Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161000 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Boy Ardika Putra
"Pada penelitian ini, pembentukan senyawa dimer dari isoeugenol, guaiakol dan isoeugenol dengan guaiakol telah dilakukan dengan bantuan katalis FeCl3 dan Fe-MMT. Katalis heterogen Fe -MMT, dibuat dengan melarutkan Na-MMT dalam larutan FeCl3 0,3 M dan kemudian diaduk dengan stirrer selama 24 jam dan dilakukan pencucian endapan sampai bebas ion klorida. Endapan kemudian dikeringkan pada suhu 105°C selama 24 jam. Katalis hasil sintesis telah dikarakterisasi dengan FTIR dan XRD. Katalis dibuat dari MMT, yang dipisahkan sebagai fraksi 1, hasil fraksionasi bentonit alam berasal dari jambi. Fraksi 1 bentonit alam mempunyai nilai % smetite paling besar yaitu 79,11 % hal ini mengindikasikan bahwa pada fraksi 1 banyak mengandung MMT. Na-MMT dibuat dengan impregnasi MMT dengan larutan NaCl. Katalis FeCl3 dan Fe-MMT ini selanjutnya diaplikasikan untuk reaksi oksidatif kopling untuk sintesis dimer senyawa guaiakol dengan isoeugenol. Reaksi oksidatif kopling dilakukan dengan variasi pelarut. Produk hasil reaksi katalis Fe-MMT dan FeCl3 dianalisis menggunakan kromatografi lapis tipis dan LC-MS. Analisis kualitatif kromatografi lapis tipis menunjukkan bahwa telah berhasil menghasilkan komponen senyawa baru dan munculnya node baru pada plat kromatografi. Sedangkan kromatogram LC-MS menunjukkan telah berhasil menghasilkan senyawa dimer. Hasil identifikasi menunjukkan adanya senyawa dimer isoeugenol yaitu dehidrodiisoeugenol dengan m/z = 327 dan waktu retensi 18,83 menit. Dari uji aktivitas antioksidan, diketahui senyawa produk mempunyai kemampuan antioksidan lebih tinggi dibandingkan dengan isoeugenol, yaitu nilai IC50 isoeugenol sebesar 20,05 μg/mL dan produk sebesar 15,209 μg/mL dengan katalis FeCl3, Sedangkan nilai IC50 produk dengan katalis Fe-MMT sebesar 9,5454 μg/mL.

Studies on oxidative coupling reactions of isoeugenol, guaiakol and isoeugenol with guaiakol were conducted in the presence of FeCl3 and Fe-Montmorillonite (Fe-MMT) as catalysts. The MMT was obtained from mineral bentonite, origin area Jambi, by separating the fraction which had the highest smetite value of 79,11%. This MMT was first transformed into Na-MMT by impregnating with a solution of NaCl 1M under stirring for 24 hour, which was carried out three times. The Na-MMT was washed with demineralized water until free of Cl- ions. After that the Na-MMT was transformed into Fe-MMT by impregnating with a solution of FeCl3 0,3 M under stirring 24 hour, which was carried out three times. The Fe-MMT was washed with demineralized water until free of Cl-, dried at 105°C for 24 hour, and was characterized by FT-IR and XRD methods to confirm the MMT structure. The AAS analysis was carried out to determine the content of Na+ and Fe3+ in the catalyst. In this study, the oxidative coupling reactions were conducted on isoeugenol, guaiacol and isoeugenol with guaiacol using Fe-MMT catalyst, compared with using FeCl3. The oxidative coupling products were identified by thin layer chromatography (TLC), which showed new compounds. The LC-MS analysis showed the formation of coupling compounds of isoeugenol, identified as dehidrodiisoeugenol with the m / z value of 327, meanwhile the coupling compounds of guaiacol was identified having the m/z value of 247 and the coupling of isoeugenol with guaiacol having the m/z value of 287. From the activity of antioxidant test result, if concludes that a product compound of dehidrodiisoeugenol has the ability to produce higher antioxidant. Than isoeugenol, which can produce IC50 20,05 ppm of isoeugenol and can produce 15,209 ppm with FeCl3 catalyst. However, the product with product IC50 with Fe-MMT catalyst can produce 9,5454 ppm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S43932
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhmat Setiawan
"Katalis heterogen Cu-montmorillonit telah dapat disintesis. Untuk membuat katalis Cu-montmorillonit, diawali dengan melarutkan Na-montmorilonit dalam larutan CuCl2 0,3 M dan kemudian diaduk dengan stirrer selama 24 jam dan dilakukan pencucian endapan sampai bebas ion klorida. Endapan kemudian dikeringkan pada suhu 105oC selama 24 jam. Katalis hasil sintesis telah dikarakterisasi dengan FTIR dan XRD. Sebelumnya Na-montmorillonit disintesis dari fraksi 1 hasil fraksinasi bentonit alam yang berasal dari Jambi. Fraksi 1 bentonit alam mempunyai nilai % smetite paling besar yaitu 79,11 % dan juga mempunyai nilai % kaolinite dan % illite sebanyak 9,51 % dan 11,38 %. Katalis heterogen ini selanjutnya diaplikasikan untuk reaksi oksidatif kopling senyawa guaiakol dengan isoeugenol. Penelitian ini mempelajari tentang sintesis dimer dari reaksi oksidatif kopling suatu senyawa polifenol dan uji aktivitas dimer sebagai antioksidan. Reaksi oksidatif kopling dilakukan dengan variasi pelarut. Produk hasil reaksi dianalisis menggunakan kromatografi lapis tipis dan LC-MS. Analisis kualitatif kromatografi lapis tipis menunjukkan bahwa telah berhasil menghasilkan komponen komponen senyawa baru dari hasil reaksi oksidatif kopling yang dapat dilihat dari munculnya node baru pada plat kromatografi. Sedangkan kromatogram LC-MS menunjukkan telah berhasil menghasilkan senyawa dimer dari hasil reaksi oksidatif kopling guaiakol dan isoeugenol.

Heterogeneous catalyst of Cu-montmorillonite (Cu-MMT) have been synthesized. Cu-MMT was synthesized using bentonite, origin area Jambi, as the montmorillonite source, which separated as fraction one with the highest smectite content of 79,11%. This MMT was first transformed into Na-MMT, and then into Cu-MMT by impregnating MMT with 1,0 M NaCl solution and ),3 M CuCl2 solutions respectively. The precipitate of Cu-MMT was washed until free of Chloride ions, was dried at 105oC for 24 hours. The catalyst Cu-MMT was characterized by FTIR and XRD methods. This research studied the oxidative coupling reactions of isoeugenol, guaiacol and isoeugenol with guaiacol in the presence of Cu-MMT catalyst, with and without 30%-v methanol as the solvent. The oxidative coupling product was identified by TLC and analyzed by LC-MS, which showed new compounds components of dimeric coupling products of isoeugenol dimer (m/z 327), guaiacol dimer (m/z 247) and isoeugenol-guaiacol compound (m/z 287). The radical scavenging activity of oxidative coupling products, dtermined by the use of a free radical 2,2-Diphenyl-1-Picrylhydrazyl (DPPH), showed the values of IC50 of the isoeugenol dimer and guaiacol dimer were lower than its monomer, and also were lower than the coupling comppounds isoeugenol-guaiacol"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S43535
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Luthfiana Puspita
"Senyawa dimer dari golongan fenolik dapat dibentuk melalui reaksi oksidatif kopling dan diketahui mempunyai berbagai aktivitas biologis yang penting bagi manusia Penelitian ini dilakukan untuk membentuk senyavva dimer dari isoeugenol dengan enzim Iakase sebagai katalis dan hidroquinon sebagai mediator. Enzim Iakase diisolasi dari jamurtiram putih dan mempunyai aktivitas spesifik sebesar 0,56 U/mg. Reaksi oksidatif kopling dilakukan dalam medium bifasa (etil asetat 1 buffer fosfat = 411). Hasil reaksi berupa cairan kental bervvarna kuning dan mempunyai spot dengan Rf 0,62 dengan pengembang ri-heksana 1 etil asetat = 2 1 1. Pemurnian dengan KLT preparatif, diperoleh endapan kuningan sebesar 0,2092 g dengan rendemen 5,74 %_ Identifikasi dengan spektrofotometer UV-Vis diperoleh A maksimum 289 nm. Hasil GC-IVIS menunjukkan bahvva terdapat senyavva yang diduga dimer isoeugenol dengan nilai m/z = 326 dalam produk reaksi pada vvaktu retensi 20,67 menit (luas area 26,10%)_ Dari uji aktivitas antioksidan, diketahui senyavva produk mempunyai kemampuan antioksidan Iebih tinggi dibandingkan dengan isoeugenol, yaitu nilai ICSC isoeugenol sebesar 81,32 pg/mL dan produk sebesar 60,66 pg/mL."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30361
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriana Dewi
"Daun teh hijau segar kaya akan polifenol yang merupakan komponen bioaktif pada tanaman dan baik untuk kesehatan manusia. Komponen polifenol dalam daun teh hijau segar diidentifikasi sebagai katekin dan derivatnya yang tergolong dalam sub-kelas flavonoid.
Dalam penelitian ini, daun teh hijau segar dimaserasi dengan dua jenis pelarut, yaitu air-metanol dan air-etil asetat untuk mengekstrak komponen katekin, kemudian diidentifikasi dengan KLT. Isolat daun teh hijau yang dimaserasi dengan air-etanol menghasilkan empat komponen katekin, sedangkan yang dimaserasi dengan air-etil asetat menghasilkan dua komponen katekin. Fe- MMT disintesis dari bentonit Jambi yang difraksinasi, kemudian fraksi yang memiliki kandungan MMT tertinggi digunakan untuk sintesis berikutnya. Pertama-tama, MMT disintesis menjadi Na-MMT, kemudian disintesis menjadi Fe-MMT dengan proses impregnasi menggunakan larutan NaCl 1M dan larutan FeCl3 0,3M. Katalis Fe-MMT dikarakterisasi menggunakan metode XRD, FTIR untuk mengiidentifikasi struktur MMT. Metode AAS mengidentifikasi Na+ dan Fe3+ yang terkandung dalam katalis. Reaksi kopling oksidatif katekin dikondisikan pada suhu 115oC dan waktu 24 jam, identifikasi produk menggunakan metode KLT dan LC-MS/MS. Hasil analisis produk menunjukkan dimer katekin yang terdiri dari epikatekin, epigalokatekin, epikatekin galat dan epigalokatekin galat dengan nilai m/z 580, 612, 884 and 912. Aktivitas peredaman radikal produk dimer katekin menggunakan radikal bebas 2,2-difenil-1- pikrilhidrazil (DPPH), menunjukkan dimer katekin memiliki nilai IC50 57,583 μg/mL lebih tinggi dibanding monomernya dengan nilai IC50 65,899 μg/mL."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S45048
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Qotrun Nada Salsabila
"Kejibeling (Strobilanthes crispus) merupakan salah satu tanaman obat karena mengandung senyawa aktif, seperti senyawa fenolat, sehingga perlu dilakukan ekstraksi untuk mendapatkannya. Salah satu metode ekstraksi hijau yang memiliki banyak kelebihan dan dipilih untuk diterapkan pada penelitian ini adalah Ultrasound Assisted Enzymatic-Aqueous Two-Phase Extraction (UAE-ATPE). Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan dua parameter penting yang mampu menghasilkan nilai Total Phenolic Content (TPC) tertinggi pada ekstraksi daun kejibeling dengan metode UAE-ATPE. Parameter tersebut, yaitu suhu dengan variasi 30oC, 40oC, 50oC, dan 60oC serta konsentrasi enzim dengan variasi 3%-m/m, 5%-m/m, dan 7%-m/m. Metode analisis menggunakan spektrofotometri UV-Vis dipilih untuk menguji nilai TPC secara kuantitatif dengan asam galat sebagai larutan standarnya. Penelitian ini menghasilkan konsentrasi enzim terbaik, yaitu 7%-m/m, dan suhu terbaik, yaitu 60oC, dengan nilai TPC sebesar 8,03 mg Gallic Acid Equivalent (GAE)/g sampel.

Kejibeling (Strobilanthes crispus) is one of the medicinal plants because it contains active compounds, such as phenolic compounds, then it needs to be extracted so that it can be utilized. One of green extraction method that has many advantages and was chosen to be applied to this study is Ultrasound Assisted Enzymatic-Aqueous Two-Phase Extraction (UAE-ATPE). This research was carried out to obtain two important parameters that were able to produce the highest Total Phenolic Content (TPC) values in kejibeling leaf extraction using the UAE-ATPE method. These parameters are temperature with variations of 30oC, 40oC, 50oC, and 60oC and enzyme concentrations with variations of 3%-m/m, 5%-m/m, and 7%-m/m. An analytical method using spectrophotometry UV-Vis was selected to quantitatively test TPC values with gallic acid as the standard solution. This study produced the best enzyme concentration, which is 7%-m/m, and the best temperature, which is 60oC, with a TPC value of 8.03 mg Gallic Acid Equivalent (GAE)/g sample."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jupiter Eresta Jaya
"Pada penelitian ini, dilakukan evaluasi kinerja metode gabungan teknik ozonasi dan kavitasi hidrodinamika dengan menggunakan injektor venturi untuk mengolah limbah fenol sintetik. Fenol merupakan senyawa alkohol yang memiliki stabilitas tinggi. Hal tersebut diakibatkan oleh strukturnya yang memiliki cincin aromatis sehingga sulit disisihkan. Proses penyisihan fenol pada penelitian ini akan membandingkan penyisihan fenol untuk tiga kofigurasi proses, yaitu metode ozonasi, kavitasi venturi, dan gabungan dari kedua metode tersebut. Variasi untuk setiap konfigurasi proses yang dilakukan adalah variasi pH (4, 7, dan 11), Laju alir (2, 4, dan 6 L/menit) dan dosis ozon (63,77 mg/jam dan 118,48 mg/jam).
Limbah Fenol yang digunakan pada penelitian ini adalah fenol sintetik dengan konsentrasi 10 ppm. Pada penelitian ini didapatkan penggunaan metode gabungan teknik ozonasi dan kavitasi menggunakan injektor venturi pada kondisi pH 11, laju alir 6 L/menit, dan dosis ozon 118,48 mg/jam akan menghasilkan presentase penyisihan fenol tertinggi dengan nilai sebesar 85% dibandingkan dengan penggunan hanya metode kavitasi hidrodinamika ataupun ozononasi.

n this research, performance evaluation of combination method of ozone technique and hydrodynamic cavitation with venturi injector to process syntethic phenol are done. Phenol is an alcoholic substance with high stability because of the aromatic ring that it has that makes it hard to be degraded. In this research, the performance of three process configuration, which are the ozonation technique, hydrodynamic cavitation with venturi injector, dan the combination of both method, are be compared to perform phenol degradation. Variation used in each process configuration are pH (4, 7, and 11), Flowrate (2, 4, and 6 L/min), and ozon dosage (63,77 mg/hr and 118,48 mg/hr).
The phenol concentration used in this process is synthetic phenol with 10 ppm concentration. In this research it is found out that the combination method of ozonation technique and hydrodynamic with venturi injector in base condition (pH of 11), 6 L/min circulation flowrate, and 118,48 mg/hr ozone dosage will result in the highest phenol degradation rate (85% of phenol degradation rate and TOC removal of 4,5 mg/L) compared to doing the ozone technique and hydrodynamic cavitation with venturi injector separately.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65270
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhenovita Salsabila
"Daun sambung nyawa (Gynura procumbens) dapat digunakan sebagai alternatif suplemen minuman herbal. Pendugaan umur simpan suplemen herbal jus daun sambung nyawa diperlukan agar diketahui durasi produk hingga mencapai kadaluarsa. Penelitian ini menggunakan variasi pengawet berupa natrium benzoat dan agen penstabil CMC (Carboxyl Methyl Cellulose). Untuk memperoleh umur simpan, penelitian ini meliputi uji kandungan fenolik, uji organoleptik, dan uji angka lempeng total. Pendugaan umur simpan jus daun sambung nyawa dilakukan dengan metode ASLT (Accelerated Shelf-Life Test). Hasil penelitian diperoleh bahwa pendugaan umur simpan diidentifikasi berdasarkan parameter kritis kandungan fenolik pada jus. Jus daun sambung nyawa murni memiliki pendugaan umur simpan 1; 1; 2 hari dengan suhu simpan senilai 38, 25, 7. Jus daun sambung nyawa dengan pengawet natrium benzoat memiliki umur simpan 3; 4; 4; dengan suhu simpan senilai 38, 25, 7. Jus daun sambung nyawa dengan agen penstabil CMC memiliki umur simpan 2; 3; 3 hari dengan suhu simpan 38, 25, 7. Jus daun sambung nyawa dengan pengawet natrium benzoat dan agen penstabil CMC memiliki umur simpan 7; 6; 7 hari dengan suhu simpan 38, 25, 7. Berdasarkan uji angka lempeng total, jus daun sambung nyawa murni memiliki tingkat cemaran mikroba di bawah standar terdapat pada umur simpan 2; 2; 2 dengan suhu simpan 38, 25, 7. Jus dengan penambahan natrium benzoat memiliki umur simpan 6; 6; 6 hari dengan suhu simpan 38, 25, 7. Jus dengan penambahan CMC memiliki umur simpan 6; 6; 6 hari dengan suhu simpan 38, 25, 7. Jus dengan penambahan natrium benzoat dan CMC memiliki umur simpan 8; 8; 6 dengan suhu simpan 38, 25, 7. Berdasarkan uji organoleptik yang meliput parameter rasa, aroma, dan tektur, jus daun sambung nyawa murni memiliki umur simpan rata-rata 2; 1; 1 hari dengan suhu simpan 38, 25, 7. Jus dengan penambahan natrium benzoat memiliki umur simpan 9; 8; 7 hari dengan suhu simpan 38, 25, 7. Jus dengan penambahan CMC memiliki umur simpan 9; 8; 7 hari dengan suhu simpan 38, 25, 7. Jus dengan penambahan natrium benzoat dan CMC memiliki umur simpan 18; 14; 12 hari dengan suhu simpan 38, 25, 7.

Herbal plants with Longevity Spinach (Gynura procumbens) are high in antioxidants. Longevity spinach can be added to beverages as an alternative herbal supplement. To enable their commercialization, it is necessary to estimate the shelf life of longevity spinach juice-based herbal supplements. Sodium benzoate and CMC (Carboxyl Methyl Cellulose) stabilizing compounds were employed as preservative variants in this research. In this study, the phenolic content, organoleptic tests, and bacterial colony counts (Total Plate Count) were used to assess the composition of nutrients contents of the juice. Using the ASLT (Accelerated Shelf-Life Test) method, the estimated shelf life of longevity spinach juice was calculated. The research demonstrated that the important characteristics of the juice's phenolic component concentration were used to estimate shelf life. Pure longevity spinach juice has an estimated shelf life of 1; 1; 2 days with a storage temperature of 38, 25, 7. Longevity spinach juice with preservative sodium benzoate has a shelf life of 3; 4; 4 days with a storage temperature of 38, 25, 7. Longevity spinach juice with CMC as stabilizing agent has a shelf life of 2; 3; 3 days with a storage temperature of 38, 25, 7. Longevity spinach juice with sodium benzoate and CMC has a shelf life of 7; 6; 7 days with a storage temperature of 38, 25, 7. Based on the total plate count test, pure longevity spinach juice has below standard microbial contamination levels at shelf life 2; 2; 2 days with a storage temperature of 38, 25, 7. Juices with the addition of sodium benzoate have a shelf life of 6; 6; 6 days with a storage temperature of 38, 25, 7. Juices with the addition of CMC have a shelf life of 6; 6; 6 days with a storage temperature of 38, 25, 7. Juice with the addition of sodium benzoate and CMC has a shelf life of 8; 8; 6 days with a storage temperature of 38, 25, 7. Based on organoleptic tests covering taste, aroma, and texture parameters, pure longevity spinach juice has an average shelf life of 2; 1; 1 with a storage temperature of 38, 25, 7. Juices with the addition of sodium benzoate have a shelf life of 9; 8; 7 days with a storage temperature of 38, 25, 7. Juices with the addition of CMC have a shelf life of 9; 8; 7 with a storage temperature of 38, 25, 7. The juice with the addition of sodium benzoate and CMC has a shelf life of 18; 14; 12 with a storage temperature of 38, 25, 7."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayanti
"Reaksi katalisis oksidasi olefin menjadi aldehida merupakan salah satu reaksi yang penting dalam industri kimia. Reaksi oksidasi secara konvensional membutuhkan pereaksi yang tidak ramah lingkungan, sehingga penggunaan katalis heterogen lebih disukai. Pada penelitian ini digunakan katalis TiO2?Al2O3 (1:1)-U dan TiO2?Al2O3 (1:1)-PEG, yang disintesis dari aluminium nitrat dan TiCl4 dengan perbandingan mol 1:1. Katalis dikarakterisasi menggunakan XRD, XRF, dan BET. Kedua katalis diuji daya katalitiknya pada reaksi oksidasi stirena dengan O2 sebagai oksidator. Reaksi katalisis dilakukan dengan beberapa variasi, yaitu variasi berat katalis (0,5 - 2 g), waktu reaksi (1 - 4 jam), dan suhu reaksi (50 - 80°C). Produk reaksi dianalisis menggunakan kromatografi gas dan GC-MS. Hasil konversi tehadap benzaldehida optimum, yaitu sebesar 35,44%, yang diperoleh pada reaksi dengan katalis TiO2?Al2O3 (1:1)-PEG. Sedangkan dengan katalis TiO2-Al2O3 (1:1)-U, dihasilkan konversi sebesar 21,59%. Hasil konversi optimum kedua katalis ini diperoleh dengan bantuan 1,5 g katalis pada suhu 70°C selama 4 jam reaksi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30407
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Perry Widyananda
"Proses pembuatan gas sintesis (syngas) melalui reaksi katalitik oksidasi parsial metana merupakan proses yang lebih menguntungkan daripada menggunakan reaksi katalitik reformasi kukus (steam reforming). Keuntungan utama reaksi oksidasi parsial metana ini adalah : (1) dalam reaksi ini terjadi reaksi eksotermik, (2) memberikan perbandingan H2/CO. yang lebih rendah (H2/CO=21i ), dan (3) lebih selektif. Pada awalnya, faktor penyulit utama dalam proses ini adalah tidak dapat dihindarinya pembentukan deposit karbon pada perbandingan stoikiometri CH4/O2 yang digunakan, namun sejak tahun 1991 proses ini mulai banyak diteliti setelah dilaporkan ada beberapa logam nobel seperti rodium dan rutenium dapat digunakan sebagai katalis tanpa (sedikit sekali) terjadi pembentukan deposit karbon. Tetapi walau bagaimanapun tetap masih dijumpai kendala karena seperti diketahui logam rodium dan rutenium ini sangat mahal harganya.
Sampai saat ini, masih terjadi ketidaksepakatan (debat) di antara para peneliti mengenai mekanisme reaksi oksidasi parsial metana menjadi syngas. Oleh sebab itu banyak di antara peneliti menempatkan kejelasan akan mekanisme reaksi sebagai salah satu tujuan utama penelitian. Disimpulkan ada 2 (dua) mekanisme reaksi oksidasi parsial metana menjadi syngas yaitu (1) oksidasi parsial metana secara tak langsung, dan (2) oksidasi parsial metana secara langsung.
Dalam upaya terus mencari katalis yang lebih efisien untuk oksidasi parsial metana menjadi syngas, dalam penelitian ini telah diteliti penggunaan logam Co dan Ni sebagai komponen aktif katalis yang menggunakan penyangga silika dan alumina, dan promotor seng (Zn). Penilaian kinerja katalis berdasarkan hasil uji : (1) aktivitas yang meliputi konversi dan selektivitas, dan (2) stabilitas, yang dilakukan pada kondisi operasi standar yaitu berat katalis 100 mg, ratio umpan CH4 : O2 : N2 : He 10 : 5 : 5 : 80, laju alir reaktan = 100 ml/menit, GHSV=6x144 h 1, tekanan = 1 atm. Dibawah kondisi operasi standar ini, dilakukan uji aktivitas katalis pada temperatur reaksi 500, 600, 700, 800, dan 900°C. Di samping itu, juga dilakukan penelitian untuk mendapatkan kejelasan mekanisme reaksi oksidasi parsial metana menjadi syngas dan penelitian yang dilakukan meliputi variasi waktu kontak dan karakterisasi katalis.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat simpulkan bahwa : (1) logam kobalt dengan penyangga alumina sangat adalah sangat aktif namun memberikan selektivitas syngas yang rendah, (2) katalis dengan Iogam nikel berpenyangga alumina adalah aktif, selektif dan stabil , (3) produk syngas sangat dipengaruhi derajat reduksi logam aktif, dan (4) mekanisme reaksi dalam oksidasi parsial metana menjadi syngas adalah mekanisme secara tak langsung."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>