Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86960 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Febriyan Nizfa Saputra
"Pada penelitian ini dilakukan pengujian kapasitas adsorpsi gas Formaldehida karbon aktif dari bambu. Dengan melakukan aktivasi secara kimia dengan larutan KOH dengan perbandingan KOH padat dan karbon sebanyak 3:1, serta diaktivasi pada suhu 800oC dapat menambah luas permukaan karbon yang semula hanya 0,1 m2/g menjadi karbon aktif dengan luas permukaan 386,3m2/g. Impregnasi logam Cu sebanyak 4% berat karbon mampu menambah luas permukaan menjadi 471,9m2/g dan meningkatkan kemampuan adsorpsi karbon aktif dari bambu. Pada konsentrasi kesetimbangan gas Formaldehida 14 ppm, karbon aktif dari bambu yang diimpregnasi dengan logam Cu mampu mengadsorpsi gas Formaldehida sebesar 0,00023 g/g karbon aktif. Sementara itu karbon aktif dari bambu tanpa impregnasi hanya mampu mengadsorpsi sebesar 0,00004 g/g karbon aktif dan karbon aktif komersial dari tempurung kelapa bahkan hanya mempunyai kemampuan adsorpsi sebesar 0,00002 g/g karbon aktif. Dari hasil penelitian juga didapat bahwa karbon aktif dari bambu dengan impregnasi logam Cu mampu mengadsorpsi hingga 97% gas Formaldehida yang diinjeksikan ke dalam sampling silinder.

In this research, Formaldehyde gas adsorption capacity of activated carbon from bamboo is evaluated. By doing a chemical activation with KOH solution with solid KOH and carbon ratio about 3:1, and activated at a temperature of 800oC can increase the surface area of ​​the carbon that was originally only 0.1 m2/g to activated carbon with a surface area of ​​386.3 m2/g. Cu metal impregnating as many as 4% by weight of carbon could increase the surface area to be 471.9 m2/g and increased activated carbon from bamboo's adsorption capacity. At Formaldehyde gas's equilibrium concentration 14 ppm, activated carbon from bamboo impregnated with Cu metal can adsorb Formaldehyde gas at 0.00023 g/g activated carbon. Meanwhile activated carbon from bamboo without impregnation only able to adsorb 0.00004 g/g activated carbon and commercial activated carbon from coconut shell even only have adsorption capacity at 0,00002 g/g activated carbon. From the result, also found that the activated carbon from bamboo impegnated Cu metal able to adsorb up to 97% Formaldehyde gas injected to sampling cylinder."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44489
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wara Dyah Pita Rengga
"Formaldehida merupakan salah satu polutan gas yang menyebabkan gangguan kesehatan sampai tingkat kanker nasofaring. Sintesis karbon aktif berbentuk serbuk dari bambu Petung dengan aditif nanopartikel perak atau tembaga digunakan sebagai penjerap polutan. Kemampuan adsorpsi formaldehida dalam sistem tumpak dan sistem sinambung digunakan untuk mendapatkan model adsorpsi formaldehida.Hasil analisis menunjukkan bahwa karbon aktif dengan aditif nanopartikel Perak mempunyai luas permukaan 683 m2/g, diameter pori rata-rata 2,7 nm (mesopori dan mikropori), ukuran nanopartikel 2-6 nm dan terdapat gugus hidroksil pada permukaan karbon.
Sifat dan kemampuan karbon aktif dengan aditif nanopartikel Perak menunjukkan hasil yang lebih baik daripada karbon aktif dengan nanopartikel Tembaga. Kemampuan adsorpsi formaldehida pada karbon aktif dengan aditif nanopartikel Perak mencapai 2,7 kali lebih tinggi daripada karbon aktifnya dengan kapasitas maksimal 150 mg/g sesuai dengan model Langmuir. Formaldehida mengalami oksidasi katalitik pada permukaan nanopartikel Perak sesuai dengan Model Langmuir Hinshelwood bimolekuler. Kurva breakthrough adsorpsi dapat dimodelkan secara tepat menggunakan Model Thomas. Hasil adsorpsi formaldehida dalam udara digunakan untuk melakukan simulasi adsorpsi dengan campuran gas lain dan memperkirakan kebutuhan jumlah karbon aktif dalam ruangan.

Formaldehyde is one of gas pollutant that cause health problems such as nasopharyngeal cancer. Synthesis of activated carbon powder from bamboo Petung with silver or copper nanoparticles additive used as pollutant adsorbents. Formaldehyde adsorption capacity in batch and continuous systems were used to obtain formaldehyde adsorption models. The analysis show that the activated carbon modified with silver nanoparticle has a surface area of 683 m2/g, an average pore diameter of 2.7 nm (mesoporous and microporous), the size of the nanoparticles is 2-6 nm and posess hydroxyl groups on its carbon surfaces.
The activated carbon modified with silver nanoparticle shows better properties and capabilities than the activated carbon modifed with nanoparticles Copper. Formaldehyde adsorption capacity of the activated carbon modified with silver nanoparticle reached 2.7 times as that of the activated carbon without, with a maximum capacity of 150 mg/g estimated from the Langmuir model. Catalytic oxidation of formaldehyde into CO2 occurs on the surface of Ag nanoparticles according to the bimolecular Langmuir Hinshelwood model. The breakthrough adsorption curves have been well represented using Thomas model. The results of formaldehide adsorption can be used to perform an adsorption simulation containing other component gas mixture and used to estimate the activated carbon needed for indoor application.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
D2137
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Permata Sari
"Pencemaran makanan oleh zat aditif seperti formalin dan melamin merupakan hal yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Pengembangan metode yang mudah, cepat, dan sensitif untuk mendeteksi formalin dan melamin sangat penting, salah satunya dengan nanopartikel Au (AuNP). Dalam sintesis AuNP seringkali digunakan bahan yang mencemari lingkungan. Pada penelitian ini berhasil dikembangkan green synthesis AuNP dengan ekstrak kulit manggis (EKM) (Garcinia Mangostana L.) yang berpotensi sebagai pendeteksi formalin dan melamin.
Hasil partisi, kromatografi kolom, KLT, dan karakterisasi dengan spektrofotometer FTIR dan LC-MS menunjukkan bahwa senyawa aktif yang terkandung dalam EKM yang diusulkan adalah senyawa aktif turunan flavonoid. Pada kondisi optimum sintesis AuNP@EKM diperoleh λmaks 531 nm (22 nm). AuNP@EKM stabil selama 17 hari dengan λmaks 530-532 nm. Hasil karakterisasi spektrofotometer UV-Vis dan PSA menunjukkan AuNP@EKM berpotensi mendeteksi formalin dan melamin ditandai dengan pergeseran λmaks dan perubahan warna koloid AuNP@EKM akibat adanya interaksi hidrogen.

Contamination of food additives such as formaldehyde and melamine is familiar in this recent cases. Developments of easy, rapid, and sensitive methode to detect formaldehyde and melamine are precisely very important and one of the methodes is detection with gold nanoparticles (AuNP). In synthesis of AuNP, often used materials that pollute the environment. This research has successfully developed green synthesis AuNP with mangosteen peel extract (MPE) (Garcinia Mangostana Contamination of food additives such as formaldehyde and melamine is familiar in this recent cases. Developments of easy, rapid, and sensitive methode to detect formaldehyde and melamine are precisely very important and one of the methodes is detection with gold nanoparticles (AuNP). In synthesis of AuNP, often used materials that pollute the environment. This research has successfully developed green synthesis AuNP with mangosteen peel extract (MPE) (Garcinia Mangostana L.) that had potentiality as detector for formaldehyde and melamine.
The results of the partition, column chromatography, TLC, and characterization by FTIR spectrophotometer and LC-MS showed that the active compound contained in MPE is flavonoid derivative active compound. The optimum condition of AuNP@MPE synthesis was obtained at λmaks 531 nm (22 nm). AuNP@MPE stable for 17 days with λmaks 530-532 nm. The results of characterization of UV-Vis spectrophotometer and PSA showed that AuNP@MPE has potentiality to detect formaldehyde and melamine. It characterized by shifting of λmaks and discoloration of the colloidal AuNP@MPE due to the interaction of hydrogen.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60807
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Kunti Surya Andari
"Penyetelan ulang pengendali proporsional-integral dilakukan pada proses produksi formaldehida di PT X. Penyetelan ulang dilakukan untuk meningkatkan kinerja controller, karena penyetelan pengendali PI pada pabrik seringkali masih menggunakan metode ziegler-nichols close-loop yang kurang optimal. Model proses akan diestimasi dengan first order plus dead time model (FOPDT), dan kemudian parameter pengendali disetel ulang menggunakan Ziegler-Nichols (PRC), Wahid-Rudi-Victor (WRV), Cohen-Coon, autotuning, dan fine tuning. Kinerja pengendali diuji menggunakan set point (SP) tracking dan disturbance rejection. Integral of square error (ISE) akan digunakan sebagai indikator kinerja. Ada tiga pengendali yang diuji, yaitu, pengendali laju alir steam (FIC-102), pengendali temperatur udara (TIC-101), dan pengendali level tangki (LIC-102). Metode fine tuning memberikan kinerja pengendali yang paling baik untuk FIC-102 dan TIC-101, sedangkan metode autotuning memberikan kinerja pengendali yang lebih baik untuk LIC-102 dibandingkan dengan setelan di lapangan. Peningkatan kinerja untuk set point (SP) tracking adalah 81,59% (FIC-102), 94,11% (TIC-101), dan 85,61% (LIC-102). Sedangkan peningkatan kinerja untuk disturbance rejection adalah 95,5% (FIC-102), 94,53% (TIC-101), dan 93,16% (LIC-102). Pengujian penurunan kapasitas produksi sebesar 12,5% juga dilakukan, dan didapatkan bahwa controller masih mampu mencapai SP. Dengan demikian, penyetelan ulang pengendali PI berfungsi dengan baik.

A proportional-integral controller retuning is performed on formaldehyde production process at PT X. Retuning is carried out to improve the control performance, because PI controller in the factory often still uses ziegler-nichols close-loop tuning method which is not optimal. The process model is estimated by a first order plus dead time model (FOPDT), and then the controller parameters is tuned using the Ziegler-Nichols (PRC), Wahid-Rudi-Victor (WRV), Cohen-Coon, autotuning, and fine tuning. The control performance is tested using set point (SP) tracking and disturbance rejection with integral of square error (ISE) as performance indicator. There are three controllers that are tested, i.e., the steam flow controller (FIC-102), air temperature controller (TIC-101), and tank level controller (LIC-102). Fine tuning method give the better control performance for FIC - 102 and TIC-101, while autotuning method gives the better control performance for LIC-102 compared to the previous settings in the field. Performance improvement for set point (SP) tracking are 81.59% (FIC-102), 94.11% (TIC-101), and 85.61% ( LIC-102). While performance improvement for the disturbance rejection are 95.5% (FIC-102), 94.53% (TIC-101), 93.16% ( LIC-102). A test using reduction in production capacity of 12.5% was also carried out, and it was found that the controller was still able to reach SP. Thus, retuning PI controllers work well.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kentari Septiasih
"Formaldehyde adalah zat kimia yang berbentuk gas atau cair. Di dalam perdagangan berbentuk larutan dikenal dengan nama Formalin yang bersifat sangat volatile. Disamping itu Formaldehyde sangat iritatif dan dikategorikan sebagai bahan kimia kategori A2 ( carcinogen) yaitu tergolong bahan yang dapat menyebabkan kanker Sehingga dengan demikian akan merugikan para pekerja dan dapat menyebabkan timbulnya masalah ketenaga kerjaan. Untuk itu kandungan Formaldehyde di udara lingkungan kerja diatur sesuai dengan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Transkop No.SE. 02 / MEN / 1978, bahwa Nilai Ambang Batas (NAB) untuk Formaldehyde adalah tidak boleh melampaui 2 ppm.
Disain penelitian yang digunakan bersifat deskriptif yang menggambarkan konsentrasi Formaldehyde pada industri sweater yang memakai bahan baku benang cotton 100% dan pada industri sweater yang memakai bahan baku benang bukan cotton ( acrylic 100% ).
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan konsentrasi Formaldehyde pada dua industri sweater yang memakai benang cotton dengan industri sweater yang memakai benang bukan cotton . Sistem ventilasi pada industri tersebut adalah sistem natural ventilation dan tidak menggunakan exhaust fan . Sehingga konsentrasi rata-ratanya meskipun masih dibawah NAB akan tetapi konsentrasi tersebut telah melebihi baik TLV untuk TWA maupun Ceiling. Dengan didukung oleh hasil penelitian yang telah dilakukan baik diluar maupun dari dalam negeri, bahwa pada konsentrasi dibawah NAB telah dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan, maka disarankan untuk meninjau kembali NAB yang telah ditetapkan.

The Formaldehyde is a chemicals which has the form of gas or liquid . It is certificate available in commercial in the form of a solution known as Formalin which is very volatile. Besides , the Formaldehyde is very irritative and categorized as A2 chemicals ( carcinogen ) that is classified as material which may cause cancer. Thus, it will be harmfull for workers and may cause labor problems. Therefore , the Formaldehyde content in the environment of the work are should be regulated with the Circular Letter of the Minister of Labor and Cooperatives No. SE.02/MEN/1978 , that the Threshold Value ( NAB) of the Formaldehyde may not exceeds 2 ppm.
The research design is a descriptive one which describe the Formaldehyde concentration in the sweater industry which uses the raw material of 100 % cotton thread and in the sweater industry which uses the ram material of non cotton ( 100% acrylic ).
The results of the research indicates the difference of Formaldehyde concentration on both industries which used the cotton thread and the sweater industry which use the non cotton thread. The ventilation system in the industry is a natural ventilation and exhaust fan is not used. As a results, the average concentration, however, it is still below the Threshold Value ( NAB), however, the concentration have exceeded the TLV for TWA and Ceiling. I suggest to review again the fixed NAB, with the support of the research results which have been done domestically and abroad, that at the concentration is below the NAB has already cause a health disturbance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T7266
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laode Rudita
"Maraknya penyalahgunaan bahan kimia formalin sebagai pengawet makanan dewasa ini bukanlah merupakan hal yang baru lagi. Penggunaan formalin (dalam bahasa kimianya disebut juga formaldehide) tersebut terbukti berdampak buruk bagi kesehatan konsumen, mulai dari iritasi ringan sampai dengan gangguan kesehatan yang mengakibatkan kematian. Tentunya hal ini tidak boleh dibiarkan terus berlanjut, melihat telah menyebar dan maraknya penyalahgunaan bahan kimia tersebut ditanah air. Untuk itu penulis mencoba melakukan penelitian dalam hal ini.
Penulisan ini dibuat dengan menggunakan metode penelitian hukum yuridis normatif, yaitu suatu penelitian terhadap norma atau hukum, antara lain peraturan perundang-undang yang terkait maupun putusan-putusan pengadilan. Data yang diperlukan dalam penelitian ini mencakup; Peraturan perundangundangan terkait, Putusan-putusan pengadilan, serta pendapat para ahli hukum.
Cara pengumpulan data yaitu-dengan menggunakan metode studi pustaka, dan menggunakan metode analisis data secara Kualitatif Larangan terhadap penggunaan formalin sebagai pengawet makanan sebenarnya sudah lama diterapkan, yaitu dalam Permenkes No. 722 1 MENKES 1 PER I IX l 1988 tentang Bahan Tambahan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Permenkes No. 1168 / MENKES 1 PER 1 X I 1999, namun penyalahgunaan bahan kimia tersebut dewasa ini masih banyak ditemukan.
Hal ini membuktikan bahwa tidak efektifnya peraturan perundang-undangan tersebut, dan penegakan hukumnya pun masih dipertanyakan. Pelaku usaha yang memasarkan makanan dengan menggunakan formalin sebagai bahan pengawet makanannya tentunya melanggar ketentuan UUPK, UU Pangan, dan UU Kesehatan, untuk itu kepada pelaku usaha dapat dikenakan sanksi yang seberat-beratnya.
Selain mengeluarkan regulasi baru dan mengenakan sanksi yang berat kepada pelaku usaha yang rela meracuni konsumen untuk memperoleh keuntungan semata, kondisi ini tentunya harus juga diantisipasi dengan pembinaan dan pengawasan yang ketat, serta memberikan alternatif lain pengganti formalin yang lebih baik bagi pelaku usaha dalam mengawetkan makanannya."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006
T16600
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raihan Abdan Syakuran
"Formaldehida merupakan bahan kimia yang memiliki banyak kegunaan seperti bahan baku dalam pembuatan resin, disinfektan, serta pengawet. Pada proses produksi di pabrik, salah satu aspek yang memiliki peran penting adalah aspek pengendalian. Saat ini PT. X masih menggunakan pengendali Proportional-Integral (PI) yang masih memiliki sejumlah kekurangan. Dalam rangka mengatasi kekurangan yang dimiliki oleh pengendali PI, pengaplikasian pengendali MMPC dengan model gangguan dinilai mampu menghasilkan performa pengendalian yang lebih baik. Model empiris pada penelitian ini didapatkan dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Wahid dan Fauzi (2021), sedangkan model gangguan dibuat dengan bantuan process reaction curve dan perhitungan parameter First Order Plus Dead Time (FOPDT). Dalam memperoleh kinerja pengendalian yang optimal dilakukan proses tuning menggunakan metode Shridhar dan Cooper dan dioptimalkan dengan metode fine tuning. Kinerja pengendali MMPC dengan model gangguan diuji dengan perubahan Set Point (SP) dan ketahanan atas gangguan (disturbance rejection) dan diukur melalui perhitungan Integral Absolute Error (IAE) dan Integral Square Error (ISE). Pada uji perubahan Set Point (SP), pengendali MMPC berbasis model gangguan menghasilkan peningkatan kinerja dimana IAE mengalami penurunan yang berkisar dari 14,04-95,88% dan ISE mengalami penurunan yang berkisar dari 11,27-99,81%.

Formaldehyde is a compound that has many functions such as raw material of resin, disinfectant, and preservative. In the process production at the factory, one aspect that has significant role is controlling aspect. Currently PT X still uses Proportional-Integral controller which still has a few disadvantages. In order to overcome several disadvantages of PI controller, application of MMPC controller with disturbance model is considered to be able to achieve better control performance. Empirical model in this study was obtained from previous research conducted by Wahid and Fauzi (2021), while the disturbance model was made with the help of process reaction curve and First Order Plus Dead Time (FOPDT) parameters. In order to obtain optimal control performance, the tuning process is carried out using Shridhar and Cooper method and optimized by fine tuning method. The performance of the MMPC controller based on disturbance model was tested by changing the Set Point (SP) and the resistance to disturbance (disturbance rejection) and measured by calculating the Integral Absolute Error (IAE) and Integral Square Error (ISE). In the Set Point (SP) change test, the MMPC controller with the disturbance model result in increased performance, where IAE decreased about 14.04-95.88% and ISE decreased about 11.27-99.81%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Dwi Lestari
"Penelitian ini bertujuan mencari hubungan pajanan formaldehida yang ada di industri kain ban dengan gangguan fungsi kognitif yang dinilai dengan kuesioner Mini Mental Status Examination (MMSE). Pengukuran formaldehid lingkungan sebesar 0,4 ppm berada dibawah nilai ambang batas namun perhitungan semikuantitatif dalam kategori sedang dan tinggi. Hasil uji potong lintang antara kelompok terpajan dan tidak terpajan pada 124 responden laki-laki, didapatkan 23,4% mengalami gangguan fungsi kognitif terdiri dari 8,1% pada pekerja yang tidak terpajan dan 15,3% pada pekerja yang terpajan formaldehida. Variabel yang paling berpengaruh adalah pajanan formaldehid lingkungan OR 2,46 (95% CI 1,007-6,005) dan kondisi prehipertensi dan hipertensi OR 3,64 (95% CI 1,338 - 9,903). Selain secara statistik dan mekanisme biologi bermakna, pemantauan dan intervensi yang dilakukan untuk kedua variabel tersebut juga lebih mampu laksana.

This study aims to find the relationship between formaldehyde exposure in the tire cord industry and cognitive function assessed by Mini Mental Status Examination questionnaire (MMSE). Measurement of environmental formaldehyde is 0.4 ppm and below TWA value, but the calculation of semiquantitative in medium and high category result. A cross-sectional methode done between exposed and unexposed groups in 124 male respondents. The result is 23.4% had cognitive impairment, unexposed group 8,1% and exposed group 15,3%. Most influent variable are environment formaldehyde exposure OR 2,46 (95% CI 1,007-6,005) and Prehypertention and Hypertention Condition OR 3,64 (95% CI 1,338-9,903). The variabels are statistically and biological mechanism significant, also reliable to do monitoring and intervention.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Firsty Aprielta Aribah
"Tanaman mangga merupakan tanaman yang tersebar luas di negara tropis seperti di Indonesia. Bagian daunnya mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder salah satunya adalah senyawa tanin. Tanin memiliki gugus polifenol yang dapat berfungsi sebagai ligan polifungsional untuk mengkelat logam Cu II . Cu-ion imprinted polymer dari ekstrak tanin berhasil disintesis menggunakan fenol dan formaldehida sebagai crosslinker dan asam sulfat sebagai katalis dan inisiator.
Kestabilan kompleks ekstrak tanin dengan ion Cu II dipelajari dengan metode job dan didapatkan perbandingan mol optimum Cu II :tanin yaitu 1:1. Hasil sintesis Cu-ion imprinted polymer di karakterisasi menggunakan Scanning Electron Microscope SEM, EDS Energy Dispersive X-ray Spectroscopy dan Fourier Transform Infra Red FTIR.
Untuk mengetahui kemampuan adsorpsinya, Cu-ion imprinted polymer hasil sintesis diuji terhadap pengaruh pH dan waktu kontak. Adsorpsi maksimum dari Cu-Ion imprinted polymer dicapai pada pH 7 dan waktu kontak selama 120 menit. Adsorpsi dari Cu-ion imprinted polymer mengikuti model isoterm Freundlich dengan kapasitas adsorpsi maksimum sebesar 99.08 mg/g.
Nilai relatif faktor selektivitas ? r dari Cu II /Ni II , Cu II /Pb II dan Cu II /Fe II pada uji selektivitas ion logam tunggal masing masing adalah 23.89, 55.71 dan 26.25 sedangkan pada uji selektivitas ion logam campuran adalah 22.71, 96.48 dan 36.69 yang menunjukkan bahwa hasil lebih besar dari 1 mengindikasikan bahwa Cu-Ion imprinted polymer bersifat selektif. Penggunaan Cu-Ion imprinted polymer memiliki reusibilitas yang baik dengan nilai RSD sebesar 0.52 dan CV Hotwitz sebesar 1.02.

Mango plant is a plant that is widespread in tropical countries such as in Indonesia. Part of its leaves contain several compounds are secondary metabolites, one of which is tannin. Tannins have a cluster of polyphenols that can serve as polifunctional ligands for chelating Cu II . Cu ion imprinted polymer of extract tannins successfully synthesized using phenol and formaldehyde as a crosslinker and sulfuric acid as a catalyst and initiator.
The stability of the complex extracts tannins with ion Cu II were studied by the job method and obtained mol comparison optimum Cu II tannins that is 1 1. The results of the synthesis of Cu ion imprinted polymer is characterized with Scanning Electron Microscopy SEM , EDS Energy Dispersive x ray Spectroscopy and Fourier Transform Infra Red FTIR.
To find out the ability of adsorption of Cu ion imprinted polymer, the synthesis result is tested against the influence of the pH and time contact. Maximum adsorption of Cu ion imprinted polymer obtained at pH 7 and contact time at 120 minutes. Adsorption of Cu ion imprinted polymer followed the Freundlich isotherm model with a maximum capacity of adsorption is 99.08 mg g.
The relative values of the selectivity factor r of Cu II Ni II , Cu II Pb II and Cu II Fe II on a single metal ion selectivity test were 23.89, 55.71 and 26.25 whereas in the test of selectivity of mixed metal ions were 22.71, 96.48 and 36.69 respectively, which are greater than 1 means that Cu ion imprinted polymer is selective. The use of Cu ion imprinted polymer has a good reucibility with the value of RSD is 0.52 and CV Hotwitz is 1.02.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>