terstruktur dan dilaksanakan pada bulan Mei 2013. Gambaran perilaku seksual remaja ditemukan sebanyak 5,3% remaja mengatakan sudah pernah melakukan hubungan seksual.
Hasil analisis menunjukkan bahwa niat remaja untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah, teman sebaya dan sikap remaja terhadap seksualitas memiliki hubungan dengan perilaku seksual berisiko yang dilakukan remaja (p value < α). Disarankan adanya kerjasama antara instansi pemerintah, sekolah, dan masyarakat untuk meningkatkan layanan kesehatan reproduksi, khususnya layanan informasi, edukasi dan konseling yang turut melibatkan remaja secara langsung dalam program yang ramah remaja.

Adolescence is characterized by growth, change, the emergence of a variety of opportunities and often run the risk of reproductive health. This study was conducted to see the picture of adolescent risky sexual behavior and the factors that associated with in Three Public High School Grade X and XI in Bengkulu City in 2013. This study uses cross-sectional design with a sample size of 693 students from Three Public Senior High Schools that were selected as the study sample. Collecting data in this study using a structured questionnaire and was conducted in May 2013.
The result show that adolescents that engage with risky sexual behavior found as many as 5.3%. The results showed that adolescents intention to have sexual intercourse before marriage, peers and adolescent attitudes toward sexuality have relationships with adolescent risk sexual behavior (p value <α). The suggestion that could be given by this study is the collaboration between government agencies, schools, and communities to improve reproductive health services, especially information services, education and counseling that also directly involve youth in youth-friendly programs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Indah Pertiwi
"Seksualitas dan kesehatan reproduksi yang tabu untuk dibicarakan menjadikan remaja cenderung ingin mencoba-coba sehingga remaja menjadi berisiko pada perilaku seks yang berisiko. Penelitian dilakukan dengan rancangan cross sectional. Sampel sebanyak 147 responden yang diambil secara Probability Proportional to Size, kemudian responden yang dipilih menggunakan sistematik random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner.
Dari hasil analisis, didapatkan sebanyak 36,7% berperilaku seksual berisiko. Sebagian besar responden berumur 13 tahun dan sebagian besar responden sudah mengalami pubertas, sebagian besar memiliki pengetahuan baik, memiliki sikap positif. Sebagian besar responden tidak melakukan komunikasi aktif dengan orang tua (81,6%), sebagian responden melakukan komunikasi pasif dengan teman (79,6%). (62,6%) yang menyatakan mempunyai pacar. Usia rata- rata mulai berpacaran 12 tahun. Lama pertemuan dengan pacar rata-rata 3 jam, responden yang berhubungan seksual (6,1%). Variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku seksual remaja yaitu, umur, sikap, pola komunikasi dengan orang tua dan teman sebaya, status perkawinan, lama pertemuan dan jumlah pacar, paparan media ponografi.
Penelitian ini merekomendasikan perlu adanya komunikasi yang terbuka dan adanya tata aturan keluarga yang jelas dalam pencegahan perilaku seksual berisiko pada remaja.

Sexsuality and reproductive health taboo, it makes teens to want experiment, so that teens at risk on the risky sexual behaviour. The study was conducted a cross sectional. Sample of 147 respondents with Probability Proportional to Size, and then respondents were selected with Sytematik random sampling. Data were collected questionnaire.
From analysis, it was found 36,7%, as risky sexual behaviour, the respondents was 13 years, respondents have a good knowledge, have a positive attitude, communications with parents not perform active 81,6%. Communication with friends have passive 79.6%. the average age began dating at 12 years, 62,6% respondents have boyfriends and girlfriends.
Variables that a significant with adolescent sexual behaviour, that is age, attitude, communication with parents and peers, status mariage of parents, leght of meeting and number of girlfriends and boyfriends, exposure to media pornography.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S43962
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukma Lestari Cahyaningati
"Penelitian ini memaparkan tentang faktor predisposisi (karakteristik, pengetahuan, sikap), faktor pendukung (keaktifan responden dalam bimbingan kegiatan) dan faktor penguat (dorongan responden berperilaku seksual) yang mempengaruhi perilaku seksual warga binaan pemasyarakatan selama berada di Rumah Tahanan Klas IIA Jakarta Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ketiga faktor tersebut dengan perilaku seksual berisiko pada warga binaan pemasyarakatan wanita di Rumah Tahanan Klas IIA Jakarta Timur tahun 2012. Penelitian ini menggunakan gabungan metode kuantitatif dengan desain penelitian potong lintang (cross sectional) dan kualitatif dengan tehnik wawancara mendalam.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan faktor predisposisi yaitu karakteristik (orientasi seksual) dan sikap permisif terhadap jenis-jenis perilaku seksual serta faktor penguat yaitu dorongan dalam berperilaku seksual dengan perilaku seksual berisiko pada warga binaan pemasyarakatan selama di Rumah Tahanan Klas IIA Jakarta Timur, tahun 2012. Untuk menangani hal tersebut, diperlukan keterlibatan pihak Rumah Tahanan Klas IIA Jakarta Timur, Kantor Wilayah DKI Jakarta Kementrian Hukum dan HAM, Kementrian Hukum dan HAM serta pihak-pihak terkait. Adanya kebijakan yang memperhatikan hak-hak seksual warga binaan pemasyarakatan diharapkan dapat menurunkan jumlah perilaku seksual berisiko warga binaan pemasyarakatan selama berada di Rumah Tahanan Klas IIA Jakarta Timur.

This research describes about the factors predisposing (characteristics, knowledge, attitudes), enabling factors (respondents participating in mentoring activities) and reinforcing factors (encouragement or reason respondents sexual behavior) that influence sexual behavior prisoners while in Rumah Tahanan Klas IIA Jakarta Timur. This study aimed to determine the relationship between these three factors with risky sexual behavior in female prisoners in Rumah Tahanan Klas IIA Jakarta Timur in 2012. This study uses a combination of quantitative methods with cross-sectional research design and qualitative in-depth interview techniques.
The results showed an association that is characteristic of predisposing factors (sexual orientation) and permissive attitude toward sexual behavior types and reinforcing factors that encourage or excuse in sexual behavior with sexual risk behavior of women prisoners in Rumah Tahanan Klas IIA Jakarta Timur, in 2012. For handling these, required the involvement of the Rumah Tahanan Klas IIA Jakarta Timur, Kantor Wilayah DKI Jakarta Kementrian Hukum dan HAM, and Kementrian Hukum dan HAM itself and related parties. Policy attention to sexual rights prisoners expected to reduce the number of risky sexual behavior prisoners while in Rumah Tahanan Klas IIA Jakarta Timur.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muksonah
"Remaja (usia 10-19 tahun) yang pemah/aktif melakukan hubungan seksual pranikah dapat berisiko tenular HIV dan AIDS atau penyakit menular seksual lainnya. Bagi Remaja puteri selain penyakit menular seksual, dapat terjadi kehamilan tidak diingikan. Remga dapat berkemungldnan melakukan upaya aborsi ilegal. Akibat buruk aborsi teljadi perdarahan, kerusakan alat reproduksi remaja dan infeksi yang dapat rnemnyebabkan kematian atau infeksi menahun dan iruertililas.
Tujuan pcnelitian ini adalah dikdzhuinya faktor-faktor yang bcrhubungan dengan perilaku seksual siswa SMA Negeri di kota Prabumulih tahun 2008. Manfaat penelitian merupakan bahan infomnasi tcntang perilaku seksual remaja bagi dinas pendidikan, dinas kesehatan dan instansi tcrkait Iainnya unruk bekerjasama dalam Pelayanan Kcschatan Peduli Remaja (PKPR).
Menggunakan variabel independen yaitu: faktor intemal (jenis kclamin, pengetalmuan, sikap, kepatuhan beragama) dan faktor ekstemal (peran orang tua, peran guru, peran tenaga kesehatan, keterpaparan dengan teman sebaya, dan ketepaparan dengan media massa) dengan variabel dependen yaitur perilaku scksual remaja. Penelitian ini dilakukan di SMA Ncgcri yang berada di kota Prabumulih, dilaksanakan pada buian April-Mei 2008, sampcl siswa/siswi kcias XI. Besaran sampel mengunakan estimasi proporsi, metode pengambilan sampcl dengan cara multi stage sampling, desain penelitian deskriptif dengan rancangan Cross Sectional (potong lintang).
Hasil penelitian dari 326 siswa kelas XI di SMA Negeri Kota Prabumulih tahun 2008 dapat disimpulkan gambaran perilaku seksual berisiko berai 14,l%. Remaja yang pemah melakukan hubungan seksual ada 2,5 %, semuanya dari remaja laki-laki. Faktor yang berhubzmgan dengan perilaku seksual yaitu jenis kelamin, sikap remaja, kepatuhan bemgama, keterpaparan dengan teman sebaya terhadap pexilaku scksual. Sehingga penelitian ini menyatakan bahwa 1) Remaja laki-laki mempunyai peluang 6 kali belperilaku seksual berisiko berat dibanding perempuan. 2) Remaja yang bersikap negatif berpeluang 3 kali memplmyai perilaku seksual beresiko berat dibanding remaja yang bcrsikap positif. 3) Remaja yang tidak taat agama rnempunyai peluang 3 kali berpcrilaku seksual berisiko berat dibanding ciengan remaja yang taat agama. 4) Remaja yang terpapar dengan teman sebaya berpeluang 6 kali berperilaku seksual berisiko berat dibanding yang tidak terpapar dengan teman sebaya, keterpapaxan dengan tcman sebaya merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku scksual SMA Negeri Kota Prabumulih tahun 2008, serelah dikontrcl jenis kelamin dan kcpatuhan beragama. Dalam penelitian ini faktor yang tidak signifikan berhubungan dengan perilaku seksual yaitu pengetahuan tentang keschatan reproduksi, peran orang tua, peran guru, peran tenaga kesehatan, dan keterpaparan dengan media massa.
Dari hasil Penelitian ini, disarankan untuk melaksankan Pelatihan Peer Education dan Peer Educator di lingklmgan sekolah melalui Pclayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang bekerjasama dengan lintas scktoral dan lintas program. Topik-topik daiam pelatihan misalnya kesehatan rcmaja, pomograti, NAFZA, HIV dan AIDS akan penyakit menular seksual lainnya

Adolescent (10-19 years old) who have ever or active committed sexual intercourse intercourse before married have high risk of HIV and AIDS infected and other contagious diseases. For young girls, in addition to have sexual contagious diseases, unwanted pregnancy could also lead to illegal abortion. The had conflicts of abortion are bleeding, damage of reproductive organs, and infection that could lead to death or chronic infection and infertility.
The objective of this research is to know the related factors with sexual behavior of senior high school students at Kota Prabumuli in 2008. The benefits or the results of this research can become an important information about adolescent sexual behavior for educational institution, health institution, and other related institutions to cooperate in Health Service for Younger Care (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja or PKPR).
This research uses independent variables: internal factors (sex, knowledge, attitude, faithful to religion) and external factors ( parent?s roles, teachers? roles, medical roles, association with the same age and with mass media) and dependent variables: adolescent Sexual behavior. This research is done in SMA Negeri at Kota Prabumuli, in April - May 2008, and the samples are the students of XI grade. The size of samples uses proportional estimates, and the wmpling method is multi-stage sampling, research design is descriptive with cross sectional design.
The research results of 326 students of XI grade in SMA Negeri at Kota Prabumuli, in zoos can be concluded mat the high risk of sexual behavior is l4.1%, adolescent who have ever committed sexual intercourse is 25%, all of them are males. Related factors with sexual behavior are sex, attitude, faithful to religion, association with the same age. That?s why, this research concludes that 1) young males have six times probabilities of having high risk of sexual behavior compared with young females. 2) Adolescent with negative attitude have three times probabilities of having high risk of sexual behavior compared with those who have positive attitude. 3) Adolescent who are not faithful to religion have three times probabilities of having high risk of sexual behavior compared with those faithful to religion. 4) Adolescent who associate with the same age have six times probabilities of having high risk of sexual behavior compared with those who don?t associate with the same age. Association factor with the same age are the dominant factor in relation to sexual behavior toward the students of SMA Negeri at Kota Prabumulih in 2008, controlled by sex and faithful. to religion. Knowledge about reproductive health, parent?s roles, teachers? roles, medical roles, and association with mass media toward behavior are not significant factors.
Based on this research results, it is recommended to exected training peer education and peer educator from the same age group at schools through Health Service for Younger Care (PKPR). It is Working along passed by cross sectorally and by cross sectional program. Topics in training for example adolescent health, pornographic, NAPZA, HIV and AIDS, and other sexual diseases.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T29199
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kusuma Dewi Pujianti
"Di Indonesia tahun 2010, remaja yang melakukan hubungan seksual mencapai 32%. Di Kota Semarang 7,6% (2003) remaja melakukan hubungan seksual pranikah . Di Puskesmas Halmahera, lima dari tujuh remaja (71,4%) melakukan seks pra nikah. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran faktor-faktor risiko perilaku seksual remaja SMA di wilayah kerja Puskesmas Halmahera Kota Semarang tahun 2012. Dengan metode deskriptif, penelitian ini mendapatkan 72,5% remaja berperilaku baik, 41,2% memiliki pengetahuan kurang tentang kesehatan reproduksi, 86,3% memiliki sikap yang baik terhadap perilaku seksual. Untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas perlu menggalakkan program penyuluhan dan konseling remaja dengan mengikutsertakan orang tua, guru dan masyarakat.

In Indonesia in 2010, teenagers who had sexual intercourse up to 32%. In the city of Semarang is 7.6% (2003) teenagers who had done premarital sexual relationship. On Halmahera health center, five of the seven teenagers (71.4%) had pre-marital sex. This study aims to know the description of risk factors for teenagers? sexual behavior of high school in health center in the region of Halmahera Semarang in 2012. With descriptive methods, this study got 72.5% of teenagers who had good behavior, 41.2% had less knowledge about reproductive health, 86.3% had a good attitude toward sexual behavior. To increase the knowledge of teenagers on reproductive health and sexuality need to promote counseling and teenagers counseling program including parents, teachers and the society."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Dorthea Henny Ramba
"Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Perubahan fisik dan psikis yang tidak seimbang menyebabkan remaja remaja memerlukan pengertian, bimbingan dan dukungan lingkungan disekitarnya. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Lokasi penelitian di Kabupaten Mimika pada bulan Maret 2008 dengan subjek penelitian remaja 4 Sekolah Menengah Atas dengan sampel 200 responden. Penentuan sampel menggunakan metode klaster dengan jumlah sampel sebanyak 200 siswa. Pengolahan data dilakukan dengan uji regresi logistik.
Hasil analisis ditemukan sebanyak 35% remaja SMA di Kabupaten Mimika memiliki perilaku seksual berisiko, dimana 14% diantaranya sudah pernah berhubungan seksual. Hasil analisis selanjutnya ditemui melalui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja setelah dikontrol yaitu komunikasi dengan teman tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas„ peran adapt/tradisi terhadap berbagai perilaku seksual, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas, sikap terhadap berbagai perilaku seksual, dan keterpaparan dengan media tentang seksualitas. Diantara berbagai faktor tersebut, komunikasi dengan teman merupakan faktor paling dominant berhubungan dengan perilaku seksual remaja pada siswa SMA di Kabupaten Mimika tahun 2008, dimana remaja yang berkomunikasi aktif dengan teman tentang kesehatan reproduksi tentang seksualitas berpeluang 5 kali untuk berperilaku seksual berisiko dibandingkan dengan remaja yang tidak aktif berkomunikasi dengan teman.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan untuk sekolah membentuk peer educator di lingkungan sekolah sedangkan dinas kesehatan (puskesmas) dapat mengaktifkan program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja. Kepada para tokoh agama dan adat diharapkan dapat meningkatkan penyuluhan dan pembelajaran sehingga adapt/tradisi yang permisif secara perlahan akan hilang.

Adolescent period is known as transition period from childhood to adult which indicated by identified with the changes of physical, emotion and psychology of the individual. Adolescent need congeniality support and tuition about him/her because the changes of phychical and psychical uneven. This research was quantitative research that using cross sectional research design. Research location in Mimika in the month of march 2008 with adolescent population at 4 Senior High School and the sample as 200 respondents. Variable studied are consisting of demographic factors (sex), thoughts and feelings factors (knowledge and attitudes), reinforcing factors (communication with the parent, peer and teacher), resources factors (exposure on media) and culture factors (local tradition). Data processing performed by logistics regression examination.
The result of the research showed from 200 Senior High School adolescent in Mimika, 35% have sexual behavior at risk even 14% among others have sexual intercourse. Result of the research analysis, variable that having significantly related to adolescent sexual behavior are: communication with peers about reproduction health, local tradition on a variety sexual behavior, knowledge reproduction health, attitude to a variety sexual behavior and media information exposure. Among those factors, communication with the peers is the dominant factor related with the adolescent sexual behavior at senior high school in Mimika, 2008, where aldolescent communication actively with the peer, were more than five times as high risky sexual behavior.
Based on result this research, it is suggested peers educator at surrounding school, activate Service Health Program for Adolescent Care and counseling and learning increases so that permissive tradition slowly will be decreased.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34351
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hidayati
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Lokasi penelitian di Kabupaten Karawang dengan populasi penelitian remaja pada 21 SMU Negeri. Penetapan sampel dengan rancangan multistage random sampling dengan besar sampel 300 orang. Tujuan penelitian adalah mengetahui gambaran perilaku seksual remaja SMU Negeri di Kabupaten Karawang tahun 2013 dan hubungannya dengan pola asuh orang tua. Hasil penelitian menunjukkan 32,7% remaja berperilaku seksual berisiko, bahkan 12% sudah pernah melakukan hubungan seksual. Pada analisis bivariat diperoleh hubungan antara pola asuh permisif/otoritatif terhadap perilaku seksual dengan OR 2,462. Variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja adalah paparan jenis media pornografi.

ABSTRACT
The study was conducted by using quantitative method and data analysis was based on crosssectional, data collected from multistage random sampling of 300 high school students in 21 Senior High schools in Karawang Regency.The objectives of the study were to find out the general description of sexual behaviours among high school students in Karawang Regency in 2013, and to investigate the relationship between parenting styles and adolescents’ sexual behaviours. The results showed that 32.7% of adolescents have risky sexual behaviours, and 12 % was found had premarital relationship. The bivariate analysis indicated that there was relationship between permissive/authoritarian parenting styles on adolescents’ sexual behaviours with OR 2.462. Furthermore, the results also revealed that the explosion of information on pornography from media was contributed as a main variable on adolescents’ sexual behaviours."
2013
T36119
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>