Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94072 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adi Jaya Rizkiawan
"Lampu Light Emitting Diode (LED) termasuk beban non-linear yang meng-injeksi distorsi harmonik pada sistem tenaga listrik. Penelitian ini disusun sebagai bentuk studi untuk mengetahui karakteristik harmonik lampu LED yang telah tersedia di pasaran. Studi tersebut dilakukan dengan melakukan pengukuran terhadap 9 buah sampel lampu LED dengan berbagai merk dan rating daya.
Dari hasil pengukuran diketahui bahwa harmonik tegangan dan arus pada lampu LED adalah harmonik orde ganjil dengan nilai harmonik tegangan terbesar pada orde kelima dan nilai harmonik arus terbesar pada orde ketiga. Selain itu, masing-masing lampu LED memiliki bentuk gelombang terdistorsi yang berbeda satu sama lain.

Light Emitting Diode (LED) lights including non-linear loads that produce harmonic distortion. This experiment held as a form of study to determine the characteristics of LED lamps that have been available in the market, especially on the characteristics of the harmonic distortion generated. The study is done by conducting measurement of the harmonic content of the various branded sample LED lamps with various power rating.
Based on the measurement, it is known that LED lamps have odd harmonic distortion. The biggest voltage harmonic measured is fifth harmonic and the biggest current harmonic measured is third harmonic.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44336
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunan Nasikhin
"Konsumsi listrik sektor rumah tangga (residential) tahun 2014 sebesar 84,1 TWh (42% terhadap total konsumsi semua sektor), dengan pola konsumsi tiap tahun yang kurang lebih sama maka diproyeksikan pada tahun 2024 akan mencapai 464,2 TWh. Hasil studi Ditjen EBTKE ESDM, BPPT, JICA menyebutkan konsumsi energi listrik residential (R1: 450VA-900VA) khususnya untuk lampu pencahayaan sekitar 26% dan studi JICA sebelumnya pada sektor residential (R1-R2: 450VA-4.400VA) sekitar 5-14%. Sedangkan jenis lampu yang banyak digunakan sektor residential di Indonesia adalah Compact Flourecent Lamp (CFL) swabalast (50,3%), pijar (25%), Tube Lamp atau TL (24,4%) dan lainnya 0,35% dengan durasi pemakaian lampu rata-rata 9-16 jam perhari (sesuai hasil survei dan kajian BRESL). Berdasarkan referensi dari US Department of Energy, teknologi pencahayaan yang memiliki efisiensi tinggi dengan tingkat efikasi sekitar 131 lm/W dan umur pemakaian 30.000 - 75.000 jam atau lebih adalah lampu light emitting diode.
Penggunaan lampu LED memerlukan biaya awal (first cost) yang sedikit lebih besar dibandingkan jenis lampu lain, namun efisiensi yang lebih tinggi dan umur pakai yang lebih lama (akan mengurangi biaya penggantian lampu) sehingga bisa diyakinkan bahwa pencahayaan dengan lampu LED memiliki nilai keuntungan yang lebih tinggi. Penggunaan lampu LED untuk menggantikan CFL akan memberikan keuntungan ekonomis yang didapat dari penghematan setiap tahun sehingga akan menutupi biaya pembelian awal. Penerapan penggunaan lampu LED khususnya pada konsumen residential yang masih memperoleh subsidi akan didapat penghematan yang cukup besar sampai tahun 2024 dengan potensi penghematan energi antara 396-3.314 GWh dan penghematan subsidi listrik sekitar 0,34-2,83 triliun pertahun.

Electricity consumption of the household sector (residential) in 2014 amounted to 84,1 TWh (42% of the total consumption of all sectors), the consumption patterns of each year approximately the same then in 2014 is projected to reach 464,2 TWh. The study by DGEBTKE, BPPT, JICA mention the electrical energy consumption in residential (R1: 450VA-900VA) especially for lighting about 26% and the previous JICA study on the residential sector (R1-R2: 450-4.400VA) of about 5-14%. Types of lamps are widely used in the residential sector of Indonesia is the Compact Flourecent Lamp (CFL) (50.3%), Incandescent (25%), Tube lamp (TL) (24.4%) and another 0.35% with average light usage duration of 9-16 hours per day (according to survey and study of BRESL). By reference to the US Department of Energy, lighting technology which has high efficiency with efficacy levels about 131 lm/W and a service life between 30.000 - 75.000 hours or more is a light emitting diode lamp.
The use of LED lights require an initial cost (first cost) that is slightly larger than the other lamp types, but higher efficiency and longer service life (reducing the cost of replacement bulbs) so that it can be assured that the lighting with LED lights have a higher gain value. The use of LED lights to replace the CFL will provide economic benefits derived from savings each year so that it will cover the cost of the initial purchase. Application of the use of LED lights especially on residential consumers are still obtain the subsidy will get considerable savings until 2024 with the annual potential energy savings between 396 - 3314 GWh and annual electricity subsidy savings of about 0.34 - 2.83 trillion.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44385
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arkhan Pradanugraha
"Gedung K FTUI memiliki beberapa ruang perkuliahan yang masih kurang dalam tingkat pencahayaan ruang. Studi ini bertujuan untuk mengganti sumber penerangan menggunakan lampu LED pada ruang perkuliahan sesuai standar pencahayaan yang berlaku, hemat energi, dan mengetahui biaya investasi dan operasional penerangan dalam ruang perkuliahan. Skenario penggantian pertama adalah mengganti jenis lampu tanpa merubah titik lampu yang telah terpasang. Skenario pertama ini berlaku pada ruang yang sesuai standar pencahayaan namun mengalami boros energi. Skenario penggantian kedua adalah mengganti jenis lampu dan titik lampu. Skenario kedua ini berlaku pada ruang yang belum sesuai dengan standar pencahayaan yang berlaku. Standar pencahayaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah SNI 03-6575-2001 tingkat pencahayaan ruang kuliah sebesar 250 lux. Lampu dalam penelitian adalah lampu X dengan arus cahaya sebesar 2.500 lumen. Hasil audit penelitian ini adalah tingkat pencahayaan terendah 164 lux di ruang K205 dan tertinggi adalah 385 lux di ruang K106. Analisis arus cahaya menunjukkan jumlah lampu ideal ruang kuliah kecil adalah 16 buah dan ruang kuliah besar adalah 28 buah. Hasil analisis tingkat pencahayaan ruang menunjukkan perubahan tingkat pencahayaan tertinggi pada ruang K205 dari 164 lux menjadi 294 lux. Hasil analisis konsumsi daya menunjukkan pada kondisi eksisting adalah 11.200 watt dan pada kondisi skenario penggantian 1 dan 2 adalah 6.696 watt. Hasil analisis konsumsi energi menunjukkan pada kondisi eksisting adalah 2.240 KWh dan pada kondisi skenario penggantian adalah 1.339,2 KWh. Hasil analisis biaya skenario penggantian menunjukkan biaya investasi sebesar Rp128.629.000,00 dan persentase penghematan biaya operasional sebesar 29,21%.

Building FTUI has several lecture halls which are still lacking in the level of room lighting. This study aims to replace the lighting sources using LED light in the lecture room according to applicable lighting standards, energy saving, and know the cost of installation and operation lighting in a lecture room. This research method uses of two scenarios. The first replacement scenario is to change the type of lamp without changing the installed light points. The first scenario applies to spaces that are in accordance with lighting standards but experience energy waste. The second replacement scenario is to replace the type of lamp and the point of the lamp. This second scenario applies to spaces that are not in accordance with applicable lighting standards. The lighting standard used in this study is SNI 03-6575-2001 for the lighting level of lecture rooms by 250 lux. The audit results of this study are the lowest lighting level of 164 lux in room K205 and the highest is 385 lux in room K106. Light current analysis shows ideal number of lamps for small lecture halls are 16 and large lecture halls are 28. The results of the analysis of the room lighting level showed change in the highest lighting level in the K205 from 164 lux to 294 lux. The result of the analysis of power consumption show that the existing conditions are 11.200 watts and the replacement scenario are 6.696 watts. The result of the energy consumption analysis show that the existing condition is 2.240 KWh and the replacement scenario is 1.339,2 KWh. The result of the replacement analysis show the installation costs are Rp128.629.000,00 and the percentage of operational cost savings of 29,21%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Azzamul Haq
"Perancangan dan fabrikasi Organic Light Emitting Diode (OLED) semakin berkembang pesat seiring dengan dibutuhkannya OLED yang mudah difabrikasi dan menghasilkan performa yang lebih baik. Pada skripsi ini telah dilakukan simulasi dan fabrikasi OLED menggunakan proses laminasi. Simulasi menggunakan software SimOLED 4.5 dengan dua jenis struktur ITO/PFO/Al dan ITO/PEDOT:PSS/Al. Sementara itu untuk fabrikasi telah dihasilkan empat divais dengan struktur ITO/PFO/Al dan ITO/PEDOT:PSS//PFO/Al. Selanjutnya dilakukan analisis mengenai pengaruh PEDOT:PSS dan pembersihan ITO menggunakan ultrasonic cleaning terhadap karakteristik I-V OLED.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan karakteristik terhadap variasi anoda yang dilakukan namun pada fabrikasi penambahan PEDOT:PSS pada struktur dan pembersihan ITO menggunakan ultrasonic cleaning dapat menurunkan tegangan threshold. Divais dengan struktur ITO/PEDOT:PSS/PFO/Al dengan dilakukan pembersihan ITO memiliki performa terbaik dengan tegangan threshold terendah sebesar 1,6 V.

Design and fabrication of Organic Light Emitting Diode (OLED) is growing rapidly along with the need for a convenient OLED fabricated and produce better performance. In this thesis has been carried out simulation and fabrication of OLEDs using a lamination process. SimOLED 4.5 software simulation using the two types of structure ITO / PFO / Al and ITO / PEDOT: PSS / Al. Meanwhile for the fabrication has produced four devices with structure ITO / PFO / Al and ITO / PEDOT: PSS // PFO / Al. Further analysis on the effect of PEDOT: PSS and ITO cleaning using ultrasonic cleaning of the I-V characteristics of OLED.
The simulation results showed that no differences in the characteristics of the variety anode made yet on fabricating the addition of PEDOT: PSS on the structure and cleaning of ITO using ultrasonic cleaning can lower the threshold voltage. Devices with the structure of ITO / PEDOT: PSS / PFO / Al to do the cleaning ITO has the best performance with the lowest threshold voltage of 1.6 V.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63492
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Elizhabet
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jarak sumber sinar Light Emitting Diode (LED) terhadap kekuatan tarik diametral resin komposit bulk-fill. Resin komposit bulk-fill Tetric® N-Ceram Bulk-Fill, shade IVA (setara dengan warna VITA A2-A3) dibuat menjadi 30 spesimen berbentuk silinder dengan ukuran tebal 3 mm dan diameter 6 mm. Spesimen dibagi menjadi 3 kelompok variasi jarak penyinaran, yaitu 0 mm, 3 mm dan 5 mm. Penyinaran menggunakan LED Light Curing Unit Bluephase® Style (Ivoclar-Vivadent, Liechtenstein) dengan durasi penyinaran selama 10 detik sesuai instruksi pabrik. Data dianalisis secara statistik menggunakan metode ANOVA satu arah. Hasil analisis tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p>0,05) pada semua kelompok. Jarak sumber sinar LED ≤ 5 mm tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kekuatan tarik diametral resin komposit bulk-fill.

This study aimed to evaluate the effect of LED light source distance on diametral tensile strength of bulk-fill composite restorative material. Bulk-fill composite Tetric® N-Ceram Bulk-Fill, shade IVA (equal to VITA shade A2-A3) was formed into 30 cylindrical specimens with 3 mm in thickness and 6 mm in diameter. Specimens were divided into 3 groups with various curing distance: 0 mm, 3 mm and 5 mm. All groups were polymerized by LED Light Curing Unit Bluephase® Style (Ivoclar-Vivadent, Liechtenstein) for 10 seconds based on manufacturer’s instruction. Data were statistically analyzed by one-way ANOVA The result showed insignificant differences in all groups (p>0,05). LED light source distance ≤ 5 mm was not significantly affected the diametral tensile strength of bulk-fill composite."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bima Vitzki Yosua
"Organic Light Emitting Diode (OLED) merupakan divais electroluminescence yang menggunakan bahan organik sebagai lapisan emisif. Lab Nano Device Universitas Indonesia sudah mengembangkan OLED yang difabrikasi kan menggunakan metode laminasi. OLED yang dikembangkan meliputi lapisan anoda (TC-07-S) yang ditumbuhkan pada permukaan substrat plastik laminasi dan lapisan emisif (PFO) yang ditumbuhkan pada permukaan kertas aluminium (Al). Selain itu, proses fabrikasi menggunakan kapton sebagai bahan dielektrik untuk menghindari terjadinya arus singkat. Pada skripsi, ini dilakukan analisis pengaruh struktur satu kapton dan dua kapton terhadap hasil pengamatan visual optis dan unjuk kerja elektris OLED. Berdasarkan hasil pengamatan visual optis dan pengujian elektris didapatkan OLED dengan struktur dua kapton memiliki karakteristik optis dan unjuk kerja elektris yang lebih baik dari OLED dengan struktur satu kapton. OLED dengan struktur dua kapton dapat menghasilkan cahaya di seluruh permukaan lapisan emisif, memiliki nilai arus dan kerapatan arus sebesar 1,2mA dan 1,2mA/cm2 pada tegangan 15V, nilai tegangan threshold sebesar 14,25V, dan tingkat keberhasilan fabrikasi sebesar 77%. OLED dengan struktur satu kapton menghasilkan cahaya di sebagian permukaan lapisan emisif, nilai arus dan kerapatan arus sebesar 101μA dan 307μA/cm2 pada tegangan 15V, nilai tegangan threshold sebesar 14,5V, dan tingkat keberhasilan fabrikasi sebesar 8%. Hal ini kemungkinan disebabkan perekatan yang lebih baik antara lapisan emisif (PFO) dan anoda (TC-07-S) karena tekanan yang merata pada struktur dua kapton.

Organic light emitting diode, widely known as OLED, is an electroluminescence device that utilizes organic material as its emissive layer. The Nano Device Laboratory of the University of Indonesia has previously developed OLEDs that are fabricated using the lamination process. The fabricated OLED comprises anode layer (TC-07-S) that is grown on the surface of the laminated plastic substrate, as well as emissive layer (PFO) that is grown on the surface of aluminium foil (Al). In addition, a dielectric material, kapton, is utilized on the fabrication process to help preventing short circuit of the device. Taking this into account, an analysis of influence of one-kapton and two-kapton to OLED optical visual observation and electrical performance was carried out. Based on the result of optical visual observation and electrical testing, it was discovered that the optical characteristic and electrical performance of two-kaptop OLEDs are significantly superior than one-kapton OLED. Two-kapton OLED emits light on the entire surface of the emissive layer, has a current value and current density of 1.2mA and 1.2mA/cm2 at a voltage of 15V, a threshold voltage value of 14.25V, and a fabrication success rate of 77%. One-kapton OLED emits light partially on the surface of the emissive layer, has a current value and current density of 101μA and 307μA/cm2 at a voltage of 15V, a threshold voltage value of 14.5V, and a fabrication success rate of 8%. This is most likely due to better connectivity between the emissive layer (PFO) and anode (TC-07-S) caused by even pressure of the two-kapton OLEDs."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Layina Maulana
"Organic Light-Emitting Diode OLED merupakan LED yang memiliki lapisan organik pada bagian emisifnya untuk memancarkan cahaya ketika dialiri arus listrik. Meskipun teknologi pencahayaan dan display OLED sudah berkembang, efisiensi OLED secara umum masih rendah sehingga dibutuhkan penelitian dan eksperimen yang dapat meningkatkan performa OLED baik dari segi struktur maupun materialnya.
Skripsi ini akan membahas pengaruh jenis material anoda dan katoda terhadap efisiensi daya melalui proses simulasi dengan software SimOLED 4.5.1. Struktur yang disimulasikan adalah single emissive layer OLED dengan Alq3 sebagai material organiknya. Selain itu, juga akan dilakukan proses fabrikasi menggunakan teknik laminasi dan spin-coat. Fabrikasi bertujuan untuk menganalisis material katoda yang menghasilkan karakterisasi I-V paling optimal.
Hasil dari simulasi pada SimOLED membuktikan bahwa kombinasi material PEDOT:PSS dan alumunium Al memiliki nilai efisiensi daya sebesar 1000 kali lebih tinggi dibanding struktur referensi ITO ndash; Lif-Al . Kemudian pada proses fabrikasi, material katoda yang menghasilkan performa paling baik adalah Al dengan PFO sebagai lapisan emisif dan ITO sebagai anoda. Hasil OLED yang difabrikasi menghasilkan arus tertinggi sebesar 2 10-8 A pada 10 Volt.

Organic Light Emitting Diode OLED is an LED that has an organic layer on its emissive layer to emit light when electrified. Although OLED lighting and display technologies have evolved, OLED efficiency is generally low. Therefore, research and experiments are required so that OLED performance can be improved from both its structure and material.
This thesis will discuss the effect of anode and cathode material on power efficiency through simulation process using SimOLED 4.5.1 software. The simulated structure is a single emissive layer OLED with Alq3 as its organic material. In addition, fabrication process will also be done using lamination and spin coat techniques. Fabrication aims to analyze the cathode material that produces the most optimum I V characterization.
Simulation results show that the combination of PEDOT PSS and aluminum as the electrode material has a power efficiency value of 1000 times higher than reference structure which is ITO and Lif Al. Then in the fabrication process, the cathode material that produces the best performance is aluminum, with PFO as emissive material and ITO as anode. OLED results in fabrication has a maximum current of 2 10 8 at 10 Volts.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68850
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daris Alfafa
"Organic Light Emitting Diode (OLED) dipercaya sebagai sumber cahaya masa depan. OLED memiliki unjuk kerja yang baik dan dapat difabrikasi dengan teknik yang sederhana. Lab Nano Device Universitas Indonesia sudah mengembangkan OLED yang difabrikasi menggunakan metode laminasi. OLED yang dikembangkan sudah berhasil menghasilkan karakteristik arus dioda, menghasilkan cahaya, dan memiliki sifat flexible thin film. Tetapi, OLED tersebut masih memiliki besar arus, tingkat keberhasilan fabrikasi, dan umur hidup (lifetime) yang relatif rendah. Pada skripsi ini dilakukan optimasi struktur OLED menggunakan dua Kapton untuk menyelesaikan masalah tersebut. Berdasarkan hasil fabrikasi dan karakterisasi, ditemukan bahwa OLED yang difabrikasi menggunakan dua Kapton dapat meningkatkan keberhasilan fabrikasi dari 57% menjadi 84% dan meningkatkan besar arus dibandingkan dengan struktur satu Kapton. Namun demikian, struktur ini tidak memberikan lifetime yang lebih baik. Untuk menjelaskan lifetime OLED yang rendah ini, dilakukan pengujian pengaruh waktu dan aplikasi tegangan untuk mengetahui mekanisme penyebab penurunan performa yang paling dominan. Dalam pengujian variasi ini, ditemukan bahwa mekanisme degradasi yang terjadi adalah mekanisme irreversible. Mekanisme ini kemungkinan besar disebabkan oleh reaksi elektrokimia dan termokimia dari partikel debu dan permukaan tidak rata yang menyebabkan arus dan suhu tinggi yang terlokalisasi.

Organic Light Emitting Diodes (OLEDs) have the potential to be the futures primary light source. OLEDs have excellent performance and can be fabricated with simple procedures. Universitas Indonesias Nano Device Lab has previously developed OLEDs fabricated using the lamination process. We have successfully fabricated flexible, thin-film OLEDs that produced diode current characteristics and emitted blue light. However, there were problems; they had low current, fabrication success rate, and lifetime. In this project, we optimize the use of the Kapton tape on the OLED structure by using two Kapton pieces. Fabrication and characterisation results showed the two Kapton structure OLEDs to have an improved fabrication success rate (84% from 57%) and produced a higher average current compared to the single Kapton structure. Despite the improvements, the new structure did not give better device lifetimes. To explain the low OLED lifetime, we evaluated the effect of time and voltage application to find the most dominant degradation mechanism. With variations on time and voltage application, it was found that the OLED degradation was irreversible. There was also an indication that the most probable cause of degradation is the electrochemical and thermochemical mechanism. The likely causes of this mechanism are trapped dust particles and uneven surface, causing localized high currents and temperatures."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seno Ajisaka
"Labelisasi energi pada peralatan rumah tangga semakin dirasakan penting sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam melakukan penghematan energi, sehubungan dengan semakin tingginya harga energi listrik akhir-akhir ini. Saat ini lampu LED Light Emitting Diode telah banyak digunakan sebagai pengganti lampu konvensional sebelumnya, seperti lampu compact- fluorescent CFL dan lampu pijar, dan merupakan solusi dalam menghemat listrik, karena konsumsi energinya yang rendah. Namun demikian lampu LED termasuk jenis beban non linier yang dapat menimbulkan distorsi harmonik pada sistem tenaga listrik. Penggunaan lampu LED yang semakin meningkat dan terpasang dalam jumlah besar pada sistem tenaga listrik dapat meningkatkan distorsi harmonik yang cukup signifikan pada sistem tersebut.
Sampai saat ini belum adanya aturan atau panduan teknis mengenai labelisasi dan pengelompokannya, maka penelitian ini bertujuan mengelompokkan lampu LED melalui pengukuran parameter tingkat efikasi dan kualitas daya, meliputi faktor daya PF dan harmonik THD-i yang dihasilkan dan dikelompokan berdasarkan efikasi dan kualitas daya. Sampel lampu LED yang diuji berjumlah 64 buah mulai dari daya pengenal 2 - 13 watt, mengikuti prosedur uji SNI IEC 62612:2016. Tanda pelabelan efisiensi energi 1 menggunakan tanda bintang berwarna kuning untuk peringkat efikasi.
Tanda pelabelan efisiensi energi 2 menggunakan tanda bintang berwarna biru untuk peringkat kualitas daya. Hasil pengujian dikelompokkan dalam pelabelan lampu LED berdasarkan jumlah gambar bintang yang terdiri dari bintang 1, 2, 3 dan 4. Hasil pengujian dan pengelompokkan menunjukkan tingkat efikasi lampu LED sebesar 85 dari jumlah populasi lampu yang diuji berada pada kisaran nilai efikasi 63-104 lm/W, tingkat faktor daya 0.21-0.86, dan nilai THD-i 33-189 . Sebagai bagian dari pemahaman masyarakat tentang penghematan energi, diperkirakan penggunaan pelabelan lampu LED akan berkontribusi pada penghematan energi sebesar 18 GWh.

Labeling of household appliances in terms of energy consumption has been considered as one of the efforts to increase people awareness on energy saving. Recently, light emitting diode LED lamps have been widely utilized for lighting, replacing the conventional compact fluorescent and incandescent lamps, due to its low energy consumption. Because LED lamps work with switching procedures, it may produce distortion to the electrical power system. Furthermore, so far there are no rule or technical guidelines in Indonesia on labeling and grouping of the LED lamps.
This study firstly aimed at classifying the LED lamps through measuring the level of efficacy and power quality parameters, including power factor PF and total harmonic distortion of current THD I generated by LED lamps and grouped it based on efficacy and power quality. A numerous test of 2 13 W LED lamps was performed, following the procedure of Indonesian national standard SNI that adopted IEC 62612 2016. We employed the blue stars to indicate efficacy and yellow stars to indicate power quality level, respectively.
The results were then grouped for labeling using the number of stars 1, 2, 3 and 4. We found that the efficacy level of the most measured LED lamps 85 was in the range 63 ndash 104 lm W with PF and THD I of 0.21 0.86 and 33 189, respectively. As part of improved society understanding on energy saving, we predicted the labeling of the LED lamps will contribute to the energy saving of 18 GWh.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T48170
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daris Alfafa
"

Organic Light Emitting Diode (OLED) adalah divais electroluminescent yang diprediksi akan menjadi sumber cahaya di masa depan. Laminasi adalah metode yang dapat digunakan untuk fabrikasi OLED. Metode ini menawarkan kemudahan, harga yang murah, dan potensi untuk fabrikasi divais berskala besar. Pada karya ilmiah ini, pengaruh dari ukuran substrat dan elektroda serta ketebalan katoda pada karakteristik elektris dan optis di analisis. Ditemukan bahwa divais berukuran substrat 30 x 30 mm dan berketebalan katoda 30 μm memiliki unjuk kerja dan karakteristik yang paling baik. Selain itu, efek degradasi divais juga di amati. Dalam studi sebelumnya, di hipotesiskan bahwa mekanisme degradasi yang terjadi pada OLED yang difabrikasi ini adalah mekanisme degradasi electro-oxidation, yang mungkin terjadi bersamaaan dengan pengaruh termal. Untuk mengkonfirmasi hipotesis ini, suhu operasional OLED diteliti saat diaktifkan. Dari hasil pengujian, ditemukan bahwa tidak terjadi perubahan suhu yang signifikan dan dapat disimpulkan bahwa divais-divais OLED ini tidak mengalami degradasi suhu.

 


Organic Light-Emitting Diodes are electroluminescent devices that are expected to be the light source of the future. Lamination is one method that can be used for OLED fabrication. This method offers simplicity, low cost, and compatibility for large-area devices. In this paper, we fabricate and analyze the effect of substrate/electrode size and cathode thickness on electrical and optical characteristics. It was found that the larger device and the cathode with a thickness of 30 𝜇m had better characteristics. However, the device was still experiencing degradation. It was previously found that the degradation might be caused by electro-oxidation, which may occur due to thermal influence. In order to confirm this, the operating temperature of the OLED is monitored during operation. From the measurement results, it was found that the device did not experience significant temperature changes; therefore, it can be concluded that the device did not experience thermal degradation.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>