Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 80729 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wisnu Pratama Putra
"Kebutuhan perluasan ruang vertikal di daerah perkotaan terutama Jakarta terkadang mengalami hambatan dari keberadaan bangunan purbakala yang harus dilestarikan. Oleh karena itu bangunan baru yang ingin dibangun diatas bangunan purbakala harus menggunakan sistem transfer, yang dalam penelitian ini berupa balok prategang dan kolom pendukungnya. Terletak pada wilayah gempa, nantinya beban gempa termasuk gempa vertikal dan beban gravitasi akan dikerjakan pada bangunan bertingkat yang akan diteliti. Selain itu, untuk menjamin bahwa sistem transfer tidak gagal terlebih dahulu daripada komponen struktur lainnya, gaya gempa pada sistem transfer diperbesar dengan faktor kuat lebih yang diambil berdasarkan SNI 03-1726-2002.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja sistem transfer akan semakin baik dengan penambahan dimensi dari balok prategang. Selain itu, kinerja sistem transfer akan semakin baik seiring dengan pertambahan jumlah lantai yang dipikulnya. Displacement pada titik tengah balok prategang akan semakin berkurang seiring peningkatan jumlah lantai dengan profil dan gaya prategang yang berbeda-beda serta akan berkurang juga seiring dengan peningkatan dimensi balok prategang. Dapat dilihat juga dengan adanya sistem prategang pada balok transfer, kebutuhan tulangan longitudinal non-prategang pada balok dapat berkurang.

The need of vertical expansion in cities especially Jakarta sometimes has obstacle from the existence of heritage building which should be kept. Therefore the new building intended to be built above the heritage building must use particular transfer system, in this research it would be a prestress beam and its supporting column. Located in seismic region, later a seismic load including its vertical and horizontal component and gravity force will be assigned to the multi-story building. In addition, to guarantee the transfer system doesn?t fail before the other structural components do, seismic forces for transfer system will be scaled up with excessive strength factor based on SNI 03-1726-2002.
This research shows that the performance of transfer system will be better with the increase of transfer beam dimension. Furthermore, the performance of transfer system also will be better with the increase of number of stories. Displacements at transfer beam mid-span will be less with increasing amount of stories held with different transfer beam dimensions and different prestress loads, also will be less with the increase of prestress beam dimension. It is observable since the existence of prestress system at transfer beam, the need of non-prestress longitudinal reinforcement will be reduced.
"
2012
S44676
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Evelina Sefriyanty
"Studi ini meneliti tentang bangunan X bertingkat banyak di Jakarta yang dibangun di atas bangunan cagar budaya. Struktur yang terdiri dari struktur rangka baja dan sistem prategang digunakan sebagai balok transfer untuk memindahkan dan meneruskan beban-beban dari lantai-lantai atas ke kolom-kolom pendukung.
Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan gaya geser, perpindahan, gaya dalam, dan kebutuhan penulangan seiring dengan bertambahnya jumlah lantai. Selanjutnya, dalam variasi jumlah strand pada kabel prategang, karakteristik dinamik dan kebutuhan tulangan yang terjadi relatif sama, namun perpindahan vertikal yang terjadi semakin kecil dengan bertambahnya jumlah strand yang digunakan. Profil baja yang digunakan semakin kecil dengan meningkatnya jumlah strand yang digunakan pada sistem prategang luar.

This study examines the multi-storey X-builing located in Jakarta, built above heritage building. Structure consisting of steel truss and external prestressing system is used as transfer beam to transfer and allocate loads from upper floors to supoorting columns.
This study shows an increase in shear force, displacement, internal forces, and the need for reinforcement as the number of floors increase. Furthermore, variation in the number of strands in prestressed cables gives relatively similar dynamic characteristic and reinforcement need, although vertical displacement that occurs gets smaller with increasing number of strands used. Steel profiles used are increasingly smaller as the number of strands used in external prestressing system increase.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43004
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Martina Satya Darma
"Penelitian ini membahas tentang bangunan X di Jakarta yakni bangunan gedung bertingkat di atas bangunan cagar budaya. Sesuai dengan peraturan yang ada, bangunan cagar budaya harus dilestarikan. Oleh karena itu, digunakan balok transfer di atas bangunan cagar budaya yang berperan memindahkan dan meneruskan beban ke kolom pendukung. Balok transfer dari rangka baja digunakan untuk mempermudah proses konstruksi.Adapun sistem transfer tidak boleh mengalami kegagalan di awal sehingga harus diperhitungkan terhadap suatu faktor kuat lebih. Karena Indonesia merupakan negara rawan gempa, perlu dilakukan analisis seismik dalam desain bangunan. Dalam peraturan gempa yang berlaku, bangunan dengan balok transfer juga harus diperhitungkan terhadap gempa arah vertikal.
Penelitian ini menunjukkan peningkatan gaya geser, perpindahan, gaya dalam, dan kebutuhan penulangan seiring dengan bertambahnya jumlah lantai. Selanjutnya, dalam variasi sistem sambungan, diketahui bahwa bangunan dengan rangka transfer rigid lebih efektif penggunaannya dibandingkan rangka transfer dengan sambungan sendi. Perbedaan karakteristik dinamik dalam variasi sambungan tidak terlalu signifikan akibat kekakuan kedua bangunan yang hampir sama pula. Adapun desain bangunan bertingkat dengan rangka transfer pada penelitian ini dominan dikontrol oleh beban gravitasi.

This study discuss about X building in Jakarta that is multistory building above heritage building. According to the applicable regulations, the building of cultural heritage should be preserved. Therefore, transfer beam is used above heritage building which transfers and transmits load to its supporting columns. Transfer beam from steel truss is used to simplify the process of construction. The transfer system should not fail at the beginning so it must be considered againts an over strength factor. As Indonesia is a country that vulnerable to earthquakes, the seismic analysis should be done in the building design. Base on the aplicable regulation of earthquake, the bulding with transfer truss must also be considered to vertical direction of earthquake.
The study shows the enhancement in shear force, displacement, internal forces, and reinforcement requirement along with the increasing number of storey. Furthermore, in variation of connections system, is known that transfer truss with rigid connection is more effective than transfer truss with pinned connection. The differences of dynamic characteristics in the variation of connection are not too significant due to the stiffness of the two buildings are almost same. The design of multistory building with transfer truss in this study is predominantly controlled by gravity loads.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42905
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yodha Dwi Pratomo
"ABSTRAK
Skripsi ini memaparkan studi eksperimental dan analisa numerik sambungan
balok-kolom eksterior untuk mengetahui perubahan kekakuan didaerah pertemuan
balok-kolom dimana terdapat tulangan polos longitudinal pada balok. Pada kajian
eksperimental ini pembebanan dilakukan secara statik semi siklik dan metode
control displacement dengan analisa dinamik dilakukan sepanjang pengujian.
Sambungan pada penelitian ini diperoleh dari pertemuan balok-kolom bangunan
enam lantai di lantai satu yang didesain dengan metode desain kapasitas. Desain
mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 2847:2013 untuk desain beton
bertulang serta SNI 1726:2012 dan SNI 1726:2002 standar gempa bangunan
gedung. Parameter yang ditinjau pada eksperimen ini adalah karakteristik
sambungan hasil dari percobaan laboratorium dibandingkan dengan kajian
numerik menggunakan Drain 2DX. Hasil uji eksperimen dan analisis numerik
yang diperoleh menunjukan jika kekakuan rotasi pada sampel SNI 2012 lebih
tinggi jika dibandingkan sampel SNI 2002 dengan pola retak keduanya terjadi
pada muka kolom. Pengurangan kekakuan akibat retak tersebut juga
mengakibatkan penurunan frekuensi alami struktur tersebut.

ABSTRACT
This Thesis explain the experiment study of exterior RC beam-column joint to
contain the stiffness loss of the joint where using plain longitudinal reinforcement
in the beam. In this experimental assessment, the samples are loaded in
displacement control semi-cyclic loading scheme, with dynamic measurement
conducted along the testing. Joint type of RC beam-column joint taken from a
sixth story office building at the first floor which is designed by the capacity
design method. Model design accordance to Indonesian code (SNI) 2847:2013 as
concrete reinforcement design code for building and SNI 1726:2002 and SNI
1726:2012 for seismic code. Parameter was investigated the characteristic of the
joint compared by the experimental and numerical results using Drain 2DX. From
both the testing and the numerical analysis showed that rotational stiffness of the
joint designed by newer code (SNI 2012) has a large than the one design by older
code (SNI 2002) with the crack pattern at the column face. This loss stiffness has
also followed dynamics measurement by the loss of natural frequency of the
structure."
2016
S64586
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septiyan Eka Wibisana
"ABSTRAK
Penelitian dilakukan untuk memahami perubahan kekakuan pada sambungan
balok-kolom eksterior beton bertulang dengan beam stub. Terdapat dua sampel uji
yang didesain berdasarkan peraturan Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun
2002 dan 2012 untuk bangunan tahan gempa. Masing-masing sampel diberikan
beban semi- siklik dengan lendutan maksimum sebesar 65,6 mm. Uji dinamik
juga dilakukan pada kedua sampel dengan memberikan pukulan menggunakan
palu karet untuk mendapatkan frekuensi alami di setiap siklus pembebanan. Dari
hasil uji di laboratorium didapat hubungan momen-rotasi yang kemudian
dibandingkan dengan model numerik menggunakan aplikasi DRAIN 2DX. Hasil
analisa uji sampel dan model numerik menunjukan penurunan kekakuan rotasi
pada kedua sampel, begitupula dengan hasil analisa dinamik terjadi penurunan
frekuensi akibat perubahan kekakuan pada kedua sampel. Kekakuan rotasi pada
sampel 2012 lebih besar dibandingkan dengan kekakuan rotasi dari sampel 2002.
Sampel 2002 juga mengalami kehilangan kekakuan lebih cepat bila dibandingkan
dengan sampel 2012. Fungsi beam stub sendiri terlihat dari sendi plastis pada
kedua sampel dan transfer regangan hingga ke zona panel. Namun penetrasi leleh
di zona panel pada sampel 2002 menunjukan penjangkaran yang kurang baik
dibandingkan dengan sampel 2012 yang tidak mengalami penetrasi leleh.

ABSTRACT
This study is conducted to understand stiffness loss of exterior beam-column joint
of reinforced concrete with beam stub. There are two samples which are designed
by 2002 and 2012 Indonesian Seismic Code. Both the samples are implied with
semi-cyclic loading scheme with 65,6 mm maximum displacement. Dynamic
measurement is done for both samples by excitating the samples by impulse
hammer to obtain natural frequency of it in each cycle. The result of experimental
samples tested is moment-rotation relationships which are compared to numerical
models by using DRAIN 2DX software. Both results show rotational stiffness loss
in both samples. Furthermore, the dynamic results also display loss of natural
frequency as the damage progressed. Rotational stiffness of 2012 sample are
larger than 2002 sample. 2002 sample has more rapid stiffness loss compared to
2012 sample. The effect of beam stub present is observed by plastic hinge
formation of both samples and strain penetration in panel zone. However the yield
penetration in panel zone from 2002 sample show poor encourage compared to
2012 sample which that sample did not undergo yield penetration."
2016
S65689
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ufaira Sadya Ayasha
"Penulisan ini membahas atmosfer pada arsitektur yang dialami melalui medium film. Atmosfer adalah pengalaman yang dialami secara multisensori, namun ketika dialami melalui film, framing di dalam film membatasi pengalaman sensori yang bisa hadir. Pembahasan di dalam skripsi ini terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu 1) identifikasi elemen pembentuk atmosfer, 2) bagaimana elemen tersebut di-frame di dalam film, dan; 3) pengalaman atmosfer arsitektur apa yang diserap oleh pengamat. Bagian pertama membahas elemen pembentuk atmosfer dengan mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Peter Zumthor. Teori tersebut menjadi parameter dalam menentukan bagaimana terbentuknya suatu atmosfer. Bagian kedua membahas proses framing atmosfer arsitektur di dalam film melalui penentuan sudut pandang, pergerakan, dan penyusunan sequence. Bagian ketiga membahas tentang aspek multi-sensori dalam mengalami atmosfer arsitektur dengan mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Juhani Pallasmaa. Ketiga bagian ini menjadi dasar dalam menganalisis studi kasus yaitu film “Parasite”. Melalui penulisan ini didapatkan bahwa atmosfer arsitektur tetap dapat dihadirkan dan dirasakan melalui medium film dengan dibantu oleh proses framing sehingga dapat mewujudkan kehadiran manusia di dalam ruang film.

This writing discusses the atmosphere in architecture that can be experienced through medium film. Atmosphere is a multisensory experienced, but when experienced through film, the framing within film limits the sensory experience. This study is divided by three main parts, which are 1) identification elements creating atmosphere, 2) how the elements being framed in films, and; 3) the architecture atmosphere experience that being absorbs by observers. The first part discusses the elements that creates the atmosphere by referring to the theory by Peter Zumthor. The theory acts as the parameter in determining how the atmosphere is formed. The second part discusses the process of framing the architectural atmosphere in film through determining the angle, movement, and the order of the sequences. The third part discusses the multi-sensory aspect of experiencing the architectural atmosphere by referring to the theory by Juhani Pallasmaa. These three parts become the basis for analyzing the case study, the film namely “Parasite”. Through this writing, it is found that the viii architectural atmosphere can still be presented and felt through the medium of film supported by the framing process so that it can revives the human presence in the filmic space"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmatika Ajeng Rahardjo
"Berdasarkan perspektif semiotika, setiap elemen arsitektur mengandung makna denotatif maupun konotatif yang dapat mengkomunikasikan suatu budaya dan sejarah di lingkungan tersebut. Dalam hal ini, elemen-elemen arsitektur Hotel X terlihat pada desain eksterior yang terdiri dari fasad bangunan, lobby, kolam renang, taman, serta restoran dan kafe. Sementara itu, desain interior Hotel X terdiri dari pencahayaan pada kamar Hotel X, jendela kamar Hotel X, kasur pada kamar Hotel X, serta lantai kamar Hotel X. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana semiotika desain arsitektur Hotel X dalam objek berbentuk render desain yang bersifat dua dimensi (2D). Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Hotel X memiliki desain arsitektur yang khas dan unik, yaitu didominasi dengan corak geometris yang membentuk motif Batik Kawung dengan filosofi tinggi. Hal ini yang kemudian akan mempengaruhi bagaimana Hotel X justru lebih menonjolkan budaya “Jawa-sentris” daripada budaya Kalimantan itu sendiri. Penelitian ini menggunakan semiotika Pierce dan Umberto Eco sebagai ‘pisau analisis’ dalam mengeksplorasi elemen-elemen arsitektur pada Hotel X. Penelitian ini merupakan penelitian dengan paradigma kritis, pendekatan kualitatif, dan jenis eksploratif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara dokumentasi, observasi, dan studi pustaka.

Based on a semiotic perspective, each architectural element contains denotative and connotative meanings that can communicate culture and history in that environment. In this case, the architectural elements of Hotel X can be seen in the exterior design, consisting of building facades, lobbies, swimming pools, gardens, restaurants, and cafes. Meanwhile, the interior design of Hotel X consists of lighting in bedrooms, windows in bedrooms, mattresses in bedrooms, and floors in bedrooms. This study aims to find out how Hotel X's architectural design semiotics is in the form of two-dimensional (2D) design rendering objects. The results of this study indicate that Hotel X has a distinctive and unique architectural design, dominated by geometric patterns that form the Batik Kawung motif with high philosophy. This will then affect how Hotel X puts forward a "Jawa-centric" culture rather than the culture of Kalimantan itself. This study uses Pierce and Umberto Eco's semiotics as an 'analytical knife' in exploring architectural elements in Hotel X. This research is research with a critical paradigm, a qualitative approach, and exploratory type. Data collection in this study was carried out using summaries, observations, and literature studies."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Bintang Akbar
"Manusia tentunya mengalami pengalaman ruang ketika berhubungan dengan elemen arsitektur. Salah satu fenomena yang kerap terjadi adalah aspek familiarity dalam konteks arsitektur. Ketika manusia merasa familier dengan ruang di sekelilingnya, manusia akan merasa aman dan nyaman bertingkah laku. Familiarity dapat hadir sebagai sesuatu yang dibangun dari berbagai konfigurasi elemen spasial maupun identitas yang memberikan pengaruh kepada penggunanya. Selain itu, kehadiran familiarity tentunya akan memberikan pengalaman sense of place pada manusia terhadap ruang yang diokupasi. Familiarity dapat kita temui dalam rutinitas kehidupan. Salah satunya adalah familiarity dalam perpindahan manusia pada transportasi kota. Proses berpindah menghasilkan bukti yaitu berupa aspek fisik dan non fisik yang memiliki liminalitas dan akhirnya membentuk ruang liminal. Ruang liminal identik dengan medium yang ambigu dan sebagai perantara perpindahan manusia. Manusia hanya mengokupasi ruang ini sebagai ruang ketiga untuk memenuhi kebutuhan mobilitas. Namun, semakin hari tuntutan kebutuhan dan pengalaman manusia terhadap ruang semakin meningkat. Manusia cenderung ingin merasakan kenyamanan bahkan di tempat yang asing sekalipun. Kenyamanan ini dapat hadir melalui familiarity yang terbentuk karena kemampuan ruang dalam menghadirkan sense of place bagi penggunanya. Melalui studi kasus pada transportasi kota, kajian ini menginvestigasi bagaimana familiarity memiliki pengaruh terhadap pengguna dalam memenuhi kebutuhan dan pengalamannya dalam konteks ruang liminal pada transportasi kota.

Humans naturally experience space when interacting with architectural elements. One common phenomenon is the aspect of familiarity in the context of architecture. When people feel familiar with the space around them, they feel safe and comfortable behaving in it. Familiarity can be built from various configurations of spatial elements or identities that influence its users. Additionally, the presence of familiarity certainly provides a sense of place for people in the spaces they occupy. Familiarity can be encountered in the routines of daily life. One example is the familiarity in human movement within urban transportation. The process of moving creates evidence in the form of physical and non-physical aspects that possess liminality and eventually form liminal spaces. Liminal spaces are characterized by their ambiguous nature and act as intermediaries in human movement. People only occupy these spaces as third spaces to meet their mobility needs. However, over time, the demands for human needs and experiences in spaces are increasing. People tend to seek comfort even in unfamiliar places. This comfort can be achieved through familiarity that forms from a space’s ability to provide a sense of place to its users. Through a case study of urban transportation, this study investigates how familiarity influences users in meeting their needs and experiences in the context of liminal spaces within urban transportation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tsaniya Hasya
"Bidang interdisipliner yang dikenal sebagai pendekatan neuroarsitektur menggabungkan prinsip-prinsip neurosains dengan arsitektur dan desain interior untuk membuat ruang yang tidak hanya fungsional tetapi juga membantu pengguna menikmati kesehatan fisik dan mental. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari bagaimana bentuk, warna, dan cahaya mempengaruhi perasaan seseorang saat berada di dalam ruang berdasarkan respon neurologis. Untuk mengetahui bagaimana elemen-elemen desain ini dapat mempengaruhi respon neurologis dan emosi pengguna, metodologi yang digunakan mencakup penelitian teori dan literatur sebelumnya. Studi ini mencakup prinsip-prinsip neuroarsitektur serta design vocabulary yang relevan sebagai stimulan, yang merupakan variabel bebas dalam penelitian ini. Studi preseden neuroarsitektur dalam desain interior juga dibahas dalam tulisan ini. Preseden-preseden ini menunjukkan bahwa menerapkan elemen-elemen ini dapat memberikan manfaat dan tujuan yang berbeda. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam bagi desainer interior dan arsitek tentang seberapa pentingnya mempertimbangkan respon neurologis saat membuat desain ruang agar lingkungan menjadi lebih sehat dan menyenangkan. Oleh karena itu, pendekatan neuroarsitektur dapat berfungsi sebagai dasar untuk kemajuan dalam desain interior yang lebih humanis dan berbasis bukti.

The neuroarchitecture approach is an interdisciplinary field that combines principles of neuroscience with principles of architecture and interior design in order to create spaces that are not only functional but also promote physical and mental health for users. The goal of this study is to understand how shape, color, and light affect a person's feelings while being inside a space based on neurological responses. The methodology used in this study includes theoretical research and a review of previous literature. It also covers the principles of neuroarchitecture as well as relevant design vocabulary as stimuli, which are the independent variable. These examples show how putting these components to use can achieve a variety of goals and advantages. It is anticipated that this research will provide architects and interior designers more understanding of the significance of taking neurological responses into account when designing spaces to create happier, healthier settings. Therefore, advancements in more humane and empirically based interior design can be built upon the neuroarchitecture method."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhil Dzulfikar
"Struktur flat plate pada wilayah gempa tinggi di Indonesia masih jarang digunakan karena lemah terhadap geser pada sambungan kolom-slab. Dengan demikian dalam melakukan perencanaan struktur flat plate pada wilayah gempa tinggi harus dikombinasikan dengan sistem struktur penahan beban lateral yaitu kombinansi dinding geser struktural khusus dan perimeter frame SRPMK. Struktur flat plate hanya didesain sebagai struktur penahan beban gravitasi. Hubugan kolom-slab harus memiliki kapasitas untuk mampu mengikuti deformasi yang telah diperbesar oleh faktor defleksi Cd akibat beban gempa. Proporsi dimensi kolom akan menentukan besarnya gaya lateral yang diterima oleh kolom tersebut. Semakin kecil dimensi kolom maka semakin kecil gaya lateral yang diterima oleh kolom tersebut. Pada wilayah gempa menengah struktur flat plate dapat digunakan sebagai bagian dari sistem penahan beban lateral. Dalam perencanaan ini struktur flat plate dimodelkan sebagai equivalent slab-beam yang merupakan bagian sistem rangka pemikul momen menengah. Sistem penahan beban lateral pada perencanaan pada wilayah gempa menengah merupakan kombinasi dari dinding geser struktural khusus, perimeter frame SRPMM dan slab-column frame SRMM . Dari hasil analisa didapatkan bahwa jika perencanaan mengikuti kaidah perencanaan tersebut maka flat plate dapat digunakan pada wilayah gempa tinggi dan menengah dan struktur masih bersifat daktail.

Flat plate structure for high seismic risk region in Indonesia is not commonly used because it has high risk on shear failure on the slab column connection. Therefore the building design in high seismic risk region should be combined with lateral resisting system, a dual system combining shearwall and perimeter frame SMRF . Flat plate structure is only designed as gravity resisting system. Slab column connection should have capacity to follow the bigger deformation by deflection factor Cd caused by lateral force. The proportion of the interior column dimension would determine the amount of lateral force received. The smaller the column dimension, the smaller the lateral force accepted by the column itself. In an region with medium seismic risk, flat plate structure can be used as component to resist lateral force. In this kind of design, flat plate is modeled as equivalent slab beam which also a part of slab column moment frames. Lateral resisting system component in the medium seismic risk region is a combination of shear wall and slab column moment frames IMRF . From this design, the writer found that if the design follow the guidelines plan, the flat plate can be used both in high seismic risk region and medium seismic risk region and structure is still ductile.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66427
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>