Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131825 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erna Yuliawati
"Drive test merupakan suatu pengukuran langsung yang bertujuan untuk mengetahui kondisi jaringan dari suatu operator dalam suatu wilayah. Skripsi ini membahas permasalahan yang berhubungan dengan kondisi jaringan 3G di area Cluster 1 dan Cluster 2 Tebet dari hasil pengukuran drive test berdasarkan standar parameter jaringan yang dipakai oleh operator, yaitu CPICH RSCP (Commant Pilot Channel Receive Signal Code Power), CPICH Ec/No (Commant Pilot Channel Energi Carrier per Noise), SQI (Speech Quality Index), CSSR (Call Setup Success Rate), CCSR (Call Complation Success Rate), SHO SR (Soft Hand Over Success Rate), CDR (Call Drop Rate).
Dari hasil drive test dengan metode benchmark ini diketahui operator mana yang belum mencapai target untuk beberapa standar parameter jaringan. Untuk selanjutnya dari hasil drive test ini akan dipakai oleh pihak operator selaku penyedia layanan telekomunikasi untuk melakukan optimasi agar tercapai suatu hasil standar jaringan yang baik yang sesuai dengan standar parameter jaringan yang dipakai oleh operator.

Drive test is a direct measure that aims to determine the condition of the network of an operator in the region. This thesis discusses the problems associated with the condition of the 3G network in the area Cluster 1 and Cluster 2 Tevet of drive test measurement results based on the standard parameters used by the network operator, the CPICH RSCP (Commant Pilot Channel Received Signal Code Power), CPICH Ec / No (Commant Energy Pilot Channel per Carrier Noise), SQI (Speech Quality Index), CSSR (Call Setup Success Rate), CCSR (Complation Call Success Rate), SHO SR (Soft Hand Over Success Rate), CDR (Call Drop Rate).
From the results of test drives with benchmark method is known which operator has not reached the target for some standard network parameters. To further drive the results of these tests will be used by the operator as a telecommunications service provider to perform the optimization in order to achieve a good outcome networking standard that complies with the parameters used by the network operator.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S43523
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dendi Wijayatullah
"Diprediksi pertumbuhan trafik data mobile dunia pada tahun 2024 akan mencapai 136 exabyte (EB) dimana 95% diantaranya diprediksi berasal dari perangkat smartphone. Trend trafik data ini bertumbuh dengan compound annual growth rate (CAGR) sebesar 31%. IoT pun diprediksi akan tumbuh tiga kali lipat antara tahun 2017 sampai 2025 yang mencapai 25 milyar koneksi. Dengan prediksi pertumbuhan trafik dan subscriber (baik manusia maupun mesin) yang sedemikian tinggi, maka penting bagi operator untuk mempunyai jaringan yang handal agar dapat memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan. Jaringan seluler yang dimiliki oleh operator harus dapat memiliki arsitektur yang fleksibel dan kapasitas jaringannya dapat diatur agar dapat menyesuaikan dengan kebutuhan trafik. NFV menjanjikan jaringan yang lebih fleksibel agar operator dapat meningkatkan kapabilitas dan layanan jaringan operator kepada pelanggan, serta kemampuan untuk mengimplementasikan jaringan baru dan memberikan layanan baru lebih cepat dan lebih murah sehingga dapat mewujudkan tingkat agility layanan yang lebih baik. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa NFV layak untuk diimplementasikan  pada jaringan Telkomsel. Berdasarkan analisis kelayakan investasi dan analisis biaya-manfaat, implementasi peningkatan kapasitas jaringan NFV layak untuk diimplementasikan di Jabotabek, Jawa Timur, Kalimantan dan Sulawesi. Teknologi NFV dapat dipilih karena memiliki nilai NPV, IRR dan B/C lebih besar dibandingkan dengan teknologi konvensional. Jika dijadikan prioritas, maka Regional Jabotabek dan Jawa Timur dapat dijadikan prioritas karena memiliki nilai NFV dan IRR yang lebih besar dibandingkan dengan Kalimantan dan Sulawesi.

It is predicted that mobile data traffic growth will reach 136 exabytes (EB) in 2024, of which 95% are predicted from smartphone devices. The trend is growing with a compound annual growth rate (CAGR) of 31%. IoT is also predicted to grow three times between 2017 and 2025 which reaches 25 billion connections. By the growth of traffic and subscribers (both human and machine) that are so high, it is important for operators to have a reliable network to provide the best service to customers. Celluler networks owned by operators must be able to have a flexible architecture and scalable network capacity that be able to adapt to traffic requirements. NFV promises a more flexible network so that operators can improve the capabilities and services of network, as well as the ability to implement new service and provide new services faster and cheaper so they can achieve a better level of service agility. The results of this study indicate that NFV is feasible to be implemented on Telkomsel networks. Based on investment feasibility analysis and cost-benefit analysis, the implementation of increasing NFV capacity is feasible to be implemented in Jabotabek, East Java, Kalimantan and Sulawesi. NFV technology is chosen because it has an NPV value, IRR and B C is greater than conventional technology. If it is made a priority, the Jabotabek and East Java regions can be prioritized because have a higher NFV value and IRR compared to Kalimantan and Sulawesi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T52908
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Halomoan, David Sutrisno
"Perkembangan teknologi telekomunikasi telah mencapai generasi ke empat (4G). salah satu teknologi perintis untuk 4G adalah Long Term Evolution atau yang disingkat LTE. Pada LTE, seluruh akses telekomunikasi adalah berdasarkan IP baik itu panggilan suara maupun layanan data dan juga terdapat AMC atau Adaptive Modulation and Coding yang akan berubah-ubah sesuai dengan kondisi kanal transmisi yang ditandai dengan parameter CQI. Skripsi ini mensimulasikan kualitas suara pada saat layanan panggilan suara dilakukan pada keadaan kanal yang berbeda-beda dan pada modulasi yang berbeda-beda (QPSK, 16QAM, dan 64QAM). berdasarkan simulasi dan survey kepada 20 orang responden didapatkan hasil bahwa nilai BER 7.54e-6 adalah nilai batas terburuk sebuah BER pada layanan panggilan suara.

The development of telecommunication technology has reached its fourth generation (4G) where Long Term Evolution (LTE) is one of its pioneering technology. In LTE, all communications are IP Based including voice call. There is also Adaptive Modulation and Coding (AMC) in LTE where the modulation scheme and channel coding are adaptive to channel condition which is indicated by CQI (Channel Quality Indicator). This work simulates the quality of voice call on different modulation scheme (QPSK, 16QAM, and 64QAM) in different CQI. Simulation and survey to 20 respondents yield that BER of 7.54e-6 is the worst limit for voice call service."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47313
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christhofer Oktavianus
"Pertumbuhan permintaan akses mobile broadband merupakan peluang besar sekaligus tantangan bagi pelaku bisnis telekomunikasi di Indonesia. Teknologi Long Term Evolution (LTE) hadir untuk menjawab permintaan tersebut. Implementasi LTE sebagai teknologi wireless broadband akan sangat menarik, khususnya di kota Depok dengan luas wilayah 200,29 Km2 dan penduduk sekitar 1,7 juta jiwa pada tahun 2010. Laporan tugas akhir ini membahas perencanaan tekno ekonomi implementasi LTE release 8, bandwidth 20 MHz dan skema antena MIMO 2x2. Perencanaan hanya dibatasi untuk wilayah Depok saja berdasarkan data sekunder dari beberapa operator dan instansi pemerintah sebagai data pendukung. Perencanaan teknologi dimulai dari data sekunder dibagi 2 segmen pelanggan potensial LTE, potensial pelanggan optimis dan pesimis.
Tugas akhir ini menggunakan parameter jangkauan dan kapasitas sel untuk teknologi LTE. Pada frekuensi 1900 MHz pada parameter jangkauan, 6 sel untuk downlink dan 122 sel untuk uplink, sedangkan frekuensi 2300 MHz dengan jangkauan, 7 sel untuk downlink dan 173 sel untuk uplink, dengan parameter kapasitas diperoleh 449 sel (skenario optimis) dan 117 sel (skenario pesimis) pada tahun 2020 Perencanaan ekonomi dimulai dengan menghitung CAPEX dan OPEX, untuk mendapatkan revenue. Selanjutnya dicari nilai NPV dan PBP berdasarkan revenue tahun per tahun, untuk menunjukan kelayakan dari investasi Teknologi LTE tersebut.

Growth in demand for mobile broadband access is a big opportunity and challenge to the telecommunications business in Indonesia. Technology Long Term Evolution (LTE) is present to answer the demand. Implementation of LTE as a broadband wireless technology will be very interesting, especially in Depok city with an area of 200.29 km2 and a population of about 1.7 million people in 2010. This final report discusses the techno economic planning implementation of LTE Release 8, with spesific bandwidth 20 MHz and 2x2 MIMO antenna schemes. Planning is only limited to the Depok city just based on secondary data from several operators and government agencies as supporting data. Technology planning starts from the secondary data is divided into 2 segments LTE potential customers, potential customers optimistic and pessimistic.
This final report uses cell coverage and capacity parameters for LTE technology. For cell coverage at frequency 1900 MHz, 6 cells are needed for downlink and 122 cells for uplink, while at frequency 2300 MHz, 7 cells and 173 cells are needed respectively. For capacity parameter, 449 cells are required for optimistic scenario and 117 cells for pessimistic scenario in year 2020. Economic planning begins by calculating CAPEX and OPEX, to get revenue. Subsequently calculated NPV and PBP year per year based on revenue, to show the feasibility of the LTE technology investments.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47703
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Darmawan Sidik
"ABSTRAK
Implementasi LTE yang menjanjikan dapat memberikan layanan dengan
kecepatan yang lebih baik dari pada teknologi sebelumnya, menuntut
penyelenggara untuk lebih memperhatikan kualitas layanan. Pelanggan
menginginkan adanya jaminan kualitas layanan agar aplikasi yang digunakan
dapat berjalan dengan baik. Disisi lain penyelenggara membutuhkan pendapatan
yang tidak sedikit agar dapat mengembangkan jaringannya dengan kualitas yang
baik. Tarif mempunyai peran yang penting untuk mengoptimalkan pendapatan
penyelenggara dan mengelola sumber daya jaringan. Penyelenggara perlu strategi
pentarifan agar memperoleh pendapatan yang mencukupi untuk biaya
penyelenggaraan, dan pelanggan mendapatkan kualitas layanan yang baik sesuai
kebutuhan. Model pentarifan dengan pendekatan kualitas layanan akan
memberikan manfaat bagi penyelenggara dan pelanggan. Model pentarifan
dibangun dengan memperhatikan biaya elemen jaringan dan biaya aktivitas
layanan retail yang dikeluarkan oleh penyelenggara, serta pembagian kategori
pelanggan berdasarkan QCI (QoS Class Identifier) yang terdapat pada sistem
LTE. Diharapkan dengan model pentarifan tersebut dapat digunakan menjadi
dasar dalam strategi pentarifan bagi penyelenggara dan sebagai masukan dalam
pengambilan keputusan bagi penyelenggara dan masyarakat.

ABSTRACT
Implementation of LTE that promises to provide services at a better speed than
the previous technology, requires operators to pay more attention to quality of
service. Users want the guarantee of quality of service in order to use
applications that can run well. On the other hand the operators require revenue in
order to develop its network with good quality. Pricing have an important role to
optimize operator?s revenue and manage network resources. The operators need
the pricing strategy in order to get enough revenue to costs, and users get good
quality of service as needed. Pricing models with approach the quality of service
will provide benefits for the operators and users. The pricing models are built
with attention to the network elements cost and retail services activity cost
incurred by the operators, as well as the distribution of categories of customers
based on QCI (QoS Class Identifier) in the LTE system. The pricing model can be
used as pricing strategy for the operators and as an input in the decision making
for operators and the public."
2015
T47148
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Riansyah
"ABSTRAK
Trafik data saat ini terus bertumbuh secara eksponensial, yang didorong dengan makin berkembangnya data nirkabel wireless data dan penggunaan smartphone yang terus bertumbuh. Untuk mendukung perkembangan pemakaian trafik data, semua operator terus mengembangkan jaringan 4G LTE . XL Axiata sebagai salah satu operator besar di Indonesia telah secara resmi mengkomersialkan layanan internet cepat 4G LTE secara nasional di Indonesia.Sejak layanan LTE diluncurkan, masih banyak pelanggan yang belum beralih menggunakan layanan LTE, meskipun handset sudah memiliki kemampuan 4G LTE . Di jaringan XL Axiata, handset 4G yang pernah berada di jaringan 4G LTE kurang dari 30 . Sisanya tidak pernah berada di jaringan 4G, atau hanya berada di jaringan 2G dan 3G saja.Tujuan penelitian ini adalah menganalisis implementasi Big Data di XL Axiata dengan membandingkan biaya investasi yang dikeluarkan untuk implementasi Big Data dengan peningkatan trafik dan revenue yang didapat dengan berpindahnya pelanggan dengan handset 4G yang sebelumnya tidak pernah berada di jaringan 4G hanya di jaringan 2G dan 3G ke jaringan 4G. Analisis meliputi analisis teknis, ekonomi dan bisnis. Analisis dilakukan di 6 kota besar di Indonesia: Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Denpasar selama 8 bulan Mei ndash; Desember 2016 . Dari hasil perhitungan, kenaikan trafik yang didapat di 6 kota tersebut rata-rata adalah sebesar 16.17 .
ABSTRACT
The current data traffic continues to grow exponentially, driven by the growing wireless data and the use of smartphones. To support the development of data traffic consumption, all the operators continue to develop a 4G network LTE . XL Axiata as one of the major operators in Indonesia has formally commercialize fast Internet service 4G LTE in Indonesia.Since the launch of LTE services, there are still many customers who have not switched to use LTE services, although the handset has the capability of 4G LTE . In XL Axiata network, only less than 30 of handset 4G that has been connected in 4G network, the rest are never connected to 4G network, or just in 2G or 3G networks only.The purpose of this study is to analyze the implementation of Big Data in XL Axiata by comparing the investment cost incurred for Big Data implementation with increasing traffic and revenue gained by switching customers with 4G handset which previously never been on 4G network only in 2G and 3G networks to a 4G network. The analysis includes technical, economic and business analysis. The analysis was conducted in 6 major cities in Indonesia Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya and Denpasar for 8 months May December 2016 . From the calculation, the increase of traffic obtained in 6 cities is an average of 16.17 ."
2017
T47886
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utama Prillianto Putra
"Teknologi informasi menjadi kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat zaman sekarang. Mobilitas pengguna yang tinggi menjadikan teknologi LTEmenjadi salah satu solusi yang sangat digemari karena mengijinkan user untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain selama masih dalam coverage area network. Kehandalan dari jaringan LTE ini seharusnya lebih baik dari teknologi wireless telekomunikasi yang kita pakai seperti WCDMA dan GPRS.Pada skripsi kali ini dibuat sebuah rancangan sistem untuk pengadaan QoS pada jaringan LTE untuk User Equipment. Dimana dari pengadaan QoS tersebut akan ada data yang akan memperlihatkan bahwa kinerja User Equipment di jaringan LTE handal. Penelitian akan dilakukan secara simulasi dengan NS 3 dengan pengukuran untuk kehandalan dari User Equipment pada bagian teknik konfigurasi dan juga jarak yang akan dicoba. Kondisi skenario dan topologi dibuat sedemikian rupa dengan kondisi jaringan LTE di dunia nyata. Dari keadaan tersebut akan dilihat kinerja kehandalan jaringan LTE terutama pada User Equipment Measurement terpercaya. Ini dapat dibandingkan dengan tabel CQI dimana QoS untuk delay berada disekitaran 100ms atau 0,1 detik sampai 300ms atau 0,3 detik.
Information technology is becoming a necessity that can not be separated in public life today. Reliability make LTE technology is a solution that is very popular because it allows a user to move from one place to another as long as the coverage area of the network. The reliability of the LTE network is supposed to be better than the wireless telecommunications technology that we use such as WCDMA and GPRS. In this thesis,was made a scenario of provisioning system for QoS on the network for LTE User Equipment. Where as the QoSprovisioning willmake a data that would show that the performance of User Equipment in a reliable LTE network. Research will be carried out in simulations using NS 3 with measurements for the reliability of User Equipment around the configuration techniques and also the distance that are will be tried. Condition scenarios and topologies created in such a way with LTE network conditions in the real world. From these circumstances we can verify LTE network reliability, especially on the User Equipment Measurement reliability. This result can be compared with the CQI table where the result is still in within reach on the table delay where as the delay are 100ms or 0,1s second and 300ms or 0,3 seconds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55705
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Hendartono
"Perkembangan telekomunikasi saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. kemajuan dalam telekomunikasi ini seiring dengan peningkatan jumlah pengiriman data. Hal ini memicu munculnya era broadband yang dapat mengatasi masalah pengiriman data yang lebih besar dengan waktu yang lebih cepat. Teknologi LTE (Long Term Evolution) merupakan salah satu teknologi dari era broadband yang dapat menawarkan kecepatan akses data mencapai 100 Mbps atau sekitar 4 kali kecepatan teknologi HSPA+.
LTE akan diimplementasikan di Indonesia secara komersial meskipun hingga saat ini masih dalam tahap uji coba. Salah satu hal yang menjadi permasalahan dalam implementasi LTE di Indonesia adalah alokasi frekuensi. LTE memang memberikan beberapa alternatif alokasi frekuensi yang dapat digunakan seperti 700, 850, 900, 1800, 2100 dan 2600 MHz dan dengan lebar pita yang dapat disesuaikan yaitu 1.4, 3, 5, 10 dan 20 MHz. Dengan melihat kondisi saat ini di pita frekuensi tersebut di Indonesia maka salah satu alokasi frekuensi yang dapat digunakan untuk implementasi LTE dalam waktu dekat ini adalah pada pita frekuensi 2100 MHz.
Implementasi LTE pada pita frekuensi 2100 MHz di Indonesia mempunyai beberapa opsi regulasi. Hasil dari penelitian ini adalah opsi regulasi MVNO dengan menggunakan 3 operator sebagai MNO dengan beberapa MVNO. Strategi alternatif dalam penerapan opsi regulasi tersebut adalah dengan menyediakan alokasi frekuensi sebesar 20 MHz untuk setiap operator yang akan digunakan untuk implementasi LTE. 3 operator yang menjadi MNO ini adalah operator yang memiliki market share terbesar di Indonesia. Strategi alternatif ini memiliki beberapa tahapan dalam implementasinya baik dalam menentukan kebijakan dari sisi regulator maupun penerapannya dari sisi operator.

The development of telecommunication is currently progressing very rapidly. advance in telecommunication is in line with the increasing amount of data delivery. This is triggered the emergence of the era of broadband that can overcome the problem of larger data transmission with a faster time. LTE (Long Term Evolution) technology is one of the era of broadband technology that can offer data access speeds up to 100 Mbps, or about 4 times the speed of HSPA technology.
LTE will be commercially implemented in Indonesia even though it is still in the trial phase. One of the things which become problems in the implementation of LTE in Indonesia is the allocation of frequencies. LTE does provide some alternative allocation of frequencies that can be used such as 700, 850, 900, 1800.2100 and 2600 MHz and adjustable bandwidth is 1.4, 3, 5, 10 and 20 MHz. By looking at current conditions in the frequency band in Indonesia is one of allocation of frequencies that can be used to implement LTE quickly is at 2100 MHz.
Implementation of LTE on 2100 MHz frequency band in Indonesia has several regulatory options. The results of this research is the regulation of MVNO with 3 operator as MNO and several operator as MVNO. Alternative strategies in the application of regulatory options is to provide a frequency allocation of 20 MHz for each operator to be used for the implementation of LTE. The operator which has the largest market share in Indonesia. Alternative strategy has several stages in its implementation both in determining the policy of the regulator and the application of the operator.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30236
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Osphanie Mentari Primadianti
"Long Term Evolution (LTE) merupakan evolusi dari teknologi Global System for Mobile Communications (GSM) menuju Wideband Code Division Multiple Access (WCDMA) kemudian High Speed Downlink Packet Access (HSDPA) dengan peningkatan kecepatan dari Kbps menuju Mbps. Kebutuhan akan kecepatan tinggi dan sifat konsumtif akan paket data yang terus meningkat, sehingga diperlukanlah kesiapan regulasi. Dalam memperbesar kapasitas diperlukan teknologi LTE dengan frekuensi yang lebih tinggi seperti frekuensi 5GHz.
Di Indonesia, PM no 35/2015 dan PM no 28/ 2015 mengenai aturan untuk teknologi Short Range Distance di frekuensi 5 GHz dan batasan band. Di Indonesia, LTE memerlukan penyusunan skema baru di frekuensi tidak berlisensi dan lisensi di frekuensi 5 GHz. Dengan menggunakan metode Regulator Impact Analysis yaitu analisis hasil ujicoba pada frekuensi 5GHz, indepth interview stakeholder dan tekno ekonomi untuk mengukur kelayakan implementasi teknologi ini.
Tesis ini merumuskan skema baru pada frekuensi 5-5,3 GHz dengan bandwidth 40 Mhz, teknik time division duplexing (TDD), modulasi 256 QAM, antenna 4T4R berdasarkan hasil uji coba yang menggunakan teknologi Listen Before Talk dan indepth interview stakeholder, dan teknologi ini layak dilanjutkan dengan nilai NPV 247 Milyar, IRR sebesar 48% dan payback period selama 2.69 tahun.

Long Term Evolution (LTE) is an evolution from technology Global System for Mobile Communications (GSM) then Wideband Code Division Multiple Access (WCDMA) and then High Speed Downlink Packet Access (HSDPA), which is enhancement of speed from just a few Kbps to Mbps. Necessity of the high speed and consumption of the data packets always continue increasing, so it requires readiness of regulation. Enlarge capacity requires new LTE with higher frequency such as frequency at 5 GHz.
In Indonesia, PM no. 35/2015 and PM no. 28/2015 is regulated technology Short Range Distance in frequency 5 GHz and limitation band. In Indonesia, LTE need new scheme Unlisenced and licensed at Frequency 5 GHz. New scheme with Regulatory Impact Analysis method is analysis result of trial at frequency 5Ghz, indepth interview of stakeholders and techno economy for measuring the feasibility of this implementation.
This thesis formulates a new scheme at frequencies from 5-5.3 GHz with bandwidth of 40 MHz, TDD duplexing technique, 256 QAM modulation, antenna 4T4R based on performance of the trial, which is use Listen Before Talk technology and indepth interview stakeholders, and the new scheme feasible for implementating with 247 billion NPV, IRR of 48% and the payback period being 2.69 years.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T48915
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fahmi
"LTE (Long Term Evolution) merupakan salah satu teknologi telekomunikasi nirkabel yang saat ini sedang dikembangkan. Teknologi ini dirancang untuk menyediakan efisiensi spektrum yang lebih baik, peningkatan kapasitas radio, latency, biaya operasional yang rendah bagi operator, serta layanan mobile broadband kualitas tinggi untuk para pengguna. Dengan menggunakan antena MIMO diharapkan dapat meningkatkan efisiensi transmisi sinyal. Adanya penambahan komponen aktif power amplifier dapat meningkatkan gain, bandwidth, dan menurunkan mutual coupling dari antena. Semakin besar gain yang dihasilkan maka jarak pancaran gelombang akan semakin jauh. Kondisi ini menguntungkan untuk komunikasi jarak jauh. Pada skripsi ini dilakukan rancang bangun antena pengirim aktif mikrostrip MIMO 2x2 pada frekuensi 2,35 GHz. Antena aktif diletakan pada port 1 dan port 3. Penggunaan pencatu aperture coupled untuk memudahkan integrasi power amplifier pada antena. Dengan menggunakan simulator CST MWS, rancangan optimum menghasilkan impedance bandwidth sebesar 191 MHz pada port 1, dan 189 MHz pada port 3. Adapun gain yang dihasilkan adalah 16.84 dB pada port 1 dan 16.90 dB pada port 3. Hasil pengukuran pada antena aktif pengirim menghasilkan impedance bandwidth sebesar 207 MHz pada port 1 dan 200 MHz pada port 3. Hasil pengukuran gain pad.

LTE (Long Term Evolution) is a wireless telecommunication technology that is currently being developed. This technology is designed to provide better spectrum efficiency, increased radio capacity, latency, low operating costs for operators, and high-quality mobile broadband services to the users. By using MIMO antenna, it is expected to improve the efficiency of signal transmission. The addition of the active components can improve the gain, bandwidth and reduce mutual coupling of the antenna. The high gain is favorable for long-distance communication. In this paper an active integrated microstrip antenna MIMO 2x2 has been designed at 2.35 GHz LTE working frequency. The use of aperture coupled feed is for easy integration between antenna with the active components. Active antenna is integrated in port 1 and port 3. By using CST MWS simulator, the simulation result show that the antenna bandwidth is 119 MHz for port 1 and 189 MHz for port 3, The gain resulted at 2.35 GHz center frequency is 16.84 dB for port 1 and 16.90 dB for port 3. The measurement result show that the impedance bandwidth is 207 MHz for port 1 and 200 MHz for port 3. The gain resulted from measurement at 2.35 GHz center frequency is 12,307 dB and 12,855 dB respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53336
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>